Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 4. Tentang seorang penjaga makam yang meninggal dunia sebelum pemberangkatan. Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 5 puisi, 2. Percakapan Di Kebun Binatang Malam Hujan Telur, 1. Sepasang Sepatu Tua di Banjar Tunjung, Tabanan Sungai, Tabanan. Naskah puisi "Hujan Juni" Sapardi Djoko Damono 7 ia selalu merasa mual dan malu setiap memikirkannya. tentang dosa; dia akan selalu pingsan. jika Anda berpikir tentang kematian dan kehidupan kekal. mungkin Tuhan itu seperti kepala sekolah, pikirnya. saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar. mungkin Tuhan akan mengusir dan menghukum siswa yang nakal dan membiarkan mereka berkeliaran dan dimakan iblis. Mungkin Tuhan menatapku dengan curiga. pikirnya malam ini sambil menatap seseorang yang selalu lalai shalat. Apakah dia pernah berbuat dosa juga, tanyanya sambil berpapasan dengan seorang wanita. Apakah dia pernah bertemu Yesus atau mungkin dia dikeluarkan dari sekolah? selamat malam langit, apa kabarmu sepanjang waktu? mungkin bintang-bintang masih berkelap-kelip bagiku, pikirnya. Dia pernah membenci langit sebelumnya. ketika musim kapal terbang seperti burung yang terbang: dan kemudian ledakan. Kemudian dia mendengar ibunya berdoa dan terbawa oleh namanya sendiri).
Naskah Puisi "Hujan Bulan Juni" Sapardi Djoko Damono 21 DALAM DOA : III. jejak Bunga selalu; betapa tergodanya kita untuk berburu, menyelam. sebelum musim daun gugur. kita akan tersesat di tempat kita berada. terpikat oleh jejak Bunga) kemudian: atau bahkan terjebak oleh bayangan Cahaya dalam hasrat kita yang gelisah. Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 22 KETIKA BUNGA TERBUKA. ketika jemari bunga yang terbuka tiba-tiba merasakan: betapa dahsyatnya cinta kita. Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 23 PUISI PERNIKAHAN. kelopak malam. jatuh) cakrawala kabur di dalam ruangan, dalam hubungan.
DI JALAN JAKARTA, MALANG
Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 25 PENAMPILAN GELAP YANG BUMI DI SISI KITA. Aku melihat kegelapan yang mendekat di sisi kita;. Siapa itu di sana, tiba-tiba kamu bertanya. malam berkabut seketika); mungkin jemput aku mungkin sedang hujan berita. Dan bukan kekeringan yang membersihkan langit, yang perlahan mengendap di udara) seseorang menyebut cintanya sebagai hujan panjang yang tak kunjung usai. membersihkan debu yang bernyanyi di halaman. dirinya: "Di mana kawanan kupu-kupu yang bersembunyi dari pandanganku; di mana lagi. ah, tidak!) Aku kangen yang dulu?".
TAMAN UMUM, NEW YORK
Langit hanya ada di hati kita. disimpan dengan setia dari lembah tempat kau dan aku dilahirkan, semakin membiru karena kehausan. warna demi warna rambu jalan yang menunjuk ke arah kita, lalu menjanjikan. ke tempat-tempat yang sebelumnya. dalam mimpi masa kecil kita. Berjalan mendekati tembok sambil mengulang-ulang nama tempatnya. dan tanggal lahir Anda sendiri, tiba di persimpangan jalan di ujung jalan yang menuju ke segala arah. sementara kita menolak arahan, ketika semakin banyak orang di sekitar kita, dan rasanya kita benar-benar sendirian. Aku tidak pernah menjawabmu, bahkan ketika kamu menanyakan jam berapa aku mati, karena kamu tidak pernah ada di sana ketika aku terjaga.
Pada masa lain ia mungkin seorang pahlawan, atau seorang budak lelaki, atau seorang tuan yang mengajar kanak-kanak menyanyi - tetapi yang berdegup lebih laju, jantung manusia atau jam tangan. siapa yang boleh mengira nafas kita), apabila anda bayangkan pistol mengacu padanya.
JEMBATAN “GOLDEN GATE”, SAN FRANSISCO
WAKTU PAGI HARI
Dia melihat ke dalam sumur kematian dan melihat garis putus-putus dan garis-garis kristal perak dan hitam yang dia lihat ketika dia sakit dan mengigau serta memanggil ibunya. Dia melempar batu ke dalam sumur mati dan mendengar suara yang dia kenal jauh sebelum dia mendengar tangisan pertamanya. Ia membayangkan rahang laut dan rahang bunga, lalu bertanya-tanya apakah burung yang bermunculan dari dahan lamtara itu pernah melihat rahang laut dan rahang bunga melompat.
Anginnya sepoi-sepoi dan bisa meluncur kemana saja dan bisa mengiritasi laut jika mengganggu bunga-bunga, tapi itu bukan angin dan dia marah dan menendang kerikil. Sesuatu menjerit di balik semak-semak dan gemanya menyentuh bunga itu lalu angin menangkapnya dan membawanya ke laut, tetapi dia tidak mendengarnya dan dia membayangkan rahang langit yang hampir turun hujan.
CATATAN MASA KECIL, 3
Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 50 Ia turun dari tempat tidur, lalu berjinjit dan membuka jendela, lalu memandangi bintang bertanya-tanya apa yang ada di luar alam semesta dan apa yang ada di luar alam semesta dan terus menunggu karena itu terasa seperti itu ada di sana. siapa yang akan lewat menceritakan hal ini kepadanya dan dia terus bertanya-tanya hingga akhirnya dia mendengar ayam berkokok sebanyak tiga kali dan ketika dia berbalik dia melihat ibunya berdiri di belakangnya sambil berkata "biarkan aku menutup jendela ini, kamu sendiri yang tidur sebagaimana kamu telah terjaga sepanjang malam dan udara malam memiliki karakter yang sangat buruk." .
AKUARIUM
SAJAK, 1
Sapardi Djoko Damono manuskrip puisi "Hujan Jun" 52 Itu sahaja, kami bercakap sepanjang malam: lewat. Dan kami bercakap sepanjang malam: "Tetapi begitu cepat perkataan demi perkataan bertukar menjadi abu dan bermula.
SAJAK, 2
Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 53 Danau dan sungai kulipat dan kumasukkan kembali ke dalam nadiku. Maka kawanan rusa itu tak lagi tinggal di puisi-puisiku karena kata-kata di dalamnya berupa panaj muda yang dikeluarkan Rama. Jadi burung-burung itu tidak lagi merasa nyaman tinggal di sarangnya di sela-sela kalimat saya, karena jaraknya sangat dekat satu sama lain sehingga tidak ada ruang lagi yang tersisa.
DI KEBUN BINATANG
Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 54 Seorang perempuan muda berdiri terpesona memandangi seekor ular yang melilit pohon sambil menjulurkan lidahnya: katanya kepada suaminya.
PERCAKAPAN MALAM HUJAN
Naskah Puisi "Hujan Juni" Sapardi Djoko Damono 55 Hujan, memakai jas, sepatu panjang, dan.
TELUR, 1
Naskah Lagu Hujan Juni Karya Sapardi Djoko Damono 56 Tepat di tengah ranjang putihmu ada sebutir telur. Mungkin telur tersebut sengaja diletakkan oleh putri atau istri atau ibu Anda agar Anda dapat tidur nyenyak di dalamnya.
TELUR, 2
Naskah Puisi Hujan Juni Sapardi Djoko Damono 57 di setiap telur, semoga ada burung di setiap burung, semoga ada kamu di setiap kamu, semoga ada yang selalu terbang menembus gemerlapnya mentari, pecah udara dingin yang mencapai lengkungan langit yang berayun di atas sungai.
SEHABIS SUARA GEMURUH
MUARA
Naskah Puisi "Hujan Juni" Sapardi Djoko Damono 58 setelah gemuruh, yang terlihat hanyalah. Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 59 Muara yang tak pernah pasti alamnya selalu mengajak laut berbicara. Dan ketika suatu hari ada sesosok mayat manusia terapung di muara, muncul pusaran air disana-sini, dan pinggir muara tiba-tiba berteriak, “Tidak.
Bukan aku yang memberinya sinyal ketika dia tiba-tiba berhenti di jembatan dan, tanpa...
SEPASANG SEPATU TUA
Naskah puisi Hujan Juni karya Sapardi Djoko Damono 60 pasang sepatu tua tergeletak di pojok gudang.
DI BANJAR TUNJUK, TABANAN
Naskah Puisi Hujan Juni Sapardi Djoko Damono 61 Penabuh genderang memperkenalkan diri sebagai Rama.
SUNGAI, TABANAN
Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 62 Perempuan Menebar Benih Kabut di Arus.
GUSTI NGURAH BAGUS
BOLA LAMPU
Naskah puisi Hujan Juni karya Sapardi Djoko Damono 64 memuat jari-jari dan bayangannya.
PADA SUATU PAGI HARI
Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono 65 Lalu pada suatu pagi ia ingin sekali menangis sambil berjalan dengan patuh menyusuri lorong. Dia ingin hujan turun ringan dan lorong menjadi sunyi pagi itu sehingga dia bisa berjalan sendirian dan menangis dan tidak ada yang bertanya kenapa. Dia hanya ingin menangis pelan saat dia berjalan sendirian di tengah hujan rintik-rintik di gang yang sepi pada suatu pagi.\.
BUNGA, 1
Dia bangkit di antara geraham bebatuan gua pada suatu pagi, dan malam itu dia menyadari bahwa tidak ada apa pun yang terlihat di dalam gua dan udaranya sangat tebal dan berbau sisa-sisa mayat dan tampak seperti gelombang besar yang pecah dan dia membayangkan itu. hutan berada dalam kebakaran dan setelah kebakaran….
BUNGA, 2
Manuskrip Sajak Sapardi Djok Damon “Hujan Jun” 67 mawar itu basah kuyup dan hampir berkata tidak apabila pemilik kebun memetiknya hari ini; tak ada sebab dia nak kata tidak sebab perempuan tak tahu tanda-tandanya - tak ada sebab dia boleh faham kenapa perempuan yang sangat baik selama ini.
BUNGA, 3
Naskah Puisi Hujan Juni Sapardi Djoko Damono 68 Untaian kuncup bunga melati di atas ranjang sudah diwarnai.
PUISI CAT AIR UNTUK RIZKI
Naskah Puisi "Hujan Bulan Juni" Sapardi Djoko Damono 69 angin berbisik kepada daun-daun berguguran yang tersangkut di kabel telepon: "Aku rindu padamu, aku ingin bermain denganmu!".
LIRIK UNTUK LAGU POP
Naskah Puisi Hujan Juni Sapardi Djoko Damono 70 Jangan Tutup Mata, Ingin Tinggal di Hutan.
SANDIWARA, 2 untuk Putu Wijaya
Naskah Puisi Hujan Juni Sapardi Djoko Damono 71 Pada awalnya ada seorang lelaki tua di atas panggung, di atas. Meja, kursi, kopi dingin, lampu gantung, dan kertas berserakan di lantai bergoyang. Dia berbalik sambil memaki-maki nama yang tidak kami ketahui, mengolok-olok kursi dan huruf-hurufnya - dan kami tertawa.
LIRIK UNTUK IMPROVISASI JAZZ
Orang tua yang suka lewat dengan meludah dan menanyakan jam selalu mengatakan bahwa kamu tidak pernah ingkar janji.
YANG FANA ADALAH WAKTU
TUAN
CERMIN, 1
Naskah Puisi Hujan Juni Sapardi Djoko Damono 75 Cermin Tak Pernah Jerit; dia juga tidak pernah melakukannya.
CERMIN, 2
Naskah Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono 76 Tiba-tiba kau berkabut di dalam ruangan, kau mencari ke dalam.
DALAM DIRIKU Because the sky is blue
KUHENTIKAN HUJAN
BENIH
“Cintaku padamu Adinda,” kata Rama, “adalah laut yang memisahkan kita selama bertahun-tahun, langitlah yang selalu menutupi kita, itulah kawanan kera di gua Kishkenda. Tapi….” Sita yang sedang hamil tetap diam sejak awal, "Kamu telah tinggal di kandang raja jahat selama bertahun-tahun, kamu telah tidur di tempat tidurnya, kamu bukan lagi rahasia baginya." Tapi Raksasa itu ayahmu sendiri, benih yang menciptakanmu, dia juga melihatmu, kan…” Sita yang hamil itu tetap diam dan mencoba menafsirkan kehendak para dewa.
DI TANGAN ANAK-ANAK
Naskah Puisi Hujan Juni Sapardi Djoko Damono 80 Yang Tak Takut Diterpa Ombak, Menjadi Burung.
DI ATAS BATU
ANGIN, 3
Namun Anda tidak boleh lelah berjalan dari sudut ke sudut ruangan, menyelinap melalui celah jendela, melintas melewati bahu bukit.
CARA MEMBUNUH BURUNG
Naskah Puisi Hujan Juni Sapardi Djoko Damono 83 Cara Membunuh Burung Suka Cuckoo.
SIHIR HUJAN
METAMORFOSIS
TELINGA
AKU INGIN
SAJAK-SAJAK EMPAT SEUNTAI
DI RESTORAN
Aku memerintahkan rasa sakit yang tiada habisnya dan jeritan yang melengking, memerintahkan rasa lapar yang aneh.
DALAM DOAKU
Naskah puisi "Hujan Juni" Sapardi Djoko Damono 90 tak menutup mata, semakin meluas dan jelas.
PADA SUATU HARI NANTI
SITA SIHIR
BATU
HUJAN, JALAK, DAN DAUN JAMBU
AJARAN HIDUP
TERBANGNYA BURUNG