• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bringing up Patter of Father in the Disvorced Home Family toward the Child ( the Case of Disvorced Family at Desa Aurcino

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Bringing up Patter of Father in the Disvorced Home Family toward the Child ( the Case of Disvorced Family at Desa Aurcino "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH ORANG TUA LAKI-LAKI PADA KELUARGA BERCERAI TERHADAP ANAK

(Kasus: Keluarga Bercerai Di Desa Aurcino,Kecamatan VII Koto, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi)

ARTIKEL E JURNAL

YULIANI Npm: 10070034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2014

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola asuh orang tua laki- laki pada keluarga bercerai terhadap anak di Desa Aurcino Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi non partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan verifikasi,

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (a) waktu orang tua untuk bersama dengan anak adalah 5 jam, pada waktu pagi dan malam hari. Yang dimanfaatkan untuk bersosialisasi mengenai kedisiplinan (b) pola hidup disiplin yang diterapkan orang tua adalah pola hidup sehari-hari mulai dari sholat tepat waktu, makan, mandi, tidur, bermain, sekolah bahkan membersihkan kamar tidur sendiri. (c) orang tua selalu memenuhi kebutuhan anak selain kebutuhan kasih sayang, perhatian, rasa aman dan nyaman, ada juga kebutuhan materi seperti pakaiann dan uang belanja atau uang jajan. (d) karena kesibukan bekerja orang tua laki-laki tidak memiliki waktu yang banyak untuk bersama dengan anaknya terutama pada siang hari. oleh sebab itu dia membutuhkan bantuan orang lain seperti ibu dan saudara perempuan yang dipercayanya untuk menjaga anaknya selagi dirinya bekerja.

(3)

Bringing up Patter of Father in the Disvorced Home Family toward the Child ( the Case of Disvorced Family at Desa Aurcino

Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo Provinsi Jambi)

Yuliani1 Dr. Maihasni, MSi2 Erningsih, S.Sos. MPd3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

The purpose of this research is to describe the bringing up pattern of father in the disvorced family to ward the child at Desa Aurcino Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. This is a qualitative research under the type of descriptve. The data is collection is done by non-participant observation, deep interview and documentation. The analysis of the data is done by four stage, that is collecting, reduction , displaying and verificatio.The research outcomes show that: (a) the time that the parent spends with the children is five hours, in the morning and evening. (b) discipline lifestyle applied by the parent is dialy lifestyle start from praying on time, eating, taking a bath, sleeping, playing, and school. (c) the parent always fulfill the needs of the children beside the needs of love, attention, safety and comfortableness, there is also the material needs such as clothes and money. (d) because of the business of work, the male parents so not have much time to be spent together from the other people like mother and sister who are believed to keep his children while he is working.

Keyword: Family and Child

PENDAHULUAN

Secara umum keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat, akan tetapi mempunyai pengaruh yang besar bagi bangsa dan negara, dari keluargalah akan terlahir generasi penerus yang akan menentukan nasib bangsa. Apabila keluarga dapat menjalankan fungsi dengan baik, maka dimungkinkan tumbuh generasi yang berkualitas dan dapat diandalkan yang akan

menjadi pilar-pilar kemajuan bangsa.

Sebaliknya bila keluarga tidak dapat berfungsi dengan baik, bukan tidak mungkin akan menghasilkan generasi-generasi yang dapat menjadi beban sosial masyarakat ( Hajman, 2012: 1).

Faktor perkembangan zaman tentu saja mempengaruhi corak dan karakteristik keluarga, meningkatnya angka perceraian dianggap sebagai salah satu indikasi dari merosotnya

(4)

nilai-nilai keluarga. Kasus perceraian di Indonesia sebagaimana dipaparkan oleh Direktorat Jenderal Badan Pengadilan Agama MA juga mengalami peningkatan Murdock (dalam Hajman, 2012: 3).

Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia yang sejahtera dan kekal selamanya.

Meningkatnya angka perceraian telah memunculkan isu mengenai kemerosotan nilai perkawinan dan perilaku anak. Dalam konsep perkawinan yang tradisional berlaku pembagian tugas dan peran suami istri. Konsep ini dilakukan karena segala urusan rumah tangga dan pengasuhan anak menjadi tanggung jawab istri sedangkan suami bertugas mencari nafkah, namun tuntutan perkembangan telah mengubah pembagian tugas.

kenyataannya kecenderungan pasangan yang bercerai membuat mereka tidak bisa untuk bersama- sama dalam mengasuh anak. Pola asuh anak dalam keluarga yaitu usaha orang tua dalam membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir

sampai dewasa, selain itu yang dimaksud pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak (Gunarso, 1990: 55).

Orang tua yang lengkap mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengasuhan anak dan akan memberikan perhatian secara lebih positif pada anak, sehingga anak memiliki perilaku dan penyesuaian diri yang baik, Sementara bagi anak yang tidak memiliki orang tua yang lengkap akan memiliki perilaku dan penyesuaian diri yang kurang baik Rickard dan Lopez (dalam Hajman, 2012: 15).

Dalam rumah tangga yang tidak sehat cenderung muncul beberapa bentuk sikap anak yakni, anak-anak pemberontak yang membawa masalah sosial dalam keluarga, akibatnya anak menjadi sangat nakal, dan gampang marah.

Ada beberapa kasus rumah tangga, kecenderungan sikap anak menjadi nakal akibat dari permasalahan

(5)

rumah tangga orang tuanya. Terlihat pada perilaku anak-anak, sering melakukan balap liar sehingga mengganggu ketenangan masyarakat, kalau di dalam sekolah anak sering bolos, menganggu teman, bahkan merusak sarana sekolah, kemudian sikap anak korban perceraian di rumah cenderung pendiam tidak banyak bercerita, mudah marah dan berkata kasar.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Mendeskripsikan pola asuh orang tua laki-laki pada keluarga bercerai terhadap anak di Desa Aurcino Kec V11 Koto, Kab Tebo, Provinsi Jambi, komponen polan asuh tersebut dilihat dari aspek waktu orang tua untuk bersama anak, menerapkan pola hidup disiplin, memenuhi kebutuhan anak, dan keterlibatan orang lain dalam mendidik anak.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan deskriptif yang menggambarkan berbagai kondisi dan sesuatu hal seperti apa adanya. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data

skunder. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

HASIL PENELITIAN

1. Latar Belakang Orang Tua Pendidikan sangat mempengaruhi pola berfikir seseorang yang diwujudkan dengan tindakannya terutama pendidikan, seseorang yang berpendidikan rendah pola berfikirnya tidak akan sama dengan orang yang memiliki pendidikan yang tinggi. Seperti halnya pada masyarakat Desa Aurcino yang dapat dikatakan pendidikannya masih tergolong rendah, dimana latar belakang pendidikan orang tua mereka rata-rata berpendidikan pada tingkat SD, SMP, SMA dan jarang yang berpendidikan sampai pada tingkat Perguruan Tinggi.

Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola berfikir orang tua dalam mendidik anak-anaknya juga, hal tersebutpun dapat dilihat dari cara orang tua mendidik anak dan pekerjaan orang tua laki-laki yang Bekerja sebagai petani karet membuat waktu orang tua laki-laki tidak memiliki waktu

(6)

yang banyak untuk bersama dengan anaknya, orang tua hanya memiliki waktu untuk bersama dengan anaknya hanya saat pagi dan malam hari, sebelum berangkat kerja dan pulang kerja. Oleh sebab itu orang tua laki-laki membutuhkan bantuan orang lain untuk menjaga anaknya selagi dirinya bekerja.

2. Pola Asuh Orang Tua Laki-laki Pada Keluarga Bercerai Terhadap Anak.

Pola asuh adalah mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak sehingga terbentuk personality-nya, anak- anak lahir tampak bekal sosial, agar anak dapat berprestasi maka harus diasuh oleh orang tuanya, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan anak, apa yang baik dan apa yang tidak baik atau suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.

Dengan harapan anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua. Pola asuh yang dilakukan setiap orang tua berbeda satu sama lainnya.

Perbedaan inilah yang

mempengaruhi perkembangan anak itu sendiri dalam sebuah keluarga.

2.1. Waktu Untuk Bersama Dengan Anak

Mayoritas anak zaman sekarang mempunyai orang tua yang bekerja diluar rumah. Tentu ada efek yang timbul ketika orang tua sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Sisi positifnya adalah dengan keadaan finansial keluarga akan semakin stabil, jadi tingkat stres yang disebabkan oleh kurangnya pendapatan keluarga akan berkurang.

Sisi negatifnya adalah kurangnya waktu yang dihabiskan bersama keluarga khususnya anak. Hubungan orang tua dengan anak memerlukan waktu yang berkualitas untuk berkumpul secara fisik, waktu yang dibutuhkan tidak perlu lama yang penting orang tua konsisten meluangkan waktu bersama anak.

Waktu yang dimiliki orang tua laki- laki untuk bersama dengan anaknya pada waktu pagi hari dan malam hari sebelum dan sesudah dirinya pulang bekerja.

2.2.Menerapkan pola hidup disiplin

(7)

Anak berusia diatas 15 bulan sudah memiliki kemandirian, yang ditandai dengan semakin seringnya muncul sikap memberontak. Dalam menghadapi perubahan situasi seperti ini orang tua sering kali menerapkan sikap yang didasarkan pada pola asuh saat ia dibesarkan dulu, sifatnya dan sifat pasangannya, atau aturan yang telah diterapkan pada anak sebelumnya yang sekarang berusia lebih besar.

Dari waktu yang dimiliki orang tua untuk bersama dengan anak hanya 5 jam, orang tua memanfaaatkan waktu tersebut untuk bersosialisasi dengan anak mengenai kedisiplinan yang harus dipatuhi anak di dalam rumah. Adapun kedisiplinan yang diterapkan orang tua adalah dengan memberikan contoh kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak, mulai dari kegiatan rutin yang dilakukan sehari- hari atau dengan kata lain memberikan contoh kedisiplinan tentang kegiatan yang dilakukan sehari-hari seperti sholat tepat waktu, mandi, makan, tidur, sekolah dan bermain juga harus tepat waktu.

2.3. Memenuhi kebutuhan anak Selain perhatian dan kasih sayang anak juga membutuhkan materi untuk menunjang kehidupannya yang menjadi kewajiban orang tua dalam memenuhinya. Diantara makan dan minum, maka orang tua wajib menyediakan makan yang halal dan kewajiban atas ayah meberikan pakain dan lainnya. Orang tua harus menjamin anak-anaknya memenuhi kebutuhan mereka. Diantara anak butuh rasa aman anak juga butuh materi. Adapun kebutuhan yang dipenuhi orang tua adalah kebutuhan sandang dan pangan, seperti makan, minum, kesehatan, tempat tinggal dan pakaian.

2.4.Keterlibatan Orang Lain Dalam Mendidik Anak

Karena kesibukan orang tua yang bekerja dari pagi sampai sore hari, orang tua tidak memiliki waktu yang banyak untuk bersama dengan anak terutama pada siang hari, karena pada siang hari orang tua sibuk bekerja dan hanya bisa berkumpul bersama dengan keluarga dan anaknya pada malam hari.

karena kesibukannya itu orang tua

(8)

laki-laki membutuhkan bantuan orang lain untuk menjaga anaknya selagi dirinya bekerja, orang yang dipercaya untuk menjaga anaknya ialah orang tua dan saudara perempuannya.

KESIMPULAN

Pola asuh yang diterapkan orang tua tunggal laki-laki di Desa Aurcino yaitu mayoritas pola asuh Demokrasi hanya sedikit yang menerapkan pola asuh Otoriter.

a. Waktu yang dimiliki orang tua untuk berkupul bersama dengan keluarga dan anaknya hanya pada malam hari setelah dirinya pulang dari bekerja.

b. Disiplin. Dalam mendidik anak orang tua mengutamakan kedisiplianan dalam kehidupan sehari-hari. mulai dari sholat tepat waktu, makan, mandi, tidur, sekolah, mengaji dan bermain.

Anak juga selalu dibiasakan untuk bangun pagi, membersihkan kamar sendiri, mulai dari merapikan tempak tidur, lemari baju dan meja belajar.

c. Memenuhi kebutuhan

anak/materi, Sebagai orang tua

memenuhi kebutuhan anak adalah kewajiban. Selain kebutuhan kasih sayang, perhatian dan rasa nyaman ada juga kebutuhan materi. Kebutuhan seperti makan, pakain, dan uang belanja.

d. Keterlibatan orang lain. Karena kesibukannya yang bekerja dari pagi samapai sore, ayah tidak memiliki waktu untuk bersama dengan anak pada siang hari.

untuk itu ayah membutuhkan batuan ibu atau saudara perempuan untuk menjaga anaknya pada saat dirinya bekerja

DAFTAR PUSTAKA

Hadjam, Noor Rochman. 2012.

Psikologi Keluarga.

Jakarta: Kencana

Gunarso. D Singgih. 1990. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Indeks

J. Goode, William. 2002. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara

Suhendi, Hendi, 2001. Pengantar studi sosiologi keluarga.

Bandung, Pustaka Setia

Referensi

Dokumen terkait

Dari pernyataan beberapa tokoh di atas peneliti menyimpulkan bahwa, pola asuh orang tua adalah pola sikap yang dimiliki orang tua untuk merawat dan mendidik

Abdul Manap Kota Jambi sebanyak 31 orang yang terdiri dari laki-laki 19 orang dan perempuan 12 orang dan pada tahun 2020 terdapat 55 orang yang terdiri dari laki-laki 25