• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA ASEAN DAN SEARO

Dalam dokumen BUKU PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2006 (Halaman 142-166)

Indonesia merupakan salah satu anggota sekaligus pendiri ASEAN (Association of South East Asian Nations) yaitu organisasi negara-negara di Asia Tenggara yang beranggotakan 10 negara. ASEAN dibentuk dengan tujuan untuk mengukuhkan kerjasama negara-negara di Asia Tenggara dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta pertahanan dan keamanan.

Sedangkan berdasarkan pengelompokkan negara menurut WHO, Indonesia termasuk dalam negara SEARO (South East Asian Region/SEARO) bersama 10 negara lainnya, yaitu Bangladesh, Bhutan, Korea Utara (Democratic Peoples Republic of Korea/DPR Korea), India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste.

Perbandingan antar negara, baik dengan negara-negara ASEAN maupun SEARO, dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negara-negara lain dalam kawasan yang sama. Dalam bab ini akan dibahas perbandingan antara Indonesia dengan negara ASEAN dan SEARO dari aspek kependudukan, derajat kesehatan, dan upaya kesehatan.

A. KEPENDUDUKAN

Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan penduduk yaitu jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, angka beban tanggungan, dan angka kelahiran.

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk 1.1. Kawasan ASEAN

Berdasarkan data dari “world populations data sheet”, pada pertengahan tahun 2006, Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak di antara negara anggota ASEAN lainnya dengan jumlah penduduk 225,5 juta jiwa. Dengan wilayah negara terluas Indonesia selalu menempati rangking satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di ASEAN.

Sedangkan Brunei Darussalam memiliki jumlah penduduk paling rendah yaitu 0,4 juta jiwa.

Sementara bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai negara yang paling padat yaitu 7.174 penduduk per km2. Angka tersebut jauh di atas negara

BAB VI

PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN

anggota ASEAN lainnya yang mempunyai kepadatan penduduk di bawah 300 per km2. Kepadatan penduduk terendah terjadi di Laos yaitu 25 penduduk per km2.

Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk masing-masing negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan 6.2 berikut.

GAMBAR 6.1 JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN

TAHUN 2006

GAMBAR 6.2

KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN (perkm2) TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006 Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

1.2. Kawasan SEARO

Jika di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan penduduk terbesar, di kawasan SEARO Indonesia menempati peringkat kedua setelah India. India merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di antara negara SEARO bahkan menduduki peringkat kedua di dunia setelah China dengan jumlah penduduk 1.121,8 juta jiwa. Sedangkan 9 negara lainnya berpenduduk kurang dari 100 juta jiwa, bahkan jumlah penduduk di Maladewa dan Bhutan masing-masing 0,3 juta dan 0,9 juta jiwa dan merupakan negara dengan jumlah penduduk terkecil di kawasan SEARO.

Walaupun memiliki jumlah penduduk terkecil, dengan luas wilayah yang juga relatif kecil Maladewa merupakan negara dengan kepadatan penduduk kedua tertinggi setelah Bangladeshh yaitu 990 jiwa per km2. Kepadatan penduduk terendah adalah Bhutan yaitu 19 jiwa per km2.

GAMBAR 6.3 JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO

TAHUN 2006

GAMBAR 6.4

KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO (per km2) TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006 Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

2. Laju Pertumbuhan Penduduk

Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk di segenap

bidang kehidupan. Indikator tersebut biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi.

2.1. Kawasan ASEAN

Selama periode waktu 1990-2005, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di antara negara anggota ASEAN terjadi di Brunei Darussalam dan Kamboja dengan laju pertumbuhan penduduk masing-masing 2,5%. Sedangkan Thailand, Indonesia, dan Myanmar merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk paling lambat yaitu masing-masing 1%, 1,4%, dan 1,4%.

2.2. Kawasan SEARO

Berdasarkan sumber yang sama selama periode waktu 1990-2005 laju pertumbuhan penduduk di negara-negara SEARO berkisar antara 0,9 dan 2,8 dengan laju tertinggi terjadi di Maladewa. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah terjadi di Korea Utara (DPR Korea). Laju pertumbuhan penduduk di negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran 6.1 dan laju pertumbuhan penduduk di negara-negara SEARO di Lampiran 6.2.

3. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (kelompok umur 0-14 tahun) dan tidak produktif lagi (kelompok umur 65 tahun keatas).

3.1. Kawasan ASEAN

Dilihat dari persentase penduduk menurut kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas untuk keadaan tahun 2006, Laos dan Kamboja merupakan negara yang terbesar untuk kelompok umur tersebut, masing-masing adalah 43% dan 37% untuk kelompok umur 0 – 14 tahun serta 4% dan 3% untuk kelompok umur 65 tahun ke atas.

Sebaliknya Singapura dan Thailand merupakan negara dengan komposisi penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas terendah. Gambar 6.5 berikut ini memperlihatkan komposisi penduduk usia produktif (kelompok umur 15-64 tahun) dan penduduk non produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).

GAMBAR 6.5

KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Persentase penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas tersebut memberikan pengaruh pada Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio).

Indikator rasio beban tanggungan mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial ekonomi yang ditanggung oleh kelompok umur pekerja yaitu yang berumur 15-64 tahun.

Dengan distribusi penduduk seperti yang telah disebutkan di atas, Laos merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi (70%) sedangkan Singapura merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan terendah (42%). Hal tersebut bisa dilihat pada Gambar 6.5. Sementara Indonesia memiliki Angka Beban Tanggungan 51, hal tersebut berarti setiap 100 orang usia produktif di Indonesia menanggung 51 orang yang belum produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi.

3.2. Kawasan SEARO

Gambar 6.6 memperlihatkan komposisi penduduk produktif dan penduduk non produktif di negara-negara anggota SEARO pada tahun 2006. Timor Leste adalah negara dengan komposisi penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 46% (43% kelompok usia 0-14 tahun dan 3% kelompok usia 65 tahun ke atas). Sebaliknya, dua negara dengan penduduk non produktif terendah di kawasan tersebut adalah Thailand yaitu 30%. Hal tersebut berarti Timor Leste merupakan negara dengan angka beban tanggungan tertinggi sedangkan Thailand merupakan negara dengan angka beban tanggungan terendah. Komposisi penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun, 15-64 tahun, 65 tahun ke atas, serta besar angka beban tanggungan di kawasan SEARO secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.2

GAMBAR 6.6

KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

4. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia disebut juga dengan Human Development Index didapat dengan mengukur 3 faktor, yaitu panjangnya masa hidup dan kondisi kesehatan (diukur dengan usia harapan hidup sejak lahir), pendidikan (diukur dengan angka melek huruf dan partisipasi sekolah di pendidikan dasar dan lanjutan), dan standar hidup yang layak (diukur dengan keseimbangan daya beli- purchasing power parity- dan pendapatan).

Berdasarkan standar dunia, Indeks Pembangunan Manusia dikategorikan tinggi jika IPM >

0,799, sedang jika IPM 0,500-0,799, dan rendah jika IPM < 0,500.

4.1. Kawasan ASEAN

Berdasarkan kategori tersebut, pada tahun 2005, 70% negara anggota ASEAN masuk dalam kategori sedang, termasuk juga Indonesia dengan IPM 0,728. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam IPM berkategori tinggi, negara tersebut adalah Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia.

GAMBAR 6.7

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2005

Sumber: Human Development Report 2007/2008

4.2. Kawasan SEARO

Pada tahun 2005 seluruh negara di SEARO (tanpa Korea Utara/DPR Korea) memiliki indeks pembangunan manusia antara 0,514-0,781 termasuk juga Indonesia. Hal itu berarti seluruh negara di kawasan tersebut masuk dalam kategori IPM sedang. IPM tertinggi adalah Thailand (0,781) dan terendah adalah Timor Leste (0,514).

GAMBAR 6.8

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2005

Sumber: Human Development Report 2007/2008

Tidak ada data

5. Angka Kesuburan Wanita

TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara dapat menunjukkan keberhasilan negara dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya.

Angka TFR yang tinggi merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program keluarga berencana yang dilaksanakan di daerah tersebut.

Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, dan meningkatkan program pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak.

Angka Kesuburan Wanita atau Total Fertility Rate (TFR) dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkat yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan rendah terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,2- 3,9; dan kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih.

5.1. Kawasan ASEAN

GAMBAR 6.9

ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2006 negara-negara yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah adalah Singapura (1,2), Thailand (1,7), dan Vietnam (2,1). Sedangkan Laos merupakan satu-satunya negara anggota ASEAN yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita tinggi yaitu 4,8. Sedangkan Indonesia masuk dalam kategori sedang dengan angka kesuburan wanita 2,4 yang berarti untuk setiap wanita di Indonesia rata-rata memiliki anak 2 sampai dengan 3 selama hidupnya.

5.2. Kawasan SEARO

Pada tahun 2006, di antara 11 negara di SEARO, Thailand, Sri Lanka, dan Korea Utara (DPR Korea) termasuk negara dengan angka fertilitas total berkategori rendah.

Indonesia, Myanmar, Maladewa, Bhutan, India, Bangladeshh, dan Nepal masuk dalam

kategori sedang. Sedangkan Timor Leste merupakan satu-satunya negara di SEARO yang masuk dalam kategori tinggi yaitu 6,3. Besaran angka kesuburan total per negara dapat dilihat pada gambar berikut ini.

GAMBAR 6.10

ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Pada Lampiran 6.3 dan 6.4 dapat dilihat bahwa tingginya angka kesuburan wanita mempengaruhi angka kelahiran kasar per 1.000 penduduk. Semakin tinggi angka kesuburan wanita maka semakin tinggi angka kelahiran kasar begitu pula sebaliknya semakin rendah angka kesuburan wanita semakin rendah angka kelahiran kasar. Tingginya angka kelahiran kasar juga memberikan kontribusi pada persentase penduduk kelompok umur 0-14 tahun dan akhirnya memberi dampak pada angka beban tanggungan. Maka negara yang memiliki angka kesuburan wanita tinggi kemungkinan memiliki angka beban tanggungan tinggi seperti yang terjadi pada Laos dan Timor Leste. Sementara negara yang memiliki angka kesuburan wanita rendah memiliki kemungkinan angka beban tanggungan yang rendah pula seperti terjadi pada Singapura dan Thailand.

6. Angka Kelahiran Kasar

Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini.

Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi.

6.1. Kawasan ASEAN

Gambar 6.11 memperlihatkan angka kelahiran kasar pada tahun 2006 di negara- negara ASEAN dengan kisaran 10 sampai 36 per 1.000 penduduk. Angka tertinggi, seperti tahun-tahun sebelumnya, terjadi di Laos dengan angka kelahiran kasar 36 per 1.000 penduduk dan diikuti oleh Kamboja yaitu 30 per 1.000 penduduk. Sedangkan Singapura memiliki angka kelahiran kasar terendah yaitu 10 kelahiran per 1.000 penduduk. Indonesia sendiri memiliki angka kelahiran kasar sebesar 20 kelahiran untuk setiap 1.000 penduduk.

GAMBAR 6.11

ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006

Sumber:World Population Data Sheet, USAID, 2006

6.2. Kawasan SEARO

Pada tahun 2006 kisaran angka kelahiran kasar di negara-negara SEARO antara 14 sampai 42 per 1.000 penduduk. Terendah adalah Thailand (14) dan Korea Utara/DPR Korea (16) sedangkan tertinggi Timor Leste (42) dan Nepal (31). Gambar 6.12 memperlihatkan perbandingan angka kelahiran kasar 11 negara di SEARO.

GAMBAR 6.12

ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA SEARO TAHUN 2006

Sumber:World Population Data Sheet, USAID, 2006

7. Sosial Ekonomi

Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Bruto perkapita (Gross National Income) terdiri dari sejumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara, beserta pendapatan yang diterima dari negara lain.

7.1. Kawasan ASEAN

Berdasarkan Gambar 6.13 Pendapatan Nasional Bruto perkapita tertinggi di antara negara anggota ASEAN (tidak termasuk Brunei Darussalam dan Myanmar) adalah Singapura (31.700 US$ perkapita) diikuti oleh Malaysia (11.300 US$ per kapita). Sedangkan negara-

negara lain memiliki Pendapatan Nasional Bruto per kapita kurang dari 10.000 US$. Laos dan Kamboja merupakan negara dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita terendah yaitu masing-masing 2.050 US$ dan 2.920 US$. Sedangkan Indonesia memiliki Pendapatan Nasional Bruto per kapita 3.950 US$.

GAMBAR 6.13

PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2005

Sumber:World Population Data Sheet, USAID, 2006

7.2. Kawasan SEARO

Dari keenam negara di SEARO (5 negara tidak terdapat data), Pendapatan Nasional Bruto per kapita tertinggi adalah Thailand, 8440 US$. Sedangkan kelima negara lain, yaitu Bangladeshh, India, Indonesia, Nepal, dan Sri Lanka memiliki Pendapatan Nasional Bruto per kapita kurang dari 5000 US$. Jika dibandingkan dengan 5 negara di SEARO, Indonesia berada di peringkat ke-3 tertinggi dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita.

GAMBAR 6.14

PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2005

Sumber:World Population Data Sheet, USAID, 2006

B. DERAJAT KESEHATAN MORTALITAS

1. Angka Kematian Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo- natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100.

1.1. Kawasan ASEAN

GAMBAR 6.15

ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Berdasarkan gambar di atas dengan menggunakan klasifikasi tersebut maka 40%

negara ASEAN yaitu Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Vietnam termasuk negara dengan angka kematian bayi rendah. 30% negara yaitu Filipina, Thailand, dan Indonesia termasuk kelompok sedang. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam kelompok negara yang memiliki angka kematian bayi tinggi. Tidak ada negara yang masuk dalam kelompok AKB sangat tinggi (>100), akan tetapi AKB di Kamboja telah mencapai 98 kematian per 1000 kelahiran hidup. Hal itu berarti AKB di Kamboja mendekati kelompok AKB sangat tinggi.

1.2. Kawasan SEARO

GAMBAR 6.16

ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Berdasarkan klasifikasi di atas maka 18,18% negara di SEARO masuk dalam kategori negara dengan angka kematian bayi rendah, 36,36% kategori sedang dan sisanya, yaitu 45,45% termasuk kategori tinggi. Perbandingan dan besar angka kematian bayi di SEARO dapat dilihat pada Gambar 6.16.

2. Angka Kematian Balita

Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan diare, pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi.

2.1. Kawasan ASEAN

GAMBAR 6.17

ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2005

Sumber: Immunization Summary 2007

Data yang didapat dari Immunization Summary 2007 memperlihatkan perbedaan yang mencolok angka kematian balita di antara negara-negara anggota ASEAN pada tahun 2005.

Angka kematian balita terendah dicapai Singapura yaitu 3 kematian per 1.000 kelahiran hidup sedangkan tertinggi dicapai Kamboja 143 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

Sebagian besar negara ASEAN memiliki angka kematian balita di bawah 100, hanya Kamboja dan Myanmar yang memiliki angka kematian balita diatas 100 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Indonesia terjadi kematian 36 balita per 1000 kelahiran hidup. Gambar 6.17 memperlihatkan angka kematian balita di sepuluh negara ASEAN.

2.2. Kawasan SEARO

GAMBAR 6.18

ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2005

Sumber: Immunization Summary 2007

Menurut sumber yang sama, angka kematian balita di SEARO berkisar antara 14 sampai 105. Myanmar merupakan negara dengan angka kematian balita tertinggi, sedangkan terendah adalah Sri Lanka. Sementara di kawasan ini, Indonesia berada pada urutan ke-3 terendah dengan angka kematian balita 36 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

3. Angka Kematian Kasar

Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk.

Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan.

3.1. Kawasan ASEAN

Di antara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2006 Laos merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi, yakni sebesar 13 per 1.000 penduduk. Sementara itu, Indonesia, Kamboja, Thailand, dan Myanmar memiliki angka kematian kasar sedang dengan kisaran antara 6 sampai 10 kematian per 1.000 penduduk. Sedangkan Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Brunei Darussalam

memiliki angka kematian kasar di bawah 6 bahkan Brunei Darussalam memiliki nilai CDR 3 kematian untuk setiap 1.000 penduduk

GAMBAR 6.19

ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

3.2. Kawasan SEARO

Di antara negara-negara di SEARO, Timor Leste merupakan penduduk dengan angka kematian kasar tertinggi pada tahun 2006 yaitu 15 kematian per 1000 penduduk. Negara dengan angka kematian terendah adalah Maladewa dengan 3 kematian per 1000 penduduk.

Sedangkan Indonesia merupakan negara ke-2 terendah untuk angka kematian kasar di kawasan ini.

GAMBAR 6.20

ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

4. Usia Harapan Hidup

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara.

Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

Usia harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Usia harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

4.1. Kawasan ASEAN

Gambar 6.21 memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 di antara kesepuluh negara anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan usia harapan hidup waktu lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 80 tahun. Negara yang memiliki umur harapan hidup waktu lahir terendah adalah Laos yaitu 54 tahun. Sedangkan Indonesia memiliki umur harapan hidup 69 tahun.

GAMBAR 6.21

USIA HARAPAN HIDUP DI NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

4.2. Kawasan SEARO

Gambar 6.22 memperlihatkan umur harapan hidup negara-negara di SEARO pada tahun 2006. Timor Leste adalah satu-satunya negara di SEARO yang masih memiliki umur harapan hidup kurang dari 60 tahun, yaitu 56 tahun. Sedangkan 4 negara memiliki angka harapan hidup 70 tahun ke atas, yaitu Sri Lanka, Korea Utara (DPR Korea), Thailand, dan Maladewa. Sementara 6 negara lain di SEARO memiliki harapan hidup antara 60-69 tahun, termasuk Indonesia dengan umur harapan hidup 69 tahun.

GAMBAR 6.22

UMUR HARAPAN HIDUP DI NEGARA KAWASAN ASEAN TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

MORBIDITAS

1. Prevalensi Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Berdasarkan estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2005, 7,4 juta di antaranya terdapat di Asia dan sub-Sahara Afrika. Akibat tuberkulosis 1,6 juta manusia meninggal, termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi HIV.

1.1. Kawasan ASEAN

Gambar 6.23 menunjukkan besarnya perbedaan prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk dan kematian yang berhubungan dengan tuberkulosis per 100.000 penduduk di negara-negara ASEAN yang diambil dari World Health Statistic 2007. Angka prevalensi tuberkulosis pada tahun 2005 di negara-negara anggota ASEAN berkisar antara 28 sampai 703 per 100.000 penduduk. Kamboja merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi yaitu masing-masing 703 per 100.000 penduduk. Sedangkan Singapura merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis terendah yaitu 23 kasus per 100.000 ribu penduduk.

Sementara sebanyak 262 per 100.000 penduduk Indonesia menderita tuberkulosis.

GAMBAR 6.23

PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004/2005

Sumber: World Health Statistic, 2007

Dalam dokumen BUKU PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2006 (Halaman 142-166)

Dokumen terkait