• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2006

N/A
N/A
Rasdianah Kadir

Academic year: 2024

Membagikan "BUKU PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2006"

Copied!
322
0
0

Teks penuh

Namun “Profil Kesehatan Indonesia 2006” masih memiliki keterbatasan karena masih ada beberapa data yang belum terkumpul. Semoga “Profil Kesehatan Indonesia 2006” ini bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan akan data dan informasi kesehatan terkini sesuai dengan harapan kita semua. Saya menyambut baik terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2006” yang lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Dengan diterbitkannya “Profil Kesehatan Indonesia 2006” yang juga memuat peristiwa-peristiwa penting di tahun 2006, saya berharap profil ini dapat digunakan dalam pengambilan keputusan data dan informasi (evidence based) serta digunakan sebagai acuan data dan informasi. Lampiran 2.8 Persentase melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas, menurut gender dan wilayah pada tahun 2006 (kota+pedesaan). Lampiran 2.8.a Persentase keterampilan membaca dan menulis penduduk usia 10 tahun ke atas menurut gender dan wilayah pada tahun 2006 (perkotaan).

Lampiran 2.8.b Persentase melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas menurut gender dan wilayah pada tahun 2006 (daerah pedesaan). Lampiran 2.9 Persentase status pendidikan penduduk usia 10 tahun ke atas menurut wilayah pada tahun 2006 (kota+perdesaan).

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2.3 Persentase penduduk menurut kelompok umur tertentu, angka beban ketergantungan dan provinsi pada tahun 2006 (perkotaan + pedesaan). Lampiran 3.33 Jumlah penderita, angka kematian (%) dan kejadian demam berdarah dengue (DBD/DBD) menurut provinsi tahun 2000-2006. Lampiran 4.13.b Jumlah kunjungan rawat jalan dan gangguan jiwa di rumah sakit menurut provinsi tahun 2006.

PENDAHULUAN

  • KEADAAN PENDUDUK
  • KEADAAN EKONOMI
  • KEADAAN PENDIDIKAN
  • KEADAAN LINGKUNGAN
  • KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
  • MORTALITAS

Provinsi dengan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindungi terbesar adalah DKI Jakarta sebesar 99,44%, disusul Bali sebesar 93,61%, dan Jawa Timur sebesar 89,26%. Persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindungi terendah terdapat di provinsi Papua yaitu 50,47%, disusul Kalimantan Tengah (54,23%) dan Irian Jaya Barat (57,05%). Persentase rumah tangga yang mempunyai sumber air minum dari pompa/sumur/sumur menurut tipe wilayah, jarak ke tempat pembuangan sampah/tinja/septic tank terdekat dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.13.

Proporsi rumah tangga yang memiliki fasilitas buang air besar sendiri di perkotaan dan perdesaan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Provinsi dengan persentase rumah tangga yang mempunyai tempat buang air besar sendiri tertinggi adalah Provinsi Riau sebesar 80,96%, disusul Kalimantan Timur sebesar 75,01%, dan DKI Jakarta sebesar 74,74%. Sedangkan persentase rumah tangga yang mempunyai tempat buang air besar sendiri paling rendah terdapat di Provinsi Gorontalo sebesar 28,83%.

Persentase rumah tangga menurut obat pencahar, jenis wilayah dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.14. Persentase rumah tangga menurut luas tempat tinggal (m2), jenis luas dan wilayah pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.11.

Tabel 2.2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan signifikan terjadi pada  persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK  hingga Universitas antara wilayah perkotaan dengan perdesaan
Tabel 2.2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan signifikan terjadi pada persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga Universitas antara wilayah perkotaan dengan perdesaan

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

MORBIDITAS

Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.12 di bawah ini. Sebaran pasien menurut bab ICD-X untuk pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit di Indonesia tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.5 dan 3.6. Jumlah kasus dan API/AMI malaria menurut provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.7 dan Lampiran 3.8.

Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah melalui vaksinasi menurut provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.19. Jumlah kasus campak menurut kelompok umur pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.17. Jumlah kasus campak dan vaksinasi campak menurut provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.21 dan Lampiran 3.22.

Jumlah penderita dan kejadian batuk rejan menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.24. Klasifikasi neoplasma ganas di rumah sakit di Indonesia tahun 2006 dapat dilihat dari dua tabel berikut.

Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS  di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun (89,83%)
Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun (89,83%)

UPAYA KESEHATAN

Cakupan kelahiran tenaga kesehatan menurut provinsi dibandingkan dengan angka nasional ditunjukkan pada Gambar 4.6 di bawah ini. Rincian persentase alat/cara KB yang digunakan peserta KB aktif menurut provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.5 dan 4.6. Jumlah dan pangsa kumulatif peserta KB baru menurut lokasi pelayanan dan wilayah pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.7.

Sementara itu, gambaran capaian UCI tingkat desa/kelurahan menurut provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.14 di bawah ini. Sedangkan rincian cakupan imunisasi bayi untuk masing-masing jenis vaksin menurut provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.9 dan Lampiran 4.10. Gambaran vaksinasi ibu hamil TT-2 menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Gambar 4.18, dan data selengkapnya pada Lampiran 4.12.

Persentase cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi, balita, dan ibu nifas tahun 2006 per provinsi dapat dilihat pada lampiran 4.23. Perkembangan cakupan pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) dari tahun ke tahun dapat dilihat pada gambar 4.42 di bawah ini. Pelaporan pemberian tablet zat besi (Fe-3) pada ibu hamil per provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada gambar 4.43 berikut dan lampiran 4.24.

SUMBER DAYA KESEHATAN

Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes)

Desa Siaga

Pelatihan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan dan mutu tenaga kesehatan sehingga meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelatihan bagi tenaga kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui berbagai lembaga pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh lembaga pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes) yang ada, hanya sedikit yang berada di bawah tanggung jawab Kementerian Kesehatan dalam koordinasi dan pengembangannya, yang dikelompokkan menjadi Lembaga Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan lembaga non-Poltekkes Diknakes.

Jika dilihat dari kepemilikannya, jumlah Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan non-Poltekke pada tahun 2006 adalah sebesar 81,17% milik swasta, sedangkan sisanya milik Pemerintah Daerah (14,45%) dan TNI/POLRI (4,37%). Jumlah Lembaga Pendidikan Kesehatan Non Poltekke menurut jenis jurusan atau program studi dan status kepemilikan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.18 dan 5.20. Berdasarkan rasio tenaga kesehatan di atas, dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk tahun 2010, diperkirakan pada tahun 2010 kebutuhan akan tenaga kesehatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Pelayanan Kesehatan membuat proyeksi tenaga kesehatan pada tahun 2006 berdasarkan jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2003 ditambah lulusan per tahun. Sumber daya manusia kesehatan di daerah terdiri dari sumber daya manusia kesehatan yang bekerja pada satuan kesehatan (lembaga pelayanan dan non pelayanan) di provinsi dan kabupaten/kota dengan PNS, CPNS, PTT, TNI/POLRI dan pegawai swasta yang bekerja pada Dinas dan UPT Kesehatan provinsi. , Dinas Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/poliklinik dan fasilitas kesehatan lainnya milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan TNI/POLRI, pada tahun 2005 berjumlah 320.307 orang yang terdiri dari 279.628 orang (87,30%) tenaga kesehatan dan 40.679 orang (12,70%) pekerja non medis. Jumlah, persentase tenaga kesehatan dan rasio per 100.000 penduduk menurut jenisnya disajikan pada tabel 5.5 di bawah ini.

Jumlah tersebut meningkat sebesar 8,24% dari tahun 2005, dimana lulusan Politeknik Kesehatan dan Non Politeknik Kesehatan pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 4,92% dari tahun 2004 yang dapat dilihat pada tabel 5.7. Tiga provinsi yang paling banyak menghasilkan lulusan dari institusi kesehatan non politeknik pada tahun 2006 adalah Jawa Tengah (6.159 lulusan), DKI Jakarta (5.503 lulusan), Jawa Timur (5.346 lulusan). Untuk institusi politeknik kesehatan, tiga provinsi penghasil lulusan tenaga kesehatan terbanyak adalah Jawa Timur (1.323 lulusan), Jawa Barat (1.172 lulusan) dan DKI Jakarta (1.101 lulusan).

Rincian sebaran lulusan institusi kesehatan non politeknik berdasarkan provinsi dan jenis tenaga dapat dilihat pada Lampiran 5.31 dan 5.32. Pelatihan bagi tenaga kesehatan terdiri atas pelatihan prajabatan atau prajabatan, pelatihan struktural, pelatihan fungsional, dan pelatihan teknis. Data pelatihan tenaga kesehatan diperoleh dari laporan kegiatan Bapelkes dan permintaan sertifikat pelatihan dari Pusdiklat.

TABEL 5.2  JUMLAH DESA SIAGA
TABEL 5.2 JUMLAH DESA SIAGA

PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA ASEAN DAN SEARO

Pertumbuhan penduduk di negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 6.1 dan pertumbuhan penduduk di negara-negara SEARO dapat dilihat pada Lampiran 6.2. Data yang diperoleh dari Survei Imunisasi tahun 2007 menunjukkan perbedaan angka kematian balita yang mencolok antar negara anggota ASEAN pada tahun 2005. Di antara negara anggota ASEAN, pada tahun 2006 Laos merupakan negara dengan angka kematian balita (CDR) tertinggi, yakni sebesar 13 per anak. 1.000 penduduk.

Di antara negara-negara di SEARO, Timor Lorosa'e mempunyai angka kematian kasar tertinggi pada tahun 2006, yaitu 15 kematian per 1.000 penduduk. Pada tahun 2005, prevalensi tuberkulosis di negara-negara anggota ASEAN berkisar antara 28 hingga 703 per 100.000 penduduk. Perbandingan prevalensi TBC dan kematian akibat TBC antara Indonesia dan negara SEARO dapat dilihat pada Gambar 6.24.

Pada tahun 2006, jumlah kasus tetanus neonatal tertinggi di antara negara-negara ASEAN terjadi di Filipina dan Indonesia. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah melalui imunisasi di negara-negara ASEAN dan SEARO pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 6.9 dan 6.10. Jika di antara negara-negara ASEAN penemuan terendah terdapat di Indonesia, maka di negara SEARO penemuan terendah terdapat di Bhutan yaitu 31%.

GAMBAR 6.1                                         JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
GAMBAR 6.1 JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN

DAFTAR PUSTAKA

Abjad Latin untuk abjad Latin buta untuk abjad Latin buta untuk buta. PERATUSAN PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN MENGIKUT JANTINA DAN WILAYAH PADA TAHUN 2006. PERATUSAN PENDUDUK UMUR 10 TAHUN MENGIKUT WILAYAH, JANTINA DAN LITERASI PADA TAHUN 2006.

PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA USIA 10 KE ATAS MENURUT JUDI/STTB TERTINGGI DAN PROVINSI TAHUN 2006. PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG SUMBER AIR MINUM DARI POMPA/POMPA PINTU/POMPA SIRIP/PITU PINTU. FITUR TEMPAT DAN PROVINSI. PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGALAMI PENGADUAN KESEHATAN PADA BULAN REFERENSI MENURUT JENIS PENGADUAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2006.

PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN OBAT AMOLOLT DAN MENGOBATI SENDIRI PADA BULAN REFERENSI YANG DIDISTRIBUSIKAN MENURUT JENIS DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006. PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN OBAT AMOLOLT REFERENSI TAHUN 2006/2006. 6.

Referensi

Dokumen terkait