• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecemasan tokoh utama dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono pendekatan psikologi sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kecemasan tokoh utama dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono pendekatan psikologi sastra"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia. Oleh Lorancia Angela Keo NIM: 134114036. PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JULI 2017. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang terkasih: Orangtuaku Petrus Keo, S.Pd., MM dan Cicilia Rerung, Adik Lorencius Riwa Rerungallo, Adik Vincencius Diamond Keo, Dan Nover Rante Tonglo.. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “ Kesederhanaan adalah kekayaan yang terbesar di dunia ini: Kesederhaan adalah kejujuran, dan keberanian adalah ketulusan.”. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun yang di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul Kecemasan Tokoh Utama dalam Novel Hujan Bulan Juni Pendekatan Psikologi Sastra Karya Sapardi Djoko Damono. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-I) Program Studi Sastra Indonesia di Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari banyak pihak, skripsi ini tidak akan selesai pada waktunya. Maka dalam kesempatan ini, dari hati yang paling dalam penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.. S.E Peni Adji, M.Hum yang telah bersedia menjadi pembimbing I dan memberikan banyak masukan berharga. Penulis menyadari bahwa semangat beliau juga banyak mempengaruhi arah penulisan skripsi ini.. 2.. Drs, B. Rahmanto, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah menyempatkan diri untuk menilik dan mengarahkan penyusunan skripsi ini.. 3.. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang juga ikut mendorong dan menyemangati penulis.. 4.. Segenap dosen program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma: Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum (selaku Dekan Fakultas Sastra). Alm. Drs. Hery Antono, M.Hum, Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum, Drs. F.X. Santoso, M.S, Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A., serta dosen-dosen pengampu mata kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5.. Seluruh staf Sekretariat Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma atas berbagai pelayanan dalam urusan akademik.. 6.. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Sanata Dharma yang telah membantu penulis memperoleh referensi yang dibutuhkan.. 7.. Kedua orang tuaku, Bapak Petrus Keo,S.Pd, MM dan Cicilia Rerung yang telah memberikan perhatian, dukungan, doa dan tidak pernah berhenti memberikan semangat kepada penulis.. 8.. Kedua adikku, Lorencius Riwa Rerungallo dan Vincencius Diamond Keo yang telah memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis.. 9.. Kekasih sekaligus sahabat terbaikku yang selalu mendukung, Nover Rante Tonglo.. 10. Seluruh teman prodi Sastra Indonesia secara khusus angkatan 2013 yang telah berjuang bersama-sama hingga saat ini. 11. Terima kasih kepada sahabat terbaikku, Theresia Paramita Hardianti, Antonia Paula Hutri Mbulu, Fransisca Romana Sariningsih, Heronima Rosalia Ate, Anna Asi Karwayu, Maria Anglina Sartika, Clara Natalia Christina Mitak, Lastri Rindiyantika, Fransisca Romana Sariningsih, Fransisca Esti Apriliani, Ketrin, Andrea Clarisa Lelu, Biata Nursianti, Valensia Krisnamukti Atmaja serta teman-teman lainnya yang selalu menemani penulis baik suka maupun duka. 12. Terima kasih kepada Angelina Eno, Fransisco Mirno, Maria Gracebin Busso Rose, Deovianti Palimbu’, Kak Engki, Kak Alen, Leo Da Costa, Edmundus. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Deddy Meak Settu dan Briliant Kitu,. yang. telah menjadi sahabat dan. keluarga selama penulis berada di Yogya. 13. Terima kasih kepada teman-teman kelompok 15 KKN LII Universita Sanata Dharma, Sinta, Vero, Stevanie, Karin, dan kormadus kece kami, Yudha, yang telah memberikan pengalaman berharga serta memberi kesempatan penulis untuk belajar bersama. 14. Seluruh keluarga besar UKM. Seni. Karawitan yang telah memberikan. kesempatan kepada penulis untuk berorganisasi. 15. Seluruh keluarga besar K2KAMSY (Keluarga Katolik Keuskupan Agung Makasar di Yogyakarta) yang memberikan kesempatan penulis untuk berorganisasi di luar kampus.. Penulis menyadari bahwa banyak lagi yang belum sempat disebutkan. Semoga semua orang atas jasa baik mereka diberkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Skirpsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis berharap kiranya skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi perkembangan pendidikan sastra Indonesia.. Yogyakarta, 31 Juli 2017. Lorancia Angela Keo. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Keo, Lorancia Anggela, 2017. Kecemasan Tokoh dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono: Pendekatan Psikologi Sastra. Skripsi Strata I (S-I). Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.. Penelitian ini mengangkat tema kecemasan tokoh dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dengan pendekatan psikologi sastra. Peneliti memilih topik ini karena terdapat hal-hal menarik dari diri tokoh-tokoh dalam novel Hujan Bulan Juni. Novel ini menceritakan tentang sepasang kekasih yang mengalami permasalahan cukup berat karena mereka menjalin hubungan dengan perbedaan agama dan perbedaan budaya. Tujuan penelitian ini yaitu, pertama, mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Hujan Bulan Juni yang membentuk kecemasan tokoh Sarwono. Kedua, menganalisis dan mendeskripsikan kecemasan-kecemasan tokoh Sarwono dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dengan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode studi pustaka. Metode analisis data yang dipakai adalah metode formal dan analisis isi. Metode penyajian hasil analisis data yang dipakai adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian novel Hujan Bulan Juni ini adalah tokoh dan penokohan, tokoh utama dalam novel Hujan Bulan Juni adalah Sarwono dan Pingkan. Sarwono memiliki karakter yang sederhana, cerdas, penyayang, dan tekun. Pingkan memiliki karakter yang tidak mudah tega, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, cantik dan cerdas. Tokoh tambahan dalam novel Hujan Bulan Juni adalah Toar, Tante Henny, dan Katsuo. Toar memiliki karakter sebagai laki-laki yang menyayangi adiknya yaitu Pingkan, dan pekerja keras. Tante Henny memiliki karakter penyayang, dan pemilih. Katsuo memiliki karakter nasionalis, dan pandai bergaul. Kecemasan yang dialami tokoh Sarwono dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ada beberapa, yaitu: (1) Jenis-jenis kecemasan Sarwono terdiri dari kecemasan objektif dan kecemasan neurotik. (2) Bentuk-bentuk kecemasan Sarwono yaitu, rasa takut, dan gusar. (3) Akibat dari kecemasan yaitu, tegangan. (4) Pengalihan kecemasan yaitu, melakukan pekerjaan yang melibatkan otot-otot badan dan melakukan kegiatan mental, seperti persepsi, ingatan, dan berpikir.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACK Keo, Lorancia Anggela, 2017. Anxiety of People in the Novel of the Rain of June by Sapardi Djoko Damono: A Literary Psychology Approach. Thesis Strata I (S-I). Yogyakarta: Indonesian Literature. Faculty of Literature. University of Sanata Dharma.. This research raises the theme of anxiety characters in the novel Rain of June by Sapardi Djoko Damono with the approach of psychology literature. Researchers chose this topic because there are interesting things from the characters themselves in the novel Rain of June. This novel tells about a pair of lovers who are having problems is quite heavy because they are in a relationship with differences in religion and cultural differences. The purpose of this study is, first, describe the character and characterization of the novel Rain of June that formed anxiety figure Sarwono. Second, to analyze and describe the anxieties of Sarwono's character in Sapardi Djoko Damono's novel of Rain in June with the approach of literary psychology. The approach used in this research is literature psychology approach. Data collection method used is literature study method. Method of data analysis used is formal method and content analysis. Method of presentation of result of data analysis used is descriptive qualitative. The results of this novel Rainy June novel is a character and characterization, the main character in the novel Rain of June is Sarwono and Pingkan. Sarwono has a simple character, smart, loving, and diligent. Pingkan has a character that is not easy to bear, has a high curiosity, beautiful and smart. Additional figures in the June Rain novel are Toar, Aunty Henny, and Katsuo. Toar has a character as a man who loves his sister Pingkan, and hard worker. Aunt Henny has a loving character, and voters. Katsuo has a nationalist character, and is good at socializing. Anxiety experienced by Sarwono character in the Novel of the Rain of June by Sapardi Djoko Damono there are several, namely: (1) Types of Sarwono's anxiety consists of objective anxiety and neurotic anxiety. (2) The forms of Sarwono's anxiety are, fear, and rage. (3) The consequence of anxiety ie,strains. (4) Anxiety shifting is, doing work involving the muscles of the body and performing mental activities, such as perception, memory, and thinking.. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..........................v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................vi MOTTO ...........................................................................................................vii KATA PENGANTAR .......................................................................................viii ABSTRAK ........................................................................................................ ix ABSTRACT ........................................................................................................xii DAFTAR ISI .....................................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................4 1.4 Manfaat Hasil Penelitian .............................................................................5 1.4.1 Manfaat Teoritis ...............................................................................5 1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................5 1.5 Tinjauan Pustaka ..........................................................................................5 1.6 Landasan Teori ............................................................................................7 1.6.1 Tokoh dan Penokohan dalam Novel ..................................................7 1.6.1.1 Tokoh dalam Novel .............................................................8 1.6.1.2 Penokohan dalam Novel .....................................................9 1.6.2 Teori Psikologi Sastra .......................................................................10 1.6.3 Kecemasan ........................................................................................12 1.7 Metode Penelitian .........................................................................................14 1.7.1 Metode Pengumpulan Data ..............................................................15 1.7.2 Metode Analisis Data ........................................................................15 1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data ...........................................................15 1.8 Sumber Data ................................................................................................16 1.9 Sistematika Penyajian ..................................................................................16 BAB II TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO 2.1 Tokoh ...........................................................................................................17 2.1.1 Tokoh Utama .....................................................................................17 2.1.2 Tokoh Tambahan ..............................................................................21 2.2 Penokohan ..................................................................................................24 2.2.1 Sarwono ...........................................................................................24 2.2.2 Pingkan ............................................................................................29 2.2.3 Toar ...................................................................................................34. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.3.4 Tante Henny ....................................................................................35 2.3.5 Katsuo ...............................................................................................36 2.3 Rangkuman .................................................................................................37 BAB III KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO 3.1 Jenis-jenis Kecemasan Tokoh Sarwono .....................................................39 3.1.1 Kecemasan Objektif pada Sarwono ..................................................39 3.1.2 Kecemasan Neurotik pada Sarwono ................................................40 3.2 Bentuk-bentuk Kecemasan ..........................................................................42 3.2.1 Rasa Takut Sarwono .........................................................................42 3.2.2 Gusar .................................................................................................45 3.3 Akibat Kecemasan ......................................................................................47 3.4 Pengalihan Kecemasan .................................................................................50 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan .................................................................................................52 4.2 Saran .............................................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................57 LAMPIRAN ......................................................................................................58 BIOGRAFI .......................................................................................................59. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra hadir untuk membicarakan persoalan manusia. Antara karya sastra. dengan manusia memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Sastra dengan segala ekspresinya merupakan pencerminan dari kehidupan manusia. Adapun permasalahan manusia merupakan ilham bagi pengarang untuk mengungkapkan dirinya dengan media karya sastra. Hal ini dapat dikatakan bahwa tanpa kehadiran manusia, baik manusia sebagai sastrawan maupun sebagai penikmat sastra. Mencermati hal tersebut, jelaslah manusia berperan sebagai pendukung yang sangat menentukan dalam kehidupan sastra (Sudjiman, 1990: 109). Karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung, melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya masyarakat dapat mengalami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya berkaitan dengan psike (Ratna, 2004: 342). Karya sastra memasukkan berbagai aspek kehidupan dalam penceritaannya, khususnya manusia. Aspek kemanusiaan ini merupakan objek utama psikologi sastra, sebab manusia merupakan tokoh-tokoh, aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan (Ratna, 2004: 343). Karya sastra tidak lepas dari manifestasi kepribadian yang melingkupi, baik itu dalam diri pengarang, tokoh dalam karya, maupun dari sisi pembaca.Keduanya, baik sastra maupun psikologi, bersimbiosis untuk menguraikan persoalan manusia sebagai makhluk sosial dan individu.Oleh sebab itu, psikologi sastra merupakan jalan untuk mencapai pemahaman terhadap kepribadian tokoh dalam sebuah karya sastra (Ratna, 2004:342)..

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Karya sastra dan psikologi sastra memiliki hubungan yang erat secara tidak langsung dan fungsional. Hubungan tidak langsung tersebut terjadi karena sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan manusia. Psikologi sastra dan sastra memiliki hubungan fungsional karena keduanya mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya, yaitu psikologi bersifat real sedangkan sastra bersifat imajinatif. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh, jika yang diteliti merupakan teks prosa atau drama (Endraswara, 2003: 97). Kajian psikologi sastra juga meneliti perwatakan tokoh secara psikologis dan aspek-aspek pemikiran serta perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Berdasarkan kajian ini, dapat dianalisis mengenai sejauh mana pengarang mampu menggambarkan perwatakan tokoh sehingga menjadi semakin hidup (Endraswara, 2003: 97). Penelitian karya sastra hendaknya mampu menggali sistem berpikir, logika, dan citacita hidup yang ekspresif dan tidak hanya sekedar rasionalitas. Perasaan was-was, takut, histeris, dan aman juga sebagai objek kajian psikologi sastrayang pelik (Endraswara, 2003: 98). Penelitian ini mengangkat novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, yang akan mengangkat permasalah psikologi khususnya pada kecemasan tokoh dalam novel tersebut. Sebagai salah satu bentuk perhatian terhadap karya sastra, peneliti tertarik untuk menganalisis novel yang berjudul Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono didasarkan karena alasan sebagai berikut. Pertama belum adanya penelitian yang mengangkat topik tentang kecemasan tokoh dalam novel Hujan Bulan Juni ini. Novel Hujan Bulan Juni merupakan karya dari Sapardi Djoko Damono yang terbit pada tahun 2015. Sejauh observasi peneliti, belum ditemukan analisis topik yang sama dengan topik yang akan dianalisis oleh peneliti..

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Hujan Bulan Juni adalah novel pertama yang diterbitkan oleh penyair sekaligus sastrawan besar yaitu Sapardi Djoko Damono. Novel Hujan Bulan Juni merupakan interpretasi Sapardi Djoko Damono dari puisnya yang berjudul Hujan Bulan Juni. Sebelumnya, Sapardi Djoko Damono pernah membuat puisi yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1994 dan memiliki judul yang sama dengan novelnya sekarang. Setelah menerbitkan novel pertamanya yaitu Hujan Bulan Juni, Sapardi Djoko Damono juga menerbitkan novel-novel karyanya sendiri yaitu Suti, Melipat Jarak, dan Pingkan Melipat Jarak. Kedua, dalam novel Hujan Bulan Juni ini terdapat sepasang kekasih yang menjalin hubungan dalam perbedaan budaya dan agama. Novel Hujan Bulan Juni ini menceritakan sebuah hubungan asmara dari sepasang kekasih yaitu Sarwono dan Pingkan yang tidak mendapatkan persetujuan dari keluarga besar sang perempuan. Mereka merupakan sosok yang masing-masing berbeda dari kota, budaya, suku, bahkan agama. Mereka berdua tidak mempersoalkan apa itu beda suku, atapun keyakinan yang berbeda. Hanya saja perbedaan tersebut dipermasalahkan oleh keluarga dari Pingkan yang lebih menginginkan Pingkan menikah dengan laki-laki seagama dan sesuku dengan Pingkan. Hal tersebut mengakibatkan munculnya kecemasan pada Sarwono dan Pingkan sebagai tokoh utama, baik kecemasan yang disadari maupun kecemasan secara tidak sadar. Ketika Pingkan berhasil mendapatkan beasiswa ke Jepang, Sarwono merasa kehilangan dan ketakutan. Ketakutannya bukan dari keraguannya atas cinta Pingkan, namun lebih pada kehidupan dan orang yang ada di Jepang. Di Jepang ada tokoh yang bernama Katsuo yang juga menyukai Pingkan.Katsuo sendiri adalah dosen Jepang yang pernah kuliah di UI, tempat Sarwono dan Pingkan mengajar sekarang. Selama di Indonesia, Katsuo sangat dekat dengan Pingkan. Sarwono yang semakin hari semakin dilanda kecemasan mengalihkan perasaan cemasnya itu dengan mencari.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. kesibukan. Pengalihan dari kecemasan Sarwono yaitu membuat tulisan-tulisan, baik itu puisi, artikel atapun berita. Ketiga, pada novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ditemukan permasalahan tentang rumitnya hubungan Sarwono dan Pingkan yang membuat Sarwono mengalami kecemasan. Tokoh Sarwono sering dilanda kegelisahan yang tidak dimengerti oleh dirinya sendiri. Sarwono dihadapkan dengan berbagai keraguan dan kebingungan dalam dirinya sendiri yang mengharuskannya berkonflik dengan diri sendiri dan hal-hal di luar dirinya. Penelitian ini menjadi penting sebab sejauh pengamatan peneliti, penelitian terhadap objek kajian ini belum pernah dilakukan, fokus penelitian ini terletak pada analisis kecemasan tokoh utama dalam cerita, yang akanmemberikan perspektif lain terhadap lingkup penelitian studi sastra Indonesia. Novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono merupakan teks sastra yang akan dijadikan objek penelitian. Teks sastra novel tersebut merupakan struktur yang terdiri dari beberapa unsur, akan dikaji sebagai dasar pemahaman akan teks sastra. Hasil analisis tokoh dan penokohan dalam novel ini akan dijadikan sebagai dasar untuk mengkaji kecemasan tokoh dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dalam 1.1, permasalahan yang dibahas dalam penelitian. ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah tokoh dan penokohan novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono?.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. 2. Bagaimanakah kecemasan tokoh utama dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono?. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.. 2. Mendeskripsikan kecemasan tokoh utama dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. 1.4. Manfaat Hasil Penelitian Ada dua manfaat yang yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoritis. dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian tentang aspek kecemasan tokoh pada novel Hujan Bulan Junikarya Sapardi Djoko Damono ini dapat memberikan manfaat dalam hal penerapan teori psikologi sastra untuk karya sastra Indonesia.. 2. Manfaat Praktis 1. Penelitian tentang aspek kecemasan tokoh pada novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini dapat memperluas pengetahuan pembaca Sastra Indonesia terhadap aspek kecemasan tokoh dalam sebuah novel. 2. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian karya sastra di Indonesia dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti sastra selanjutnya..

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. 1.5. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ditemukan beberapa pembahasan tentang aspek kecemasan. tokoh dalam novel.Penelitian-penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut. Penelitian pertama ditulis oleh Indarwati (2007) mengenai “Aspek Kecemasan Tokoh Utama dalam Novel Geni Jora Karya Abidah El Halieqy: Tinjauan Psikologi Sastra”. Menurutnya, tokoh Kejora dalam novel Geni Jora yang dianalisis mempunyai tipe kepribadian flegmansis. Sebagai tokoh yang berkepribadian flegmansis, Kejora memiliki sikap dan perilaku tertentu yaitu mampu menguasai emosi, cerdas, dan mandiri, suka membaca buku, optimis dalam bertindak, serta egois. Sementara itu, Winarmo (2007) dalam skripsinya tentang “Aspek Kecemasan Tokoh Utama dalam Novel Gadis Tangsi Karya Suparto Broto” mengungkapkan bahwa sikap dan pribadi tokohTayi yang menonjol adalah keras, cerdas, pemberani, dan pandai bergaul. Tayi mempunyai ambisi yang besar dan selalu berusaha mencapai apa yang diinginkannya serta mempunyai dorongan emosi yang kuat sehingga sikap Tayi menyimpang dari norma susila dan agama. Dalam Novel Gadis Tangsi ditemukan adanya tekad besar yang dimiliki oleh tokoh Tayi untuk mengubah kehidupannya. Hal yang mendasar dalam perubahan itu adalah keinginan menjadi manusia berbudaya dan tokoh yang bernama putri Parasi yang membawa Tayi ke kota Surakarta untuk dicarikan jodoh agar mendapat keturunan dari kalangan bangsawan Surakarta. Selanjutnya, Nurhayati (2007) dalam penelitiannya tentang “Aspek Kecemasan Tokoh Utama dalam Novel Midah Simanis Bergigi Emas Karya Pramoedya AnantaToer” menyimpulkan bahwa tokoh Midah dalam novel Midah Simanis Bergigi Emas apabila dikaji menggunakan teori psikologi kecemasan yang dikemukakan oleh Sigmund Freud maka, tokoh Midah mempunyai tiga dasar kecemasan yaitu id (sebagai sifat dasar kepribadian), ego, dan super ego..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Dari penelitian yang sudah dipaparkan di atas, terungkap bahwa kajian kajian tentang kecemasan tokoh dalam novel Hujan Bulan Juni belum pernah dilakukan.Penelitianpenelitian yang sudah ada dijadikan sebagai referensi awal untuk penelitian ini.. 1.6. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu teori tokoh dan penokohan untuk. menganalisis tokoh dan penokohan serta. teori Psikologi Sastra untuk menganalisis. kecemasan tokoh dalam Novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.. 1.6.1 Tokoh dan Penokohan dalam Novel Dalam novel terdapat dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.Unsur intrinsik yaitu unsur-unsur dalam yang membangun utuhnya sebuah novel. Unsur intrinsik contohnya tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya cerita, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur luar yang ikut membangun utuhnya sebuah novel seperti keagamaan, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita.Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat novel terwujud. Atau sebaliknya, jika dari sudut pandang pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya tema, peristiwa, cerita, plot, penokohan, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2005:23). Dalam penelitian ini, digunakan teori tokoh dan penokohan untuk menganalisis novel Hujan Bulan Juni. Dengan menganalisis unsur tokoh dan penokohan, peneliti dapat mengetahui hubungan antar tokoh. Dengan menganalisis unsur tokoh dan penokohan, peneliti dapat mengetahui hubungan antar tokoh dalam kehidupan mereka yang terjadi dalam novel.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. HujanBulan Juni yang kemudian oleh peneliti digunakan untuk menganalisis kecemasan tokoh dalam novel Hujan Bulan Juni.. 1.6.1.1. Tokoh dalam Novel. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165) tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita, ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kencenderungan tertentu seperti yang diekspresikan melalui ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Seorang tokoh dengan kualitas pribadinya berkaitan erat dalam penerimaan pembaca (Nurgiyantoro, 2005:165-166).Istilah tokoh menunjuk pada orang atau pelaku cerita. Walaupun tokoh dalam sebuah cerita “hanya” merupakan ciptaan pengarang atau penulis, ia haruslah merupakan tokoh yang hidup secara wajar, sebagaimana kehidupan manusia itu sendiri. Kehidupan tokoh cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi, maka ia haruslah bersikap dan bertindak sesuai dengan tuturan cerita dengan perwatakan yang sudah ditetapkan penulis (Nurgiyantoro, 2005: 165, 167). Tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. a.. Tokoh Utama Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah novel.. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak hadir dalam cerita, baik sebagai pelaku sebuah kejadian maupun yang berada dalam kejadian. Pada novel-novel tertentu, tokoh utama sering hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita. Tokoh utama juga terkadang tidak muncul dalam setiap kejadian, atau tidak langsung ditunjukan dalam cerita, tetapi dalam bagian tertentu dalam cerita dimunculkan dan sangat berkaitan erat dengan jalan cerita (Nurgiyantoro, 2005: 176-177)..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. b.. Tokoh Tambahan Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan. dan kehadirannya hanya ada jika keterkaitannya sengan tokoh utama, secara langsung atau tidak langsung (Nurgiyantoro 2005: 177). Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh terdiri dari tokoh protagonis dan tokoh antagonis.Tokoh yang dapat membuat pembaca sering mengidentifikasikan diri dengan tokoh tertentu, memberikan simpati dan empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut dinamakan tokoh protagonist. Tokoh yang mejadi penyebab terjadinya konflik dalam cerita disebut tokoh antagonis.Tokoh antagonis beroposisi dengan tokoh protagonist, baik secara langsung maupun tidak langsung (Nurgiyantoro, 2005: 179). 1.6.1.2 Penokohan dalam Novel Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan mencakup tentang masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Dalam penokohan, terkandung dua aspek, yaitu isi dan bentuk. Penokohan itu sendiri merupakan bagian, unsur, yang bersama dengan unsur-unsur lain membentuk suatu totalitas. Penokohan merupakan unsur yang paling penting dan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan jalannya cerita.Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun cerita dapat dikaji dan dianalisis hubungannya dengan unsu-unsur pembangun lainnya. Jika cerita yang bersangkutan merupakan sebuah karya yang berhasil, penokohan pasti terjalin secara harmonis dan saling melengkapi dengan berbagai unsur yang lain, misalnya dengan unsur plot, tema, atau unsur latar, sudut pandang, gaya, amanat, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2005: 165-172). Menurut Sudjiman (1988: 24), penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan ciri tokoh dalam karya sastra. Citra tokoh dapat ditangkap melalui.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. tindakan,pikiran, ujaran, penampilan fisik, dan apa yang dikatakan atau dipikirkan oleh tokoh tentang dirinya. Bentuk penokohan yang paling sederhana adalah melalui pemberian nama. Setiap “sebutan” merupakan sejenis cara dalam memberi kepribadian dan menghidupkan. Penokohan merupakan gambaran ciri lahir, sifat serta watak yang merupakan kualitas tokoh nalar dan jiwa yang membedakannya dengan tokoh lain.. 1.6.2 Teori Psikologi Sastra Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, tetapi karena jiwa itu bersifat abstrak, maka yang dapat diteliti adalah peristiwa atau kreativitasnya dengan merupakan manifestasi atau perjalanan kehidupan jiwa itu.Psikologi merupakan ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku dan aktivitas itu sebagai manifestasi terhadap kejiwaan (Walgito, 1986: 13). Dengan peristiwa kehidupan sehari-hari, maka seseorang akan diketahui bagaimana keadaan jiwanya, karena tingkah laku merupakan cerminan jiwa seseorang. Psikologi sastra menurut Minderop adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan kreasi dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berbeda pada situasi setengah sadar (subconscious) yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk conscious. Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cerminan psikologis dalam diri para para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologi kisahan yang kadang kalamerasakan dirinya terlibat dalam cerita (Minderop, 2013: 54-53). Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra (Endraswara, 2003:16). Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Mungkin aspek dalam ini yang acap kali bersifat subjektif, yang membuat para pemerhati sastra menganggapnya berat.Sesungguhnya belajar psikologi sastra.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. amat indah, karena kita dapat memahami sisi kedalaman jiwa manusia (Endraswara, 2008:14). Langkah pemahaman teori psikologi sastra dapat melalui tiga cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian dilakukan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menetukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk digunakan. Ketiga, secara simultan menemukan teori dan objek penelitian (Endaswara, 2003:29). Dalam penelitian ini, penelitian memilih langkah pertama, yaitu memahami terlebih dahulu tori-teori psikologi sastra, kemudian menganalisisnya terhadap suatu karya sastra. Psikologi sastra akan berusaha mengungkapkan psikoanalisis kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu id, ego, dan super ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Id adalah aspek kepribadian yang gelap dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan agaknya berupa energi buta.Dalam perkembangannya tumbulah ego yang perilakunya didasarkan atas prinsip kenyataan. Sementara super ego berkembang mengontrol dorongandorongan buta id tersebut. Hal ini berarti ego merupakan sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia obyek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.Ego adalah kepribadian implementatif, yaitu berupa kontak dengan dunia luar. Adapun super ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluasi (Endaswara, 2003:101) Freud (dalam Minderop, 2013: 23) berpendapat bahwa energi manusia dapat dibedakan dari penggunaannya, yaitu aktivitas fisik disebut energi fisik dan dan aktivitas psikis disebut energi psikis. Berdasarkan teori ini, Freud mengatakan, energi fisik dapat diubah menjadi energi psikis.Id dengan naluri-nalurinya merupakan media atau jembatan dari energi fisik dengan kepribadian..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. 1.6.3 Kecemasan Kecemasan merupakan bagian dari dinamika kepribadian yang merupakan bagian dari psikoanalisis. Berbagai konflik dan bentuk frustasi yang menghambat kemajuan individu untuk mencapai tujuan merupakan salah satu sumber kecemasan. Ancaman yang dimaksud dapat berupa ancaman fisik, psikis, dan berbagai tekanan yang mengakibatkan munculnya kecemasan.Kondisi ini diikuti oleh perasaan tidak nyaman, khawatir, takut, dan tidak bahagia. Freud membedakan kecemasan antara kecemasan objektif dan kecemasan neurotik. Kecemasan objektif merupakan respons realistis ketika seseorang merasakan bahaya dalam suatu lingkungan. Kecemasan neurotik berasal dari konflik alam bawah sadar dalam diri individu. Kecemasan objektif berlawanan dengan kecemasan neourotik. Kecemasan objektif adalah respon terhadap ancaman dari dunia luar atau perasaan takut terhadap bahaya-bahaya yang nyata yang berada di lingkungan sekitar. Kecemasan neurotik adalah respon yang mengancam dari dorongan id ke dalam kesadaran. Kecemasan ini berkembang berdasarkan pengalaman masa lalu. Neurotik merupakan kata latin dari perasaan gugup (Freud, 2002: 430). Menurut Albin (1986: 49) kecemasan memiliki dua bentuk, yaitu rasa gusar dan rasa takut.Rasa takut adalah suatu pertanda bahwa seseorang harus menghindari keadaaan yang menimbulkan rasa tersebut. Secara psikologis, gusar dapat menghindarkan kita dari keadaan yang berbahaya, yaitu keadaan pada waktu kita terlihat bodoh ,ragu-ragu, marah, ditolak, atau tidak dapat menguasai diri.Seseorang yang merasakan gusar terkadang tidak disadari dan berada dalam diri orang tersebut (Fabella, 2005: 73). Kecemasan dapat mengakibatkan ketegangan dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, kecemasan. merupakan. penghayatan. tegangan. akibat. adanya. ancaman-ancaman. nyata.Kecemasan yang hebat mengurangi efisiensi individu-individu dalam memuaskan.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. kebutuhannya, mengganggu hubungan antar sesama, dan mengacaukan pikiran. Oleh karena itu, fungsi kecemasan adalah sebagai peringatan kepada seseorang akan adanya bahaya, jika tidak dilakukan tindakan yang tepat akan membuat seseorang tersebut kalah (Hall, 1993: 80). Kecemasan dapat juga dibedakan berdasarkan intensitas dari keseriusan ancaman-ancaman yang dimiliki oleh seseorang. Kecemasan yang berat dapat membuat orang tidak dapat merasakan informasi mengenai apa yang telah terjadi pada dirinya sendiri. Sebaliknya, orang yang mengalami kecemasan ringan dapat merasakan informasi tersebut (Hall1993: 281). Akibat dari kecemasan, yaitu tegangan tindakan protektif dan kontrol terhadap tingkah laku, adanya sistem diri, mengalihkan kegiatan yang tidak memancing kecemasan yang dialami, dan kekuatan edukatif (Hall, 1993:274-280). Cara menghindari kecemasan dengan memakai tindakan protektif dan control pengawas terhadap tingkah laku. Misalnya, seseorang menghindari hukuman dengan memenuhi kemauan orangtuanya.Tindakan kemauan ini membentuk sistem diri yang menyetujui tingkahlaku tertentu dan melarang bentuk tingkah laku yang lain (Hall, 1993: 281). Seseorang yang melindungi kecemasan akan menghargai dirinya dan melindungi diri dari kritik. Ketika sistem diri bertambah kompleks dan independen, ia mencegah orang lain untuk. membuat. penilaian-penilaian. objektif. tentang. tingkahlakunya. sendiri. dan. menyembunyikan kontradiks yang jelas antara bagaimana orang itu dan bagaimana orang itu menurut pada apa yang dikatakan oleh system dirinya (Hall, 1993: 276). Kecemasan dapat juga dialihkan dengan melakukan pekerjaan yang melibatkan otot badan atau dengan berupa kegiatan mental. Kegiatan mental ini berupa persepsi, misalnya apa yang akan terjadi jika seseorang melakukan suatu hal. Kegiatan mental lainnya yaitu ingatan ketika seseorang mulai mengingat kembali apa yang terjadi dengan dirinya pada masa lalu. Kegiatan mental yang terakhir adalah berpikir.Seseorang memikirkan masalah yang dihadapi dengan mencoba mengambil jalan yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Ketiga kegiatan tersebut.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. dilakukan untuk mengurangi tegangan yang terdapat dalam diri seseorang yang mengalami kecemasan (Hall, 1993: 282). Berdasarkan penjelasan di atas, jenis-jenis dari kecemasan terdiri dari kecemasan objektif dan kecemasan neurotik, sedangkan bentuk dari kecemasan terdiri dari rasa takut dan rasa gusar. Kecemasan juga bisa mengakibatkan keteganganserta dapat dialihkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan. Jenis, bentuk, akibat, dan pengalihan dari kecemasan ini selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis kecemasan-kecemasan tokoh dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. 1.7. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) pengumpulan data, (ii) analisis. data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menganalisis aspek kecemasan dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono yang terbit tahun 2015 oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka, yaitu peneliti membaca banyak pustaka, termasuk karya sastra secara cermat (Nazir, 1985:111132).Penelitian ini menggunakan teknik catat, yaitu mencatat data-data berupa kata, kalimat, dan paragraf yang mengungkapkan makna tentang tokoh dan penokohan serta kecemasan tokoh pada novel Hujan Bula Juni..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. 1.7.2 Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, digunakan metode formal dan analisis isi. Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsurunsur karya sastra.Tujuan metode formal adalah studi ilmiah mengenai sastra dengan mempertimbangkan sifat-sifat teks yang dianggap artistik (Ratna, 2004: 49-50). Metode analisis isi mengungkapkan isi karya sastra sebagai bentuk komunikasi antara pengarang dan pembaca sebagai bentuk komunikasi. Dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran (Ratna, 2004: 48-49). Dalam peneitian ini, peneliti menggunakan metode formal dengan menganalisis unsur-unsur dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, kemudian mengungkapkan isi dalam novel tersebut.. 1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data Analisis data disajikan dengan menggunakan deskriptif kualitatif, dengan menarik kesimpulan dari deskripsi itu.. 1.8. Sumber Data Data merupakan bahan penelitian. Karya sastra menjadi objek penelitian ini adalah. sebuah novel dengan identitas sebagai berikut: Judul. : Hujan Bulan Juni. Pengarang. : Sapardi Djoko Damono. Tahun Terbit : 2015 Penerbit. : PT Gramedia Pustaka Utama. Tebal. : 135 Halaman.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. 1.9. Sistematika Penyajian Penelitian ini dibagi menjadi tiga bab. Sistematika penelitian ini dirinci sebagai. berikut: Bab I berisi pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi menjadi delapan sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi deskripsi hasil analisis tokoh dan penokohan dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Bab III berisi deskripsi hasil aspek kecemasan tokoh dalam novelHujan Bulan Junikarya Sapardi Djoko Damono. Bab IV berupa penutup yang berisi kesimpulan dan saran..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. BAB II TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO. Dalam bab II ini peneliti akan mengkaji tentang tokoh dan penokohan dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Hasil kajian ini berguna untuk dasar pada analisis berikutnya, yaitu analisis kecemasan tokoh pada novel Hujan Bulan Juni. 2.1. Tokoh Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165) tokoh cerita adalah orang-orang. yang ditampilkan dalam suatu cerita, ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kencenderungan tertentu seperti yang diekspresikan melalui ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Seorang tokoh dengan kualitas pribadinya berkaitan erat dalam penerimaan pembaca (Nurgiyantoro, 2005:165-166).. 2.1.1 Tokoh Utama Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2005, 176-177). Dalam karya sastra tokoh memegang peranan penting dalam pembentukan cerita seperti pada novel Hujan Bulan Juni, terdapat dua tokoh utama, yaitu Sarwono dan Pingkan.Sarwono dan Pingkan menjadi tokoh utama karena keduanya paling banyak dicerotakan dan sangat menentukan perkembangan alur cerita secara keseluruhan serta memiliki peranan yang penting dalam membentuk kecemasan tokoh Aruni dan digambarkan berdsasrkan fungsinyamasing-masing..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. Tokoh. tambahan. atau. tokoh. bawahan. adalah. tokoh. yangkemunculannya. hanya. sedikit.Beberapa tokoh tambahan dalam novel ini adalah Toar, Tante Henny dan Katsuo.. Sarwono merupakan tokoh utama dalam novel Hujan Bulan Juni. Sarwono diceritakan terus menerus didalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko damono. Sarwono memiliki kadar keutamaan yang lebih penting daripada tokoh-tokoh lain dalam novel tersebut. Dalam cerita, tokoh Sarwonomerupakan seorang Magister dan menjadi dosen muda di FISIP UI.. (1). Ayahnya bangga dia bisa menjadi Sarjana Magister pertama di lingkungan keluarga besar Eyang Tirto, kakeknya entah berapa generasi, yang tentu saja tidak pernah dikenalnya. (Damono, 2015: 16).. (2). Dosen muda seperti Sarwono memang harus sigap menyusun rencana penelitian, kalau mau survive, sebab gaji sebagi pengajar hampir nol milainya (Damono, 2015: 58).. Sarwono memiliki pacar bernama Pingkan.Ia bisa mengenal Pingkan dikarenakan Pingkan adalah adik dari Toar, yang merupakan sahabat SMA Sarwono. Sarwono pun berkerja di tempat yang sama di mana Pingkan juga bekerja yaitu sebagai dosen muda di Universitas Indonesia. (3). Sejak pertama mengenal Sarwono ketika masih berpura-pura belajar bersama dengan Toar, Pingkan tahu bahwa lelaki muda itu tidak hanya baik perangainnya tetapi juga cerdas. (Damono, 2015: 29).. (4). Juga jauh dalam hatinya ia suka memasalahkan mengapa sering terjadi hubungan antarkolega di kampus, yang oleh mahasiswa pernah disinggung sebagai incest. Sarwono pernah mendengar itu, ia kemudian berpikir apakah hubungannya dengan Pingkan bias juga diklarifikasikan sebagai incest. Segera dijawabnya sendiri, Tapi kan dari fakultas lain. Mungkin si mahasiswa yang suka ngeledek itu tetap saja bilang itu juga incest sebab sama-sama berasal dari satu profesi, di lembaga yang sama juga (Damono, 2015: 42)..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. Sarwono menjadi tokoh utama dalam cerita karena Sarwono memiliki konflik batin terkait hubungan bersama pacarnya yaitu Pingkan yang mendapatkan masalah. Hubungan sarwono bersama kekasihnya, Pingkan memiliki banyak perbedaan yang cukup besar yaitu perbedaan agama serta perbedaan budaya.Sarwono berasal dari Jawa dan keluarganya yang masih memegang teguh adat Jawa. Sedangkan kekasih Sarwono merupakan darah campuran dari Jawa dan Manado.. (5). Di Solo ia jadi Manado; di Manado ia dibilang Jawa. Di mana gerangan Indonesia Raya seperti yang dikatakan Sarwono? Yang menjadi label itu nama atau darah? Tentu saja dulu ayahnya tidak tertarik memberinya nama BAwuk atau Tumbu, misalnya. Itu semua nama Jawa; ayahnya seorang Palenkahu. Ibunya tidak pernah bisa atau mau menyebut dirinya Jawa, meskipun memang Jawa. Konon, di Makassar perempuan pendatang dari Jawa pernah diakitkan dengan profesi yang dianggap haram oleh masyarakat. Jadi, Bu Palenkahu yang nama aslinya entah siapa, teta[pi yang di KTP ditulis Hartini tetap saja dianggap liyan di antara orang Makassar (Damono, 2015: 22-23).. (6). Rupanya tante-tante itu membawa amanat kaumnya agar membujuk Bu Palenkahu mengawasi anak perempuannya, khawatir kalau jatuh ke tangan si Jawa itu, ya Sarwono itu (D amono, 2015:85).. Tokoh utama yang berikut adalah Pingkan. Pingkan merupakan tokoh utama dalam novel Hujan Bulan Juni karena Pingkan juga sebagai penggerak alur dalam cerita dan Pingkan merupakan kekasih dari Sarwono. Pingkan merupakan anak perempuan dari Pak Palenkahu dan Ibu Hartini.Ia merupakan keturunan dari Manado dan Jawa.Ayah Pingkan berasal dari Manado sedangkan Ibunya berasal dari Jawa, tetapi Pingkan lahir dan besar di Jawa.Pingkan adalah adik.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. kandung dari Toar, Sahabat SMA sarwono. Saat SD, Pingkan menjadi yatim piatu, karena ayahnya meninggal akibat sakit malaria yang ia derita. (7) Ketika pertama kali mengenalnya di rumah Toar Palenkahu, temannya SMA, Sarwono langsung merasa dirinya menjadi tokoh utama sebuah sinetron dan adik Toar itu dalam otaknya yang sempat muncul sebagai Audrey Hepburn atau Grace Kelly tapi jelas bukan MAk Wok (Damono, 2015: 11). (8) Pak Palenkahu sudah lama meninggal, konon karena malaria yang parah ketika sedang bertugas sementar di Ambon.Pingkan masih SD waktu itu. (Damonoi, 2015: 17). (9). “Kami ini jawa bukan, Manado tidak lagi,” kata Toar pada suatu ahri kepada Sarwono. “Ibu kan Jawa kowek entah dari mana, Bapak Tonsea. Aku lahir di Makasar, Pingkan di sini. Bingung? Jelas!” (Damono, 2015: 17-18).. Pingkan juga menjadi tokoh utama dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono karena alur dalam novel tersebut menceritakan tentang hubungan Pingkan bersama kekasihnya, yaitu Sarwono. Novel Hujan Bulan Juni banyak bercerita tentang Pingkan dan asal-usul Pingkan yang menjadi permasalah utama dalam hubungannya bersama Sarwono. Mulai dari budaya yang berbeda hingga keluarga Pingkan dari Menado tidak menyetujui hubungan Pingkan bersama Sarwono dan lebih memilih Pingkan menjalin hubungan dengan seorang dosen muda dari Menodo yang merupakan pilihan keluarganya karena keluarga Pingkan ingin Pingkan kerja, dan menjalani hidupnya di Manado saja, kota tempat ayahnya berasal. (10) Tante yang baik hati itu malah pernah berterus terang, agar Pinkan nanti selesai belajar di Jepang pulang saja ke Menado, mengajar di UNSRAT . “Beasiswanya didapat lewat UI, tante, jadi harus langsung kembali mengajar di sana,” jawabnya waktu itu (Damono, 2015: 67)..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. (11) “Tetapi kalau kau kawin dengan orang UNSRAT kan ada alasan pindah kemari,” katanya mendesak. “Pak Tumbelaka yang ganteng itu, yang ketemu kamu kamu ketika Sarwono ceramah, bilang sama Tante senang kalau bias menjadi menantu tante. Hehehe (Damono, 2015: 68).”. 2.1.2 Tokoh Tambahan Tokoh tambahan merupakan tokoh yang kehadirannya tidak mempengaruhi alur dalam cerita, tetapi memiliki kaitan erat dengan tokoh utama. Tokoh tambahan tidak banyak muncul dalam cerita dan biasanya diabaikan dalam kegiatan pembuatan sinopsis. Perbedaan tokoh tambahan dengan tokoh utama bersifat gradasi (Nurgiyantoro, 2005: 177, 178).Tokoh tambahan dalam novel Hujan Bulan Juni adalah Toar, Tante Henny, dan Katsuo, ketiga tokoh ini mempunyai pengaruh besar terhadap kecemasan yang dialami oleh tokoh utama. Toar menjadi tokoh tambahan dalam cerita karena Toar secara tidak langsung menjadi penghubung antara Sarwono dan Pingkan. Disisi lain, Toar mendukung hubungan Sarwono dan Pingkan tanpa banyak syarat. Toar adalah anak dari Pak Palenkahu dan Ibu Hartini.Toar merupakan kakak laki-laki dari Pingkan sekaligus teman Sarwono semasa SMA.. (12) Tetapi Bu Palenkahu ibunya Toar malah muncul justru lebih dahulu dari tamu-tamu lain (Damono, 2015:17).. (13) Ketika pertama kali mengenalnya di rumah Toar Palenkahu, temannya SMA, Sarwono langsung merasa dirinya menjadi tokoh utama sebuah sinetron dan adik Toar itu dalam otaknya yang sempat muncul sebagai Audrey Hepburn atau Grace Kelly tapi jelas bukan MAk Wok (Damono, 2015: 11)..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. Toar merupakan sosok yang suka bercerita dan juga humoris.Hal tersebut ditunjukan dalam kutipan (14) “ Ayah tidak pernah menyebut adegan itu sebagai akhir perang yang dimenangkannya, “ kata Toar memberi bumbu dongengnya, “tetapi jelas segala sesuatu yang dikatakan dan tindakan yang dilakukan Ayah menunjukan kebanggaan itu” (Damono, 2015:23) (15) “Ayah pernah bilang dari mana pun asal-usul Ibu terserah, bukan masalah, asla tidak dari neraka.” Toar diam sejenak menahan tawa.Tampaknya.Sarwono berpikir, ternyata yang bisa melucu bukan hanya orang Jawa yang namanya Basiyo.Orang Menado juga bisa.Ia yakin, selama masih bisa melucu orang berhak menjadi anggota masyarakat terhormat yang disebut intelektual gerombolan orang cerdas (Damono, 2015: 18).. Tante Henny juga termasuk tokoh tambahan, karena salah satu dari keluarga besar Pingkan yang menentang hubungan Pingkan dan Sarwono adalah tante Henny. Terlihat jelas bahwa tante Henny tidak menyukai Sarwono, dan bahkan sudah menjodohkan Pingkan dengan laki-laki lain yang merupakan laki-laki asli dari Menado. Tante Henny adalah tante dari Pingkan yang merupakan saudara ayah Pingkan di Manado.Tante Henny bekerja di Pemda Manado dan disibukkan dengan banyaknya kegiatan di kota Manado.. (16) “Tetapi kalau kau kawin dengan orang UNSRAT kan ada alasan pindah kemari,” katanya mendesak. “Pak Tumbelaka yang ganteng itu, yang ketemu kamu kamu ketika Sarwono ceramah, bilang sama Tante senang kalau bias menjadi menantu tante. Hehehe (Damono, 2015: 68).” (17) Tante Henny tidak ikut sebab ada tugas dari kantornya untuk berunding dengan Pemda merencanakan kegiatan tahunan yang berkaitan dengan ulang tahun kota Menado (Damono, 2015: 68)..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. Seperti ibu-ibu lainnya, tante Henny sangat pandai memasak. Ketika Pingkan berada di Manado, Tante Henny membuat masakan yang enak hanya untuk Pingkan yang jarang ke Manado.. (18) Setiap sarapan, Tante Henny menyedapkan penekuk dasyatnya tidak hanya dengan olesan keju dan selai tetapi juga dengan sapuan kisah yang dulu didengarnya dari Oma Pelenkahu (Damono, 2015: 58).. Katsuo juga termasuk tokoh tambahan, karena tokoh katsuo pernah sangat dekat dengan Pingkan, bahkan Katsuo memiliki rasa terhadap Pingkan. Hal tersebut diketahui oleh Sarwono yang membuat Sarwono khawatir jika Pingkan juga menyukai Katsuo. Katsuo adalah teman Pingkan yang berasal dari Jepang.Katsuo pernah datang ke Indosesia untuk belajar BIPA dan melanjutkan studi bidang lingustik di Pascasarjana.Katsuo merupakan sosok yang pandai bergaul dan baik.. (19) Pingkan pernah dekat dengan seorang mahasiswa Jepang yang belajar sejarah masa pendudukan Jepang di Program Sarjana. Namanya Katsuo, dari Kyoto. Laki-laki yang popular di kalangan cewek kampus iotu sudah lulus dan kabarnya mengajar di sebuah Universitas di Kyoto (Damono, 2015: 65).. 2.2. Penokohan Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang. ditampilkan dalam sebuah cerita.Penokohan mencakup tentang masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.Dalam penokohan, terkandung dua aspek, yaitu isi dan bentuk.Penokohan itu sendiri merupakan bagian, unsur, yang bersama dengan unsurunsur lain membentuk suatu totalitas.Penokohan merupakan unsur yang paling penting dan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan jalannya cerita..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. 2.2.1 Sarwono Penokohan Sarwono digambarkan sebagai berikut. Sarwono berasal dari Solo. Ia dibesarkan dari keluarga sederhana. Ayah Sarwono merupakan pensiunanan PNS. Setelah lulus SMA Sarwono nekat sekolah di Jakarta. Dengan usahanya sendiri, Sarwono berhasil mendapat gelar S2 dan membuat keluarganya bangga.. (20) Ayahnya bangga dia bisa menjadi Sarjana Magister pertama di lingkungan keluarga besar Eyang Tirto, kakeknya entah berapa generasi, yang tentu saja tidak pernah dikenalnya. (Damono, 2015: 16).. Dalam novel Hujan Bulan Juni, Sarwono digambarkan sebagai seorang laki-laki yang sederhana karena hasil didikan Ayah dan Ibunya yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja, tetapi sangat mementingkan pendidikan. Ia juga digambarkan sebagai sosok yang sangat cerdas. Sarwono lulus SMA dengan nilai yang baik dan bersekolah di Jakarta hingga berhasil mendapat S-2 Magister bahkan Sarwono hampir saja melajutkan studinya ke Amerika tetapi gagal karena ditemukan flek hitam mencurigakan di paru-paru Sarwono. (21) Ia lulus SMA dengan nilai sangat baik, tetapi paman-pamannya mendesak ibunya gar ia langsung bekerja saja dulu. Meraka khawatir kalau keluarga duafa itu tidak mampu menyekolahkan anaknya sampai selesai (Damono, 2015: 19-21).. (22) Dari si rambut putih ini, Pingkan tahu bahwa sebenarnya Sarwono pernah gagal melanjutkan studi ke Amerika gara-gara ada flek yang mencurigakan di paru-parunya(Damono, 2015: 28-29).. Sarwono sudah menjalin hubungan serius dengan Pingkan dan menganggap Pingkan salah satu orang yang penting dalam hidupnya.Sarwono juga merupakan tipe orang yang pemikir keras..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. (23) Ia mencintai gadis itu, tetapi tidak mampu berbuat apa pun tak terkecuali menulis puisi kalau sedang dalam keadaan puyeng memikirkannya. Ia harus menimbang-nimbang cintanya, atau hanya mampu menimbangnimbangnnya, kalau dalam keadaan tenang-setenang-tenangnya menghadapinya agar bisa diajak berbicara yang kemudian diselipkannya di antara larik-larik sajaknya (Damono, 2015: 25-26). Sarwono pandai memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk menafkahi diri sendiri salama berada di Jakarta. Sarwono pandai menulis, dengan kemampuannya membuat puisi, artikel, opini, atau apapun yang layak diterbitkan di koran atau majalah Sarwono mampu hidup mandiri karena ia tidak ingin menyusahkan kedua orang tuannya.. (24) Hujan, bisiknya entah kepada siapa. Kata temannya yang menjadi redaktur budaya Koran Swara Keyakinan, puisinya akan dimuat hari itu. Koran sore itu menyediakan ruangan khusus sastra setiap sabtu.Tulisan Sarwono boleh dibilang menjadi pengisi tetap di media cetak itu; apa saja tulisannya, dari sepak bola sampai politik, sesuai dengan janji kepada dirinya sendiri untuk tidak tergantung kepada orang tuanya yang PNS, yang gajinya pas-pasan saja untuk menyelenggarakan hidup (Damono, 2015: 2).. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Sarwono telah belajar Karawitan yang membuatnya mengenal banyak alat musik, dan peka terhadap bunyi. Sarwono sangat menyukai music jazz atau music klasik. Sarwono agak berbeda dengan laki-laki lain jaman sekarang yang lebih menyukai musik pop atau bahkan music rock.. (25) Pelajaran karawitan di SD telah membentuk Sawono menjadi pemuda yang peka terhadap bunyi, terhadap nada-nada yang disampaikan oleh berbagai alat musik modern yang malah mengingatkan nya pada berbagai jenis gendhing, ketawang, dan ladrang dalam karawitan- jenis-jenis karawitan yang harus dikenalnya dengan baik kalau tidak ingin nunggak kelas (Damono, 2015: 59-60)..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. Sarwono merupakan sosok yang pandaidan sangat mencintai pekerjaannya.Prinsip Sarwono adalah menjalani pekerjaan dengan senang hati, dan selalu tepat waktu.Diceritakan juga bahwa Ia mencintai negeri Indonesia tempatnya lahir dan besar. Sarwono tidak pernah berpikir untuk bekerja di negara lain, meskipun banyak yang menawarkan dengan gaji yang cukup besar. (26) Dalam keadaan apa pun ia harus mencari data agar laporan bisa disusun tepat waktu meskupun selalu saja terlambat karena ini dan itu. Dan terlambat berarti ada sekian persen dana dipotong, sesuai dengan perjanjian. Prodi tentu tidak mau hal itu terjadi sebab pengaruhnya terhadap honor semua pihak terlibat. Itu sebabnya Sarwono berusaha sebaik-baiknya untuk menaati jadwal yang sudah disusunnya sendiri, yang kalau meleset berarto berkurangnya kemungkinan untuk diikutkan lagi dalam proyek (Damono, 2015: 6). Dalam hubungannya bersama Pingkan, terdapat banyak perbedaan yang menghalangi.Perbedaan budaya dan keyakinan adalah masalah utama. Meskipun Sarwono mencintai Pingkan, Sarwono merasa ragu akan kelanjutan hubungannya bersama Pingkan apalagi Pingkan yang akan melanjutkan studynya ke Jepang semakin membuat Sarwono gelisah karena Sarwono tahu, salah satu dosen muda di Jepang yang bernama Katsuo menyukai Pingkan. (27) Rupanya tante-tante itu membawa amanat kaumnnya agar membujuk Bu Pelenkahu mengawasi anak perempuannya, khawatir kalau jatuh ke tangan si Jawa itu, ya Sarwono itu. Mereka rupanya kena pengaruh dosen UNSRAT yang ternyata menyimpan keinginan untuk menikahi Pingkan (Damono, 2015 : 85). (28) Pingkan pernah dekat dengan seorang mahasiswa Jepang yang belajar sejarah masa pendudukan Jepang di Program Pascasarjana. Namanya Katsuo, dari Kyoto. Pingkan sama sekali tidak pernah menyinggung hubungannya dengan orang Jepang itu, tetapi Sarwono pernah diberi tahu jauh sebelumnya bahwa Unioversitas Kyoto adalah tempat belajarnya nanti (Damono, 2015:65)..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. Keraguan dan kegelisan tersebutlah yang membuat kecemasan pada Sarwono muncul. Sarwono seringkali berdebat dengan dirinya sendiri tentang masa depannya bersama Pingkan yang penuh ketidakpastian. Sarwono mengalihkan semua kecemasannya tersebut dengan membuat puisi, artikel maupun berita yang nantinya akan di kirim ke media cetak untuk diterbitkan. (29) Ia mencintai gadis itu, tetapi tidak mampu berbuat apa pun- tak terkecuali menulis puisi kalau sedang dalam keadaan puyeng memikirkannya. Ia harus menimbang-nimbang cintanya, atau hanya mampu menimbangnimbangnya, kalau dalam keadaan tenang-setenang-tenangnya menghadapinya agar bias diajak berbicara yang kemudian diselipkannya di antara larik-larik sajaknya (Damono, 2015: 25-26).. Sarwono dan Pingkan sama-sama disibukkan dengan kegiatan mereka. Sarwono disibukkan dengan banyak penelitian ke berbagai daerah terpencil, sedangkan Pingkan yang berada di Jepang disibukkan dengan persiapan beberapa mahasiswa Jepang yang akan ke Indonesia selama beberapa minggu. Kesibukan mereka berdua membuat komunikasi hanya dapat dilakukan dengan sekedar berkirim foto kegiatan masing-masing yang dilakukan via Whatsapp (WA). Pada akhir cerita, diceritakan bahwa Sarwono jatuh sakit dan harus di rawat di rumah sakit dalam beberapa minggu.. (30) Bebera bulan setelah kepergian Pingkan ia sempat berkeliling Indonesia, terutama ke kawasan Timur yang menurut banyak rekannya masih perlu „diperawani‟ demi menghasilkan penelitian yang sehat (Damono, 2015 : 104). (31) Pingkan juga sangat amat sibuk menyiapkan 20 mahasiswa yang akan ke Indonesia selama beberapa minggu untuk mengikuti berbagai kegiatan, sambil mempraktikkan kemampuan berbahasa (Damono, 2015 : 103104). (32) Mula-mula Pingkan menduga ada apa-apa dengan ibunya, tetapi WA selanjutnya menjelaskan bahwa Sarwono sedang mengalami perawatan intensif di Rumah Sakit Pusat (Damono, 2015: 127)..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. 2.2.2 Pingkan Dalam novel Hujan Bulan Juni penokohan Pingkan digambarkan sebagai berikut.Sejak Pingkan SD, ayahnya telah meninggal karena penyakit malaria yang menyerangnya sehinnga membuat Pingkan tumbuh dalam didikan Ibunya saja.Pingkan tumbuh menjadi perempuan yang cantik dan cerdas, tetapi ia merupakan sosok yang tidak mudah beradaptasi dengan hal-hal yang masih asing baginya.. (33) Si kerempeng itu menyalaminya sambil bertanya dengan tampang yang diganjil-ganjilkan kenapa gerangan Pingkan tidak nongol. Toar, yang sekarang bekerja di sebuah bank, juga tidak tampak, katanya ngurus adiknya yang mau pindah kos di Jakarta karena tidak cocok sama pamannya. Kata Toar, susah bagi Pingkan menyesuaikan perangainnya dengan keluarga yang tembak langsung dari pelosok Minahasa. Sepanjang pesta kecil-kecilan itu Sarwono membayangkan tampang Pingkan ketika memanggilnya “Kang Serba Ada”.Moga-moga si Semprul cantik itu tahu bahwa aku mnegharapkannya dating, katanya dalam hati (Damono, 2015: 17). Tidak hanya cerdas dan baik, Pingkan juga merupakan sosok yang tidak tegaan dan juga sangat perhatian. Sarwono adalah sosok yang sangat dicintai oleh Pingkan.Pingkan sering bepergian ke Jepang karana selalu dipilih menjadi utusan dari jurusannya.Karena sering bepergian ke Jepang, Pingkan memeliki banyak teman disana dan juga karena Pingkan merupakan sosok yang ramah dan baik sehingga mudah mendapatkan teman.. (34) “He, apa kamu berlemak?” “Nih, coba pegang lenganku, kan keras.Gak macam tubuhmu yang kata Toar hanya tulang-belulang.” “Tapi kan sehat.” “Sehat apa?Suka ngrokok dan batuk-batuk kok sehat!” Gadis itu merasa salah telah meamsuki wilayah haram menyebut-nyebut perkara batuk-batuk yang mungkin ada kaitannya dengan flek di paruparu Sarwono.Pingkan segera menghentikan omong sekenanya itu dan.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. minta Sarwono menyentuh-nyentuh iPad-nya mencari musik (Damono, 2015: 35). (35) Dengan logat yang diupayakan mirip car bicara orang Manado, Pingkan meminta petugas restoran untuk mengecilkan suara musik dari album sebuah band yang sedang menjadi idola anak muda. Sebenarnya ia tidak merasa amat terganggu, tetapi tahu benar bahwa Sarwono tampak berulang kali menyampaikan rasa tidak nyamannya dengan kernyit dahi setiap kali terdengar lengkingan suara penyanyi dan jerit gitar elektrik yang menjadi ciri band itu “Sip Ping, kamu telah membebaskanku dari peradaban purba,” kata Sarwono. “hebatnya lagi, kamu masih bias menirukan logat ayahmu bicara.” “Kata Ibu, kita harus empan papan. Meskipun tidak suka, harus bertatacara sesuai dengan tempatnya.”(Damono, 2015: 46-47). Pingkan merupakan sosok perempuan yang mempunyai rasa ingin tahu sangat tinggi.Ia selalu bertanya banyak dan bahkan mencari tau sendiri jika penasaran dengan suatu hal. Terutama tentang asal usul namanya sendiri. Sejak kecil ia selalu bertanya kepada ayahnya mengapa ia diberi nama Pingkan. Pingkan juga tidak suka disebut orang Manado, meskipun ayahnya berasal dari Manado. Sampai sekarang Pingkan masih bingung menjawab pertanyaan orang-orang yang menanyakan asalnya, karena Pingkan sendiri bingung ia harus mengikuti ayah atau ibunya.. (36) Beberapa kali Pingkan pernah menanyakan kepada ayahnya, kenapa ia dinamakan Pingkan. “Kau ini lucu, gak ada anak yang tanya begitu,” jawab ayahnya. “Iya, Papa, kenapa namaku Menado, bukan Jawa?” “Kalau itu, tanya ibumu.” “Sudah tanya. Kata Ibu, tanya saja ayahmu.” (Damono,2015: 50). (37) Di Solo ia jadi Menado; di Menado ia dibilang Jawa. Di mana gerangan Indonesia Raya seperti yang dikatakan Sarwono? Yang menjadi label itu nama atau darah? Tentu saja dulu ayahnya tidak tertarik memberinya nama Bawuk atau Tumbu, misalnya. Itu semua nama Jawa; ayahnya seorang Pelenkahu. Ibunya tidak pernah bisa atau mau menyebut dirinya Jawa, meskipun memang Jawa (Damono, 2015: 22)..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. Pingkan merupakan perempuan yang cantik yang mirip dengan ibunya dan sangat menyukai musik klasik sama halnya dengan Sarwono. Ia bukan tipe orang yang rela menghabisakan uang untuk sesuatu yang tidak terlalu penting. Pingkan juga merupakan sosok yang sangat menyayangi Ibunya sendiri melebih apapun. (38) Namun, kesukaan Pingkan pada musik tidak sampai pada taraf menghabiskan uang jajanannya untuk membeli CD impor meskipun ia juga sama sekali tidak pernah membuang uang hanya supaya bisa membeli CD enam ribuan sekeping (Damono, 2015: 33). (39) Gadis itu mencintai ibunya, tidak pernah membayangkan dirinya sebagai Elektra meskipun tahu bahwa ayahnya dulu selalu menunjukan rasa sayang yang kadang-kadang terasa berlebihan padanya. Ia merasa lega etika di bandara ibunya sempat membisikkan keinginannya untuk pindah ke Jakarta kalau nanti ia sudah berumah tangga dengan Sarwono. (Damono, 2015, 124).. Pingkan sangat suka melihat bunga terutama bunga sakura. Meskipun di Jakarta ia hidup sendiri serta sudah dewasa, Pingkan tidak pernah dan tidak suka meminum minuman alkohol dalam bentuk apapun. Dalam bersosialisasi Pingkan juga merupak tipe orang yang dapat menghargai pendapat orang lain, membiarkan orang lain mengungkapkan pikiran terlebih dahulu sebelum ia berbicara.. (40) “Aku bilang ntar sama Sensei,” kata Pingkan sambil ,membayangkan kuntum-kuntum bunga sakura satu demi satu bermekaran tepat di awal April. Ia memejamkan dan menutup matanya dengan kedua telapak tangannya, tidak mau membayangkan bunga-bunga itu seminggu kemudian, ya hanya seminggu lamanya, akan berguguran (Damono, 2015 : 96). (41) Dalam hal hubungannya dengan Sarwono, Pingkan kadang-kadang merasa dirirnya cengeng. Ketika di Menado ia pernah mendadak dan ingin menangis ketika dengan menjengkelkan Tante Keke membujuknyua untuk meninggalkan Sarwono. Untung segera ia bisa menahan perasaannya. Sebagai sarjana yang mempelajari kebudayaan.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. asing, dan diajari untuk menghargai pendapat kaum lain, Pingkan tidak bisa menerima sikap semacam itu.Tidak sekedar menjengkelkan, tetapi bisa merusak pola hubungan yang sudah ditenun sekian lam dengan ketempilan khusus (Damono, 2015: 94-95).. Pingkan sudah menaruh rasa pada Sarwono sejak Sarwono SMA dan sering mengerjakan tugas di rumah Toar kakak Pingkan. Pingkan merasa bangga bisa menjalin hubungan dengan Sarwono yang merupakan laki-laki cerdas. Hanya saja, dalam diri Pingkan muncul keraguan tentang perasaan Sarwono kepadanya.Pingkan merasa kurang yakin bahwa Sarwono benar-benar serius padanya.. (42) Sejak pertama mengenal; Sarwono ketika masih suka pura-pura belajar bersama dengan Toar, Pingkan tahu bahwa lelaki muda itu tidak hanya baik perangainya tetapi juga cerdas. Dan bahwa sahabat kakanya itu jelas memberikan perhatian khusus padanya.Dulu teman-teman perempuan sekelasnya di SMP sering keceplosan bilang lebih suka dipacari lelaki kurang ditampang tapi lebih di otak daripada koboi pilek yang suka pamer jeans belel kalau lagi nampang (Damono, 2015: 29). (43) Ia hanya menjadi lebih sauka diam karena mulai dengan sungguhsungguh mempertimbangkan cintanya kepada Sarwono. Itu ebabnya ketika Sarwono menjelaskan kepada pengantarnya bahwa mereka mau kawin, Pingkan tiba-tiba menjadi lega.Ia melamarku, katanya dalam hati.Ia mencintaiku, ya si Menner in ternyata mencintaiku (Damono, 2015: 30-31).. Ketika Pingkan berada di Jepang karena mendapat tugas dari Kaprodinya, ia bertemu dengan Katsou. Katsuolah yang menemani Pingkan selama di Jepang. Pingkan menganggap Katsuo sebagai sahabatnya, tetapi Katsuo merasakan hal yang berbeda.. (44) Namun, sebenarnya yang menjadikannya agak resah adalah manusia Jepang yang satunya lagi, si Sontoloyo yang namanya Katsuo itu, yang ketika mahasiswa sangat popular antara lain karena suka menraktir kawan-kawannya. Sekarang ia sudah menunggu Pingkan di Kyoto. Ia.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. simpatik, kata Pingkan suatu kali ketika Sarwono iseng-iseng menyinggung namanya (Damono, 2015: 98).. Pada akhir cerita, Pingkan yang berada di Jepang disibukkan dengan berbagai kegiatan, sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk menghubungi kekasihnya, Sarwono. Setelah beberapa lama di Jepang, Pingkan kaget ketika mendapatkan kabar dari ibunya bahwa sudah beberapa minggu Sarwono sedang di rawat di rumah sakit. Pingkan akhirnya harus pulang ke Indonesia, dan menitipkan sisa pekerjaannya ke Katsuo. Ketika Pingkan berada di rumah sakit, ibu Sarwono memberikan titipan Sarwono untuk Pingkan yaitu, koran yang berisi tiga sajak pendek karya Sarwono sendiri yang dimuat di koran tersebut. (45) Dibacanya WA yang sejak tadi rupanya menunggu nyala selularnya, dari Toar, kau harus segera ke Solo. Mula-mula Pingkan menduga ada apaapa dengan ibunya, ttapi WA selanjutnya menjelaskan bahwa Sarwono sedang mengalami perawatan intensif di rumah sakit pusat. Sudah beberapa hari, tetapi Sar melarang kami memberi tahu kamu (Damono,2015:127-128). (46) “Pingkan, Sarwono memberikan koran ini, katanya agar segera diserahkan kepada kamu.” Sangat hati-hati Pingkan membuka lipatan itu dan segera dilihatnya tiga buah sajak pendek di salah satu sudut halamannya (Damono, 2015: 130).. 2.2.3 Toar Toar bekerja di sebuah bank swasta, dan karena pekerjaannya tersebut, Toar harus menetap di ibukota Kabupaten Halmahera. Toar adalah sosok yang percaya diri dan bertanggung jawab.Ia juga menaruh hati kepada putri kepala kantor dimana ia bekerja dan akan menikahinya.. (47) Toar sudah setahun di ibukota Kabupaten Halmahera Utara itu karena kena mutasi bekerja di sebuah bank swasta..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. (48) Di sana ia berkenalan dengan putri kepala kantornya, dan kena bujuk untuk mengawininya. Tidak juga tepat kalau dikatakan kena bujuk sebab Toar memang menaruh hati pada gadis hitam manis yang rambutnya kriwil bagaikan penyanyi rap (Damono, 2015: 69).. Toar sangat jelas menyangi adiknya.Toar sangat menyetujui hubungan Pingkan dan Sarwono tanpa mempermasalahkan apapun.. (49) Kepada kakaknya, Pingkan beberapa kali mengirim WA, memintanya untuk menjaga „calon iparmu‟ di Tobelo. Ia ringkih, Toar. KAu pasti lebih tau tentang itu.Toar suka terharu membaca adiknya yang berulang kali mengingatkan hal itu.Ia hanya menjawab, Aman, Ping.Semua aman (Damono, 2015:106). (50) Ia suka iri hati terhadap kecerdasan adiknya. Itu sebabnya ia memilih sekolah Akademi Bank saja agar cepat selesai tanpa membebani ibunya. Kalau bisa malah bisa membantu biaya kuliah Pingkan (Damono, 2015: 106). 2.2.4 Tante Henny Tante Henny begitu perhatian pada Pingkan dan menyangi Pingkan, ponakannya. Tante Henny sangat menginginkan Pingkan tinggal dan bekerja di Manado saja dan ia kurang setuju dengan hubungan Pingkan bersama Sarwono. Tante Henny lebih menyukai Pingkan jika bersuami dengan orang Manado saja, bahkan tante Henny sudah menjodohkan Pingkan dengan seorang dosen muda di UNSRAT.. (51) Tante Henny tidak ikut sebab ada tugas dari kantornya untuk berunding dengan Pemda merencanakan kegiatan tahunan yang berkaitan dengan ulang tahun kota Manado. Pingkan agak kecewa Tante Henny tidak ikut, sebab selama di tanah nenek-moyangnya itu ia merasa selalu diurus dengan baik olehnyana. Tante yang baik hati itu malah pernah berterusterang agar Pingkan nanti selesai belajar di Jepang pulang saja ke Manado, mengajar di UNSRAT (Damono, 2015: 68)..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. (52) “Tetapi kalau kau kawin dengan orang UNSRAT kan ada alasan pindah kemari,” katanya mendesak. “Pak Tumbeleka yang ganteng itu, yang ketemu kamu ketika Sarwono ceramah, bilang sama Tante senang kalau bisa menjadi menantu tante. Heheh.” (Damono, 2015: 68).. Kehadiran tokoh tante Henny yang menjodohkan Pingkan dengan laki-laki lain menambah permasalah dalam hubungan Pingkan dan Sarwono. Terlihat jelas bahwa Tante Henny tidak menyukai jika Pingkan menikah dengan Sarwono yang bukan berasal dari Manado.Hal tersebut membuat Sarwono dan Pingkan dilanda kecemasan. Sarwono tahu betul bagaimana usaha tante Henny agar Pingkan menetap di Manado dan menikah dengan orang Manado.Sarwono semakin gelisah dan menyebabkan konflik pada batinnya sendiri.. 2.2.5 Katsuo Katsou adalah sosok yang begitu mengagumi negaranya sendiri terutama kota tempat ia tinggal yaitu Kyoto. Ia mengagumi sosok perempuan seperti Pingkan, bukan hanya mengagumi, Katsuo juga menyayangi pingkan.. (53). Katsuo menyaksikan indahnya gaya mabok Pingkan, tertawa kecil sambol menepuk pundak gadis itu, Benar apa yang dulu aku bilang, kan? Kalau mau menyaksikan keidahan Jepang purba, datanglah ke Kyoto pada awal musim semi.Ia tentu saja bohong sebab keindahan semacam itu ada di mana-mana di Jepang. Katsuo selalu membanggakan kota itu sebagai ibu kota Jepang sebelum pindah ke Tokyo. Hanya digeser suku katanya saja, Kyoto, jadi Tokyo.Mirip Kartasura sebagai Ibukota kerjaan JAwa di zaman lampau yang diubah menjadi Surakarta ketika pindah ke Desa sala di pinggir Bengawan (Damono, 2015: 122).. (54) Namun, sebenarnya yang menjadikannya agak resah adalah manusia Jepang yang satunya lagi, si Sontoloyo yang namanya Katsuo itu, yang ketika mahasiswa sangat popular antara lain karena suka menraktir kawan-kawannya. Sekarang ia sudah menunggu Pingkan di Kyoto. Ia simpatik, kata Pingkan suatu kali ketika Sarwono iseng-iseng menyinggung namanya (Damono, 2015: 98)..

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa Indonesia adalah Bahasa nasional Bangsa Indonesia. Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pemersatu berbagai bahasa daerah

Pada simpang tiga pasar Punggur ini masih layak untuk menampung arus lalu lintas dari arah Metro, Kota Gajah dan Gunung Sugih, terlihat dari kapasitas dasar untuk

Implementasi metode fuzzy akan mengalami beberapa tahap dalam merepresentasikan semua parameter, dimana dengan kombinasi rule yang ada maka akan diperoleh suatu solusi

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan intensitas cahaya dan jenis mulsa, berpengaruh nyata atau tidak nyata terhadap pertambahan diameter batang semai eboni maka

Sedangkan yang dimaksud dengan deposito syari’ah adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang

Dalam penelitian ini karakteristik variabel yang dianalisis yaitu usia akseptor, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat penghasilan, jumlah anak, budaya

Caranipun ngêmpalakên data ngginakakên lampahing panalitèn filologi, inggih mênikå deskripsi naskah såhå teks, transkripsi teks, transliterasi teks, suntingan teks