Nama : Ayu Indrawati NIM : 1227060017
Mata Kuliah : Bioteknologi Perlindungan Tanaman
TUGAS 1
“Dampak Positif dan Dampak Negatif Bioteknologi dalam Bidang Pertanian”
1. Pengendalian Ulat Grayak Spodoptera frugiperda Menggunakan Bioinsektisida Bacillus thuringiensis pada Tanaman Jagung
Bioteknologi ini diterapkan di Makassar, tepatnya sebagai salah satu penelitian mahasiswa Universitas Hassanudin dengan beberapa dampak yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dampak Positif:
a. Pengendalian Hama yang Efektif:
Salah satu dampak positif utama dari penggunaan bioinsektisida Bacillus
thuringiensis (Bt) adalah kemampuannya untuk secara efektif mengendalikan populasi ulat grayak (Spodoptera frugiperda) yang merusak tanaman jagung. Dalam penelitian yang dilakukan di Makassar, hasil eksperimen menunjukkan bahwa Bt dapat
menurunkan populasi ulat grayak secara signifikan. Pengendalian hama yang efektif ini tentu membantu petani jagung untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh hama tersebut, sehingga meningkatkan hasil panen.
b. Ramah Lingkungan:
Bioinsektisida Bacillus thuringiensis lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pestisida kimia. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Bt tidak memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap ekosistem lokal, termasuk mikroorganisme tanah dan organisme non-target lainnya. Hal ini menjadikannya pilihan yang lebih berkelanjutan dalam pertanian dibandingkan dengan pestisida kimia yang dapat merusak keanekaragaman hayati dan menyebabkan kontaminasi lingkungan.
c. Peningkatan Hasil Panen:
Dengan pengendalian hama yang lebih efektif, hasil panen jagung dapat meningkat secara signifikan. Penelitian ini di Makassar menunjukkan bahwa tanaman jagung yang diterapkan dengan bioinsektisida Bt menghasilkan panen yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak mendapat perlakuan atau yang
menggunakan pestisida kimia. Peningkatan hasil ini tentu memberikan keuntungan ekonomi bagi petani jagung di daerah tersebut.
Dampak Negatif:
a. Resistansi Hama:
Meskipun Bacillus thuringiensis terbukti efektif dalam mengendalikan ulat grayak, salah satu dampak negatif potensial adalah munculnya resistansi pada hama seiring berjalannya waktu. Jika S. frugiperda terus-menerus terpapar pada Bt, ada
kemungkinan bahwa hama tersebut dapat berkembang resistansi terhadap efek dari bioinsektisida tersebut. Hal ini dapat mengurangi efektivitas Bt di masa depan dan memaksa petani untuk mencari alternatif lain.
b. Efektivitas Terbatas pada Hama Tertentu:
Bioinsektisida Bacillus thuringiensis hanya efektif untuk mengendalikan hama-hama tertentu, dalam hal ini ulat grayak (Spodoptera frugiperda). Oleh karena itu, Bt mungkin tidak akan efektif dalam mengendalikan jenis hama lain yang juga menyerang tanaman jagung, yang mengharuskan petani untuk mencari metode pengendalian lain untuk hama yang berbeda.
c. Biaya Produksi:
Meskipun bioinsektisida Bt lebih ramah lingkungan, biaya produksi dan aplikasi dari bioinsektisida ini bisa lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia.
Petani di Makassar mungkin perlu mempertimbangkan biaya tambahan untuk aplikasi Bt dalam pengelolaan tanaman jagung, terutama pada skala besar. Meskipun hasil panen dapat meningkat, namun biaya pengendalian hama ini mungkin menjadi faktor yang harus diperhitungkan.
2. Penggunaan Teknologi RNA Interference (RNAi) untuk Mengendalikan Rice Tungro Spherical Virus (RTSV)
Bioteknologi ini diterapkan di India, yang merupakan salah satu negara penghasil padi terbesar di dunia, RTSV merupakan masalah utama bagi petani, khususnya di daerah- daerah yang sering dilanda banjir dan kelembaban tinggi. Penelitian terbaru telah
dilakukan untuk mengembangkan padi transgenik yang mengandung elemen RNAi untuk menargetkan gen virus dan menghambat replikasi virus dalam tanaman padi dari RTSV.
Dampak Positif:
a. Pengurangan Ketergantungan pada Pestisida:
Penggunaan tanaman padi yang tahan virus mengurangi ketergantungan petani pada pestisida kimia untuk mengendalikan vektor virus, yang berdampak positif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
b. Peningkatan Hasil Tanaman:
Padi yang tahan terhadap RTSV memungkinkan peningkatan hasil yang stabil di daerah yang sering terkena serangan virus, memberikan keuntungan ekonomi yang lebih baik bagi petani.
Dampak Negatif:
a. Potensi Pengaruh Ekosistem:
Jika padi yang dimodifikasi ini dilepaskan ke alam tanpa pengawasan yang tepat, ada kemungkinan dampaknya terhadap ekosistem lokal, meskipun ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut..
b. Biaya Pengembangan yang Tinggi:
Mengembangkan varietas padi yang tahan virus memerlukan investasi besar dalam penelitian dan pengembangan, yang dapat menjadi beban bagi petani kecil atau negara berkembang.
Referensi:
Lutfiah, N. (2021). Pengendalian Ulat Grayak Spodoptera frugiperda (Lepidoptera:
Noctuidae) dengan Bioinsektisida Bacillus thuringiensis pada Tanaman Jagung (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Zarreen, F., Kumar, G., Johnson, A. A., & Dasgupta, I. (2018). Small RNA-based interactions between rice and the viruses which cause the tungro disease.
Virology, 523, 64-73.