• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

N/A
N/A
Vasas E. Lase

Academic year: 2024

Membagikan "Buku Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

VIII VIII

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Tahun 2020

Buku Guru

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

SMPLB Kelas

Tunagrahita

(2)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Tahun 2020

Buku Guru

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

SMPLB

Tunagrahita dan Autis Kelas VIII

Penulis:

Fala Lasyifa Meytasari, S.Pd.

Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(3)
(4)

Hak Cipta 2020 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang – Undang

Milik Negara

Tidak Diperdagangkan

Disklaimer: Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah sebagai media pembelajaran di sekolah. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinator Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku Ini merupakan

“dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis dan laman http://kemdikbud.go.id atau melalui email: buku@kemdikbud.go.id diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tunagrahita/Autis SMPLB - C / F /Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020.

Vii, hal-258, ilus; 29,7 cm.

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk SMPLB Tunagrahita dan Autis Kelas VIII.

ISBN ...

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan – Studi dan Pengajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Penulis : Fala Lasyifa Meytasari, S.Pd.

Penelaah Materi : Dr. Nining Widyah Kusnanik, M.Appl.Sc.

Ilustrator : Sofian Giantara Pramadita, S.Ds.

Cetakan ke-1, 2020

Disusun dengan huruf Baar Metanoia, 12 pt

(5)
(6)

KATA SAMBUTAN

Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus telah disusun melalui berbagai proses dan tahapan dalam waktu yang relatif panjang sejak tahun 2014, dan mengalami penyesuaian dan perubahan sesuai dengan dinamika perkembangan kurikulum.

Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus secara rinci diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 10/D/KR/2017 tentang Struktur Kurikulum, Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar, dan Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus. Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus mencakup Kompetensi-Inti dan Kompetensi Dasar untuk lima ragam disabilitas, yaitu tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan autis.

Pelaksanaan kurikulum tidak terlepas dari ketersediaan buku teks pelajaran. Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (sebelumnya bernama Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus) dengan persetujuan dan dukungan dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan, menyusun buku teks pelajaran kelas I s.d. VI jenjang SDLB, kelas VII s.d. IX SMPLB, dan kelas X, XI dan XII SMALB. Buku teks pelajaran yang disusun mencakup buku tematik dan buku mata pelajaran untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB. Selain itu juga disusun buku keterampilan pilihan untuk jenjang SMPLB dan SMALB. Buku teks pelajaran tematik disusun dengan menggunakan pendekatan tematik dan berbasis aktivitas. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara holistik/menyeluruh yang dimaksudkan untuk melahirkan pribadi peserta didik yang utuh dan berkualitas. Buku keterampilan merupakan salah satu karakterisrik Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus, karena pendidikan keterampilan memiliki porsi yang cukup besar dalam stuktur kurikulum. Porsi pendidikan keterampilan pada jenjang SDLB sekitar 40%, SMPLB 50% dan pada jenjang SMALB sekitar 60%. Jenis keterampilan yang dikembangkan di SMPLB dan SMALB meliputi 20 bidang keterampilan, sehingga buku keterampilan yang disusun mengikuti jumlah bidang keterampilan dengan peruntukan disesuaikan dengan ragam disabilitas peserta didik.

Salah satu pertimbangan dalam penyusunan buku teks pelajaran dan buku keterampilan pendidikan khusus adalah kondisi keterbatasan peserta didik. Aktivitas pembelajaran keterampilan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kekhasan dari masing-masing peserta didik. Buku-buku ini diharapkan

(7)

dapat membantu guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusun buku-buku ini, termasuk para dan penelaah buku.

Semoga keberadaan buku-buku ini dapat menjadi bagian dari upaya peningkatan mutu layanan pendidikan khusus.

Jakarta, 7 Juli 2020

Direktur Pendidikan Masyarakat dan

Pendidikan Khusus,

Ttd.

Dr. Samto

NIP. 196506201992031002

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, berkat rahmat dan karunianyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Tunagrahita dan Autis. Pendidikan jasmani pada hakikatnya proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas individu baik dalam hal fisik, mental, serta emosi yang diharapkan dari pendidikan ini dapat membentuk pribadi mandiri, bertanggung jawab dan sportif.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan buku Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Tunagrahita dan Autis Ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu saran serta perbaikan dari para pembaca dan pengguna akan menjadi pertimbangan untuk perbaikan buku serupa pada tahun-tahun mendatang.

Harapan penulis semoga buku ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan pendidikan, khususnya Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Tunagrahita dan Autis.

Jakarta, November 2020 Penulis

(9)
(10)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ...v

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...ix

BAGIAN I PETUNJUK UMUM ...1

A. METODOLOGI PEMBELAJARAN ...1

B. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN ...4

1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran ...4

2. Tujuan Pembelajaran ...5

3. Materi Pembelajaran ...6

4. Pengalaman Pembelajaran Mata Pelajaran PJOK ...6

C. KARAKTERISTIK KETUNAAN ...11

1. Pengertian Tunagrahita dan Autis ...11

2. Karakteristik Anak Tunagrahita dan Autis ...11

3. Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita dan Autis ...12

4. Tunagrahita dan Autis dalam kaitannya dengan Pendidikan Jasmani ..13

5. Menyiapkan Sarana dan Prasarana ...15

D. PENILAIAN PEMBELAJARAN ...21

1. Konsep Penilaian dalam Pembelajaran ...21

2. Karakteristik Penilaian dalam Pembelajaran ...23

3. Teknik dan Instrumen Penilaian Pembelajaran ...25

4. Pengolahan Hasil Penilaian dan Pelaporan ...27

E. REMEDIAL ...28

1. Prinsip-prinsip Remedial ...29

2. Pembelajaran Remedial ...29

F. PENGAYAAN ...33

1. Prinsip-prinsip Pengayaan ...33

2. Pembelajaran Pengayaan ...33

G. INTERAKSI DENGAN ORANG TUA ...34

(11)

1. Interaksi Secara Langsung ...34

2. Interaksi Secara Tidak langsung ...36

BAGIAN II PETUNJUK KHUSUS ...37

Pokok Bahasan: Aktivitas Permainan Bola Voli ...37

A. Pembelajaran ...37

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...37

2. Tujuan Pembelajaran ...38

3. Pengalaman Belajar ...39

4. Media dan Sumber Belajar ...40

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...40

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...45

1. Penilaian ...45

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...51

3. Remedial dan Pengayaan ...51

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...52

Pokok Bahasan: Aktivitas Permainan Bola Basket ...55

A. Pembelajaran ...55

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...55

2. Tujuan Pembelajaran ...56

3. Pengalaman Belajar ...57

4. Media dan Sumber Belajar ...57

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...58

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...63

1. Penilaian ...63

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...70

3. Remedial dan Pengayaan ...71

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...72

(12)

Pokok Bahasan: Aktivitas Permainan Kasti ...73

A. Pembelajaran ...73

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...73

2. Tujuan Pembelajaran ...74

3. Pengalaman Belajar ...75

4. Media dan Sumber Belajar ...75

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...76

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...81

1. Penilaian ...81

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...86

3. Remedial dan Pengayaan ...86

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...87

Pokok Bahasan: Aktivitas Permainan Bulu Tangkis ...89

A. Pembelajaran ...89

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...89

2. Tujuan Pembelajaran ...90

3. Pengalaman Belajar ...91

4. Media dan Sumber Belajar ...91

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...92

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...97

1. Penilaian ...97

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...101

3. Remedial dan Pengayaan ...101

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...102

Pokok Bahasan: Aktivitas Permainan Jalan Cepat ...105

A. Pembelajaran ...105

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...105

2. Tujuan Pembelajaran ...106

3. Pengalaman Belajar ...107

(13)

4. Media dan Sumber Belajar ...107

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...108

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...112

1. Penilaian ...112

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...116

3. Remedial dan Pengayaan ...117

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...118

Pokok Bahasan: Aktivitas Permainan Lari Jarak Pendek ...121

A. Pembelajaran ...121

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...121

2. Tujuan Pembelajaran ...122

3. Pengalaman Belajar ...123

4. Media dan Sumber Belajar ...123

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...124

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...129

1. Penilaian ...129

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...133

3. Remedial dan Pengayaan ...133

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...134

Pokok Bahasan: Aktivitas Permainan Lompat Jauh ...137

A. Pembelajaran ...137

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...137

2. Tujuan Pembelajaran ...138

3. Pengalaman Belajar ...139

4. Media dan Sumber Belajar ...139

5. Langkah-Langkah Pembelajaran ...140

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...145

1. Penilaian ...145

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...149

(14)

3. Remedial dan Pengayaan ...149

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...150

Pokok Bahasan: Aktivitas Permainan Lempar Roket ...153

A. Pembelajaran ...153

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...153

2. Tujuan Pembelajaran ...154

3. Pengalaman Belajar ...155

4. Media dan Sumber Belajar ...155

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...156

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...160

1. Penilaian ...160

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...164

3. Remedial dan Pengayaan ...164

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...165

Kunci Jawaban Pembelajaran 1 ...167

Pokok Bahasan: Aktivitas Senam Lantai ...169

A. Pembelajaran ...169

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...169

2. Tujuan Pembelajaran ...170

3. Pengalaman Belajar ...171

4. Media dan Sumber Belajar ...171

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...172

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...176

1. Penilaian ...176

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...180

3. Remedial dan Pengayaan ...181

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...182

Kunci Jawaban Pembelajaran 2 ...183

(15)

Pokok Bahasan: Aktivitas Gerak Ritmik ...185

A. Pembelajaran ...185

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...185

2. Tujuan Pembelajaran ...186

3. Pengalaman Belajar ...187

4. Media dan Sumber Belajar ...188

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...188

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...192

1. Penilaian ...192

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...196

3. Remedial dan Pengayaan ...196

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...197

Kunci Jawaban Pembelajaran 3 ...199

Pokok Bahasan: Aktivitas Air ...201

A. Pembelajaran ...201

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...201

2. Tujuan Pembelajaran ...202

3. Pengalaman Belajar ...203

4. Media dan Sumber Belajar ...203

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...204

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...208

1. Penilaian ...208

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...212

3. Remedial dan Pengayaan ...213

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...213

Kunci Jawaban Pembelajaran 4 ...215

Pokok Bahasan: Gaya Hidup Sehat Mencegah Berbagai Penyakit ...217

A. Pembelajaran ...217

1. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi ...217

(16)

2. Tujuan Pembelajaran ...217

3. Pengalaman Belajar ...218

4. Media dan Sumber Belajar ...218

5. Langkah-langkah Pembelajaran ...219

B. Penilaian dan Tindak Lanjut ...221

1. Penilaian ...221

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...224

3. Remedial dan Pengayaan ...224

C. Interaksi Dengan Orang Tua ...225

Kunci Jawaban Pembelajaran 5 ...227

DAFTAR PUSTAKA ...229

GLOSARIUM...231

PROFIL PENULIS ...235

PROFIL PENELAAH ...237

PROFIL ILUSTRATOR ...239

(17)
(18)

A. METODOLOGI PEMBELAJARAN

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Sebagai mata pelajaran, PJOK merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap–mental– emosional–sportivitas–

spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Kurikulum 2013 menekankan bahwa mata pelajaran PJOK memiliki konten yang unik untuk memberi warna pada pendidikan karakter bangsa, di samping diarahkan untuk mengembangkan kompetensi gerak dan gaya hidup sehat. Muatan kearifan lokal dari Kurikulum 2013 diharapkan mampu mengembangkan apresiasi terhadap kekhasan multikultural dengan mengenalkan permainan dan olahraga tradisional yang berakar dari budaya suku bangsa Indonesia.

Sesuai dengan penjelasan tersebut William H. Freeman (2007:27-28) menyatakan bahwa pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani untuk menghasilkan peningkatan secara menyeluruh terhadap kualitas fisik, mental, dan emosional siswa. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap siswa sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak lagi menganggap individu sebagai pemilik jiwa dan raga yang terpisah, sehingga di antaranya dianggap dapat saling mempengaruhi.

Pendidikan jasmani merupakan bidang kajian yang luas yang sangat menarik dengan titik berat pada peningkatan pergerakan manusia (human movement). Pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani sebagai wahana untuk mengembangkan setiap individu secara menyeluruh, mengembangkan pikiran, tubuh, dan jiwa menjadi satu kesatuan, hingga

Bagian 1 Petunjuk Umum

(19)

secara konotatif dapat disampaikan bahwa penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa”.

Sementara itu, Marilyn M. Buck dan kawan-kawan (2007:15) menerjemahkan pendidikan jasmani sebagai kajian, praktik, dan apresiasi atas seni dan ilmu gerak manusia (human movement). Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan umum. Gerak merupakan sifat alamiah dan merupakan ciri dasar eksistensi manusia sebagai mahluk hidup.

Pendidikan jasmani bukan merupakan bidang kajian yang tertutup. Perubahan yang terjadi di masyarakat, perubahan teknologi, pemeliharaan kesehatan, dan pendidikan secara umum membawa dampak bagi kualitas program pendidikan jasmani.

Hakikat tujuan PJOK diberikan di sekolah adalah untuk membentuk

“insan yang terdidik secara jasmaniah (physically-educated person)”. National Association for Sport and Physical Education (NASPE) sebagaimana yang dikutip oleh Michel W. Metzler (2005:14) menggambarkan bahwa sosok “insan yang terdidik secara jasmaniah” ini memiliki ciri sebagai berikut:

1. Mendemonstrasikan kemampuan keterampilan motorik dan pola gerak yang diperlukan untuk menampilkan berbagai aktivitas fisik;

2. Mendemonstrasikan pemahaman akan konsep gerak, prinsip-prinsip, strategi, dan taktik sebagaimana yang mereka terapkan dalam pembelajaran dan kinerja berbagai aktivitas fisik;

3. Berpartisipasi secara regular dalam aktivitas fisik;

4. Mencapai dan memelihara peningkatan kesehatan dan derajat kebugaran, 5. Menunjukkan tanggung jawab personal dan sosial berupa respek terhadap

diri sendiri dan orang lain dalam suasana aktivitas fisik, dan

6. Menghargai aktivitas fisik untuk kesehatan, kesenangan, tantangan, ekspresi diri, dan atau interaksi sosial.

Berangkat dari pandangan yuridis dan akademis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa PJOK merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan

(20)

lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Untuk mengusung tujuan yang demikian komprehensif di atas, mata pelajaran PJOK tentu perlu disesuaikan dengan dasar paradigma perubahan Kurikulum 2013 yang menekankan pada penyempurnaan pola pikir, berikut ini.

1. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.

2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-siswa) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif antara guru, siswa, masyarakat, lingkungan alam, dan sumber/media lainnya).

3. Pola pembelajaran yang terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);

5. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

6. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap siswa;

8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

(21)

B. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN

1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PJOK

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah “Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya”. Rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi siswa.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.

Kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)

KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 3. Memahami pengetahuan faktual

dan konseptual dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba rasa ingin tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda- benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logika, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berahlak mula.

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)

KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 3.1 Mengetahui konsep kombinasi

pola gerak dasar lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif dalam berbagai bentuk

permainan sederhana dan atau permainan tradisional yang dimodifikasi.

4.1 Mempraktikkan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif dalam berbagai bentuk

permainan sederhana dan atau permainan tradisional yang dimodifikasi.

(22)

3.2. Mengetahui konsep kombinasi gerak dasar dominan

dinamis untuk membentuk keterampilan/teknik dasar senam lantai sederhana sesuai dengan kemampuan.

4.2. Mempraktikkan kombinasi pola gerak dasar dominan dinamis untuk membentuk keterampilan/teknik dasar senam lantai sederhana sesuai kemampuan.

3.3 Mengetahui konsep penggunaan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif sesuai dengan irama

(ketukan) tanpa/dengan musik dalam dalam aktivitas gerak ritmik sederhana.

4.3 Mempraktikkan penggunaan kombinasi pola gerak

dasarlokomotor, nonlokomotor dan manipulatif sesuai dengan irama (ketukan) tanpa/

dengan musik dalam aktivitas gerak ritmik sederhana.

3.4 Mengetahui konsep

keterampilan gerak tendangan tungkai-kaki dalam aktivitas air secara sederhana.

4.4 Mempraktikkan keterampilan gerak tungkai kaki aktivitas air secara sederhana..

3.5 Mengetahui konsep gaya hidup sehat untuk mencegah berbagai penyakit sesuai kemampuan

4.5 Menceritakan gaya hidup sehat untuk mencegah berbagai penyakit sesuai kemampuan.

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan mata pelajaran PJOK untuk jenjang SMPLB Tunagrahita adalah sebagai berikut:

a. Mendidik anak untuk mencapai kedewasaan yang memadai menjadi warga negara yang baik, produktif, memiliki karakter positif, serta bertaqwa atas dasar keimanan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai disiplin, percaya diri, sportif, jujur, bertanggung jawab, kerja sama dalam melakukan aktivitas jasmani.

c. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, kesehatan dan kesejahteraan.

d. Memahami konsep gerak dan menerapkannya dalam berbagai aktivitas jasmani.

e. Mengembangkan pola gerak dasar dan keterampilan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, suasana kompetitif, dan rekreasional.

(23)

f. Mengembangkan kesadaran tentang arti penting aktivitas fisik untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta gaya hidup aktif sepanjang hayat.

3. Materi Pembelajaran PJOK

Ruang lingkup materi mata pelajaran PJOK untuk jenjang SMPLB Tunagrahita adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas permainan perorangan dan beregu sederhana, tradisional, atau rekreatif, misalnya: gerak spesifik permainan sepak bola, bola voli, bola basket, bola tangan, kasti, bulutangkis, tenis meja, dan/atau permainan tradisonal dan sederhana lainnya.

b. Aktivitas atletik misalnya: gerak spesifik jalan, lari, lompat, dan lempar, dan/atau permainan tradisonal dan sederhana lainnya.

c. Aktivitas gerak berirama meliputi: pola gerak dasar langkah, gerak dan ayunan lengan, musikalitas serta apresiasi terhadap kualitas estetika gerakan, dan senam irama sederhana.

d. Aktivitas air, meliputi: gerak dasar tungkai-kaki dan lengan tangan dalam keterampilan mengapung, gerak dasar mengapung vertikal, gerak dasar mengapung horisontal dan gerak dasar mengapung ventral dengan menggunakan bantuan dan tanpa bantuan.

e. Kesehatan, meliputi: jenis, manfaat pakaian dan atribut yang sesuai dengan berbagai jenis aktivitas fisik.

f. Kesehatan, meliputi: bahaya, cara penularan, dan cara mencegah HIV/

AIDS.

4. Pengalaman Pembelajaran Mata Pelajaran PJOK

Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada pemahaman tentang KI dan KD. Guru PJOK yang mengajarkan materi tersebut hendaknya:

a. Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya memberikan motivasi dan mendorong siswa secara aktif (active learning) untuk mencari sumber dan contoh-contoh konkrit dari lingkungan sekitar.

b. Siswa harus dirangsang untuk berpikir kritis dengan memberikan

(24)

pertanyaan-pertanyaan dan mengajukan pertanyaan di setiap pembelajaran.

c. Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya dilakukan secara perorangan, berpasangan, dan berkelompok, dengan formasi berbanjar atau lingkaran.

d. Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya dilakukan dengan frekuensi pengulangan gerak yang cukup untuk setiap siswa.

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru PJOK dalam kegiatan pembelajaran PJOK berikut ini:

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru antara lain berikut ini:

a) Siswa dibariskan dan mengucapkan salam atau selamat pagi kepada siswa.

b) Sebelum melakukan pembelajaran sebaiknya seluruh siswa dan guru berdoa dan bersalaman.

c) Guru harus memastikan bahwa semua siswa dalam keadaan sehat, dan bila kedapatan siswa menderita penyakit kronis harus diperlakukan secara khusus.

d) Tanyakan kondisi kesehatan siswa secara umum.

e) Melakukan pemanasan yang dipimpin oleh guru atau oleh salah seorang siswa yang dianggap mampu.

f) Sampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.

2) Kegiatan Inti a) Model Saintifik

Kegiatan inti dengan menggunakan model saintifik yang harus dilakukan oleh siswa antara lain berikut ini:

(1) Siswa menyimak informasi dan peragaan materi tentang variasi gerak memegang peluru, awalan, menolak peluru, gerak

(25)

(2) Siswa mencoba dan melakukan variasi gerak memegang peluru, awalan, menolak peluru, gerak lanjutan secara individual, berpasangan atau berkelompok.

(3) Siswa mendapatkan umpan balik dari diri sendiri, teman dalam kelompok, dan guru.

(4) Siswa memperagakan hasil belajar variasi gerak spesifik tolak peluru dilandasi nilai-nilai disiplin, sportifitas, kerja sama, dan tanggung jawab.

(5) Hasil belajar siswa dinilai selama proses dan di akhir pembelajaran.

b) Model Komando

Kegiatan inti dengan menggunakan model komando yang harus dilakukan oleh siswa antara lain sebagai berikut:

(1) Siswa menyimak informasi dan peragaan materi tentang berbagai latihan kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan (komposisi tubuh, daya tahan jantung dan paru- paru (cardivascular), daya tahan otot, kelentukan, dan kekuatan), serta pengukurannya.

(2) Siswa mencoba latihan dan pengukuran kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan yang telah diperagakan oleh guru.

(3) Siswa mempraktikkan secara berulang berbagai latihan kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan dan pengukurannya sesuai dengan komando dan giliran yang diberikan oleh guru.

(4) Siswa menerima umpan balik secara langsung maupun tertunda dari guru secara klasikal.

(5) Hasil belajar siswa dinilai selama proses dan di akhir pembelajaran.

(26)

c) Model Resiprokal (Timbal Balik)

Kegiatan inti dengan menggunakan model resiprokal (Timbal Balik) yang harus dilakukan oleh siswa antara lain berikut ini:

(1) Siswa mendapatkan pasangan sesuai dengan yang ditentukan guru melalui permainan.

(2) Siswa bersama pasangan menerima dan mempelajari lembar kerja (student work sheet) yang berisi perintah dan indikator tugas gerak (melempar, menangkap, menggiring, menembak, dan me-rebound bola dengan berbagai posisi baik tanpa awalan maupun dengan awalan).

(3) Siswa berbagi tugas siapa yang pertama kali menjadi “pelaku”

dan siapa yang menjadi “pengamat”. Pelaku melakukan tugas gerak satu persatu dan pengamat mengamati, serta memberikan masukan jika terjadi kesalahan (tidak sesuai dengan lembar kerja).

(4) Siswa berganti peran setelah mendapatkan aba-aba dari guru.

(5) Siswa mencoba tugas gerak spesifik permainan bola basket ke dalam permainan yang dimodifikasi dilandasi nilai-nilai disiplin, sportif, kerja sama, dan tanggung jawab.

(6) Hasil belajar siswa dinilai selama proses dan di akhir pembelajaran.

d) Model Kooperatif

Kegiatan inti dengan menggunakan model kooperatif yang harus dilakukan oleh siswa antara lain berikut ini:

(1) Siswa menyimak informasi dan peragaan materi tentang gerak spesifik dalam tenis meja (memegang bet, posisi berdiri/stance, gerakan kaki/footwork, servis forehand, servis backhand, pukulan forehand, pukulan backhand, dan smash).

(2) Siswa membagi diri ke dalam delapan (8) kelompok sesuai dengan materi (materi menjadi nama kelompok, contoh

(27)

kelompok stance, kelompok servis forehand, dan seterusnya).

Di dalam kelompok ini setiap siswa secara berulang-ulang mempraktikkan gerak sesuai dengan nama kelompoknya.

(3) Setiap anggota kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mempelajari dan “mengajari” materi dari dan ke kelompok lain setelah mendapatkan aba-aba dari guru.

(4) Setiap anggota kelompok kembali ke kelompok masing- masing untuk mempelajari dan “mengajari” materi dari dan ke kelompoknya sendiri setelah mendapatkan aba-aba dari guru.

(5) Siswa menerima umpan balik secara individual maupun klasikal dari guru.

(6) Siswa mencoba tugas gerak spesifik permainan tenis meja ke dalam permainan dilandasi nilai-nilai disiplin, percaya diri, dan tanggung jawab.

(7) Hasil belajar siswa dinilai selama proses dan di akhir pembelajaran.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup yang harus dilakukan oleh guru berikut ini:

a) Guru melakukan tanya-jawab dengan siswa yang berkenaan dengan materi pembelajaran yang telah diberikan.

b) Guru melakukan kegiatan refleksi dan tindak lanjut dari materi pembelajaran yang telah diberikan.

c) Melakukan pelemasan yang dipimpin oleh guru atau oleh salah seorang siswa yang dianggap mampu, dan menjelaskan kepada siswa tujuan dan manfaat melakukan pelemasan setelah melakukan aktivitas fisik/olahraga yaitu agar dapat melemaskan otot dan tubuh tetap bugar (segar).

d) Setelah melakukan aktivitas pembelajaran sebaiknya seluruh siswa dan guru berdoa dan bersalaman.

(28)

C. KARAKTERISTIK KETUNAAN 1. Tunagrahita

1) Pengertian Tunagrahita

Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation). Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal pada umumnya, sehingga menyebabkan fungsi kecerdasan dan intelektual mereka terganggu yang menyebabkan permasalahan-permasalahan lainnya yang muncul pada masa perkembangannya.

Klasifikasi:

• Tunagrahita ringan; yakni mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, tetapi mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja.

• Tunagrahita sedang; yakni mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan- tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial”

dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.

• Tunagrahita berat; yakni anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri melakukan sosialisasi dan bekerja. Di antara mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus diri sendiri dan dapat berkomunikasi secara sederhana serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang sangat terbatas.

2) Karakteristik Anak Tunagrahita

Berikut ini adalah beberapa karakteristik anak tunagrahita jika ditinjau dari aspek akademis, aspek pribadi dan sosial serta aspek fisik dan motorik:

1. Karakteristik anak tunagrahita dari aspek akademis

• Sulit mempelajari hal-hal akademik.

(29)

• Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50–70.

• Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30–50.

• Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3–4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.

2. Karakteristik anak tunagrahita dari aspek pribadi dan sosial

• Bergaul dengan anak yang lebih muda

• Suka menyendiri

• Mudah dipengaruhi

• Kurang dinamis

• Kurang pertimbangan/kontrol diri

• Kurang konsentrasi

• Mudah dipengaruhi

• Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain

3. Karakteristik anak tunagrahita dilihat dari aspek fisik dan motorik

• Hampir sama dengan anak normal

• Kematangan motorik lambat

• Koordinasi gerak kurang

• Anak tunagrahita berat dapat kelihatan

3) Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita

Tujuan utama pendidikan anak tunagrahita adalah bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuh aspek yang meliputi tujuan khusus anak tunagrahita, yaitu:

• Mengembangkan keterampilan dasar belajar di sekolah

• Mengembangkan kebiasaan hidup sehat

(30)

• Mengembangkan kemampuan sosialisasi

• Mengembangkan kemampuan emosional dan rasa aman baik di sekolah maupun di rumah

• Menggunakan kemampuan untuk menggunakan waktu luang

• Mengembangkan kemampuan keterampilan melalui latihan vokasional

• Mengembangkan kemampuan mendorong diri sendiri dalam kegiatan yang sifatnya produktif.

4) Tunagrahita dalam kaitannya dengan Pendidikan Jasmani 1. Pendidikan jasmani adaptif bagi anak tunagrahita

Pada kenyataannya, para siswa penyandang kelainan memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak, seperti diakui oleh para ahli, justru pendidikan jasmani harus merupakan program utama dari program Pendidikan Luar Biasa secara keseluruhan, karena menjadi dasar atau fondasi bagi peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan yang sangat bermakna kepada siswa berkebutuhan khusus termasuk Tunagrahita Agar sumbangan tersebut dapat diwujudkan, berarti bahwa kurikulum harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan individual siswa.

Program pendidikan jasmani bagi anak tunagrahita harus spesifik dan keterampilan gerak harus diajarkan dalam pola-pola yang baik, yang bermula dari gerak yang paling sederhana dan bertahap maju ke keterampilan yang lebih komleks.

Guru sebelum memberikan pengajaran dan pelayanan bagi anak Tunarungu harus diperhatikan hal sebagai berikut:

1) Segi medisnya: apakah anak memiliki kelainan khusus seperti kencing manis, atau pernah dioperasi, masalah lain seperti harus minum obat dan sebagainya.

2) Bagaimana kemampuan gerak: dan apakah anak ke sekolah

(31)

menggunakan transportasi, alat bantu, dan sebagainya. Ini berhubungan dengan lingkungan yang harus dipersiapkan.

3. Bagaimana komunikasinya: apakah anak mengalami kelainan dalam berkomunikasi, dan alat komunikasi apa yang digunakan.

4. Bagaimana perawatan dirinya: apakah anak dapat melakukan perawatan diri di dalam aktivitas kegiatan sehari-hari.

Dalam pendidikan jasmani adaptif bagi anak tunagrahita guru perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama dan bahkan lebih penting dari pada tujuan-tujuan substantif pendidikan jasmani. Di samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap tinggi, guru perlu memiliki cara-cara kreatif dalam pengajaran.

Guru pendidikan jasmani harus menanamkan pada dirinya sendiri tujuan dan keinginan untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra diri positif, mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif, mengoreksi kondisi fisik khusus yang masih mungkin diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan dan menjadikan anak-anak bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya.

2. Meningkatkan potensi anak tunagrahita melalui pendidikan jasmani adaptif

Pada dasarnya anak tunagrahita mempunyai potensi- potensi tertentu di balik keterbatasan yang mereka miliki. Termasuk kemampuan atau potensi fisik yang mereka milikipun sesungguhnya tidak kalah dengan anak-anak normal, sehingga anak tunagrahita pun dapat melakukan pendidikan jasmani adaptif dengan keadaan fisik yang masih mereka miliki, bahkan kemampuan merekapun dapat dikembangkan menjadi suatu prestasi yang dapat membanggakan.

Anak tunagrahita yang memiliki keterbatasan dalam kecerdasan di bawah rata-rata atlet futsal hebat. melakukan kegiatan olahraga lain seperti lompat jauh jika dilatih dengan baik.

Potensi yang bisa dikembangkan dari diri anak tunagrahita yang berhubungan dengan olah raga yang begitu dekat dengan

(32)

pendidikan jasmani adaptif sesungguhnya sangat banyak, dan semuanya hanya dapat diperoleh dengan berbagai latihan melalui pendidikan jasmani adaptif. Sehingga anak tunagrahita dapat memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminati mereka sendiri yang sebagai pelaku dalam olahraga tersebut.

Namun sebenarnya anak tunagrahita tidak hanya memiliki potensi di bidang olahraga saja, karena sejatinya banyak di antara anak Tunagrahita yang memiliki IQ rata-rata anak normal bahkan ada yang di atas rata-rata, sehingga potensi akademik dan potensi sosialpun dapat dikembangkan.

Sebagai contoh, meski dengan keterbatasan kecerdasannya anak tunagrahita dapat dilatih untuk bersosialisasi dan melakukan penyesuaian sosial dengan pendidikan jasmani adaptif, dalam berolahraga bersama teman-temannya yang normal.

Dengan pendidikan jasmani adaptif ini anak akan dilatih bagaimana melindungi diri dari kondisi yang memperburuk keadaannya, sehingga dengan tercapainya tujuan pendidikan jasmani adaptif anak tunagrahita dapat mencapai potensi terbaik yang dimiliki dan dapat diberikan terlepas dari semua keterbatasan kondisi fisiknya.

5) Penyiapan Sarana dan Prasarana

Pembelajaran PJOK memerlukan sarana dan prasana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga tercapai tujuan pembelajaran PJOK secara aman, efektif, dan efisien. Penyediaan sumber data fisik yang memadai termasuk fasilitas, peralatan dan pemeliharaan dapat membantu dalam mempengaruhi sikap dan menunjang keberhasilan program.

Dalam pembelajaran PJOK, Kepala sekolah dan guru harus menjamin:

a. Sekolah memiliki standar pencegahan dan penjagaan keselamatan untuk meminimalkan resiko dalam pembelajaran PJOK.

b. Seluruh alat yang dipergunakan dalam pembelajaran PJOK adalah aman, secara rutin diperiksa, diperbaiki, dan dirawat.

(33)

c. Memiliki catatan perawatan dan perbaikan alat.

d. Guru harus memiliki kualifikasi dan pengalaman sebagai guru pendidikan jasmani.

e. Segala hal yang berpotensi untuk mengganggu dan menimbulkan resiko diidentifikasi dalam manajemen resiko.

f. Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan P3K.

2. Autis

1) Pengertian Autis

Autisme adalah gangguan perkembangan nerobiologi yang berat yang terjadi pada anak sehingga menimbulkan masalah pada anak untuk berkomunikasi dan berelasi (berhubungan) dengan lingkungannya.

Penyandang autisme tidak dapat berhubungan dengan orang lain secara berarti, serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu karena masalah ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dan untuk mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain. Tanda-tanda/gejala ini sudah nampak jelas sebelum anak berusia 3 tahun, dan kemudian berlanjut sampai dewasa jika tidak dilakukan intervensi yang tepat.

Penyandang autisme memiliki gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, imajinasi, serta pola perilaku yang repetitif (berulang- ulang), dan resistensi (tidak mudah mengikuti/menyesuaikan) terhadap perubahan pada rutinitas. Gangguan pada interaksi sosial ini menyebabkan mereka terlihat aneh dan berbeda dengan orang/anak lain. Gangguan pada komunikasi yaitu terjadi pada komunikasi verbal (lisan/dengan kata-kata) maupun non verbal (tidak mengerti arti dari gerak tubuh, ekspresi wajah, dan nada/warna/intonasi suara). Gangguan pada imajinasi ini menyebabkan anak kesulitan dalam hal aktivitas dan bermain, sehingga bermain dan beraktivitas berbeda dengan orang/

anak lain, misalnya hanya mencontoh dan mengikuti suatu hal secara kaku dan berulang-ulang.

(34)

2) Karakteristik Anak Autis

Berikut ini adalah beberapa karakteristik anak autis jika ditinjau dari aspek akademis, aspek pribadi dan sosial serta aspek fisik dan motorik:

1. Karakteristik anak autis dalam interaksi sosial

• Menyendiri (aloof): terlihat pada anak yang menarik diri, acuh tak acuh, dan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku dan perhatian yang terbatas (tidak hangat).

• Pasif: dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permaiannya disesuaikan dengan dirinya.

• Aktif tapi aneh: secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini seringkali tidak sesuai dan sering hanya sepihak.

2. Karakteristik anak autis dalam komunikasi

• Bergumam

• Sering mengalami kesukaran dalam memahami arti kata-kata dan kesukaran dalam mengggunakan bahasa dalam konteks yang sesuai dan benar.

• Sering mengulang kata-kata yang baru saja mereka dengar atau yang pernah mereka dengar sebelumnya tanpa bermaksud untuk berkomunikasi.

• Bila bertanya sering menggunakan kata ganti orang dengan terbalik, seperti “saya” menjadi “kamu” dan menyebut diri sendiri sebagai “kamu”;

• Sering berbicara pada diri sendiri dan mengulang potongan kata atau lagu dari iklan tv dan mengucapkannya di muka orang lain dalam suasana yang tidak sesuai.

• Penggunaan kata-kata yang aneh atau dalam arti kiasan, seperti seorang anak berkata “sembilan” setiap kali ia melihat kereta api.

• Mengalami kesukaran dalam berkomunikasi walaupun mereka dapat berbicara dengan baik, karena tidak tahu kapan giliran mereka berbicara,memilih topik pembicaraan, atau melihat kepada lawan bicaranya.

(35)

• Bicaranya monoton, kaku, dan menjemukan.

• Kesukaran dalam mengekspresikan perasaan atau emosinya melalui nada suara.

• Tidak menunjukkan atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan keinginannya, tetapi dengan mengambil tangan orangtuanya untuk mengambil obyek yang dimaksud.

3. Karakteristik anak autis dalam perilaku dan pola bermain

• Abnormalitas dalam bermain, seperti stereotip, diulang-ulang dan tidak kreatif.

• Tidak menggunakan mainannya dengan sesuai.

• Menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru.

• Minatnya terbatas, sering aneh, dan diulang-ulang.

• Hiperaktif pada anak prasekolah atau sebaliknya hipoaktif.

• Gangguan pemusatan perhatian, impulsifitas, koordinasi motorik terganggu, kesulitan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

4. Karakteristik anak autis dilihat dari aspek kognitif

• Hampir 75-80% anak autis mengalami retardasi mental dengan derajat rata-rata sedang.

• Sebanyak 50% dari idiot savants (retardasi mental yang menunjukan kemampuan luar biasa) adalah seorang penyandang autisme.

3) Tujuan Pendidikan Anak Autis

Tujuan utama pendidikan anak autis adalah bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuh aspek yang meliputi tujuan khusus anak tunagrahita, yaitu:

(36)

• Mengembangkan keterampilan dasar belajar di sekolah.

• Mengembangkan kebiasaan hidup sehat.

• Mengembangkan kemampuan sosialisasi.

• Mengembangkan kemampuan emosional dan rasa aman baik di sekolah maupun di rumah.

• Menggunakan kemampuan untuk menggunakan waktu luang.

• Mengembangkan kemampuan keterampilan melalui latihan vokasional.

• Mengembangkan kemampuan mendorong diri sendiri dalam kegiatan yang sifatnya produktif.

4) Autis dalam kaitannya dengan Pendidikan Jasmani 1. Pendidikan jasmani adaptif bagi anak autis

Pada kenyataannya, para siswa penyandang kelainan memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak, seperti diakui oleh para ahli, justru pendidikan jasmani harus merupakan program utama dari program Pendidikan Luar Biasa secara keseluruhan, karena menjadi dasar atau fondasi bagi peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan yang sangat bermakna kepada siswa berkebutuhan khusus termasuk autis Agar sumbangan tersebut dapat diwujudkan, berarti bahwa kurikulum harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan individual siswa.

Program pendidikan jasmani bagi anak autis harus spesifik dan keterampilan gerak harus diajarkan dalam pola-pola yang baik, yang bermula dari gerak yang paling sederhana dan bertahap maju keketerampilan yang lebih kompleks.

Dalam pendidikan jasmani adaptif bagi anak autis guru perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama dan bahkan lebih penting dari pada tujuan-tujuan substantif pendidikan jasmani.

(37)

Di samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap tinggi, guru perlu memiliki cara-cra kreatif dalam pengajaran.

Guru pendidikan jasmani harus menanamkan pada dirinya sendiri tujuan dan keinginan untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra diri positif, mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif, mengoreksi kondisi fisik khusus yang masih mungkin diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan dan menjadikan anak-anak bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya.

2. Meningkatkan potensi anak autis melalui pendidikan jasmani adaptif Pada dasarnya anak autis mempunyai potensi-potensi tertentu di balik keterbatasan yang mereka miliki. Termasuk kemampuan atau potensi fisik yang mereka milikipun sesungguhnya tidak kalah dengan anak-anak normal, sehingga anak autis pun dapat melakukan pendidikan jasmani adaptif dengan keadaan fisik yang masih mereka miliki, bahkan kemampuan merekapun dapat dikembangkan menjadi suatu prestasi yang dapat membanggakan.

Potensi yang bisa dikembangkan dari diri anak autis yang berhubungan dengan olah raga yang begitu dekat dengan pendidikan jasmani adaptif sesungguhnya sangat banyak, dan semuanya hanya dapat diperoleh dengan berbagai latihan melalui pendidikan jasmani adaptif. Sehingga anak autis dapat memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminati mereka sendiri yang sebagai pelaku dalam olahraga tersebut.

Namun sebenarnya anak autis tidak hanya memiliki potensi di bidang olahraga saja, karena sejatinya banyak di antara anak autis yang memiliki IQ rata-rata anak normal bahkan ada yang di atas rata-rata, sehingga potensi akademik dan potensi sosialpun dapat dikembangkan.

Sebagai contoh, meski dengan keterbatasan kecerdasannya anak autis dapat dilatih untuk bersosialisasi dan melakukan penyesuaian sosial dengan pendidikan jasmani adaptif, dalam berolahraga bersama teman-temannya yang normal.

(38)

Dengan pendidikan jasmani adaptif ini anak akan dilatih bagaimana melindungi diri dari kondisi yang memperburuk keadaannya, sehingga dengan tercapainya tujuan pendidikan jasmani adaptif anak autis dapat mencapai potensi terbaik yang dimiliki dan dapat diberikan terlepas dari semua keterbatasan kondisi fisiknya.

5) Penyiapan Sarana dan Prasarana

Pembelajaran PJOK memerlukan sarana dan prasana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga tercapai tujuan pembelajaran PJOK secara aman, efektif dan efisien. Penyediaan sumber data fisik yang memadai termasuk fasilitas, peralatan dan pemeliharaan dapat membantu dalam mempengaruhi sikap dan menunjang keberhasilan program.

Dalam pembelajaran PJOK, Kepala sekolah dan guru harus menjamin:

a. Sekolah memiliki standar pencegahan dan penjagaan keselamatan untuk meminimalkan resiko dalam pembelajaran PJOK.

b. Seluruh alat yang dipergunakan dalam pembelajaran PJOK adalah aman, secara rutin diperiksa, diperbaiki dan dirawat.

c. Memiliki catatan perawatan dan perbaikan alat.

d. Guru harus memiliki kualifikasi dan pengalaman sebagai guru pendidikan jasmani.

e. Segala hal yang berpotensi untuk mengganggu dan menimbulkan resiko diidentifikasi dalam manajemen resiko.

f. Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan P3K.

D. PENILAIAN PEMBELAJARAN

1. Konsep Penilaian dalam Pembelajaran

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pengumpulan informasi tersebut ditempuh melalui berbagai teknik penilaian, menggunakan berbagai instrumen, dan berasal dari berbagai sumber. Penilaian harus dilakukan secara efektif. Oleh karena itu, meskipun informasi dikumpulkan

(39)

sebanyak-banyaknya dengan berbagai upaya, tetapi kumpulan informasi tersebut tidak hanya lengkap dalam memberikan gambaran, tetapi juga harus akurat untuk menghasilkan keputusan.

Pengumpulan informasi pencapaian hasil belajar peserta didik memerlukan metode dan instrumen penilaian, serta prosedur analisis sesuai karakteristiknya masing-masing. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan KD sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Untuk mengetahui ketercapaian KD, pendidik harus merumuskan sejumlah indikator sebagai acuan penilaian. Pendidik dan atau sekolah juga harus menentukan kriteria untuk memutuskan seorang peserta didik sudah mencapai KKM atau belum.

Penilaian tidak hanya difokuskan pada hasil belajar tetapi juga pada proses belajar. Peserta didik juga mulai dilibatkan dalam proses penilaian terhadap dirinya sendiri sebagai sarana untuk berlatih melakukan penilaian diri. Di bawah ini diuraikan secara singkat berbagai pendekatan penilaian, prinsip penilaian, serta penilaian dalam Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Hal penting yang harus diperhatikan ketika melaksanakan penilaian dalam Kurikulum 2013 adalah KKM, remedial, dan pengayaan.

a. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan, mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Dalam menetapkan KKM, satuan pendidikan harus merumuskannya secara bersama antara Kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya. KKM dirumuskan setidaknya dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek: karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata pelajaran (kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan (daya dukung) pada proses pencapaian kompetensi.

(40)

Secara teknis prosedur penentuan KKM mata pelajaran pada Satuan Pendidikan dapat dilakukan antara lain dengan cara berikut.

1) Menghitung jumlah KD setiap mata pelajaran pada masing-masing tingkat kelas dalam satu tahun pelajaran.

2) Menentukan nilai aspek karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata pelajaran (kompleksitas materi/ kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan (daya dukung) dengan memperhatikan komponen-komponen berikut.

a) Karakteristik Peserta Didik (Intake)

Karakteristik Peserta Didik (intake) bagi peserta didik baru (kelas XII) antara lain memperhatikan rata-rata nilai rapor SMP, nilai ujian sekolah SMP, nilai hasil seleksi masuk peserta didik baru di jenjang SMA. Bagi peserta didik kelas XI dan XII antara lain memperhatikan rata-rata nilai rapor semester-semester sebelumnya.

b) Karakteristik Mata Pelajaran (Kompleksitas)

Karakteristik Mata Pelajaran (kompleksitas) adalah tingkat kesulitan dari masing-masing mata pelajaran, yang dapat ditetapkan antara lain melalui expert judgment guru mata pelajaran melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah, dengan memperhatikan hasil analisis jumlah KD, kedalaman KD, keluasan KD, perlu tidaknya pengetahuan prasyarat.

c) Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung)

Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung) meliputi antara lain (1) kompetensi pendidik (nilai UKG); (2) jumlah peserta didik dalam satu kelas; (3) predikat akreditasi sekolah; dan (4) kelayakan sarana prasarana sekolah.

2. Karakteristik Penilaian dalam Pembelajaran

Karakteristik Penilaian dalam Kurikulum 2013. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara

(41)

sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang menekankan pada pembelajaran berbasis aktivitas, maka penilaiannya lebih menekankan pada penilaian proses baik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Penilaian dalam Kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Belajar Tuntas

Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat mencapai kompetensi yang ditentukan, asalkan peserta didik mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan yang dibutuhkan. Peserta didik yang belajar lambat perlu diberi waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya.

Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan atau kompetensi berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.

b. Otentik

Memandang penilaian dan pembelajaran adalah merupakan dua hal yang saling berkaitan. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

c. Berkesinambungan

Penilaian berkesinambungan dimaksudkan sebagai penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester).

(42)

d. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi

Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.

e. Berdasarkan Acuan Kriteria

Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing.

Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan belajar minimal (KKM), yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung (sarana dan guru), dan karakteristik peserta didik.

KKM diperlukan agar guru mengetahui kompetensi yang sudah dan belum dikuasai secara tuntas. Guru mengetahui sedini mungkin kesulitan peserta didik, sehingga pencapaian kompetensi yang kurang optimal dapat segera diperbaiki. Bila kesulitan dapat terdeteksi sedini mungkin, peserta didik tidak sempat merasa frustasi, kehilangan motivasi, dan sebaliknya peserta didik merasa mendapat perhatian yang optimal dan bantuan yang berharga dalam proses pembelajarannya. Namun ketuntasan belajar minimal tidak perlu dicantumkan dalam buku rapor, hanya menjadi catatan guru.

3. Teknik dan Instrumen Penilaian Pembelajaran

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan berikut ini:

a. Penilaian Kompetensi Sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh siswa dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri,

(43)

dan penilaian antar siswa adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

1. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

2. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

3. Penilaian antar siswa merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar siswa.

4. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

1. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

2. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

(44)

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

1. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

2. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

4. Pengolahan Hasil Penilaian dan Pelaporan

Langkah-langkah untuk membuat deskripsi nilai/perkembangan sikap selama satu semester:

a. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing mengelompokkan (menandai) catatan-catatan sikap pada jurnal yang dibuatnya ke dalam sikap spiritual dan sikap sosial (apabila pada jurnal belum ada kolom butir nilai).

b. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing membuat rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan catatan-catatan jurnal untuk setiap peserta didik.

c. Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata pelajaran dan guru BK. Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan sosial dari guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas yang bersangkutan, wali kelas menyimpulkan (merumuskan deskripsi) capaian sikap spiritual dan sosial setiap peserta didik.

d. Pelaporan hasil penilaian sikap dalam bentuk predikat dan deskripsi.

Berikut adalah rambu-rambu rumusan predikat dan deskripsi berkembangan sikap selama satu semester:

1) Deskripsi sikap menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi

(45)

bermakna kontras, misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau ... namun masih perlu bimbingan dalam hal ...

2) Deskripsi sikap menyebutkan perkembangan sikap/perilaku peserta didik yang sangat baik dan atau baik dan yang mulai/sedang berkembang.

3) Deskripsi sikap spiritual “dijiwai” oleh deskripsi pada mata pelajaran PABP, sedangkan deskripsi mata pelajaran lainnya menjadi penguat.

4) Deskripsi sikap sosial “dijiwai” oleh deskripsi pada mata pelajaran PPKn, sedangkan deskripsi mata pelajaran lainnya menjadi penguat.

5) Predikat dalam penilaian sikap bersifat kualitatif, yakni: Sangat Baik, Baik, Cukup, dan Kurang.

6) Predikat tersebut ditentukan berdasarkan judgement isi deskripsi oleh pendidik.

7) Apabila peserta didik tidak ada catatan apapun dalam jurnal, sikap peserta didik tersebut diasumsikan baik.

8) Dengan ketentuan bahwa sikap dikembangkan selama satu semester, deskripsi nilai/perkembangan sikap peserta didik didasarkan pada sikap peserta didik pada masa akhir semester. Oleh karena itu, sebelum deskripsi sikap akhir semester dirumuskan, guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas harus memeriksa jurnal secara keseluruhan hingga akhir semester untuk melihat apakah telah ada catatan yang menunjukkan bahwa sikap peserta didik tersebut telah menjadi sangat baik, baik, atau mulai berkembang.

9) Apabila peserta didik memiliki catatan sikap kurang baik dalam jurnal dan peserta didik tersebut belum menunjukkan adanya perkembangan positif, deskripsi sikap peserta didik tersebut dirapatkan dalam rapat dewan guru pada akhir semester. Rapat dewan guru menentukan kesepakatan tentang predikat dan deskripsi sikap kurang yang harus dituliskan, dan juga kesepakatan tindak lanjut pembinaan peserta didik tersebut. Tindak lanjut pembinaan sikap kurang pada peserta didik sangat bergantung pada kondisi sekolah, guru dan keterlibatan orang tua/wali murid.

(46)

E. REMEDIAL

Setelah KKM ditentukan, capaian pembelajaran peserta didik dapat dievaluasi ketuntasannya. Peserta didik yang belum mencapai KKM berarti belum tuntas, wajib mengikuti program remedial, sedangkan peserta didik yang sudah mencapai KKM dinyatakan tuntas dan dapat diberikan pengayaan.

1. Prinsip-prinsip Remedial

Kegiatan remedial adalah kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, fungsi kegiatan remedial adalah: (1) memperbaiki cara belajar siswa, (2) meningkatkan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya, (3) menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, (4) mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, (5) membantu mengatasi kesulitan dalam aspek sosial dan pribadi siswa.

Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif), setelah kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (kuratif), atau selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan remedial adalah: (1) analisis hasil diagnosis kesulitan belajar, (2) menemukan penyebab kesulitan, (3) menyusun rencana kegiatan remedial, (4) melaksanakan kegiatan remedial, dan (5) menilai kegiatan remedial.

2. Pembelajaran Remedial

Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu.

Pembelajaran remedial diberikan segera setelah peserta didik diketahui belum mencapai KKM. Pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak peserta didik. Dalam pembelajaran remedial, pendidik membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang dapat mendorong tercapainya hasil

(47)

belajar yang optimal. Dalam hal ini, penilaian merupakan assessment as learning.

Metode yang digunakan pendidik dalam pembelajaran remedial juga dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Tujuan pembelajaran juga dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami peserta didik. Pada pelaksanaan pembelajaran remedial, media pembelajaran juga harus betul-betul disiapkan pendidik agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami KD yang dirasa sulit itu. Dalam hal ini, penilaian tersebut merupakan assessment for learning.

Pelaksanaan pembelajaran remedial disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan yang dapat dilakukan dengan cara:

a. Pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada beberapa anak yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda, sehingga memerlukan bimbingan secara individual. Bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang dialami oleh peserta didik.

b. Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila dalam pembelajaran klasikal ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan sama.

c. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.

Pembelajaran ulang dilakukan apabila semua peserta didik mengalami kesulitan. Pembelajaran ulang dilakukan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan.

d. Pemanfaatan tutor sebaya, yaitu peserta didik dibantu oleh teman sekelas yang telah mencapai KKM, baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian untuk melihat pencapaian peserta didik pada KD yang diremedial.

Pembelajaran remedial pada dasarnya difokuskan pada KD yang belum tuntasdan dapat diberikan berulang-ulang sampai mencapai KKM dengan waktu hingga batas akhir semester. Apabila hingga akhir semester pembelajaran remedial belum bisa membantu peserta didik

(48)

mencapai KKM, pembelajaran remedial bagi peserta didik tersebut dapat dihentikan. Pendidik tidak dianjurkan memaksakan untuk memberi nilai tuntas (sesuai KKM) kepada peserta didik yang belum mencapai KKM.

Pemberian nilai KD bagi peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial yang dimasukkan sebagai hasil penilaian harian (PH), dapat dipilih beberapa alternatif berikut:

1) Alternatif 1

Peserta didik diberi nilai sesuai capaian yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti remedial. Misalkan, suatu mata pelajaran (IPA) memiliki KKM sebesar 70. Seorang peserta didik, Andi memperoleh nilai PH-1 (KD 3.1) sebesar 50. Karena Andi belum mencapai KKM, maka Andi mengikuti remedial untuk KD 3.1. Setelah Andi mengikuti remedial dan diakhiri dengan penilaian, Andi memperoleh hasil penilaian sebesar 80. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka nilai PH-1 (KD 3.1) yang diperoleh Andi adalah sebesar 80. Keuntungan menggunakan ketentuan ini:

a) Meningkatkan motivasi peserta didik selama mengikuti pembelajaran remedial karena peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh nilai yang maksimal.

b) Ketentuan tersebut sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning).

c) Peserta didik yang telah tuntas (misalnya, Wati dengan nilai 75) dan nilainya dilampaui oleh peserta didik yang mengikuti remedial (misalnya, Andi dengan nilai 80), kemungkinan Wati mempunyai perasaan diperlakukan “tidak adil” oleh pendidik.

2) Alternatif 2

Peserta didik diberi nilai dengan cara merata-rata antara nilai capaian awal (sebelum mengikuti remedial) dan capaian akhir (setelah mengikuti remedial), dengan ketentuan:

a) Jika capaian akhir telah melebihi KKM (misalnya, Badar memperoleh nilai 90) dan setelah dirata-rata dengan capaian awal (misalnya, capaian awal Badar adalah 60) ternyata hasil rata-rata telah melebihi KKM (nilai 75), maka hasil rata-rata (nilai

(49)

75) sebagai nilai perolehan peserta didik tersebut (Badar).

b) Jika capaian akhir telah melebihi KKM (misalnya, Andi memperoleh nilai 80) dan setelah dirata-rata dengan capaian awal (misalnya, capaian awal Andi adalah 50) ternyata hasil rata-rata belum mencapai KKM (nilai 65), maka Andi diberi nilai sebesar nilai KKM, yaitu 70.

Alternatif 2 ini sebagai upaya untuk mengatasi kelemahan Alternatif 1, meskipun Alternatif 2 ini tidak memiliki dasar teori, namun lebih mengedepankan faktor kebijakan pendidik. Upaya lain, untuk mengatasi kelemahan Alternatif 1, yaitu dengan memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik untuk mengikuti tes, namun dengan catatan perlu diinformasikan kepada peserta didik bahwa konsekuensi nilai yang akan diambil adalah nilai hasil tes tersebut atau nilai terakhir.

3) Alternatif 3

Peserta didik diberi nilai sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk suatu mata pelajaran, berapapun nilai yang dicapai peserta didik tersebut telah melampaui nilai KKM.

Remedial dilakukan apabila setelah diadakan penilaian pada kompetensi yang telah diajarkan pada peserta didik, nilai yang dicapai tidak memenuhi KBM (Ketuntasan Belajar Minimal) atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan.

Berikut contoh format remidial peserta didik:

No Peserta Didik

Target KI

Aspek Materi Indikator KBM/

KKM

Bentuk Remedial

Nilai Ket

KD Awal Remedial

1.

2.

3.

Dst

Komentar Orang Tua Peserta Didik:

Referensi

Dokumen terkait

(b) Gerakan: lambungkan bola ke atas, setelah bola turun tendang menggunakan kaki bagian, dalam luar, atau punggung kaki (dengan kaki kanan atau kiri), gerakan

Cobalah kalian lakukan dan analisis keterampilan gerak menendang bola menggunakan kaki bagian dalam dengan urutan gerakan sebagai berikut: 1) Sikap berdiri dengan posisi badan

3.1 Memahami variasi dan kombinasi gerak spesifik dalam berbagai permainan bola besar/bola kecil sederhana dan atau tradisional. 4.1 Mempraktikkan variasi dan kombinasigerak

Skor Kurang jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar. Lembar pengamatan penilaian hasil gerak spesifik passing bawah dan servis bawah bola permainan

Berdasarkan dari penjelasan diatas tentang gerak dasar dapat disimpulkan bahwa gerak sangat mempengaruhi dalam berolahraga karena menggunakan berbagai jenis gerakan,

Bagaimana gerakan melempar bola datar yang benar? Amati Gambar 1! Gambar tersebut menunjukkan kombinasi gerak nonlokomotor dan manipulatif dalam melempar bola. Gerak ini

Melalui pengamatan siswa dapat menganalisis gerak dasar manipulatif pada gerakan memukul bola kasti dengan menggunakan bola yang di modifikasi.. Melalui hasil kajian diskusi siswa

Peserta didik menyimak cakupan materi yang akan dipelajari yaitu: aktivitas gerak spesifik dan fungsional permainan dan olahraga passing bawah, passing atas, servis bawah, servis atas