BIOPSI
Pada pemeriksaan mikroskopis dijumpai komponen sel-sel tuberkel, sel epiteloid dan Langhans’ giant cell pada sputum. Epiteloid biasanya terlihat pada kelompokan seperti elongated shaped atau terkadang berbentuk spindel atau carrot shaped dengan salah satu ujungnya lebih luas dari yang lain dan bentuknya lebih kecil dari sel-sel bronkial. Memiliki sitoplasma eosinofilik dengan batas sel kurang jelas dan inti yang pucat.
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) perkutaneus biasanya menunjukkan debris nekrosis granular dan campuran sel-sel inflamasi, aspirat yang kotor, termasuk macrophage mononucleated dan
multinucleated dengan sel epiteloid berbentuk koma (comma shaped). Kelompokan gambaran mirip granuloma dari sel epiteloid yang berbentuk spindel dan histiosit pada aspirasi jarum halus harus didiskusikan.
Hal ini sangat hemat biaya dan akurat sebagai lini pertama untuk pemeriksaan berbagai kondisi inflamasi, gangguan granulomatosa, dan keganasan.
Suatu penelitian aspirasi biopsi pada KGB leher dan didapatkan gambaran yang khas untuk TB yaitu lesi granulomatosa berupa epiteloid dan multinucleated giant cell sebanyak 71%, 53% positif dengan AFB.
Sitologi biopsi aspirasi sangat mudah, cepat, murah dan cocok dengan negara yang berkembang dengan fasilitas yang terbatas. Granuloma pada TB cenderung membentuk nekrosis (caseating tubercle) walaupun ada yang tidak membentuk nekrosis, disertai adanya multinucleated giant cells dengan inti di pinggir pada satu sisi membentuk ladam kuda (Langhans giant cell). Secara mikroskopis jaringan gambaran yang khas pada lesi M. tuberculosis adalah dijumpainya granuloma maupun nekrosis perkijuan. Granuloma adalah kumpulan dari makrofag. Makrofag disebut juga histiosit dapat berfusi membentuk multinucleated giant cells, makrofag pada granuloma sering disebut epiteloid.
Makrofag epiteloid berbeda dengan makrofag yang biasanya karena mempunyai inti yang
memanjang mirip dengan sol sepatu, intinya lebih besar dan sitoplasmanya lebih pucat, perubahan ini terjadi akibat makrofag diaktivasi oleh antigen. Granuloma dapat disertai komponen lain termasuk limfosit, neutrofil, eosinofil, multinucleated giant cells dan fibroblas
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23296/137041051.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
Biopsi adalah
pengambilan sejumlah
kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan
patologis mikroskopik.
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine
Needle Aspiration
Biopsy/ FNAB), adalah prosedur biopsi yang menggunakan jarum
sangat tipis yang melekat pada jarum suntik untuk menarik (aspirasi) sejumlah
kecil jaringan dari lesi
abnormal. Sampel jaringan ini
kemudian dilihat di bawah mikroskop.
Biopsi kebanyakan dilakukan untuk
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine Needle
Aspiration Biopsy/ FNAB), adalah prosedur biopsi yang menggunakan jarum sangat tipisyang melekat pada jarum suntik untuk menarik (aspirasi) sejumlah kecil jaringan dari lesi abnormal. Sampel jaringan ini kemudian dilihat di bawah mikroskop. Biopsi kebanyakan dilakukan untuk mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat diperiksa.
Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) disertai pemeriksaan sitologi pada KGB dinilai efektif dalam menentukan diagnosis awal limfadenopati. Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) dengan pemeriksaan sitopatologi telah cukup dikenal dan merupakan metode yang efektif dalam membantu menentukan diagnosis berbagai kasus penyakit dengan limfadenopati. Pada berbagai kasus dengan limfadenopati, pemeriksaan sitopatologi BAJAH dapat membantu untuk membedakan antara infeksi, metastasis suatu keganasan, atau limfoma maligna. Pemeriksaan BAJAH juga relatif murah, cepat dan memiliki risiko yang rendah
Biopsi aspirasi jarum halus merupakan penunjang yang cukup baik dalam menggantikan jika pusat pelayana kesehatan memiliki keterbatasan sarana dan tenaga medis. Meskipun biopsi aspirasi jarum halus adalah diagnosis pertama yang mapan alat untuk evaluasi kelenjar getah bening, hanya biopsi inti atau biopsi eksisi akan cukup untuk diagnosis formal limfoma ketika teknik analitik lebih lanjut tidak tersedia, seperti imunohistokimia, aliran cytometry dan noda khusus
What Abnormal Results Mean
Abnormal results may be due to many different conditions, from very mild infections
to cancer.
For example, enlarged lymph nodes may be due to:
Cancers (breast, lung, oral)
HIV
Cancer of the lymph tissue (Hodgkin or non-Hodgkin lymphoma)
Infection (tuberculosis, cat scratch disease)
Inflammation of lymph nodes and other organs and tissues (sarcoidosis)
Risks
Lymph node biopsy may result in any of the following:
Bleeding
Infection (in rare cases, the wound may get infected and you may need to take antibiotics)
Nerve injury if the biopsy is done on a lymph node close to nerves (the numbness usually goes away in a few months)
.
CT Scan
CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk mengambil gambar tubuh untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan limfadenitis. CT scan dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan biopsi aspirasi kelenjar limfe intratoraks dan intraabdominal.
Pemeriksaan CT nodul limfa dilakukan bersamaan selama pemeriksaan CT terhadap sebagian besar tumor suprahyoid dan infrahyoid atau peradangan. Kualitas penilaian nodul limfa sangat tergantung pada keberhasilan mencapai konsentrasi kontras yang tinggi dalam struktur arteri dan vena leher. Jika tidak, nodul dan pembuluh mungkin tampak sangat mirip
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui ukuran, bentuk, dan gambaran mikronodular. USG juga dapat dilakukan untuk membedakan penyebab pembesaran kelenjar (infeksi, metastatik, lymphoma, atau reaktif hiperplasia).
ultrasonografi bisa berguna untuk diagnosis dan monitor pasien dengan limfadenopati, terutama jika mereka memiliki kanker tiroid atau riwayat terapi radiasi saat muda. Tetapi harus dipikirkan bahwa meski di pasien kanker pembesaran kelenjar getah bening jinak lebih sering dibandingkan yang ganas. Limfadenopati leher ganas lebih sering berbentuk bulat atau lobulated (96,6%) sedangkan limfadenopati leher jinak lebih sering berbentuk oval (Perbedaan di ukuran atau homogenitas tidak menjadi indikator patologi yang bisa diandalkan
Sonographic features that help to identify abnormal nodes include shape (round), absent hilus, intranodal necrosis, reticulation, calcification, matting, soft-tissue edema, and peripheral vascularity.
Two radiologists (J.Y.K. and B.L.Y.) retrospectively reviewed the USG findings and drew conclusions by consensus. The following USG
findings were analyzed: (1) location of the cervical lymphadenopathy (bilateral vs. unilateral and the level of cervical LNs); (2) distribution of the cervical lymphadenopathy (conglomerated vs. multiple
separated); (3) the presence of intranodal gross abscess and
calcification; (4) the loss of central echogenic nodal hilum; (5) the
presence of perinodal fat swelling; (6) the presence of loculated fluid
collection; and (7) size distribution of LNs. The author also measured the long diameter (LD) and short diameter (SD) of the largest cervical LN, and the ratios of LD to SD of the lesions (LD/SD) were calculated.
We defined an enlarged LN as an LN with an SD of more than 10 mm
MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) sebelum meluasnya penggunaan gadolinium dan teknik supresi lemak, MRI sering tidak lebih spesifik dibandingkan Computerized Tomography (CT) dalam
karakterisasi nodul limfa servikal metastasis karena rendahnya kemampuan untuk menunjukkan nodul yang bertambah secara heterogen, tanda metastasis nodul yang sangat akurat dalam pengaturan SCC leher. Namun, teknologi scan MRI meningkat, peningkatan gadolinium, dan rangkaian supresi lemak telah memungkinkan akurasi yang sebanding. Juga, deteksi MRI dari invasi arteri karotis oleh penyebaran ekstrakaspular tumor dari nodulsering kali lebih unggul daripada CECT.
The study supports that MRI with diffusion weighted images can differentiate benign from malignant mediastinal lymphadenopathy and differentiate lymphoma from sarcoidosis non-invasively.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/2088/2056
Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis dan kultur.
Spesimen untuk mikrobiologi dapat diperoleh dari sinus atau biopsi aspirasi. Dengan pemeriksaan ini kita dapat memastikan adanya mikroorganisme pada spesimen. Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium yang membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan diperlukan untuk memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab infeksi.
https://www.researchgate.net/publication/345893259_Limfadenitis
Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis dan kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen.
Spesimen untuk pewarnaan dapat diperoleh dari sinus atau biopsi aspirasi.
Dengan pemeriksaan ini kita dapat memastikan adanya basil mikobakterium pada spesimen, diperlukan minimal 10.000 basil TB agar perwarnaan dapat positif
. Hasil Laboratorium pada limfadenitis/ tes darah
Lekositosis biasanya tanpa perubahan. Pada akhirnya, kultur darah menjadi positif,
umumnya spesies Stafilokokus atau Streptokokus. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas pada
eksudat luka atau pus dapat membantu pengobatan infeksi.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan apakah Anda memiliki infeksi atau kondisi medis lain.