• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Penderita Limfadenopati Servikalis Yang Dilakukan Tindakan Biopsi Aspirasi Jarum Halus Di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Profil Penderita Limfadenopati Servikalis Yang Dilakukan Tindakan Biopsi Aspirasi Jarum Halus Di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PENDERITA LIMFADENOPATI SERVIKALIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS DI INSTALASI PATOLOGI ANATOMI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2009

T E S I S

SUTOYO ELIANDY NIM 077108001

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PROFIL PENDERITA LIMFADENOPATI SERVIKALIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS DI INSTALASI PATOLOGI ANATOMI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2009

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Patologi Anatomi Dalam Program Magister Kedokteran Klinik Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

2010

(3)

LEMBARAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Profil Penderita Limfadenopati Servikalis yang Dilakukan Tindakan Biopsi Aspirasi Jarum Halus di

Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 Nama Mahasiswa : Sutoyo Eliandy

Nomor Induk Mahasiswa : 077108001

Program : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Patologi Anatomi

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.H.Delyuzar, Sp.PA(K) Dr. Hj. T. Kemala Intan, MPd NIP. 19630219 199003 1 001 NIP. 19620424 199003 2 002

Ketua Program Studi Ketua TKP- PPDS Patologi Anatomi FK USU Fakultas Kedokteran USU

(4)

PERNYATAAN

Judul Penelitian : Profil Penderita Limfadenopati Servikalis yang Dilakukan Tindakan Biopsi Aspirasi Jarum Halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam rujukan.

Yang Menyatakan, Peneliti

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Profil Penderita Limfadenopati Servikalis yang Dilakukan Tindakan Biopsi Aspirasi Jarum

Halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2009 ”.

Tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dilaksanakan Penulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar Magister Patologi Anatomi pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K) dan seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada Penulis untuk mengikuti pendidikan di program Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran USU.

Dekan Fakultas Kedokteran USU, Prof. Dr. Gontar A.Siregar, Sp.PD (KGEH), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran USU.

(7)

dan kesabaran telah mengorbankan waktu untuk memberikan dorongan, bimbingan, bantuan serta saran-saran yang bermanfaat kepada Penulis mulai dari persiapan penelitian sampai pada penyelesaikan tesis ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Sumondang Pardede, Sp.PA sebagai kepala Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan yang telah mengizinkan Penulis untuk mengambil sampel data pada laboratorium Patologi Anatomi yang beliau dipimpin.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. H. Soekimin, Sp.PA selaku Ketua Departemen Patologi Anatomi FK USU atas segala bimbingan masukan dan dorongan selama Penulis menjalankan pendidikan Magister Kedokteran Klinik pada Departemen payologi Anatomi FK USU.

Terima kasih kepada Dr. H. Joko S. Lukito, Sp.PA sebagai Ketua Program Studi Patologi Anatomi FK USU sekaligus penguji tesis juga kepada Dr. Betty, Sp.PA yang telah bersedia untuk menguji tesis penelitian saya ini. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Lidya Imelda Laksmi, Sp.PA dan Dr. Jessy Chrestella, Sp.PA sebagai staf pengajar di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

(8)

dan Dr. Fitriani Lumongga, Sp.PA yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis sehingga selesainya tesis ini

Persembahan terima kasih tulus, rasa hormat dan sembah sujud kepada ayahanda H. Ponimin dan ibunda tercinta Sudjiem (almh) dan seluruh keluarga besar Penulis yang telah membesarkan dengan susah payah dengan penuh kasih sayang dan dengan jasa mereka inilah Penulis dapat menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinik ini.

Kepada istriku tercinta Dr. Desfrina Kasuma, ananda tersayang Sigit Aldeto Eliandy, tiada kata yang setara untuk mengutarakan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas cinta, kasih sayang, pengertian, pengorbanan, kesabaran dan dorongan serta doa yang diberikan kepada Penulis.

Akhirnya Penulis menyadari bahwa isi hasil penelitian ini masih perlu mendapat koreksi dan masukan untuk kesempurnaan. Oleh karena itu Penulis berharap adanya kritik serta saran untuk penyempurnaan tulisan ini. Semoga

penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, 22 Maret 2010

Penulis

Sutoyo Eliandy

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Lembaran Persetujuan ………... Lembaran Pernyataan ... Ucapan Terima Kasih ... Daftar Isi ………..…...…. Daftar Gambar ………...……….….. Daftar Tabel ………...………..

Daftar Singkatan ………...……….….. Abstrak ………..…………...…

Abstrack ... Bab 1. Pendahuluan ….………...…...

1.1. Latar Belakang ……….………..…... 1.2. Perumusan Masalah …..……….……...……..…..… 1.3. Tujuan penelitian ………..…... 3

1.3.1. Tujuan Umum ………... 1.3.2. Tujuan Khusus ……….. 1.4. Manfaat Penelitian ………...………… Bab 2. Tinjauan Pustaka …..……….………...

2.1. Kelenjar Getah Bening Normal ………..…….…… 2.1.1. Anatomi dan Fisiologi ……….

ii iii v viii

(10)

2.1.2. Fungsi Kelenjar Getah Bening ……….. 2.2. Epidemiologi …….………..……...…….….……. 2.3. Etiologi ………..……..……..………...…….… 2.4. Diagnosis ….……….………...……….…… 2.4.1. Anamnesis ……… 2.4.2. Pemeriksaan Fisik ………. 2.5. Pengobatan ……..………...…..………….. Bab 3. Bahan dan Metoda ………...……….…………... 3.1. Rancangan Penelitian ...………….………...…….………..… 3.2. Tempat dan waktu penelitian ………….………….………..…

3.3. Subjek penelitian ……….……….….... 3.3.1. Populasi ……….…

3.3.2. Sampel ………. 3.4. Jumlah Sampel ……….………..……….…..… 3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ….………...

3.5.1. Kriteria Inklusi ……….…….. 3.5.2. Kriteria Eksklusi ………..……. 3.6. Kerangka Operasional ………

(11)

Bab 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan ……… 4.1. Hasil penelitian ……….…… 4.1.1. Karakteristik penderita ……….….. 4.1.2. Diagnosis Penderita ………... 4.1.3. Karakteristik Penderita Limfadenitis TB dan

Limfadenitis TB Yang Disertai Infeksi HIV/AIDS .. Pembahasan ……….……….……… Bab 5. Kesimpulan dan Saran ……….…….…...

5.1. Kesimpulan ……….……… 5.2. Saran ……….… Daftar Rujukan ……… Lampiran:

1. Daftar Penderita

2. Surat Izin Pengambilan Data 3. Surat Persetujuan Komite Etik

28 30 34 36

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi KGB di Daerah Leher dan Kepala ………..…. Gambar 2. Skema Kelenjar Getah Bening (KGB) ……….…… Gambar 3. Limfadenitis Granulomatosa ……… Gambar 4. Gambaran Sitologi Limfoma Hodgkin ……….…… Gambar 5. Gambaran Sitologi Metastasis Keratinizing SCC ……… Gambar 6. Gray-Scale sonogram metastasis pada KGB ……… Gambar 7. Skema kerangka operasional penelitian ………

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penyebab Infeksi pada Limfadenopati servikalis ……….….. Tabel 4.1. Distribusi Penderita Berdasarkan Jenis kelamin ……….….... Tabel 4.2. Distribusi Penderita Berdasarkan Umur ………..…..…. Tabel 4.3. Diagnosis Biopsi Aspirasi Jarum Halus Limfadenopati

Servikalis ……….……. Tabel 4.4. Distribusi Diagnosis Berdasarkan Jenis Kelamin ……….…... Tabel 4.5. Distribusi Penderita Limfadenitis TB Berdasarkan Usia …………... Tabel 4.6. Perbandingan Jumlah Penderita Limfadenitis TB dengan

Penderita Limfadenitis TB yang Disertai Infeksi HIV/AIDS ..…. Tabel 4.7. Distribusi Diagnosis Limfadenitis TB yang Disertai Infeksi

HIV/AIDS Berdasarkan Umur ………...… Tabel 4.8. Distribusi Diagnosis Limfadenitis TB dan Limfadenitis TB

Yang Disertai Infeksi HIV/AIDS ……….… 12 26 27

28 29 30

31

32

(14)

DAFTAR SINGKATAN

KGB : Kelenjar Getah Bening

TB : Tuberkulosis

SIBAJAH : Biopsi Aspirasi Jarum Halus HIV : Human Immuno-Deficiency Virus AIDS : Aquired Immuno-Deficiency Syndrome ODHA : Orang Dengan HIV/AIDS

RSV : Respiratory Syncytial Virus CMV : Cyto Megalo Virus

EBV : Ebstein Barr Virus

(15)

ABSTRAK

Limfadenopati merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering menimbulkan keresahan orang tua ataupun pasien itu sendiri. Apakah itu merupakan tanda dari keganasan, atau suatu keadaan yang normal. Untuk itu diperlukan suatu profil Limfadenopati untuk membantu menegakkan diagnosis agar diketahui cara penanganannya dengan baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data statistik tentang profil penderita Limfadenopati servikalis di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan memaparkan data penderita Limfadenopati servikalis yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2009.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita terbanyak dengan jenis kelamin laki-laki (48,38%) pada kelompok umur 31-40 tahun (26,61%). Diagnosis hasil biopsi terbanyak adalah Metastasis karsinoma (41,44%%).

(16)

ABSTRACT

Limfadenopathy is a society health problem that often evoke parents disquiet or patient itself. What is that sign of malignancy or a normal situation. So it is required a limfadenopathy's profile to help diagnosis and treatment as well as.

The purpose of this research is to get data about cervical limfadenopathy patient’s profile at Anatomy Pathology Installation of Haji Adam Malik Hospital on 2009 in Medan.

This research was designed a descriptive research, explaining cervical limfadenopathy’s data that done by fine needle aspiration biopsy at Anatomy Pathology Installation of Adam Malik Hospital on January 2009 until December 2009.

The result of this research shows that majority patient are male (48,38%), on age group 31-40 years (26,61%). The majority diagnosis of biopsy are metastasis carsinoma (41,44%).

(17)

ABSTRAK

Limfadenopati merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering menimbulkan keresahan orang tua ataupun pasien itu sendiri. Apakah itu merupakan tanda dari keganasan, atau suatu keadaan yang normal. Untuk itu diperlukan suatu profil Limfadenopati untuk membantu menegakkan diagnosis agar diketahui cara penanganannya dengan baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data statistik tentang profil penderita Limfadenopati servikalis di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan memaparkan data penderita Limfadenopati servikalis yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2009.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita terbanyak dengan jenis kelamin laki-laki (48,38%) pada kelompok umur 31-40 tahun (26,61%). Diagnosis hasil biopsi terbanyak adalah Metastasis karsinoma (41,44%%).

(18)

ABSTRACT

Limfadenopathy is a society health problem that often evoke parents disquiet or patient itself. What is that sign of malignancy or a normal situation. So it is required a limfadenopathy's profile to help diagnosis and treatment as well as.

The purpose of this research is to get data about cervical limfadenopathy patient’s profile at Anatomy Pathology Installation of Haji Adam Malik Hospital on 2009 in Medan.

This research was designed a descriptive research, explaining cervical limfadenopathy’s data that done by fine needle aspiration biopsy at Anatomy Pathology Installation of Adam Malik Hospital on January 2009 until December 2009.

The result of this research shows that majority patient are male (48,38%), on age group 31-40 years (26,61%). The majority diagnosis of biopsy are metastasis carsinoma (41,44%).

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelenjar getah bening (KGB) terdapat di beberapa tempat dalam tubuh kita. Sering timbul benjolan-benjolan di daerah tempat KGB berada dan sering pula hal itu menimbulkan kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien. Apakah pembesaran ini merupakan hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu gejala dari keganasan. Untuk itu perlu dikenali kemungkinan-kemungkinan penyebab dari pembesaran KGB tersebut dan dikenali pula gambaran klinisnya sehingga mengetahui tatalaksana yang akan dilakukan. 1

Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih 600 KGB, namun hanya di daerah submandibula, aksila atau inguinal yang normal teraba pada orang sehat. Sekitar 55% pembesaran KGB terjadi pada daerah kepala dan leher. 1,2

(20)

Membedakan keduanya merupakan hal yang penting untuk mengetahui diagnosis penyakit yang mendasarinya. Pada penderita limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya, 3 dari 4 penderita limfadenopati adalah lokalisata dan 1 dari 4 penderita merupakan limfadenopati generalisata. 1-3

Tindakan biopsi aspirasi jarum halus pada KGB merupakan teknik yang sudah lama dilakukan dan masih baik digunakan untuk mendiagnosis kelainan limfadenopati servikalis. Tindakan ini sebaiknya dilakukan hanya terbatas pada limfadenopati permukaan (superficial) saja atau bila dilakukan yang lebih dalam (deep), harus dipandu dengan teknik radiologi seperti Ultrasonografi (USG). 4,5

Indikasi klinis yang penting dari biopsi aspirasi jarum halus pada limfadenopati adalah untuk mengetahui apakah lesi tersebut disebabkan infeksi, metastasis atau suatu keganasan primer. Biopsi aspirasi jarum halus mudah dilakukan pada sebagian penderita. Meskipunpun demikian tindakan ini tidak boleh dilakukan pada penderita dengan gangguan koagulasi yang parah. 4,5

1.2. Perumusan Masalah

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui profil penderita limfadenopati servikalis yang dilakukan tindakan biopsi asirasi jarun halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk memperoleh gambaran hasil biopsi aspirasi jarum halus dari penderita limfadenopati servikalis di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi atau data ilmiah tentang profil penderita yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik, sehingga data ini dapat dipergunakan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis serta terapi pada penderita limfadenopati servikalis.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelenjar Getah Bening Normal

2.1.1. Anatomi dan Fisiologi

Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal (limfadenopati lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut: 1,2,6

(23)

Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai (kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang dilapisi oleh sel endotel. 4,6-12

Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubung-kan simpai dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupamenghubung-kan alur untuk pembuluh darah dan syaraf. 4,6-12

Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus

penetrating yang juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen. 4,6-12

(24)

Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit berperan terutama pada cell-mediated immunity.

4,6-12,14

Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks, ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medula merupakan daerah yang mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T. 4,6-12

Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik (folikel), pada masa postnatal, biasanya berisi germinalcenter. Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B didalam germinal centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak inti menonjol. Yang sebelumnya dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang ditunjukan oleh Lukes dan Collins (1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel noncleaved kecil. Sel noncleaved yang besar berperan pada limphopoiesis atau berubah menjadi immunoblas, diluar germinal center, dan berkembang didalam sel plasma. 4,6

2.1.2. Fungsi Kelenjar Getah Bening

(25)

2.2. Epidemiologi

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus. 1,15

Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus. 16

Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%. 1-3,15,16

2.3. Etiologi

Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah: • Infeksi

(26)

Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun

Retrovirus.

Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV),

Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus,

Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1,2,16,17

Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang merupakan salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu (influenza like illness). 3

Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah. Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri dalam sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada sistem limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak. 3

(27)

sel-sel imatur yang banyak. Pada fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai sel folikel, immunoblas dan tingible body macrophage,

tetapi banyak dijumpai sel-sel plasma. 4

Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri. 3

PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali. 3

Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:

• Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening

• Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam setiap kelompok

• Berlangsung lebih dari satu bulan

(28)

Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat, dan lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran sebesar kacang polong sampai sebesar buah anggur. 3

- Infeksi bakteri

(29)

Tabel 1. Penyebab Infeksi pada Limfadenopati Servikalis

Bacteria

Gram-positive cocci —Staphylococcus aureus

Streptococcus pyogenes (group A) —Streptococcus agalactiae (group B) —Anaerobic organisms

Peptococcus sp

Peptostreptococcus sp Gram-positive rods —Bacillus anthracis

Corynebacterium diphtheriae

Gram-negative rods —Bartonella henselae

—Calymmatobacterium granulomatis —Haemophilus influenzae

—Serratia marcescens

Associated with the enteric tract

Acinetobacter sp

Escherichia coli Proteus sp

Pseudomonas aeruginosa Salmonella typhi

Shigella sp

—Associated with zoonoses

Brucella sp

Francisella tularensis Yersinia pestis Yersinia enterocolitica Yersinia pseudotuberculosis

—Anaerobic

Bacteroides sp

Mycobacteria and Actinomycetes

Actinomyces israelii Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium avium-intracellulare Mycobacterium scrofulaceum Nocardia asteroides

Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut biasanya menyebabkan KGB

Viruses

DNA enveloped viruses —Cytomegalovirus —Epstein-Barr virus

—Herpes simplex virus types 1 and 2 —Human herpesvirus 6

—Varicella-zoster virus DNA nonenveloped viruses —Adenovirus

RNA enveloped viruses

—Human immunodeficiency virus —Influenza virus

—Measles virus —Mumps virus —Parainfluenza virus —Respiratory syncytial virus —Rubella virus

RNA nonenveloped viruses —Coxsackieviruses —Rhinoviruses Fungi

Aspergillus fumigatus Candida sp

Cryptococcus neoformans

Dermatophytes

Histoplasma capsulatum Paracoccidioides brasiliensis Sporothrix schenckii

Protozoa

Leishmania sp

Toxoplasma gondii

Trypanosoma brucei gambiense Trypanosoma brucei rhodesiense

Spirochetes

Leptospira interrogans Treponema pallidum

Rickettsiae

(30)

berwarna merah, panas dan nyeri tekan. Biasanya penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah tepi. 3-,6,18-22

Pada infeksi oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik sel epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. Sel epiteloid berupa sel bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang tidak jelas, kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat, berlekuk dengan kromatin halus. 3-,6,18-22

[image:30.595.240.463.359.511.2]

• Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin

(31)

berupa populasi sel yang monoton dengan ukuran sel yang hampir sama. Biasanya tersebar dan tidak berkelompok. 1,2,4

Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated dengan sitoplasma yang banyak dan pucat. 4

[image:31.595.222.461.332.489.2]

Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada penderita usia lebih dari 50 tahun. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma. 2,4

(32)

• Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch, penyakit Castleman,

Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus

(SLE). 1-3,15-17

• Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac). 1-3,15-17 • Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di

[image:32.595.232.453.113.269.2]

daerah leher, seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid. 1-3,15-17

(33)

Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran KGB tersebut. 1

2.4. Diagnosis

Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang apabila diperlukan. 1,2

2.4.1. Anamnesis

Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan. 1,2,15,16

Lokasi

Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus. 1,2,15,16

Gejala penyerta

(34)

tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum (serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah. 1,2,15,16

Riwayat penyakit

Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi

Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada

Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV. 1,2,15,16

Riwayat pemakaian obat

Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata). 1,2,15,16

Riwayat pekerjaan

(35)

turut membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia. 1,2,15,16

2.4.2. Pemeriksaan fisik

Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan sistem kekebalan tubuh. 1,2,15,16

Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal. 1,2,15,16 • Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan

abnormal.

• Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.

(36)

• Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi rubela dan mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko keganasan lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior.

1,2,15,16

Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh infeksi virus. Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan pembesaran KGB generalisata. 1,2,15,16

Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya. 1,2,15,16

(37)

Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein Barr Virus (EBV). 1,2,15,16

Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam, kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok,

strawberry tongue, perubahan pada tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada telapak tangan dan kaki) dan limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada penyakit Kawasaki. 1,2,15,16

2.4.2. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,

(38)

USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%. 15,23

CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan. 15,23

[image:38.595.192.468.194.364.2]

(39)

2.4. Pengobatan

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi. 1

Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat. 1

Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).

Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya. 17

(40)

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian bersifat deskriptif.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Maret 2010 meliputi studi kepustakaan, pengumpulan data dan penulisan laporan penelitian.

3.3. Subjek Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua data penderita yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus RSUP H. Adam Malik Medan.

3.3.2. Sampel

(41)

3.4. Jumlah Sampel

Semua data penderita limfadenopati servikalis yang di lakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan selama tahun 2009.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi:

Semua data (rekam medik) penderita limfadenopati servikalis yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009.

3.5.2. Kriteria Eksklusi:

Data (rekam medik) yang tidak lengkap.

3.6. Kerangka Operasional

Penderita Limfadenopati servikalis

Proses Inflamasi non spesifik

Limfadenitis TB Karakteristik

Penderita Metastasis Ca FNAB

[image:41.595.122.481.473.682.2]

Keganasan primer

(42)

3.7. Definisi Operasional

1. Kelenjar getah bening adalah suatu jaringan yang berperan penting dalam mengatur mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur limfatik.

2. Biopsi aspirasi jarum halus adalah suatu teknik pengambilan sediaan pada benjolan yang teraba pada saat melakukan palpasi, dengan menggunakan alat pistolet dan spuit 3 cc.

3. Limfadenopati servikalis adalah pembesaran kelenjar getah bening pada daerah leher lebih dengan diameter nodul lebih dari 1 cm.

3.8. Analisa Data

Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan.

3.9. Cara Kerja

Dilakukan penelitian retrospektif dengan cara mengambil data (rekam medik) penderita limfadenopati yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik tahun 2009. Data diolah dalam bentuk statistik dan dideskripsikan.

(43)

3.10. Pengolahan Data

Pengolahan data hasil penelitian ini diformasikan dengan menggunakan langkah-langkah berikut :

Editing: untuk melengkapi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara kriteria yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.

Coding: untuk mengkuatifikasi data kualitatif atau membedakan aneka karakter. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer.

(44)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Diperoleh sampel penelitian sebanyak 432 sampel yaitu data (rekam medik) penderita limfadenopati yang telah dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan selama tahun 2009. Profil penderita tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel di bawah ini:

4.1.1 Karakteristik Penderita

[image:44.595.124.507.594.704.2]

Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan jenis kelamin penderita laki-laki dengan perempuan hampir berimbang, yaitu: laki-laki sebanyak 209 orang (48,38%) dan perempuan sebanyak 223 orang (51,62%). Karakteristik penderita berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penderita Berdasarkan Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN J U M L A H PERSENTASE

1 Laki-laki 2 Perempuan

JUMLAH TOTAL

209 223

432

48,38 51,62

(45)

Berdasarkan umur penderita dijumpai gambaran sebagai berikut: kelompok usia 0-10 tahun ditemukan sebanyak 23 orang (5,32%), usia 11-20 tahun 57 ditemukan sebanyak orang (13,19%), usia 21-30 tahun ditemukan sebanyak 78 orang 18,05%), usia 31-40 tahun ditemukan sebanyak 102 orang (23,61%), usia 41-50 tahun ditemukan sebanyak 88 orang (20,37%), usia 51-60 tahun ditemukan sebanyak 46 orang (10,65%), usia 61-70 tahun ditemukan sebanyak 26 orang (6,02%) dan usia 71-80 tahun ditemukan sebanyak 12 orang (2,78%).

Tabel 4.2. Distribusi Penderita Bersasarkan Umur

NO USIA (TAHUN) J U M L A H PERSENTASE

1 0 - 10 23 5,32 2 11 - 20 57 13,19 3 21 - 30 78 18,05 4 31 - 40 102 23,61 5 41 - 50 88 20,37 6 51 - 60 46 10,65 7 61 - 70 26 6,02 8 71 - 80 12 2,78

(46)

4.1.2.

Diagnosis Penderita

[image:46.595.117.512.398.624.2]

Dari biopsi aspirasi jarum halus yang dilakukan pada penderita dijumpai 6 jenis diagnosis, yaitu: Limfadenitis tuberkulosis ditemukan sebanyak 147 orang (34,03%), Metastasis karsinoma sebanyak 179 orang (41,44%), Radang kronik non-spesifik sebanyak 76 orang (17,59%), Limfoma Non-Hodgkin sebanyak 29 orang (6,71%), Reaktif hiperplasia sebanyak 1 orang (0,23%) dan tidak ditemukan Limfoma Hodgkin (0%) sebagai penyebab limfadenopati.

Tabel 4.3. Diagnosis Biopsi Aspirasi Jarum Halus Limfadenopati Servikalis

NO D I A G N O S I S J U M L A H PERSENTASE

1 Limfadenitis tuberkulosis 34,03 2 Metastasis karsinoma 41,44 3 Radang kronik non-spesifik 17,59

4 Limfoma Hodgkin 0 5 Limfoma Non-Hodgkin 6,71 6 Reaktif hiperplasia 0,23

JUMLAH TOTAL 100,00

147 179 76

0 29

1

(47)
[image:47.595.105.512.230.491.2]

Apabila diagnosis penderita tersebut didistribusikan berdasarkan jenis kelamin, maka akan dijumpai gambaran seperti yang tercantum dalam tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Diagnosis Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari penelitian ini didapat penderita Limfadenitis tuberkulosis yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 79 orang (53,74%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan didapat sebanyak 68 orang (46,26%). Jumlah penderita Metastasis karsinoma dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 105 orang (58,66%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 74 orang (41,34%). Penderita Radang kronik non-spesifik berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang (34,21%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan

J E N I S K E L A M I N NO D I A G N O S I S

Laki-laki (%) Perempuan (%)

JUMLAH

1 Limfadenitis tuberkulosis 53,74 46,26 2 Metastasis karsinoma 58,66 41,34 3 Radang kronik non-spesifik 34,21 65,79 4 Limfoma Hodgkin 0 0

5 Limfoma Non-Hodgkin 44,83 55,17 6 Reaktif hiperplasia 0 100

JUMLAH TOTAL

68 74 50 0 16

1

209

147 179 76

0 29

1

432

79 105

26 0 13

0

(48)

sebanyak 50 orang (65,79%). Penderita yang didiagnosis dengan Limfoma Non-Hodgkin sebanyak 29 orang (6,71%) dengan perincian jenis kelamin laki-laki 13 orang (44,83%) dan yang berjenis kelamin perempuan ditemukan 16 orang (55,17%). Hanya 1 orang saja yang didiagnosis dengan Reaktif hiperplasia (0,23%) dengan jenis kelamin perempuan (100%). Dan tidak ditemukan penderita dengan diagnosis Limfoma Hodgkin (0%).

4.1.3. Karakteristik Penderita Limfadenitis Tb Dan Limfadenitis TB

[image:48.595.144.460.398.673.2]

Yang Disertai Infeksi HIV/AIDS

Tabel 4.5. Distribusi Penderita Limfadenitis TB Berdasarkan Usia

NO USIA (TAHUN) J U M L A H PERSENTASE

1 0 - 10 2,54 2 11 - 20 11,02 3 21 - 30 43,23 4 31 - 40 28,81 5 41 - 50 9,32 6 51 - 60 3,39 7 61 - 70 1,69 8 71 - 80 0

JUMLAH TOTAL 118 100,00

(49)

Berdasarkan kelompok umur, Penderita limfadenitis tuberkulosis dapat dikelompokkan dalam delapan kelompok umur, seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.5.

Dalam penelitian ini dijumpai usia 0-10 tahun sebanyak 3 orang (2,54%), usia 11-20 tahun sebanyak 13 orang (11,02%), usia 21-30 tahun sebanyak 51 orang (43,23%), usia 31-40 tahun sebanyak 34 orang (28,81%), usia 41-50 tahun sebanyak 11 orang (9,32%), usia 51-60 tahun sebanyak 4 orang(3,39%), usia 61-70 tahun sebanyak 2 orang (1,69%), dan tidak dijumpai penderita limfadenitis tuberkulosis pada kelompok usia71-80 tahun (0%).

Perbandingan penderita Limfadenitis tuberkulosis dengan penderita Limfadenitis tuberkulosis yang disertai infeksi HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Perbandingan Jumlah Penderita Limfadenitis TB dengan

Penderita Limfadenitis TB Yang Disertai Infeksi HIV/AIDS

NO DIAGNOSIS JUMLAH PERSENTASE

1 Limfadenitis tuberkulosis 118 80,27 2 Limfadenitis tuberkulosis + HIV/AIDS 29 19,73

JUMLAH TOTAL 147 100,00

(50)
[image:50.595.138.469.336.614.2]

tuberkulosis atau 6,71% dari seluruh penderita Limfadenopati servikalis yang dilakukan biopsi aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan. Sedangkan yang menderita Limfadenitis tuberkulosis tanpa disertai infeksi HIV/AIDS sebanyak 118 orang (80,27%) dari seluruh penderita limfadenitis tuberkulosis.

Tabel 4.7. Distribusi Diagnosis Limfadenitis TB Yang Disertai Infeksi

HIV/AIDS Berdasarkan Umur

NO USIA (TAHUN) J U M L A H PERSENTASE

1 0 - 10 3,45 2 11 - 20 0 3 21 - 30 55,17 4 31 - 40 31,03 5 41 - 50 6,70 6 51 - 60 0 7 61 - 70 3,45 8 71 - 80 0

JUMLAH TOTAL 29 100,00

Berdasarkan kelompok umur penderita Limfadenitis tuberkulosis yang disertai infeksi HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 7. Ditemukan 1 orang penderita

(51)

Limfadenitis tuberkulosis yang disertai infeksi HIV/AIDS pada kelompok usia 0-10 tahun dan usia 61-70 tahun (3,45%), usia 21-30 tahun ditemukan sebanyak 16 orang (55,17%), usia 31-40 tahun ditemukan sebanyak 9 orang (31,03%), usia 41-50 tahun ditemukan sebanyak 2 orang (6,70%), dan tidak ditemukan penderita dengan kelompok usia 11-20 tahun, 51-60 tahun dan usia 71-80 tahun (0%).

[image:51.595.123.509.430.560.2]

Penderita Limfadenitis tuberkulosis yang disertai infeksi HIV/AIDS ataupun tanpa infeksi HIV/AIDS dapat dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, seperti yang terlihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8. Distribusi Diagnosis Limfadenitis TB dan Limfadenitis TB yang

Disertai HIV/AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penderita Limfadenitis tuberkulosis yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 78 orang (66,10%) atau 53,06% dari seluruh penderita Limfadenitis tuberkulosis, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 40 orang (33,90%) atau 27,21% dari seluruh penderita Limfadenitis tuberkulosis.

NO D I G N O S I S

JENIS KELAMIN

Laki-laki (%) Perempuan (%)

JUMLAH

1 Limfadenitis tuberkulosis 78 66,10 40 33,90 118 2 Limfadenitis TB + HIV/AIDS 25 86,21 4 13,79 29

(52)

Jumlah penderita Limfadenitis tuberkulosis yang disertai infeksi HIV/AIDS yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang (86,21%) atau 17,01% dari seluruh penderita Limfadenitis tuberkulosis, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang 13,79% atau 2,72% dari seluruh penderita Limfadenitis tuberkulosis.

4.2. Pembahasan

Penderita limfadenopati servikalis yang dilakukan biopsi aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik terbanyak pada kelompok umur 31-40 tahun yaitu ditemukan sebanyak 102 orang (23,61%). Bila kelompok umur penderita ini dikaitkan dengan penyebab limfadenopati dalam penelitian ini yang terbanyak adalah Metastasis karsinoma, maka hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan lebih tinggi yaitu 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%. 1-3 Oleh karena penyebab Limfadenopati yang terbanyak adalah Metastasis karsinoma, maka mestinya usia terbanyak adalah diatas 40 tahun.

(53)

Sedangkan penelitian di Belanda hanya menemukan 1,1% keganasan sebagai etiologi limfadenopati. 1,3 Hal ini mungkin disebabkan sudah baiknya deteksi dini kanker di Negara maju sehingga penderita kanker yang datang berobat belum dalam stadium lanjut yang sudah bermetastasis ke kelenjar getah bening servikalis.

Penyebab terbanyak kedua dari limfedenopati servikalis adalah Limfadenitis tubekulosis yaitu sebanyak 147 orang (34,03%), dimana dijumpai kelompok usia terbanyak adalah usia 21-30 tahun yaitu 63 orang (42,86%), dengan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 78 orang (66,10%) dan perempuan sebanyak 40 orang (33,90%). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di India dimana insiden limfadenitis tuberkulosis terbanyak pada usia 11-20 tahun. Dengan rasio laki-laki dan perempuan adalah 1:1,3. 19,24

Pada penelitian ini tidak dijumpai diagnosis Limfoma Hodgkin, hal ini mungkin disebabkan kurang akuratnya teknik biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis suatu limfoma. Literatur juga menyebutkan diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi. 1,2,4

(54)
(55)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Profil penderita limfadenopati servikalis yang dilakukan tindakan biops aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan adalah sebagai berikut:

• Karakteristik penderita:

- Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 209 orang (48,38%)

- Kelompok umur terbanyak adalah usia 31- 40 tahun yaitu sebanyak 102 orang (23,61%)

• Diagnosis penderita

- Diagnosis penderita terbanyak adalah Metastasis karsinoma yaitu sebanyak 179 orang (41,44%) sebagai etiologi Limfadenopati

(56)

5.2. Saran

Dalam penelitian ini profil penderita hanya berupa jenis kelamin dan umur saja. Dibutuhkan informasi lainnya seperti pekerjaan, alamat, suku, pendidikan maupun sosioekonomi yang sebaiknya tercantum dalam rekam medik penderita. Diharapkan klinisi memberikan informasi yang lebih banyak agar dapat memperlihatkan profil penderita yang lebih lengkap yang dapat membantu menegakkan diagnosis penderita.

(57)

DAFTAR RUJUKAN

1. Kelenjar Getah Bening. 2008 [cited 2010 Jan 23]. Available from:

2. Ferrer R. Lymphadenopathy: Differential Evaluation. Available from:

3. Limfadenopati. 2008 [cited Feb 12]. Available from:

4. Koss LG, Melamed MR. Granulomatous lymphadenitis. In: Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2006(5):1193-97

5. Frable. Thin-Needle Aspiration Biopsy: Major Problem in Pathology. Lymph Node, (14):74-75, 106-11

6. Superficial cervical lymph nodes. (2007 Feb 12]. Available from:

7. Chandrasoma P, Taylor CR. The Lymphoid System: Structure and Function; Infection and Proliferation. In: Concise Pathology, Singapore, McGraw-Hill, 2001(3):433-43

8. Cousar JB, Casey TT, Macon WR, McCurley TL, Swerdlow SH. Lymph Nodes. In: Mills SE, et al. Sternberg’s Diagnostic Surgical pathology. Philadelphia; Lippincott Williams & Wilkins, 2004(4):788-90

9. Aster JC. White Blood Cell and Lymph Nodes. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchell RN. Robbins and Cotaran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia; Elsevier Saunders, 2005(7):661-702

10.Aster JC. Haemophoetic and Lymphoid system. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchell RN. Robbins basic pathology. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2007(8):421-41

11.Mitchell RN, Kumar V, Abbas K, Fausto N. Sel Darah Putih, Limfonodi, Limfa, dan Timus. Robbin & Cotran Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC, 2009(7):386-428

12.Stevens A, Lowe J. Lymphoid and hemopoietic tissues, Pathology, London, Mosby Harcourt Publisher Limited, 2000(2):305-27

13.Ying MTC, Ahuja AT. Ultrasonography of cervical lymph nodes.

Available from

14.Warren JS, Bennett DP, Pomerantz RJ. Immunopathology In: Rubin E, Strayer DS. Farber. Rubin’s Pathology: Clinicopathologyc Fondation of Medicine. Philadelphia; Lippincott Williams & Wilkins, 1999(5):100-10 15.Cervical (neck) lymph node enlargment. 2009 [cited 2010 Feb 12].

Available from

16.Kanwar VS. Lymphadenopathy. 2009 [cited 2010 Jan 23]. Available from:

(58)

17.Peters TR, Edwards KM. Cervical Lymphadenopathy and Adenitis. 2008 [cited 2010 Mar 2]. Available from:

18.Wakely PE. Aspiration and Touch Preparation of Lymp Nodes. In: Atkinson BF. Atlas of Diagnostic Cytopathology. USA; Elsevier Saunders, 2004(2):411-25

19.Harnoko K, Nawas A. Limfadenitis tuberkulosis servikalis. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Dalam: Jurnal Respirologi Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2005(25):192-97

20.Orell SR, Sterett FG, Whitaker D. Granulomatous lymphadenitis. In: Fine Needle Aspiration Cytolology. USA; Elsevier Saunders, 2005(4):93-95 21.Kocjan G. Fine Needle Aspiration Cytology: Diagnostic Principles and

Dilemas. London: Springer; 2006:1-5, 91-95

22.Moriaty AT. Lymph Node. In: Renshaw A. Aspiration Cytology: A Pattern Recognition Approach, Philadelphia, 2005:477-533

23.Ahuja AT, Ying M. Sonographic Evaluation of Cervical Lymph Nodes. Available from:

24.Juwono O. Tuberkulosis dan human immune deficiency virus (HIV). Dalam: Isa M, Sofyani A, Juwono O, Budiyarti LY eds. Tuberkulosis Tinjauan Multidisipliner. Samarinda: Pusat Studi Tuberkulosis FK Universitas Lambung mangkurat/RSUD Ulin:242-47

(59)
(60)

NO  NAMA  UMUR  (TAHUN) 

JENIS KELAMIN  DIAGNOSA  KETERANGAN 

1.  2.  3.  4.  5.  6.  7.  8.  9.  10.  11.  12.  13.  14.  15.  16.  17.  18.  19.  20.  21.  22.  23.  24.  25.  26.  27.  28.  29.  30.  31.  32.  33.  34.  35.  36.  37.  38.  39.  40.  41. 

Jamila Ginting  Rosliana  Josep Sibayang  Elvis S. 

Sanusi Siringgo‐ringgo  Eka Putri 

Manudar   Rosiana   Hairul Harahap  Asri 

Marinda Ginting  Daud Tambunan  Syahdan  Darianto  Esmita  Depri  Lusi Maya  Nuriati 

Flora Br. Sianturi  Janiel 

Merida  Sagini 

Irwan syahputra  Rosmawati  Famahato Gea  Misbaini 

Ramlah Br. Manik  Bombongan  Tau Chai Fang  Syahril  Abnan Tahir  Irwan MT Pane  Emma 

Wariyah  Agus Tambunan  Sarfina Wahdini  Yahya 

Elfrida  Tina 

Jeremiah Keliat  Menang     28  64  46  40  40  27  30  51  42  18  36  37  13  28  23  26  35  35  75  13  33  63  26  41  45  60  53  40  27  49  27  38  26  54  16  20  45  22  54  2  65  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan   Laki‐laki  Perempuan   Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki   Perempuan  Laki‐laki  Lai‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan 

 

Limfadenitis TB  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis TB 

Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB 

Lymphoblastic lymfoma  Limfadenitis TB 

Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis TB 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Limfadenitis TB  Limfadenitis TB 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis TB 

Metastasis Ca  Limfadenitis TB  Meastasis Ca  Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB 

                                              SIDA                SIDA  HIV STD IV 

(61)

42.  43.  44.  45.  46.  47.  48.  49.  50.  51.  52.  53.  54.  55.  56.  57.  58.  59.  60.  61.  62.  63.  64.  65.  66.  67.  68.  69.  70.  71.  72.  73.  74.  75.  76.  77.  78.  79.  80.  81.  82.  83.  84.  85.  86.  87.  88.  89. 

Rudi Girsang  Winod Kamas  Suryanto  Arihta Purba  Yogi Pratama  Ridwan Surbakti  Jerico Ht Galung  Mariana Br.  Sembiring  Suan Sahala  Rida Br. Samosir   Jepanig Gorga  Roy Anji  Pinta Pinem  Lamsiah saragih  Paidin 

Muhammad  Jufrendy 

Ester Angdina Saragih  Salomo 

Andy Zulfan  Suparman  Tore Bangun  Ament Siahaan  Siska Naibalno  Abdul Jawat 

Mamerta Sitanggang  Yejaya 

Mariana  Budi Irawan  Samirah 

Apentius Sinurat  Hermando  Trida S.  Danung  Rasmina  Manda Sari  Rafli T.  Elperida  Deliana  Khairi 

Thahta Iman Ginting  Robi Sembiring  Fredy TB  Narwan Hadid  Ramlah 

Saunma Ritonga  Jery  31  26  60  7  5  41  1  73  64  27  5  30  46  50  56  43  33  7  56  25  27  75  54  11  40  40  35  36  50  60  48  36  57  17  14  9  1  24  48  12  29  24  39  15  40  35  14  33 

Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan 

Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis TB 

Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Radang kronik non spesifik  Limfadenitis TB 

Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis TB  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis TB 

Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB 

Radang kronik non spesifik  Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Metastasis Ca 

Immunoblastic non hodgki  Limfadenitis TB 

  SIDA                    SIDA         

HIV STD IV 

   

HIV STD IV 

(62)

90.  91.  92.  93.  94.  95.  96.  97.  98.  99.  100.  101.  102.  103.  104.  105.  106.  107.  108.  109.  110.  111.  112.  113.  114.  115.  116.  117.  118.  119.  120.  121.  122.  123.  124.  125.  126.  127.  128.  129.  130  131.  132.  133.  134.  135.  136.  137. 

Aida Fitri  Wartina 

Jainar Manurung  Farten Petrus  Rio Purba  Pindo Lubis  Willianto  Dian Sabrina 

Rainheld Butar‐butar  Hidayat 

Rosida Purba  Amirudin  Syio Wijaya  Andri  Sri Rahayu  Eni Amina  Maulidatul  Monang Pasaribu  Monang Lumban  Toruan 

Siti Roma  Suprayetno  Halomoan Ginting  Paimaon L. Toruan  Nuraini 

Tioroana  Katyla Ayu  Zulkarnaen   Batu Tarigan  Subadiran  Tiarlan  Surya Darma  Tioneri   Beluh Barus  Suanta M  Rianto  Marhenita  Ummi  Irawan  Yusniar  Ishak   Hotmala S.  Unsal Simamora  Dedi Prayogo  Demanhuri  Detri ferdiansya  Bertaliana  Emmanuel  70  65  22  6  26  25  47  14  54  48  55  67  22  45  18  20  27  37  54  40  54  62  30  31  7  34  46  74  55  53  36  50  51  42  41  18  26  17  52  73  80  19  55  16  29  59  16  19  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki 

Non hodgki lymphoma  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis TB 

Metastasis Ca 

Radang ronik non spesifik  Metastasis Ca 

Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis TB 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis TB 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Limfadenitis TB  Limfadenitis TB 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis TB  Metastasis Ca 

Non Hodgki lymphoma  Radang kronik non spesifik  Limfadenitis TB 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis TB 

Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis TB 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Limfadenitis TB  Metastasis Ca  Limfadenitis TB  Limfadenitis TB 

 

HIV STD IV 

                                                       

HIV STD IV 

(63)

138.  139.  140.  141.  142.  143.  144.  145.  146.  147.  148.  149.  150.  151.  152.  153.  154.  155.  156.  157.  158.  159.  160.  161.  162.  163.  164.  165.  166.  167.  168.  169.  170.  171.  172.  173.  174.  175.  176.  177.  178.  179.  180.  181.  182.  183.  184.  185.  Jumaidi   Dian Nova  Ervina  Jamiah  Mulyadi  ETB Tanbunan  Serbayani  Tetty Maimunnah  Jumiati Mahdalena  Sahat 

Suci Wulandari  Dingin Br. Tarigan  Sahat Huta Uruk  Edminda Y  Kliwon  Ratna Ida  Suprapto  Roni  Gita 

Aman Gultom  Nur Alimna Nst.  Ridwan 

Kartini 

Hitler Tua Nadeak  Morahalem  Nuraini  M. Sholeh  Zubaidah  Nurlela  Hizbullah  Warinten  Budimansya  Mariani  Pordin Purba  Musinem  Sukini  Gunawan   Topsir Lbs  Suriati  Ecih  Nuraidah  M. Nasir  Karmin  M. Ridwan  Ella  Nurhasannah  Eva  Elias  31  40  69  70  52  42  16  53  13  46  68  18  40  32  21  12  23  49  37  35  58  25  38  58  48  39  33  31  63  31  29  54  51  43  31  68  47  39  26  66  43  31  18  37  28  31  42  53  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan 

Reactive Hiperplasia  Non Hodgkin limfoma  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis  TB  Metastasis Ca  Limfadenitis  TB  Limfadenitis  TB  Metastasis Ca  Limfadenitis  TB  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis  TB 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis  TB 

Limfadenitis  TB  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Non Hodgkin limfoma  Radang kronik non spesifik  Radang kronik non spesifik  Limfadenitis  TB 

Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis  TB  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Radang kronik non spesifik  Non Hodgkin limfoma  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Radang kronik non spesifik  Limfadenitis  TB 

Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis  TB 

Radang kronik non spesifik  Radang kronik non spesifik  Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik 

                                         

HIV STD III 

(64)

186.  187.  188.  189.  190.  191.  192.  193.  194.  195.  196.  197.  198.  199.  200.  201.  202.  203.  204.  205.  206.  207.  208.  209.  210.  211.  212.  213.  214.  215.  216.  217.  218.  219.  220.  221.  222.  223.  224.  225.  226.  227.  228.  229.  230.  231.  232.  233. 

M. Yusuf  Kasiem 

 Asmah  Suhati  Juriah  Dame Oloan  Nurmala Sijabat  Silfi 

Suhani  Mona  Rifka Ardianti  Fahrial  Sri Rahayu  Khodijah  Samsiah  Elvi Dahnur  Bitner Hatabean  Ibrahim 

Rismon  Dameriah  Wawan  Saidah  Alpen S  Hasan Basri  Desi Yanti  Surya Lila  Pariyah  Nova  Nurbaydah  Sukhzaini  Dalin Pulung   Antonius   Rauli P  Amin Ahad  Tukinah  Tioroloin  Hendra 

Mide Br. Nandaek  Karina 

Deni S.  Nurlaili  Jamilah  Reza Fahmi  Satimawati  Elly  M. Fadli  Daniati  Halifah  68  49  54  71  29  39  46  12  15  40  41  32  39  20  55  14  36  46  18  29  36  62  20  34  40  20  39  45  36  46  23  46  66  35  30  30  20  27  16  26  16  29  36  28  17  53  57  34  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki 

Limfadenitis  TB  Metastasis Ca  Non Hodgkin limfoma  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Radang kronik non spesifik  Non Hodgkin limfoma  Radang kronik non spesifik  Limfadenitis  TB 

Metastasis Ca  Limfadenitis  TB 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis  TB 

Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis  TB 

Limfadenitis  TB  Metastasis Ca  Limfadenitis  TB  Limfadenitis  TB 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis  TB 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Metastasis Ca  Non Hodgkin limfoma  Limfadenitis  TB  Metastasis Ca  Metastasis Ca  Metastasis Ca 

Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Limfadenitis  TB  Limfadenitis  TB 

Radang kronik non spesifik  Radang kronik non spesifik  Metastasis Ca 

Limfadenitis  TB  Limfadenitis  TB 

Radang kronik non spesifik  Limfadenitis  TB 

Metastasis Ca  Metastasis Ca  Limfadenitis  TB 

(65)

234.  235.  236.  237.  238.  239.  240.  241.  242.  243.  244.  245.  246.  247.  248.  249.  250.  251.  252.  253.  254.  255.  256.  257.  258.  259.  260.  261.  262.  263.  264.  265.  266.  267.  268.  269.  270.  271.  272.  273.  274.  275.  276.  277.  278.  279.  280.  281. 

Ibrahim Nduru  Lukman  Tirdan Permana  Purnama Sibrani  Deston 

Marlen  Munawir  Julia 

Tirdan Permana  Kartono  Asnah  Ridwan Sitepu  M. Ramlan  Ramlan  Kalimudin  Samsiah  Zulkarnain  Resta Tumbuhan  Ramlah 

Darwis  Rio Silaban  Samsul Lubis  Saut Sihotang  Suhardi 

Togi Marsaulina  Satimawati  Minar Gultom  Mutiara  Suparman  Erwan  Ginonggom  Putra Simanjuntak  Herlina 

M. Yusuf  Adi Prayetno  Baharudin  Pontas Pardede  Hotriris 

Roisah  Satimawati  Suyatno  M. Yusuf  Hotmida  Selamat  Fatimah  Nurjani  Siti Hawa  Sugianto  30  26  19  57  36  16  46  53  74  33  42  57  50  39  30  39  52  32  7  48  43  45  27  29  49  8  47  ‐  46  10  23  50  29  23  57  20  22  29  43  53  38  58  38  48  50  30  35  37 

Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan   Laki‐laki  Perempuan   Perempuan   Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Laki‐laki  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan  Perempuan  Laki‐laki  Perempuan  Perempuan 

Radang kronik non spesifik  Radang 

Gambar

Gambar 1. Lokasi kelenjar getah bening (KGB)  di daerah kepala dan leher. 6
Gambar 2. Skema kelenjar getah bening (KGB). 13
Gambar 3. Limfadenitis granulomatosa. Tampak sel epiteloid pada aspirat penderita limfadenitis tuberkulosis
Gambar 4. Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternberg klasik dengan atar belakang limfosit dan eosinofil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masa ini sering disebut sebagai masa topan badai (“strum and drang)” yaitu masa yang penuh dengan gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Masa transisi inilah

Dan dalam penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas yang dimaksud adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dimana

Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode preceptorship dan mentorship selama belajar di lapangan berkaitan dengan

Permasalahan pada penulisan ini adalah bagaimanakah pertimbangan hakim konstitusi berkaitan dengan kepastian hukum dalam sistem peradilan pidana serta bagaimanakah implikasi

Batanghari Tebing Pratama berasal dari hasil sortiran benda-benda asing yang terikut dalam bahan baku yang terdiri dari potongan-potongan kayu, batu, kantong, karung plastik, dan

Berdasarkan matriks IE, posisi dari usaha cokelat Kampung Coklat berada pada sel V yaitu hold and maintain (menjaga dan mempertahan-.. kan) dengan nilai total IFE 2,64 dan

2 Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Muzammil selaku Kepala Sekolah di Madrasah Aliyah Model Zainul Hasan Genggong,.. Guru bukanlah penentu belajar tetapi guru sebagai fasilitas

Jika menilik secara pelan-pelan paparan capaian Kompetensi sebagaimana dimuat dalam Standar Isi (Permendikbud No 64 Tahun 2013), dan kompetensi dasar (KD) sebagai