CARA MENGETAHUI SEORANG ANAK MENGALAMI Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Disini saya ingin menjelaskan bahwa masih banyaknya orang tua yang tidak memahami bahwasanya anak atau buah hatinya sebenarnya mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) namun disalah artikan atau dicap sebagai anak nakal yang pemalas (bodoh). Apa sebenernya ADHD itu sendiri ganguan kronis pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) yang merupakan gangguan perilaku yang paling banyak di diagnosis pada anak-anak. Gejala intinya meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu. Anak yang menderita gangguan tersebut akan sukar menyesuaikan aktivitas mereka dengan norma yang ada sehingga mereka sering dianggap sebagai anak yang tidak baik di mata orang dewasa maupun teman sebayanya. Mereka sering gagal mencapai potensinya dan memiliki banyak kesulitan komorbid seperti gangguan perkembangan, gangguan belajar spesifik, dan gangguan perilaku serta emosional lainnya.
Di Indonesia angka kejadiannya masih belum ditemukan angka yang pasti, meskipun kelainan ini tampak cukup banyak terjadi dan sering dijumpai pada anak usia pra sekolah dan usia sekolah. Populasi anak Sekolah Dasar adalah 16,3% dari total populasi yaitu 25,85 juta anak mengalami ADHD. Terdapat kecenderungan lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Secara epidemiologis rasion kejadian dengan perbandingan 4 banding 1. Tanda dan gejala yang harus dipahami orang tua bahwasanya anaknya mengalami ADHD adalah, bila ada tanda inatensi (gangguan perhatian), hiperativitas dan implusivitas.
Tanda inatensi seperti, Seringkali gagal memperhatikan perincian atau membuat kecerobohan dalam mengerjakan tugas dari sekolah ataupun aktivitas lainnya, serta berganti- ganti kegiatan dengan cepat, sering mengalami kesulitan untuk menjaga tingkat atensi yang sama selama mengerjakan tugas atau bermain atau kesulitan berkonsentrasi pada satu kegiatan saya, terlihat seperti tidak mendengar walaupun diajak berbicara langsung, mengalami kesulitan untuk mengikuti perintah dan sering gagal menyelesaikan tugas dari sekolah dan pekerjaan rumah ataupun tugas-tugas lainnya, menghindari atau tidak menyukai atau mengalami kesulitan tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang lama seperti tugas dari sekolah atau pekerjaan rumah, seringkali kehilangan barang yang diperlukan seperti buku, pensil, mainan atau peralatan, mudah bosan pada suatu tugas atau kegiatan
kecuali melakukan sesuatu yang disukai, kesulitan untuk mengikuti instruksi,seperti tidak mendengar ketika diajak berbicara, dan pelupa.
Tanda dan gejala perilaku yang hiperaktivitas seperti gelisah, tidak bisa diam ditempat duduk, selalu bergerak ditempat duduk, berbicara tidak bisa berhenti-henti, seringkali berdiri dan meninggalkan bangkunya dikelas atau situasi lainnya dimana seharusnya tetap duduk, sulit untuk bermain dengan tenang, selalu siap bergerak
Tanda dan gejala impulsivitas seperti berbicara berlebihan, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai dikatakan, seringkali sulit menunggu gilirannya, seringkali menyela atau mengganggu pembicaraan orang lain
Jika ditemukan perilaku-perilaku diatas dapat digolongkan dengan ADHD dengan ketentuan berlangsung lebih dari enam bulan, muncul sebelum berusia 7 tahun, terjadi pada lebih dari satu setting (sekolah dan rumah), menganggu aktivitas sekolah, bermain dan aktivitas sehari-hari lainnya secara regular, menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya.
Pada bayi, adapun perilaku yang dapat digolongkan dengan ADHD, yaitu: Sensitif terhadap bunyi, cahaya, suhu dan perubahan lingkungan, aktif biasanya saat di bangunkan dan tidur sangat sedikit, Sering menangis, bahkan perilaku sebaliknya, tenang dan lemas, tidur berlebihan dan berkembangannya sangat lambat pada bulan pertama.
Penangan pada pada anak ADHD dengan obat-obatan untuk menyeimbangkan neurotrasmiter (hantaran gelombang otak) pada anak ADHD, dan yang terutama pengobatan prilaku yang didukung penuh oleh keluarga terutama orang tua. Pada prosesnya pengobatan anak ADHD ditangani secara kolaborasi dengan dokter anak, dokter psiakter, dan dokter saraf.
Anak yang mengalami ADHD 40% - 50% dapat menetap hingga dewasa dan menjadi pribadi yang antisosial, kegagalan dalam akademik hingga prilaku yang menyimpang dengan pelanggaran hukum dan menyalahgunanaan alcohol dan narkoba. Namun ada pula 50 % yang menetap hingga remaja sampai dewasa muda 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Tetapi ada juga yang berhasil dalam proses pengobatan saat remaja dan mejadi orang dewasa produktif dan hanya meninggalkan sedikit gejala.
Oleh : dr.Fauziah Budiandayani
Sumber : ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) in children. The Australian Psychological Society Limited: 2014