• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyesuaian Sosial Pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penyesuaian Sosial Pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) - Unika Repository"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

146

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Rangkuman Hasil Subjek

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti

dengan

menggunakan

metode

observasi

dan

wawancara, diketahui bahwa gejala ADHD yang muncul pada

subjek yaitu, gejala inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas.

Gejala-gejala ADHD tersebut mempengaruhi beberapa aspek

pada penyesuaian sosial seluruh subjek, yaitu

School

Functioning

(masalah di sekolah),

Peer Interactions

(masalah

dengan teman sebaya),

Interactions with Siblings

(masalah

dengan teman sebaya),

Interactions with Parents (masalah

dengan orangtua). Pada subjek 1 dan 3, gejala ADHD juga

mempengaruhi aspek

Spare Time Functioning. Kemudian pada

subjek 3, gejala ADHD juga mempengaruhi aspek

School

Functioning (akademik). Aspek-aspek penyesuaian sosial yang

lainnya dipengaruhi oleh faktor perkembangan dan kematangan,

serta kondisi lingkungan. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai

berikut: School Functioning (sosial di sekolah), Peer Interactions,

Interactions with Siblings,

Interactions with Parents

(ibu dan

ayah). Pada subjek 1 dan 2, aspek

School Functioning

(2)

kematangan, serta kondisi lingkungan. Pada subjek 2 dan 3,

aspek

Spare Time Functioning juga dipengaruhi oleh faktor

perkembangan dan kematangan, serta kondisi lingkungan.

Masing-masing subjek memilik persamaan dan perbedaan

dalam mengalami gejala ADHD, serta penyesuaian sosial yang

muncul akibat pengaruh gejala ADHD atau faktor-faktor yang

mempengaruhi. Berikut ini adalah tabel intensitas gejala ADHD,

penyesuaian sosial dan faktor yang mempengaruhi yang muncul

pada ketiga subjek:

Tabel 11.

Intensitas Gejala ADHD Ketiga Subjek

No Gejala ADHD Intensitas Tema

Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

1 Inatensi +++ +++ +++

2 Hiperaktivitas +++ ++ ++

3 Impulsivitas ++ +++ +++

Tabel 12.

Intensitas Penyesuaian Sosial Ketiga Subjek

No Aspek Penyesuaian Sosial Intensitas Tema

Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

School Functioning

1 Akademik +++ +++ ++

2 Sosial di sekolah +++ +++ +++

3 Masalah di sekolah ++ ++ ++

Spare Time Functioning

4 Aktivitas +++ ++ ++

5 Menonton TV +++ + +++

6 Bersama teman + +++ +

Peer Interactions

7 Relasi dengan teman sebaya +++ +++ +++ 8 Masalah dengan teman sebaya ++ ++ ++

Interactions with Siblings 9 Relasi dengan saudara

kandung

+++ ++ +++

(3)

kandung

Interactions with Parents

11 Relasi dengan ibu +++ ++ +++

12 Relasi dengan ayah ++ ++ ++

13 Masalah dengan orangtua ++ ++ ++

Tabel 13.

Intensitas Faktor yang Mempengaruhi Penyesusian Sosial Ketiga Subjek

No Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Tema

Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

1 Perkembangan dan kematangan ++ ++ +

2 Kondisi lingkungan +++ +++ +++

Keterangan:

+ : Intensitas rendah (kurang) ++ : Intensitas sedang (cukup) +++ : Intensitas tinggi (baik)

Ketiga subjek memiliki persamaan dan perbedaan gejala

ADHD,

penyesuaian

sosial

dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi. Ketiga subjek mengalami gejala inatensi,

hiperaktivitas dan impulsivitas, namun intensitas pada setiap

subjek berbeda-beda. Ketiga subjek mengalami gejala inatensi

dengan intensitas tinggi. Pada gejala hiperaktivitas, intensitas

tinggi dialami oleh subjek 1, sedangkan intensitas sedang

dialami oleh subjek 2 dan 3. Pada gejala impulsivitas, intensitas

tinggi dialami oleh subjek 2 dan 3, sedang intensitas sedang

dialami oleh subjek 1.

Beberapa aspek penyesuaian sosial yang muncul pada

ketiga subjek, namun intensitas pada setiap subjek

berbeda-beda. Pada aspek

school functioning, bagian akademik

(4)

intensitas sedang dialami oleh subjek 3). Hal ini menunjukkan

bahwa kemampuan akademiknya cukup baik dan mampu

mengikuti pelajaran. Pada bagian sosial di sekolah, intensitas

tinggi dialami oleh ketiga subjek. Kemudian pada bagian

masalah di sekolah, ketiga subjek mengalami intensitas sedang.

Pada aspek

spare time functioning, bagian aktivitas (intensitas

tinggi dialami subjek 1, sedangkan intensitas sedang dialami

oleh subjek 2 dan 3). Pada bagian menonton TV, intensitas tinggi

dialami oleh subjek 1 dan 3, sedangkan intensitas rendah dialami

oleh subjek 2. Pada bagian bermain bersama, intensitas tinggi

dialami oleh subjek 2, sedang intensitas rendah dialami oleh

subjek 1 dan 3. Pada aspek

peer interactions, bagian relasi

dengan teman sebaya, intensitas tinggi dialami oleh ketiga

subjek. Pada bagian masalah dengan teman sebaya, ketiga

subjek dengan intensitas sedang. Kemudian pada aspek

interactions with siblings, bagian relasi dengan saudara kandung

(subjek 1 dan 3 dengan intensitas tinggi, sedangkan subjek 2

dengan intensitas sedang). Pada bagian masalah dengan

saudara kandung, ketiga subjek dengan intensitas sedang. Pada

aspek

interactions with parents, pada bagian relasi dengan ibu

(subjek 1 dan 3 dengan intensitas tinggi, sedangkan subjek 2

dengan intensitas sedang). Pada bagian relasi dengan ayah,

(5)

masalah dengan orangtua, ketiga subjek dengan intensitas

sedang.

Pencapaian penyesuaian sosial pada ketiga subjek tersebut

dipengaruhi oleh beberapa aspek. Ketiga subjek dipengaruhi

oleh faktor perkembangan dan kematangan, serta kondisi fisik.

Intensitas pada setiap subjek pun berbeda-beda. Pada faktor

perkembangan dan kematangan, subjek 1 dan 2 dengan

intensitas sedang, sedangkan subjek 3 dengan intensitas

rendah. Pada faktor kondisi lingkungan, ketiga subjek dengan

intensitas tinggi.

B. Pembahasan

Bagi orang awam, anak ADHD seringkali disebut sebagai

anak hiperaktif atau anak yang nakal. Hal ini dikarenakan,

mereka cenderung tidak bisa diam, sering tidak fokus, sulit

mengontrol perilaku dan perkataan. Ada beberapa gejala yang

muncul pada anak ADHD, yaitu gejala inatensi, hiperaktivitas

dan impulsivitas. Gejala-gejala tersebut muncul pada semua

subjek, namun bentuk perilakunya pada setiap gejala

berbeda-beda. Pada gejala inatensi, ketiga subjek seringkali tidak

memperhatikan penjelasan, intruksi dan pembicaraan dari orang

lain. Selain itu, ketiga subjek juga perhatiannya mudah teralihkan

(6)

dan 2 seringkali mudah beralih pada aktivitas, misalnya ketika

sedang mengerjakan tugas, subjek 1 dan 2 melakukan aktivitas

yang lain. Pada subjek 1 dan 3, seringkali kehilangan alat tulis.

Kemudian, pada subjek 1 dan 3 seringkali tidak fokus saat

mengerjakan tugas dan sering lupa dengan hal-hal penting.

Pada gejala hiperaktivitas, ketiga subjek tidak bisa duduk dengan

tenang, seperti menoleh, memainkan alat tulis, kursi dan lainnya.

Pada subjek 1 dan 2, seringkali jalan-jalan dan berpindah tempat

duduk saat jam pelajaran sedang berlangsung. Sedangkan, pada

subjek 3 seringkali tiba-tiba pergi ketika berada di tempat umum,

seperti

mall, supermarket. Pada gejala impulsivitas, subjek 1

seringkali mengambil barang tanpa izin dan tidak sabar

menunggu giliran. Kemudian pada subjek 2, suka bicara,

menceletuk dan seringkali asal dalam menjawab pertanyaan.

Sedangkan, pada subjek 3 seringkali menyela pembicaraan

orang lain, sulit mengontrol keinginannya dan sering bicara.

Bentuk perilaku yang muncul pada ketiga subjek tersebut, sesuai

dengan karakteristik diagnostik ADHD pada DSM-V (2013, h.

59).

Gejala-gejala tersebut mempengaruhi beberapa aspek pada

penyesuaian sosial, namun aspek yang dipengaruhi pada setiap

subjek berbeda-beda. Pada subjek 3, mengalami masalah pada

(7)

kesulitan dalam memahami pelajaran, malas membaca dan

menulis, sehingga sebagian besar nilainya di bawah KKM, serta

harus pindah sekolah. Hasil tersebut didukung oleh pendapat

menurut Chrisna (2014, 22), yang menyatakan bahwa anak

ADHD sulit untuk mengikuti pelajaran, mengalami kesulitan

dalam menulis, membaca, dan matematika. Pada ketiga subjek

mengalami masalah di sekolah, namun bentuk perilakunya

berbeda-beda. Pada subjek 1 seringkali tidak menyelesaikan

tugas, tidak meminta izin ketika meminjam barang dan tidak suka

menulis. Pada subjek 2 suka mengganggu proses belajar,

terkadang berkata kasar, dan empat kali bolos sekolah.

Kemudian, pada subjek 3 seringkali tidak memperhatikan

intruksi, membantah perintah dan teguran guru. Pada subjek 1

dan 3, mengalami masalah pada aspek

spare time functioning.

Subjek 1 sulit untuk tetap fokus ketika menonton TV, bermain

dengan kakak atau bermain robot, lego dan mobil-mobilan.

Sedangkan pada subjek 3, sering bicara ketika menonton TV,

sehingga kakaknya merasa terganggu.

Selain itu, ketika subjek mengalami masalah dengan teman

sebaya, ketiga subjek mengalami masalah pada aspek tersebut.

Ketiga subjek suka usil dengan teman sebayanya, seperti

menyembunyikan barang temannya. Pada subjek 1 dan 2

(8)

bingung dan kesal dengan subjek. Selain itu, pada subjek 2 juga

suka mengejek temannya. Sedangkan pada subjek 3, salah satu

temannya suka mengejek subjek 3. Ketiga subjek juga

mengalami masalah dengan saudara kandung, namun ada

beberapa bentuk perilakunya yang berbeda. Ketiga subjek suka

usil dengan dengan saudara kandungnya. Kemudian pada

subjek 1 seringkali rebutan dan suka mengambil barang

kakaknya tanpa izin. Pada subjek 2 seringkali berdebat dan

jarang berinteraksi dengan kakaknya. Sedangkan, pada subjek 3

suka memaksakan kehendaknya kepada kakaknya dan

terkadang marah dengan kakaknya. Selain itu, pada aspek

masalah dengan orangtua dialami juga oleh ketiga subjek. Ketiga

subjek suka membantah perkataan ayah atau ibunya. Pada

subjek 1 dan 2 suka merusak fasilitas rumah, seperti mencoret

tembok dan tidak mau membereskan mainan. Pada subjek 1

juga terkadang mengambil barang tanpa izin. Pada subjek 2

selalu mengharapkan imbalan setelah membantu orangtuanya.

Sedangkan, pada subjek 3 takut dengan ayahnya, karena

ayahnya sangat tegas.

Penyesuaian sosial juga dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Pada ketiga subjek, faktor perkembangan dan

kematangan, serta kondisi lingkungan sebagai faktor pendukung

(9)

kematangan, ketika subjek dilihat dari subtes Wechsler yang

terkait dengan kematangan sosial tergolong cukup baik. Oleh

karena itu, kematangan sosial dari ketiga subjek dapat dikatakan

cukup matang. Menurut Nanik (2007, h. 21), subtes WISC yang

terkait dengan kematangan sosial, minat dengan orang lain,

situasi sosial, keterampilan sosial dan pemahaman terhadap

norma-norma sosial dapat terlihat pada subtes

comprehension,

block design,

picture arrangement, dan

object assembly. Selain

itu, IQ dari ketiga subjek juga tergolong rata-rata. Pada subjek 2

seringkali mau mengalah dengan adiknya dan peduli dengan

temannya. Menurut Hadibroto, Alam, Suryaputra & Olivia (2002,

h. 74), anak tengah akan lebih mudah dalam menjalin relasi

dibandingkan dengan anak sulung maupun anak bungsu. Oleh

karena itu, anak tengah cenderung lebih suka berinteraksi

dengan temannya di luar rumah, daripada berkumpul dengan

keluarganya. Hal tersebut terlihat dari data wawancara dengan

ibu subjek 2 yang mengatakan bahwa T seringkali bermain di

luar rumah bersama teman-temannya, sehingga T banyak punya

teman dan jarang berada di rumah.

Ketiga subjek juga dipengaruhi oleh faktor kondisi

lingkungan. Pada subjek 1, mendapat dukungan dari lingkungan

keluarga dan sekolah. Pihak orangtua, guru dan saudara

(10)

sangat memaklumi perilaku-perilaku V. Ibu, guru, saudara dan

temannya pun ikut membantu V agar bisa lebih mengontrol

perilakunya dengan cara mengingatkan atau menegur V.

Kemudian, pada subjek 2, mendapat dukungan dari pihak

sekolah dan significant other (nenek dan kakek). Gurunya selalu

memperhatikan

perkembangan

T,

sehingga

gurunya

menyarankan T agar mengikuti ekstrakulikuler karate, agar

energi T yang berlebih bisa tersalurkan. Selain itu, kakek, nenek,

guru dan temannya selalu mengingatkan T agar perilakunya

terkontrol. Subjek 3 pun mendapat dukungan dari pihak keluarga

dan sekolah. Orangtua, guru, teman dan kakaknya sudah paham

dengan kondisi M, sehingga mereka sangat memaklumi

perilaku-perilaku M. Selain itu, mereka juga selalu mau membimbing dan

mengingatkan M. Orangtua dan gurunya selalu bersikap tegas

dengan M, agar M mampu mengontrol perilakunya. Hasil ini

sesuai dengan hasil penelitian menurut Yeow, Roger & Sharmine

(2011, h. 1489), menyatakan bahwa dukungan orangtua, guru

dan penerimaan dari teman sebaya sangat mempengaruhi

penyesuaian pada seorang anak.

Walaupun faktor kondisi lingkungan pada subjek 2 tidak

terlalu mendukung seperti pada subjek 1 dan 3, namun faktor

kematang sosial subjek 2 lebih baik. Subjek 2 merupakan anak

(11)

anak tengah itu lebih kreatif dan fleksibel, karena mereka ingin

terlihat berbeda dari kakak ataupun adiknya. Anak tengah juga

cenderung lebih santai, mandiri dan murah hati dibandingkan

dengan kakak atau adiknya. Oleh karena itu, anak tengah akan

lebih mudah ketika melakukan kegiatan di luar rumah bersama

teman sebayanya (Hadibroto, 2002, h. 45).

Faktor-faktor tersebut mempengaruhi beberapa aspek pada

penyesuaian sosial. Pada subjek 1 dan 2

school functioning

(akademik) terlihat pada kemampuan mereka dalam memahami

pelajaran. Pada subjek 1 nilai mid semester antara 80 hingga 90,

sudah lancar dalam hal membaca dan mampu hitungan

sederhana. Kemudian, pada subjek 2 nilai mid semester antara

60 hingga 90, selalu mengerjakan tugas di sekolah dan PR.

Selain itu, pada ketiga subjek memiliki school functioning (sosial

di sekolah) yang cukup baik. Ketiga subjek mau mengikuti

perintah gurunya. Kemudian pada subjek 1 dan 3 selalu bertanya

apabila mereka tidak paham dengan tugas atau penjelasan dari

gurunya. Kemudian pada subjek 2 selalu berani mengajukan

pendapat dan meminta izin setiap melakukan sesuatu.

Sedangkan, pada subjek 3 selalu memiliki inisiatif untuk

membantu dan berbagi makanan dengan gurunya.

Pada subjek 2 dan 3, aspek

spare time

functioning juga

(12)

temannya. Selain itu, pada subjek 3 mau membantu pekerjaan

rumah tangga ketika sedang libur. Pada ketiga subjek relasi

dengan teman sebayanya cukup baik. Mereka mau bermain,

ngobrol dan makan bersama setiap jam istirahat. Mereka juga

tidak memilih dalam berteman. Selain itu, pada subjek 1 juga

terlihat bahwa V mau meminta maaf setiap kali melakukan

kesalahan dengan orang lain. Sedangkan, pada subjek 2 terlihat

memiliki banyak teman, temannya selalu mencari dan mengajak

T bermain. Hal tersebut didukung oleh pendapat menurut

Hadibroto, dkk (2002, h.74), yang menyatakan bahwa anak

tengah lebih mudah dalam menjalin relasi. Hal ini dikarenakan,

anak tengah sangat ramah, suka melakukan kegiatan di luar

rumah dan lebih fleksibel (Borba, 2009, h.22; Hadibroto, dkk,

2002, h. 45). Kemudian pada subjek 3 terlihat bahwa M mudah

bergaul dan akrab dengan teman baru. Selain itu, M juga mau

saling peduli dan berbagi dengan temannya.

Selain itu, pada ketiga subjek juga relasi dengan saudara

kandungnya juga cukup baik. Pada subjek 1 terlihat bahwa V

sayang dengan kakaknya, V seringkali mengungkapkan rasa

sayangnya dengan cara memeluk dan mencium kakaknya.

Selain itu, V juga seringkali bermain bersama kakaknya. Begitu

juga dengan subjek 2 yang terlihat sayang dengan adiknya,

(13)

tersebut bisa dilihat dari cara T yang selalu mau mengajak

adiknya bermain bersama. Hal tersebut juga terliha pada subjek

3 yang selalu mau membantu kakaknya dan bermain, serta

menonton TV bersama kakaknya. Hal ini dikarenakan, kakak

sudah memahami kondisi M, sehingga kakaknya akan lebih

sering mengalah ketika berantem dengan M.

Interaksi ketiga subjek dengan orangtuanya juga termasuk

cukup baik. Hal ini terlihat pada subjek 1 yang mau menuruti

perkataan ibunya. Selain itu, V juga mampu berempati dengan

ibunya, seperti mengambilkan tisu ketika ibunya menangis. V

dan ibunya pun sering ngobrol dan ibunya pun selalu

mendampingi V saat menonton TV atau belajar. V juga mau

ngobrol dan memperbaiki mainan dengan ayahnya, ketika

ayahnya memiliki waktu luang. Sedangkan, pada subjek 2,

interaksi antara T dengan orangtunya tidak terlalu sering. Hal ini

dikarenakan, ibunya sibuk bekerja dan waktu kerja ayahnya pun

tidak menentu. Walaupun demikian, ibunya selalu meluangkan

waktu untuk pergi bersama dan mendampingi T saat

mengerjakan PR. Berbeda dengan subjek 3 yang sering

mendapatkan kesempatan untuk ngobrol dengan ibunya, karena

ibunya tidak bekerja. Selain itu, M juga mau membantu ibunya

mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ibunya juga selalu

(14)

keputusan. Walaupun demikian, M jarang berinteraksi dengan

ayahnya. M hanya bisa ngobrol dan menonton TV bersama

ayahnya, ketika malam hari atau libur. M juga selalu mau

menuruti aturan dan perintah dari ayahnya. Hal ini dikarenakan,

ayahnya sangat tegas dengan M dan kakaknya. Berdasarkan

hasil penelitian menurut Yeow, Roger & Sharmaine (2011, h.

1489), menunjukkan bahwa dukungan dan cara pengasuhan

orangtua sangat mempengaruhi penyesuaian sosial seorang

anak. Apabila orangtua selalu memberikan dukungan dan

mengasuh anaknya dengan kooperatif, serta penuh kehangatan,

maka anak dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa interaksi

ketiga subjek dengan ayahnya termasuk kurang. Hal ini terlihat

dari hasil observasi dan wawancara, bahwa ketiga subjek jarang

berinteraksi dengan ayahnya. Ayah dari ketiga subjek sibuk

bekerja dan sangat tegas dengan mereka. Oleh karena itu,

ketika ketiga subjek sulit untuk mengontrol perilakunya, ayah

mereka marah hingga melakukan kekerasan fisik, seperti

memukul atau mencubit ketiga subjek. Dari hasil wawancara

juga terlihat, bahwa ketiga subjek memiliki rasa takut dengan

ayahnya, karena mereka merasa ayahnya galak.

Walaupun demikian, interaksi ketiga subjek dengan ibu,

(15)

subjek memiliki kedekatan dengan ibunya. Hal ini terlihat dari

hasil observasi dan wawancara, bahwa ketika subjek sering

ngobrol dan ibu selalu mendampingi ketiga subjek ketika

mengerjakan PR atau belajar. Selain itu, ketiga subjek juga

sangat dekat dengan saudara kandungnya. Subjek 1 dan 3

seringkali bermain atau melakukan aktivitas bersama kakaknya.

Sedangkan, pada subjek 2 seringkali bermain dan melakukan

aktivitas bersama adiknya. Walaupun terkadang ketiga subjek

bertengkar atau berebut sesuatu, namun setelah itu mereka

saling memaafkan dan bermain bersama lagi. Interaksi ketiga

subjek dengan teman sebayanya juga terlihat cukup baik. Ketiga

subjek seringkali memanfaatkan waktu luangnya untuk bermain

dengan teman-temannya. Ketiga subjek juga mau bergaul

dengan siapa saja dan tidak memilih teman.

Penyesuaian sosial ketiga subjek sangat dipengaruhi oleh

lingkungan keluarga dan sekolah sangat mempengaruhi

penyesuaian sosial pada ketiga subjek. Walaupun dari beberapa

jurnal menyatakan bahwa anak ADHD seringkali mendapatkan

respon dan tanggapan negatif dari lingkungan sekitarnya. Selain

itu, anak ADHD juga seringkali ditolak oleh teman sebayanya,

sehingga mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk ikut

bergabung (Howard,dkk, 2010; Clikeman, 2007, 53). Walaupun

(16)

lingkungan sangat membantu ketiga subjek dalam melakukan

penyesuaian sosial. Orangtua,

significant other

(kakek dan

nenek), guru, teman sebaya, dan saudara kandung mampu

memahami kondisi dari ketiga subjek tersebut. Oleh karena itu,

mereka sangat memaklumi dan bahkan mau membimbing, serta

mengingatkan ketiga subjek tersebut agar perilakunya bisa lebih

terkontrol. Dengan demikian, ketiga subjek tersebut merasa

diterima dan mendapat kesempatan untuk menjalin relasi

dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal tersebut

didukung oleh teori yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan

dapat mempengaruhi seseorang dalam pencapaian penyesuaian

sosial (Schneiders, 1955, h. 122). Selain itu, hasil penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa peran pola asuh pada

orangtua dapat mempengaruhi kualitas penyesuaian sosial pada

setiap anak. Selain itu, dukungan dan penerimaan dari guru,

serta teman sebaya juga berperan penting dalam pencapaian

penyesuaian sosial (Shojae, Afrooz & Baghdasarians, 2014, h.

278; Yeow, Roger & Sharmaine, 2011, h. 1489).

C. Kelemahan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa ada kelemahan pada penelitian

yang dilakukan dan ditulis oleh peneliti. Beberapa kelemahan

(17)

terutama saat observasi di rumah sangat terbatas. Hal ini

dikarenakan, kesibukan dan waktu luang setiap subjek yang

terbatas. Oleh karena itu, peneliti tidak dapat melihat kegiatan

dan perilaku subjek pada separuh waktunya. Selain itu, orangtua

(terutama ayah) terlihat jarang berada di rumah, karena sibuk

bekerja dan pulangnya malam. Oleh karena itu, peneliti tidak

dapat mengamati dengan saksama relasi antara subjek dengan

ayahnya.

Kelemahan lainnya adalah adanya ketimpangan pada

tingkatan kelas pada masing-masing subjek. Ketimpangan terjadi

antara subjek 1 dan 3. Subjek 1 baru kelas satu SD, sedangkan

subjek 3 sudah kelas lima SD. Oleh karena itu, kesempatan dan

pengalaman yang diperoleh oleh subjek 3 lebih banyak

(18)

163

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa gejala inatensi

yang muncul pada ketiga subjek, yaitu: perhatian mudah

teralihkan, sering tidak memperhatikan intruksi atau penjelasan

guru, mudah beralih aktivitas, mudah lupa, sering kehilangan

atau meninggalkan alat tulis, serta tidak suka mengerjakan tugas

yang membutuhkan ketelitian. Kemudian, gejala hiperaktivitas

dan impulsivitas yang muncul pada ketiga subjek, yaitu: sering

jalan-jalan, sering berpindah tempat duduk, tidak bisa duduk

dengan tenang, tidak sabar menunggu giliran, suka berbicara

dan sering menyela pembicaraan.

Penyesuaian sosial yang muncul pada anak ADHD terdiri

dari lima aspek, yaitu aspek school functioning (akademik, sosial

di sekolah, masalah di sekolah), spare time functioning (aktivitas,

menonton TV, bersama teman),

peer interactions (relasi dengan

teman sebaya dan masalah dengan teman sebaya),

interactions

with siblings (relasi dengan saudara kandung dan masalah

dengan saudara kandung),

interactions with parents (relasi

(19)

Secara akademik, nilai mid semester subjek 1 dan 2

memenuhi standar KKM, sedangkan nilai mid semester subjek 3

sebagian besar di bawah KKM. Selain itu, subjek 1 dan 2 mampu

mengikuti pelajaran di sekolahnya, sedangkan pada subjek 3

mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolahnya.

Hal ini dikarenakan, subjek 3 lebih mampu mempelajari sesuatu

secara visual, dibandingkan secara auditori. Padahal di sekolah

subjek 3 cara belajarnya lebih banyak secara auditori. Kemudian,

ketiga subjek mengalami masalah di sekolahnya, yaitu malah

menulis. Ketiga subjek tidak suka menulis terlalu banyak, karena

bagi mereka menulis adalah aktivitas yang membosankan.

Ketiga subjek memanfaatkan waktu luangnya dengan cara

melakukan aktivitas bermain, seperti bermain bola atau

menggunakan mainan. Subjek 1 dan 2 juga memanfaatkan

waktu luangnya dengan cara mengaji di Mushola dekat rumah.

Ketiga subjek juga memanfaatkan waktu luangnya dengan cara

menonton TV. Subjek 1 dan 3 juga memanfaatkan waktu

luangnya dengan cara bermain bersama teman-temannya.

Relasi dengan teman sebaya, ketiga subjek banyak memiliki

teman, tidak memilih dalam berteman, bermain, ngobrol da

makan bersama saat jam istirahat. Walaupun demikian, ada

beberapa masalah juga yang muncul, yaitu ketiga subjek sering

(20)

Relasi dengan saudara kandung, ketiga subjek sering

bermain dengan saudara kandungnya, dan mau membantu

saudara kandungnya ketika sedang membutuhkan bantuan.

Walaupun demikian, masalah dengan saudara kandung juga

muncul pada ketiga subjek, mereka seringkali usil dengan

saudara kandungnya dan suka berantem juga dengan saudara

kandungnya.

Relasi dengan ibu, ketiga subjek ngobrol dengan ibunya.

Pada subjek 1 dan 3, mau membantu ibunya ketika

membutuhkan bantuan dari mereka. Kemudian relasi dengan

ayah, ketiga subjek sering ngobrol dengan ayahnya. Pada subjek

1 dan 3 seringkali membantu ayahnya ketika membutuhkan

bantuan. Masalah dengan orangtua pun muncul, ketiga subjek

suka membantah perkataan orangtua, terkadang mereka juga

tidak mau membereskan mainannya. Pada subjek 1 dan 2,

mereka sering mencoret tembok rumahnya, sehingga temboknya

terlihat kotor. Oleh karena itu, ayah pada subjek 1dan 2

terkadang marah dengan mereka.

Penyesuaian sosial pada ketiga subjek dipengaruhi oleh

faktor perkembangan dan kematangan. Secara intelektual, ketiga

subjek kapasitas intelektualnya termasuk cukup baik. Dilihat dari

hasil tes IQ dengan menggunakan skala kecerdasan Wechsler,

(21)

yang terkait dengan kematangan sosial (comprehension,

block

design,

picture arrangement,

object assembly) juga termasuk

cukup baik. Selain itu, kondisi lingkungan juga sangat

mempengaruhi penyesuaian sosial pada anak ADHD. Ketiga

subjek mendapat dukungan dari pihak keluarga dan sekolah.

Selain itu, orangtua, guru, teman sebaya dan saudara kandung

sangat memahami dan memaklumi kondisi kondisi ketiga subjek.

Oleh karena itu, ketiga subjek selalu dibimbing dan diingatkan

oleh mereka agar perilaku mereka bisa lebih terkontrol.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, kondisi

lingkungan (keluarga dan sekolah) sangat berperan penting

dalam penyesuaian sosial anak ADHD. Oleh karena itu, anak

ADHD merasa tidak dikucilkan dan mendapatkan kesempatan

untuk ikut serta dalam beriteraksi dengan lingkungan di

sekitarnya.

B. Saran

1. Bagi Keluarga

Melakukan penyesuaian sosial di lingkungan keluarga

bukanlah sesuatu yang mudah bagi anak ADHD. Oleh

karena itu, pihak keluarga sebaiknya selalu memberikan

dukungan dan memberikan kesempatan kepada anak ADHD

(22)

Dengan demikian, diharapkan anak ADHD juga akan lebih

percaya diri ketika berbaur dengan orang-orang yang ada di

sekitarnya.

2. Bagi Sekolah

Pihak sekolah juga bisa selalu memberikan kesempatan

kepada anak ADHD agar bisa mengikuti segala kegiatan

yang ada di sekolah. Pihak sekolah, terutama wali kelas bisa

meminta anak ADHD agar duduk di barisan paling depan,

agar guru selalu bisa mengawasi dan mengingatkan anak

ADHD ketika perilakunya mulai tidak terkontrol.

3. Bagi Masyarakat Umum

Melakukan penyesuaian sosial bukan sesuatu yang mudah

bagi anak ADHD. Oleh karena itu, mereka sangat

membutuhkan peran serta dan bantuan dari orang-orang di

sekitarnya. Masyarakat dapat membantu mereka dengan

cara mau memahami dan menerima kondisi mereka saja.

Misalnya, dengan cara tidak mengucilkan, mengikutsertaka

pada segala kegiatan dan saling membantu ketika

membutuhkan bantuan. Dengan demikian, anak ADHD akan

mendapatkan

kesempatan

untuk

mengembangkan

penyesuaian di lingkungan sosial. Apabila masyarakat sudah

menolak kehadiran anak ADHD, maka mereka tidak

(23)

penyesuaian sosial. Oleh karena itu, anak ADHD pun akan

melakukan perilaku atau tindakan negatif terhadap

lingkungan, seperti menjadi agresif, melanggar aturan,

berbohong, mencuri, dan lainnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang hendak meneliti mengenai

penyesuaian sosial pada anak ADHD, disarankan agar

(24)

169

DAFTAR PUSTAKA

Alkaissi, A dan Harazni, L. (2016).

The Experience of Mothers and

Teachers of Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder Children,

and Their Management Practices for the Behaviors of the Child

A Descriptive Phenomenological Study. Journal of Educational

and Practice, Vol.7, No.6.

https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1092501.pdf

American Psychiatric Association. (2013).

Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorder. Fifth Edition. Washington DC:

American Psychiatric Association.

Bararah, V. (2011). Stres Parah Banyak Dialami Orangtua dari Anak

ADHD. Detik Health.

https://health.detik.com/read/2011/08/16/123641/1704739/764/

stres-parah-banyak-dialami-orangtua-dari-anak-adhd

Biederman, J., Faraone, S., & Chen, W. (1993).

Social Adjustment

Inventory for Children and Adolescents: Concurrent Validity in

ADHD Children. J.Am.Acad.Child Adolesc. Psychiatry, 32:5.

Borba, M. (2009).

The Big of Parenting Solutions: 101 Jawaban

sekaligus Solusi bagi Kebingungan dan Kekhawatiran Orangtua

dalam menghadapi Permasalahan Anak Sehari-hari. Alih

bahasa: Juliska Gracinia dan Yanuarita Fitriani. Jakarat: PT

Elex Media Komputindo.

Chaplin, J. (2006).

Kamus Lengkap Psikologi. Alih bahasa: Dr.

Kartino Kartono. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Chrisna, F. (2014).

Writing Skill For ADHD: Terapi Bimbingan

Menulis untuk Anak ADHD. Yogyakarta: Maxima.

(25)

Clikeman, M. (2007).

Social Competence in Children. United States

of America: Springer.

Creswell, J. (2014).

Research Design: Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif dan Mixed. Alih bahasa: Achmad Fawaid.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Desiningrum, D. (2016).

Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta: Psikosain.

Flanagen, R. (2002).

ADHD Kids (Attention Deficit Hyperactivity

Disorder). Alih bahasa: Bambang Pamungkas, Tisa Adiantari &

Trisno Tri Wilujeng. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Hadibroto, I., Alam, S., Suryaputra, E & Olivia, F. (2002).

Misteri

Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu dan Tunggal. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Hartono, A & Sunarto, H. (1999).

Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Howard, A & Landau, S. (2010).

ADHD: A Primer for Parents and

Educators. Article. National Association of School Psychologist.

https://www.nasponline.org/Documents/Resources%20and%20

Publications/Handouts/Families%20and%20Educators/ADHD_a

_Primer_For_Parents_and_Educators.pdf

Hurlock, E. (2011).

Perkembangan Anak. Jilid 1. Alih bahasa: dr.

Med. Meitasari Tjandrasa & Dra. Muslichah Zarkasih. Jakarta:

Erlangga.

(26)

Jogsan, Y. (2013).

Emotional Maturity and Adjustment in ADHD

Children. Research Article Psychology & Psychotherapy.

Volume 3, Issue 2, ISSN: 2161-0487 JPPT.

https://www.omicsonline.org/emotional-maturity-and-adjustment-in-adhd-children-2161-0487.1000114.pdf

John, K., Gammon, D., Prusoff, B., & Warner, V. (1987).

The Social

Adjustment Inventory for Children and Adolescents (SAICA):

Testing of a New Semistructured Interview. American Academy

of Child and Adolescent Psychiatry.

http://highriskdepression.org/files/1987B.pdf

Jong, W. (2017).

Pendekatan Pedagogik & Didaktik: pada Siswa

dengan Masalah dan Gangguang Perilaku. Alih bahasa: Julia

Maria van Tiel. Jakarta: Prenada.

Kahija, Y & Siburian, E. (2014). Pengalaman Ibu dengan Anak ADHD

(Studi Fenomenologis dengan Interpretive Phenomenological

Analysis). Jurnal Universitas Diponegoro.

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/7572/

7332

Kalat, J.W. (2012).

Biopsikologi: Biological Psychology.

Buku 2. Alih

bahasa: Dhamar Pramudito, S. Si. Jakarta: Salemba Humanika.

Kaplan, H., Sadock, B., & Grebb, J. (2010).

Sinopsis Psikiatri: Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2. Alih bahasa: Dr.

Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Kementerian Kesehatan. (2011).

Pedoman Deteksi Dini Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada Anak

serta Penanganannya. No. 107, 2011.

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2011/bn107-2011.pdf

(27)

Kusdiyati, S & Fahmi, I. 2015.

Observasi Psikologi. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. (2016).

Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Murtie, A, (2014).

Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta: Redaksi Maxima.

Nanik. (2007). Penelusuran Karakteristik Hasil Tes Inteligensi WISC

pada Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan

Hiperaktivitas. Jurnal. Psikolgi, Vol. 34, No. 1, 18-39.

https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7087/5539

Narbuko, C & Achmadi, A. (2013).

Metodelogi Penelitian. Jakarta:

Bumi Aksara.

Nasution. (2014).

Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Olivia, F. (2014).

Mengoptimalkan Kinerja Otak Anak di Sekolah:

Membuat Rencana Prestasi Belajar dan Solusi Alternatif Agar

Anak ADD/ Hiperaktif Tidak Menjadi Trouble Maker di Sekolah.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Oshnari, M., Majd, M & Babakhany. (2014).

A Comparison of

Emotional and Behavioral Problems in Children With ADHD at

Home and School. Article, J Anal Res Clin Med, 2 (2), 64-70.

http://journals.tbzmed.ac.ir/JARCM/Manuscript/JARCM-2-64.pdf

Papalia, D., Olds, S & Feldman, R. (2013).

Human Development:

Perkembangan Manusia. Alih bahasa: Brian Marswendy.

Jakarta: Salemba Humanika.

(28)

Purwanto,

H.

(1998).

Pengantar

Perilaku

Manusia

untuk

Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran AGC.

Rejeki, S. (2014).

100 Tanya Jawab Soal ADHD. Yogyakarta: Mitra

Buku.

Saputro, D. (2009).

ADHD: Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder.

Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sholae, F., Afrooz, G., Baghdasarians, A. (2014).

Social Adjustment

of Children and Degree of Marital Satisfaction of Parents.

Journal. Academy for Environment and Life Sciences, India.

http://bepls.com/vol3_spl_II/41.pdf

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New

York: Hoolt, Rinehart and Winston.

Silva, A & Urbano, R. (2016).

Child ADHD Severity, Behavior

Problems and Parenting Styles. Journal. Annals of Psychiatry

and Mental Health.

https://www.jscimedcentral.com/Psychiatry/psychiatry-4-1066.pdf

Smith, J. (2009). Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset.

Alih bahasa: Budi Santosa, S.Psi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumi, C., Marder, C., Wagner, M. (2005).

Engagement, Academics,

Social Adjustment, and IIndependence: The Achievements of

Elementary and Middle School Students with Disabilities.

SEELS: US Departement of Education.

https://www.seels.net/designdocs/engagement/All_SEELS_outc

omes_10-04-05.pdf

(29)

Sutrisno. (2013).

Panduan Praktis Merawat dan Mendidik Anak

dengan ADHD (Anak Berkebutuhan Khusus): Untuk Guru dan

Orangtua. Yogyakarta: Mitra Buku.

Timur, H. (2017).

Gangguan Anak ADHD/ Hiperaktif Mengganggu

Kejiwaan Anak. Artikel.

http://www.adhd-centre.com/adhd-article/13-gangguan-anak-

adhd-hiperaktif-mengganggu-kejiwaan-anakhttp://www.adhd-

centre.com/adhd-article/13-gangguan-anak-adhd-hiperaktif-mengganggu-kejiwaan-anak

Trihandayani, D & Louisia, A. (2013). Berinteraksi dengan Kami yang

Attention Deficit/ Hyperactive Disorder (AD/HD). Jakarta:

Yayasan Mimi Institute.

Tse, M. (2012).

Social Skills and Self-Esteem of College Students

with ADHD. Disertation. Faculty of The USC Rossier School of

Education University of Southern California.

http://kortschakcenter.usc.edu/wp-

content/uploads/2015/04/Tse-ADHD-Social-Skills-Self-Esteem.pdf

Tseng, W., Kawabata, Y & Gau, S. (2011). Social Adjustment Among

Taiwanese Children with Symptoms of ADHD, ODD, and ADHD

Comorbid with ODD. Original Article Child Psychiatry Hum Dev,

DOI 10.1007/s10578-010-0204-3.

Veskarisyanti, G. (2008).

12 Terapi Autis Paling Efektif Dan Hemat

Untuk Autisme, Hiperaktif Dan Retardasi Mental. Jakarta: PT.

Buku Kita.

(30)

Yeow., Roger., & Sharmaine. (2011).

An Exploratory Study of Social

Adjustment among Youth in Residential Homes. Journal.

Educational Research.

http://www.interesjournals.org/full-articles/an-exploratory-study-

(31)

176

LAMPIRAN 1

(32)

Hasil Observasi Subjek 1

Inisial

: V

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : 28 Agustus 2010

Usia

: 7 tahun 2 bulan

Kelas

: I (Satu)

Tanggal Observasi

: Rabu, 18 Oktober 2017 & Senin, 13 November 2017

Tempat Observasi

: Rumah

Hasil Observasi

Koding

Indikator Perilaku

Ketika observer berkunjung ke rumah V, V sedang makan. V makan disuapi oleh pengasuhnya. V makan sambil memegang dan memainkan lego barunya. V duduk di bawah, kemudian duduk di sofa sambil menggerakkan legonya. Oleh karena itu, pengasuhnya harus mengikuti V ketika akan menyuapi V. Setelah selesai makan, V masih memainkan legonya. Ketika kakaknya ingin melihat bagian lego yang lepas, V tidak memberikannya. Akhirnya, kakaknya hanya diam saja. Kemudian Papa-nya keluar dari kamar, V langsung menunjukkan kalau legonya ada yang lepas. Papa-nya pun langsung mengambil lego tersebut dan memperbaikinya. Ketika Papa-nya sedang memperbaiki legonya, V duduk di bawah sambil melihat Papa-nya. Kemudian Papa-nya berkata “ini ada

bagian yang hilang, coba dicari dulu”. V pun langsung mencari bagian tersebut di karpet, namun V tidak menemukannya dan V langsung berkata “ga ada Pa”. Papa-nya pun

menjawab “lah tadi kamu taruh dimana? coba dicari lagi”. V pun mencoba mencari lagi dan V pun menemukannya sambil berkata “yeeyy ini tetemu (ketemu) Pa”. Kemudian V

menghampiri Papa-nya lagi. Setelah Papa-nya selesai memperbaiki legonya, Papa-nya membawa lego tersebut ke dalam kamar dan melarang V untuk bermain lego. V pun hanya diam saja dan mengambil mainan yang lain. V mengambil mainan robot Iron Men. Kemudian V duduk di karpet bersama observer dan memperlihatkan robot tersebut kepada observer. Setelah itu, V berdiri lagi dan mengambil topeng dan tongkat golf. V mengajak kakaknya untuk bermain bersama dan kakaknya mau menemani V bermain. Ketika Papa-nya hendak pergi kerja, Papa-nya pamitan dengan V. V langsung minta salam dengan Papa-nya dan berkata “hati-hati ya Pa”. Kemudian V ikut keluar dan melihat

G2

PSP1

PIP2 PIP2

PIS1 PIP2

Hiperaktivitas (makan sambil bermain lego dan berpindah tempat).

Aktivitas (mengisi waktu luang dengan memainkan lego).

Relasi dengan ayah (ayahnya membantu V memperbaiki lego).

Relasi dengan ayah (bekerja sama dan komunikasi dua arah).

Relasi dengan saudara kandung (V bermain bersama kakaknya).

(33)

Papa-nya yang sedang memanaskan motor. V memanjat di pintu gerbang, kemudian membuka dan menutup pintu gerbang berkali-kali. Papa-nya pun memperingatkan V agar tidak memainkan pintu gerbang. Ketika V hendak menutup pintu gerbangnya, V tidak sengaja mendorong dengan keras hingga semua orang kaget. Papa-nya pun langsung marah kepada V, V langsung lari masuk menghampiri Mama-nya. V langsung memeluk Mama-nya dari belakang sambil memejamkan matanya. Kemudian Mama-nya berkata

“tadi kan sudah dikasi tahu sama Papa, besok gak gitu lagi ya?”, V pun langsung

manganggukkan kepalanya. Setelah itu, V masuk kamar dan mengambil lego yang tadi disimpan oleh Papa-nya. Mama-nya bertanya kepada V “kamu kok ambil legonya setelah

Papa pergi? kamu sudah izin sama Papa belum?”. V hanya diam saja dan membongkar

beberapa keping legonya. V tampak asyik memainkan legonya, kemudian kakaknya datang menghampiri V, V pun langsung menghindar dan berpindah tempat duduk. V berkali-kali melepas dan memasang kembali legonya. V terlihat mulai bosan bermain lego, V pun meletakkan legonya diatas meja. Kemudian V menghampiri kakaknya dan memeluk, serta mencium pipi kakaknya. Kakaknya mencoba menghindar, namun V tetap mengejar kakaknya dan memeluk kakaknya dengan erat. Setelah itu, V mengajak kakaknya bermain. V mengambil dua tongkat golf dan dua topeng. Kemudian V mengajak kakaknya main perang-perangkan. Tongkat golf tersebut digunakan sebagai pedang. Setelah itu, V dan kakaknya berlari-larian di dalam rumah. Masuk kamar beberapa kali, kemudian keluar lagi, sehingga mereka harus membuka pintu beberapa kali. Mama-nya memperingatkan mereka agar tidak berlarian di dalam rumah, V tidak peduli dan tetap mengejar kakaknya. Kemudian kakanya menyuruh V berhenti, karena kakaknya capek dan mengajak V bermain yang lain saja. Kakaknya mengajak V masuk kamar. Mereka pun bercanda bersama di dalam kamar (terdengar suara tertawa V bersama kakaknya). Tiba-tiba V keluar kamar dan V menggunakan selendang di bagian punggungnya, seolah-olah bisa terbang. V menyuruh kakaknya untuk mengejar V, mereka pun bermain berlarian di dalam rumah. Setelah mereka lelah berlarian, mereka duduk berdampingan di sofa. V tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan V mengambil atlas milik kakaknya. Kakaknya pun meminta atlas tersebut kepada V agar tidak digunakan sebagai mainan oleh V. V pun menolak dan memegang atlas tersebut dengan erat. Akhirnya, mereka berebut dan tanpa disengaja V memukul mata kakaknya. Kakaknya pun langsung menangis, V langsung

memalingkan wajahnya sambil memegang atlasnya. V berkata “atu ga sengaja, atu tan (kan) mau pinjem”. Kemudian Mama-nya menyuruh V agar meminta maaf kepada

kakaknya. V pun langsung memegang tangan kakaknya dan berkata “maafin atu ya ta

PIP3, G3

PIP1, F4

PIP3, G3

PIS2 PIS1 PIS1

PIP3, PIS1

PIS2, G3, PIP1, F4, PIS1

Masalah dengan orangtua (ayah marah, karena V tidak mendengarkan nasihat). Impulsivitas (memainkan pintu gerbang berkali-kali).

Relasi dengan ibu (menuruti kata mama). Kondisi lingkungan (mama-nya menasihati)

Masalah dengan orangtua dan Impulsivitas (mengambil barang tanpa izin).

Masalah dengan saudara kandung (tidak mau berbagi mainan dengan kakaknya). Relasi dengan saudara kandung (mencium dan memeluk kakaknya). Relasi dengan saudara kandung (bermain bersama kakak).

Masalah dengan orangtua (tidak mempedulikan peringatan ibunya). Relasi dengan saudara kandung (bermain dan duduk bersama kakaknya).

(34)

(kak)”, namun wajah V tidak mau menatap wajah kakaknya. Mama-nya bertanya kepada

kakaknya “kakak maafin adik gak?”, kakaknya pun langsung menganggukkan kepala.

Kemudian V memeluk kakaknya dan mereka bermain bersama lagi. Mereka melihat atlas bersama. Kemudian observer pamit pulang kepada V dan kakaknya. V dan kakaknya langsung berdiri mengantar observer sampai pintu gerbang. V membukakan pintu

gerbangnya dan berkata “da…da…mba”. Kemudian V masuk ke dalam rumah.

kandung (V minta maaf kepada kakaknya).

Ketika observer datang ke rumah V, V baru bangun tidur. Kemudian V berkata kepada

observer “atu belum mandi, atu baru bangun”. Setelah itu, V tiduran di sofa dan V tidak

mau makan ketika ditawarkan makan oleh pengasuhnya. V juga tidak mau mandi, V malah asyik menonton TV sambil tiduran di sofa. V menonton acara “Ihhh Serem”. Ketika iklan, V mengganti channel TV-nya, V menonton kartun “Shaun The Sheep”. Kemudian V bangun dan V pindah tiduran di karpet. V tiduran di sebelah kakaknya dan V memeluk sambil mencium kening kakaknya. Setelah itu, V melanjutkan menonton TV hingga kartun

“Shaun The Sheep” usai. Setelah itu, V bangun dan berjalan menuju dapur. Kemudian V ke ruang TV lagi sambil membawa container mainan. V memanggil kakaknya dan mengajak kakaknya untuk bermain bersama. Kakaknya menuruti keinginan V dan V langsung mengeluarkan semua mainan yang ada di dalam container. V bermain sambil ngobrol dengan kakaknya dan kakaknya tengkurap di hadapan V. Tiba-tiba V berdiri dan melewati kakaknya. V pun tanpa sengaja menginjak kaki kakaknya dan kakaknya

kesakitan. V pun langsung berkata “maaf ya ta (kak)”, kakaknya memaafkan V dan

mereka bermain bersama lagi. Pengasuhnya menyuruh V dan kakaknya membereskan mainannya, karena sebentar lagi Mama-nya pulang, namun V tidak mempedulikan kata-kata pengasuhnya. Kakaknya mengajak V membereskan mainan, namun V tetap tidak mau dan tetap bermain. Kemudian Papa-nya pulang kerja, V pun langsung lari sambil membawa robot ke arah sofa. pengasuh dan kakaknya mengajak V membereskan mainan, namun V hanya diam saja dan memainkan robotnya di atas sofa. Kemudian V menghampiri nya yang baru masuk rumah dan V langsung berbisik kepada Papa-nya. Papa-nya pun menjawab “iya”, V langsung bersorak “yeeeyyy”. Setelah itu, V menyalakan TV lagi, V menonton TV sambil tiduran di sofa dan memegang robotnya. Kemudian pengasuhnya mengajak V mandi, namun V tetap tidak mau mandi. V tetap asyik menonton TV sambil bermain robot. Ketika menonton TV, V bolak-balik memperbaiki antena, karena gambar di TV tidak bagus. Ketika iklan, V menghampiri kakaknya yang sedang menghitung uang mainan. Kemudian V mau mengacak uang mainan yang sudah dirapikan oleh kakaknya, kakanya pun langsung berkata “jangan dik”.

PSP2

PIS1

PIS1, PSP1

PIS2

PIP2

PSP1, PSP2, G1

PIS2, PSP2,

Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV.

Relasi dengan saudara kandung (V memeluk dan mencium kening kakaknya). Relasi dengan saudara kandung dan memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain bersama kakaknya.

Masalah dengan saudara kandung ( tidak mau membantu kakaknya membereskan mainan).

Relasi dengan ayah (berinteraksi dan komunikasi dengan papanya).

V mengisi waktu luang dengan cara menonton TV dan bermain robot. Inatensi (menonton TV sambil bermain robot).

(35)

V tetap mengacak uang tersebut, kemudian V kembali ke sofa menonton TV. Ketika menonton, gambar TV-nya tidak bagus lagi dan V langsung memperbaiki antenanya. Setelah itu, V kembali ke sofa dan tiduran sambil menonton TV. Kemudian V duduk dan memainkan robotnya, seakan-akan robotnya sedang bertarung. Ketika iklan, V mengganti channel lagi dan V menonton acara yang menarik menurutnya. Ketika sedang menonton, kakaknya memanggil V dan mengajak V bermain jual-jualan, V pun berkata “iya kak”. Kemudian V menghampiri kakaknya untuk bermain bersama. Ketika kakaknya menyiapkan perlengkapan bermain, V melanjutkan bermain robot, sesekali V loncat dari sofa. Kemudian pengasuhnnya datang dan menawarkan V mau mandi dulu apa makan. V pun memilih makan dulu, pengasuhnya langsung ke dapur menggoreng ikan dan mengambilkan V makan. V kembali bermain robot, V memainkan robotnya seakan-akan sedang bertarung, salah satu robotnya dilempar karena robotnya kalah ketika bertarung. Kemudian V mengambil robotnya lagi dan memainkannya lagi. Ketika kartunnya sudah mulai, V melanjutkan menonton lagi sambil memegang robotnya. Kemudian pengasuhnya datang membawa makan dan menyuapi V, namun V menolak dan V lari menghindari

pengasuhnya. Pengasuhnya langsung berkata “tadi adik kan mau makan dulu sebelum mandi, ayo sekarang makan dulu, adik harus nepatin janji lho”. V tetap menghindar dan

tidak mau makan. Kemudian pengasuhnya berkata lagi “nanti Mama pulang lho, nanti kamu dimarah sama Mama”. V langsung mau mendekat dan membuka mulutnya. Ketika V sedang makan, kakaknya datang membawa perlengkapan untuk bermain jual-jualan. Kakaknya memanggil V agar V membantu kakaknya mengeluarkan semua buku yang ada di dalam kamar. V pun langsung lari menuju kamar sambil mengunyah makannya dan membantu kakaknya mengeluarkan buku tulis. Setelah semua buku sudah dikeluarkan, kakaknya menata semua buku di lantai. V malah mengganggu kakaknya, V menginjak bukunya satu-satu dan hal tersebut dilakukan berkali-kali. Kakaknya pun menegur V, namun V tetap tidak peduli. Kemudian Mama-nya pulang dari kerja, V langsung keluar dan menghampiri Mama-nya sambil berkata “yeeyyy Mama pulang”. V memeluk Mama -nya dan mengikuti Mama--nya masuk ke dalam rumah. Setalah itu, V kembali mengganggu kakaknya, sehingga buku-buku tersebut berantakan. Kakaknya pun

berteriak “adikkkkk”, rumah pun menjadi gaduh. Mama-nya langsung menegur V dan kakaknya disuruh merapikan bukunya. V langsung berlari menuju sofa dan duduk. Kemudian pengasuhnya datang menghampiri V untuk mengajak mandi, namun V tetap tidak mau mandi. Mama-nya langsung memanggil V dan memperingatkan V, Mama-nya

langsung berkata “V mandi dulu, ini sudah sore lho, kalau kamu gak mau mandi, Mama G1

G2

PSP1, PSP2, G1

PIS1, PIS2

PIP1

PIS2 F4 PIP3

dengan cara menonton TV.

Inatensi (menonton TV sambil bermain robot).

Hiperaktivitas (loncat dari sofa berkali-kali).

Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV dan bermain robot. Inatensi (menonton TV sambil bermain robot).

Relasi dengan saudara kandung (V mau membantu kakaknya). Masalah dengan saudara kandung (V usil dengan kakaknya).

Relasi dengan ibu (menyambut kedatangan dan langsung memeluk mamanya).

Masalah dengan saudara kandung (V usil dengan kakaknya).

(36)

matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V tetap tidak beranjak ke kamar mandi. Mama-nya langsung mematikan TV-nya dan V langsung menghampiri Mama-nya dan berkata “maaf Ma, sekarang atu mandi ma”. V langsung masuk kamar mandi dan mandi sendiri. V tidak mau dimandikan oleh pengasuhnya, V ingin mandi sendiri.

(37)

Inisial

: V

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : 28 Agustus 2010

Usia

: 7 tahun 2 bulan

Kelas

: I (Satu)

Tanggal Observasi

: Jumat, 20 Oktober 2017, Senin, 23 Oktober 2017, Rabu, 25 Oktober 2017, Kamis, 26 Oktober

2017 & Jumat, 27 Oktober 2017

Tempat Observasi

: Sekolah

Hasil Observasi

Koding

Indikator Perilaku

Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia. Gurunya memberikan tugas berupa beberapa kalimat yang didikte oleh guru. Saat gurunya mendiktekan soal-soalnya, V tidak memperhatikan, V asyik memainkan pensil dan ngobrol dengan teman sebangkunya. Akhirnya, V ketinggalan dan ada beberapa soal yang terlewatkan. Gurunya sudah membacakan soal nomor 6, namun V baru mengerjakan soal nomor 1. V pun langsung menghampiri gurunya dan menanyakan kembali soal nomor 2. Kemudian gurunya mengulang membacakan soalnya dari nomor 1. Ketika dibacakan soal nomor 2, V langsung menulis. Ketika dibacakan soal nomor 3, V kembali tidak memperhatikan. Akhirnya, V ketinggalan lagi, teman-temannya sudah sampai soal nomor 7, sedangkan V

baru sampai soal nomor 3. Ketika ditanya oleh gurunya: “V sudah selesai belum?”, V pun langsung menjawab “baru nomor 3” (sambil menyengir). Setelah itu, V pun mencoba untuk melihat tulisan dan bertanya kepada teman yang duduk di belakang V. Temannya tidak mau memberitahu dan temannya langsung mengadu kepada gurunya (dengan cara berteriak), V pun langsung duduk lagi. Ketika gurunya tidak memperhatikan V lagi, V kembali bertanya dengan teman sebangkunya, namun temannya tidak mengizinkan, V pun mencoba menarik buku temannya. Ketika gurunya mengatakan “yang sudah selesai

maju ke depan dan boleh istirahat”, V pun langsung bingung dan berusaha bertanya

dengan temannya, tapi temannya tidak mau memberitahu V dan V pun langsung memasukkan bukunya ke dalam tas. Setelah itu, V mengambil snack di dalam tas dan V keluar kelas tanpa sepengetahuan gurunya. Kemudian salah satu temannya mengadu ke gurunya kalau V sudah istirahat dan belum menyelesaikan tugasnya. Ketika gurunya memanggil V, V langsung lari dan keluar kelas sambil membawa bekalnya.

G1, PSC3

PSC2, F4

G1

PSC3, PPE2, G3

PSC3

Inatensi (tidak memperhatikan soalnya). Masalah di sekolah (tidak memperhatikan soalnya).

Sosial di sekolah (menghampiri guru dan menanyakan ulang soalnya). Kondisi lingkungan (gurunya mau membantu V). Inatensi (V tidak memperhatikan soalnya).

Masalah di sekolah (mau menyontek tugas temannya) Masalah dengan teman sebaya dan Impulsivitas (mengambil barang tanpa izin).

(38)

Setelah selesai istirahat, guru meminta semua siswa masuk ke dalam kelas. Kemudian V langsung berlari menuju kelas dan langsung duduk di tempat duduknya. V terlihat berkeringat dan V langsung mengambil botol minumnya di dalam tas, V pun langsung minum air putih. Ketika semua siswa sudah duduk di tempat duduknya masing-masing, gurunya memberikan beberapa peringatan kepada semua siswa agar tidak jajan di luar sekolah. Ketika gurunya sedang berbicara di depan kelas, V terlihat tidak memperhatikan, V asyik memainkan pensil. Setelah itu, Ibu guru mengajak semua siswa bernyanyi agar mereka semua duduk manis di kursi mereka masing-masing. Namun demikian, V tidak ikut bernyanyi dan V duduk menghadap belakang. Kemudian, gurunya memperingatkan V dan V pun langsung duduk menghadap depan, serta tangannya dilipat diatas meja. Gurunya kembali mengajak semua siswa untuk bernyanyi bersama, V pun tidak ikut bernyanyi dan duduk menghadap ke belakang lagi. Setelah selesai bernyanyi, Ibu guru meminta semua siswa agar berkemas-kemas, V pun langsung merapikan alat tulisnya, memasukkan ke dalam tas dan menggunakan tas punggungnya. Setelah semua siswa sudah selesai berkemas, guru mendikte soal hitungan sederhana, siapa yang bisa menjawab, maka boleh pulang mendahului siswa yang lain. Oleh karena itu, soal hitungan dijawab dengan cara berebut. V seringkali lupa dengan soal yang diberikan oleh gurunya, sehingga V seringkali menanyakan ulang soalnya. Selain itu, ketika V sedang menghitung dan ada temannya yang mencoba menjawab, V langsung terdistraksi, sehingga V harus menghitung dari awal. Ketika V sudah tahu jawabannya, ternyata sudah dijawab oleh temannya. V pun tidak bisa diam di tempat duduknya, V selalu pindah dan semakin mendekati gurunya. Sampai akhirnya, V bisa menjawab soal dari gurunya dan V langsung salam dengan gurunya. Setelah itu, V berlari ke luar kelas dan mencari orang yang sudah menjemput V.

PSC2

G1, PSC3 PSC3, F4

G1

G2 PSC2

Sosial di sekolah (V mengikuti perintah gurunya).

Inatensi dan masalah di sekolah (V tidak mendengarkan nasihat dari gurunya). Masalah di sekolah (V tidak memperhatikan). Kondisi lingkungan (guru memperingatkan V).

Inatensi (V mudah terdistraksi oleh stimulus).

Hiperaktivitas (berpindah tempat duduk). Sosial di sekolah (sebelum pulang, V salam dengan gurunya).

Saat upacara bendera, V berbaris nomor dua dari belakang. Ketika pembina upacara memberikan beberapa pengumuman, V terlihat tidak memperhatikan dan asyik bermain bersama temannya. V juga sempat jalan ke belakang, kemudian balik lagi ke barisannya. Setelah itu, V terlihat sedang bermain perang-perangan bersama temannya. V terlihat seperti memukul temannya. Kemudian pembina upacara mengajak semua siswa untuk menyanyikan yel-yel SD, V langsung ikut bernyanyi sambil bertepuk tangan, walaupun V tidak menghadap ke depan dan V tidak ikut menyanyikan yel-yel hingga selesai, V ngobrol dengan temannya. Pembina upacara pun meminta untuk menyanyi ulang, karena belum semua siswa ikut bernyanyi. V pun ikut menyanyi, walaupun V terlihat tidak fokus. Setelah selesai bernyanyi, V menggaruk kepalanya kemudian menghadap ke belakang, karena

G2, G1

PSC3

Hiperaktivitas (bergerak dan jalan-jalan). Inatensi (tidak memperhatikan pengumuman).

(39)

memperhatikan temannya. Pembina upacara pun sudah selesai memberikan beberapa pengumuman, kemudian barisan disiapkan oleh pemimpin upacara. Ketika pemimpin upacara menyiapkan, V terlihat tidak mendengarkan dan tetap bermain dengan temannya. Kemudian ada salah satu guru yang jalan ke arah barisan V, V langsung berdiri dan menghadap ke depan. Kemudian dilanjutkan dengan mengheningkan cipta, V terlihat tidak ikut mengheningkan cipta. Ketika gurunya sudah agak jauh dari V dan mengheningkan cipta sedang berlangsung, V langsung berbalik ke arah belakang dan bercanda lagi dengan temannya. Setelah selesai mengheningkan cipta, dilakukan doa sejenak. Saat berdoa, V tidak ikut berdoa dan V tetap asyik bercanda dengan temannya. V juga tidak peduli walaupun ada guru yang mendekati barisannya, V tetap gerak-gerak dan bercanda dengan temannya. Kemudian barisan pun dibubarkan dan V langsung berlari ke arah kelas.

PSC3, PSC2

G2, PSC3

Masalah di sekolah (tidak memperhatikan). Sosial di sekolah (kembali berbaris ketika ada guru). Hiperaktivitas (V bergerak terus). Masalah di sekolah (V bercanda dengan temannya).

Saat ini sedang berlangsung pelajaran Agama Islam. Ketika gurunya masuk kelas, V sedang berjalan-jalan di dalam kelas. Kemudian gurunya meminta untuk mengeluarkan buku paket, V langsung mengeluarkan buku paketnya dari dalam tas. Gurunya langsung menjelaskan pelajaran dan V terlihat tidak memperhatikan, V asyik jalan-jalan. Kemudian V kembali ke tempat duduknya, namun V tidak langsung duduk, V berdiri dan memainkan pensilnya. Setelah itu, V mulai melihat buku paketnya dan terlihat seperti sedang membaca buku paketnya. Kemudian V menulis sesuatu di buku tulisnya dan teman sebangkunya melihat V, V langsung memperlihatkan tulisannya dan ngobrol dengan teman sebangkunya. Gurunya memberikan tugas kepada semua siswa untuk menulis beberapa kegiatan yang dilakukan pada gambar. V terlihat tidak menyimak dan V tidak mengerjakan tugasnya, V malah berdiri kemudian jalan ke depan dan duduk di tempat duduk temannya. Kemudian V ngobrol dengan salah seorang temannya yang perempuan. V dan teman-temannya pun tetap asyik ngobrol, walaupun gurunya jalan di samping V. Gurunya juga terlihat tidak menegur V. Kemudian V berdiri dan lari, temannya yang perempuan pun mengejar V. Akhirnya V dan temannya lari-larian di dalam kelas. Kemudian V kembali duduk di tempat duduk temannya untuk mengambil buku tulisnya. Tiba-tiba V maju ke depan menghampiri gurunya untuk menanyakan jawaban nomor 4. Gurunya tidak memberitahu V dan V diminta untuk duduk ke tempat duduknya. V pun langsung menuju tempat duduknya. Ketika V sedang duduk, salah seorang temannya laki-laki menghampiri V dan memeluk V. Kemudian mereka jalan bersama ke arah depan. Setelah itu, V memisahkan dirinya dengan temannya dan mereka malah ngobrol. Kemudian V jalan ke arah teman yang duduk di seberangnya, V mengambil pulpen

G2

G1, PSC3, G2

PSC3, G2

G2

PSC2

PPE2

Hiperaktivitas (V jalan-jalan di dalam kelas).

Inatensi dan masalah di sekolah (V tidak memperhatikan penjelasan gurunya). Hiperaktivitas (jalan-jalan di kelas).

Masalah di sekolah (V tidak memperhatikan dan mengerjakan tugas). Hiperaktivitas (V jalan-jalan di dalam kelas).

Hiperaktivitas (lari-lari di dalam kelas).

Sosial di sekolah (V mengikuti perkataan gurunya).

(40)

temannya dan memukul meja temannya yang sedang menulis. Temannya tersebut tetap fokus dan tidak peduli dengan perilaku V. V jalan ke tempat duduknya kemudian menoleh ke arah temannya tersebut. Kemudian V kembali menghampiri teman yag duduk di seberangnya dan V mengambil penggaris temannya. Kemudian V melempar penggaris temannya dan jatuh di pundak temannya yang sedang menulis. Akhirnya, temannya pun kesal dan marah dengan V. Kemudian temannya memukul V dan V tidak terima, V langsung mengambil kotak pensilnya dan ingin memukul temannya tersebut menggunakan kotak pensilnya. Kemudian datang salah seorang temannya menghalangi V, dan V tidak berhasil memukul temannya, serta temannya pun tetap fokus menulis. V pun kembali duduk ke tempat duduknya. Setelah itu, V berdiri lagi sambil memegang penggaris dan V jalan menuju teman yang duduk di seberangnya. V kembali usil dan memukul beberapa kali temannya dengan menggunakan penggaris. Setelah selesai memukul, V langsung duduk dan temannya menoleh ke arah V sambil mengomel. Setelah itu, V memperhatikan sejenak gurunya yang sedang menulis di papan tulis. Kemudian V berdiri lagi dan jalan menuju temannya yang duduk di seberang V. V langsung memegang pensil temannya yang sedang menulis dan tulisan temannya tercoret. Temannya pun langsung marah dan V langsung lari ke tempat duduknya. V pun langsung duduk sambil memainkan kotak pensilnya. Sesekali V menoleh ke arah samping dan belakangnya. Kemudian V berjalan lagi ke teman seberangnya, temannya pun melihat V datang dan langsung berkata kepada V “ngopo meneh?”. V pun kembali ke tempat duduknya. V berdiri lagi sambil memegang kotak pensilnya dan berdiri menghadap ke belakang. Kemudian V duduk lagi dan menggerak-gerakkan kotak pensilnya seperti mobil. Setelah itu, V usil lagi, V membuka-buka buku tulis teman sebangkunya dan temannya pun kesal

sambil berkata “ahhhhhh V” (sambil mengambil bukunya dari tangan V). V pun hanya tersenyum dan mengembalikan buku temannya. Kemudian V mengambil kotak pensil temannya dan temannya merebut tempat pensilnya. Akhirnya, mereka sempat tarik-tarikan sejenak. Setelah itu, V berdiri dan mengambil topi miliknya, serta menggunakan di kepalanya. Kemudian V kembali usil dan mengambil kotak pensil teman sebangkunya, V mengeluarkan semua isi kotak pensil temannya. Temannya pun marah kepada V dan mereka saling pukul sambil mengambil barang mereka masing-masing. Guru pun langsung memperingatkan mereka dan salah seorang temannya perempuan, melerai mereka. V pun menangis dan temannya yang perempuan menyuruh V pindah tempat duduk saja, agar mereka tidak berantem lagi. V pun pindah tempat duduk sambil menangis dan membawa semua barang-barangnya. Waktu istirahat pun telah tiba, guru

PPE2

PPE2

G2, PPE2

G2

PPE2

PPE2

dengan temannya).

Masalah dengan teman sebaya (usil dan mengambil barang milik temannya. Berantem dengan temannya).

Masalah dengan teman sebaya (usil dengan temannya).

Hiperaktivitas (V berdiri dan jalan di kelas). Masalah dengan teman sebaya (usil dengan temannya)

Hiperaktivitas (bergerak dan jalan di kelas).

Masalah dengan teman sebaya (V usil dengan teman).

(41)

mempersilahkan semua siswa agar istirahat terlebih dahulu. Setelah istirahat akan dilanjutkan pelajaran Bahasa Indonesia.

Saat ini pelajaran Bahasa Indonesia. Gurunya mendiktekan beberapa kalimat kepada semua siswa. Kemudian semua siswa menulis kalimat tersebut di buku mere

Gambar

 Tabel 11.       Intensitas Gejala ADHD Ketiga Subjek
gambar yang berisi tulisan ajakan positif”. M pun hanya mengangguk
gambarnya, garisnya berapa cm tadi Miss bilang?”. M menjawab “masing-

Referensi

Dokumen terkait

dia HP adalah segalanya dalam berkomunikasi dan melakukan transaksi. Atminah salah satu Nasabah Bank BNI Syariah Kudus dan menggunakan layanan E-Banking yaitu SMS

Penelitian ini bertujuan mengkaji pemeliharaan gedung di Universitas lampung melalui mekanisme manajemen pemeliharaan yaitu : tinjauan kondisi eksisting mengenai

Sekarang saya ingin meninjau bersama Anda tiga ca- ra atau metode dasar mengenai memperoleh air hi- dup dari reservoir tulisan suci: (1) membaca tulisan suci dari awal hingga

Dengan kata lain, yang dimaksud persepsi seks bebas dalam penelitian ini yaitu menginterpretasikan informasi mengenai hubungan seksual yang dilakukan dengan banyak orang

Membolehkan penyertaan rakyat yang lebih fleksibel dan terbuka di Vietnam dan Laos supaya mereka boleh mengambil bahagian dalam sistem kerajaan tanpa sebarang sekatan sebagai

Jika dirinci per nilai indeks, terbaik pertama adalah indeks perilaku hidup sehat, berikutnya adalah perilaku pe- manfaatan air bersih, perilaku pemanfaatan bahan bakar,

Hasil cross tabulasi dari 17 balita gizi kurang pada kelompok perlakuan yang tidak mengalami perubahan berat badan (berat badan tetap) adalah sebanyak 1

Tujuan penelitian untuk memahami pengetahuan tentang perilaku vandalisme bahan pustaka, memahami motivasi perilaku vandalisme bahan pustaka dan memahami efek perilaku