146
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Rangkuman Hasil Subjek
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti
dengan
menggunakan
metode
observasi
dan
wawancara, diketahui bahwa gejala ADHD yang muncul pada
subjek yaitu, gejala inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas.
Gejala-gejala ADHD tersebut mempengaruhi beberapa aspek
pada penyesuaian sosial seluruh subjek, yaitu
School
Functioning
(masalah di sekolah),
Peer Interactions
(masalah
dengan teman sebaya),
Interactions with Siblings
(masalah
dengan teman sebaya),
Interactions with Parents (masalah
dengan orangtua). Pada subjek 1 dan 3, gejala ADHD juga
mempengaruhi aspek
Spare Time Functioning. Kemudian pada
subjek 3, gejala ADHD juga mempengaruhi aspek
School
Functioning (akademik). Aspek-aspek penyesuaian sosial yang
lainnya dipengaruhi oleh faktor perkembangan dan kematangan,
serta kondisi lingkungan. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut: School Functioning (sosial di sekolah), Peer Interactions,
Interactions with Siblings,
Interactions with Parents
(ibu dan
ayah). Pada subjek 1 dan 2, aspek
School Functioning
kematangan, serta kondisi lingkungan. Pada subjek 2 dan 3,
aspek
Spare Time Functioning juga dipengaruhi oleh faktor
perkembangan dan kematangan, serta kondisi lingkungan.
Masing-masing subjek memilik persamaan dan perbedaan
dalam mengalami gejala ADHD, serta penyesuaian sosial yang
muncul akibat pengaruh gejala ADHD atau faktor-faktor yang
mempengaruhi. Berikut ini adalah tabel intensitas gejala ADHD,
penyesuaian sosial dan faktor yang mempengaruhi yang muncul
pada ketiga subjek:
Tabel 11.
Intensitas Gejala ADHD Ketiga Subjek
No Gejala ADHD Intensitas Tema
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
1 Inatensi +++ +++ +++
2 Hiperaktivitas +++ ++ ++
3 Impulsivitas ++ +++ +++
Tabel 12.
Intensitas Penyesuaian Sosial Ketiga Subjek
No Aspek Penyesuaian Sosial Intensitas Tema
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
School Functioning
1 Akademik +++ +++ ++
2 Sosial di sekolah +++ +++ +++
3 Masalah di sekolah ++ ++ ++
Spare Time Functioning
4 Aktivitas +++ ++ ++
5 Menonton TV +++ + +++
6 Bersama teman + +++ +
Peer Interactions
7 Relasi dengan teman sebaya +++ +++ +++ 8 Masalah dengan teman sebaya ++ ++ ++
Interactions with Siblings 9 Relasi dengan saudara
kandung
+++ ++ +++
kandung
Interactions with Parents
11 Relasi dengan ibu +++ ++ +++
12 Relasi dengan ayah ++ ++ ++
13 Masalah dengan orangtua ++ ++ ++
Tabel 13.
Intensitas Faktor yang Mempengaruhi Penyesusian Sosial Ketiga Subjek
No Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Tema
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
1 Perkembangan dan kematangan ++ ++ +
2 Kondisi lingkungan +++ +++ +++
Keterangan:
+ : Intensitas rendah (kurang) ++ : Intensitas sedang (cukup) +++ : Intensitas tinggi (baik)
Ketiga subjek memiliki persamaan dan perbedaan gejala
ADHD,
penyesuaian
sosial
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi. Ketiga subjek mengalami gejala inatensi,
hiperaktivitas dan impulsivitas, namun intensitas pada setiap
subjek berbeda-beda. Ketiga subjek mengalami gejala inatensi
dengan intensitas tinggi. Pada gejala hiperaktivitas, intensitas
tinggi dialami oleh subjek 1, sedangkan intensitas sedang
dialami oleh subjek 2 dan 3. Pada gejala impulsivitas, intensitas
tinggi dialami oleh subjek 2 dan 3, sedang intensitas sedang
dialami oleh subjek 1.
Beberapa aspek penyesuaian sosial yang muncul pada
ketiga subjek, namun intensitas pada setiap subjek
berbeda-beda. Pada aspek
school functioning, bagian akademik
intensitas sedang dialami oleh subjek 3). Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan akademiknya cukup baik dan mampu
mengikuti pelajaran. Pada bagian sosial di sekolah, intensitas
tinggi dialami oleh ketiga subjek. Kemudian pada bagian
masalah di sekolah, ketiga subjek mengalami intensitas sedang.
Pada aspek
spare time functioning, bagian aktivitas (intensitas
tinggi dialami subjek 1, sedangkan intensitas sedang dialami
oleh subjek 2 dan 3). Pada bagian menonton TV, intensitas tinggi
dialami oleh subjek 1 dan 3, sedangkan intensitas rendah dialami
oleh subjek 2. Pada bagian bermain bersama, intensitas tinggi
dialami oleh subjek 2, sedang intensitas rendah dialami oleh
subjek 1 dan 3. Pada aspek
peer interactions, bagian relasi
dengan teman sebaya, intensitas tinggi dialami oleh ketiga
subjek. Pada bagian masalah dengan teman sebaya, ketiga
subjek dengan intensitas sedang. Kemudian pada aspek
interactions with siblings, bagian relasi dengan saudara kandung
(subjek 1 dan 3 dengan intensitas tinggi, sedangkan subjek 2
dengan intensitas sedang). Pada bagian masalah dengan
saudara kandung, ketiga subjek dengan intensitas sedang. Pada
aspek
interactions with parents, pada bagian relasi dengan ibu
(subjek 1 dan 3 dengan intensitas tinggi, sedangkan subjek 2
dengan intensitas sedang). Pada bagian relasi dengan ayah,
masalah dengan orangtua, ketiga subjek dengan intensitas
sedang.
Pencapaian penyesuaian sosial pada ketiga subjek tersebut
dipengaruhi oleh beberapa aspek. Ketiga subjek dipengaruhi
oleh faktor perkembangan dan kematangan, serta kondisi fisik.
Intensitas pada setiap subjek pun berbeda-beda. Pada faktor
perkembangan dan kematangan, subjek 1 dan 2 dengan
intensitas sedang, sedangkan subjek 3 dengan intensitas
rendah. Pada faktor kondisi lingkungan, ketiga subjek dengan
intensitas tinggi.
B. Pembahasan
Bagi orang awam, anak ADHD seringkali disebut sebagai
anak hiperaktif atau anak yang nakal. Hal ini dikarenakan,
mereka cenderung tidak bisa diam, sering tidak fokus, sulit
mengontrol perilaku dan perkataan. Ada beberapa gejala yang
muncul pada anak ADHD, yaitu gejala inatensi, hiperaktivitas
dan impulsivitas. Gejala-gejala tersebut muncul pada semua
subjek, namun bentuk perilakunya pada setiap gejala
berbeda-beda. Pada gejala inatensi, ketiga subjek seringkali tidak
memperhatikan penjelasan, intruksi dan pembicaraan dari orang
lain. Selain itu, ketiga subjek juga perhatiannya mudah teralihkan
dan 2 seringkali mudah beralih pada aktivitas, misalnya ketika
sedang mengerjakan tugas, subjek 1 dan 2 melakukan aktivitas
yang lain. Pada subjek 1 dan 3, seringkali kehilangan alat tulis.
Kemudian, pada subjek 1 dan 3 seringkali tidak fokus saat
mengerjakan tugas dan sering lupa dengan hal-hal penting.
Pada gejala hiperaktivitas, ketiga subjek tidak bisa duduk dengan
tenang, seperti menoleh, memainkan alat tulis, kursi dan lainnya.
Pada subjek 1 dan 2, seringkali jalan-jalan dan berpindah tempat
duduk saat jam pelajaran sedang berlangsung. Sedangkan, pada
subjek 3 seringkali tiba-tiba pergi ketika berada di tempat umum,
seperti
mall, supermarket. Pada gejala impulsivitas, subjek 1
seringkali mengambil barang tanpa izin dan tidak sabar
menunggu giliran. Kemudian pada subjek 2, suka bicara,
menceletuk dan seringkali asal dalam menjawab pertanyaan.
Sedangkan, pada subjek 3 seringkali menyela pembicaraan
orang lain, sulit mengontrol keinginannya dan sering bicara.
Bentuk perilaku yang muncul pada ketiga subjek tersebut, sesuai
dengan karakteristik diagnostik ADHD pada DSM-V (2013, h.
59).
Gejala-gejala tersebut mempengaruhi beberapa aspek pada
penyesuaian sosial, namun aspek yang dipengaruhi pada setiap
subjek berbeda-beda. Pada subjek 3, mengalami masalah pada
kesulitan dalam memahami pelajaran, malas membaca dan
menulis, sehingga sebagian besar nilainya di bawah KKM, serta
harus pindah sekolah. Hasil tersebut didukung oleh pendapat
menurut Chrisna (2014, 22), yang menyatakan bahwa anak
ADHD sulit untuk mengikuti pelajaran, mengalami kesulitan
dalam menulis, membaca, dan matematika. Pada ketiga subjek
mengalami masalah di sekolah, namun bentuk perilakunya
berbeda-beda. Pada subjek 1 seringkali tidak menyelesaikan
tugas, tidak meminta izin ketika meminjam barang dan tidak suka
menulis. Pada subjek 2 suka mengganggu proses belajar,
terkadang berkata kasar, dan empat kali bolos sekolah.
Kemudian, pada subjek 3 seringkali tidak memperhatikan
intruksi, membantah perintah dan teguran guru. Pada subjek 1
dan 3, mengalami masalah pada aspek
spare time functioning.
Subjek 1 sulit untuk tetap fokus ketika menonton TV, bermain
dengan kakak atau bermain robot, lego dan mobil-mobilan.
Sedangkan pada subjek 3, sering bicara ketika menonton TV,
sehingga kakaknya merasa terganggu.
Selain itu, ketika subjek mengalami masalah dengan teman
sebaya, ketiga subjek mengalami masalah pada aspek tersebut.
Ketiga subjek suka usil dengan teman sebayanya, seperti
menyembunyikan barang temannya. Pada subjek 1 dan 2
bingung dan kesal dengan subjek. Selain itu, pada subjek 2 juga
suka mengejek temannya. Sedangkan pada subjek 3, salah satu
temannya suka mengejek subjek 3. Ketiga subjek juga
mengalami masalah dengan saudara kandung, namun ada
beberapa bentuk perilakunya yang berbeda. Ketiga subjek suka
usil dengan dengan saudara kandungnya. Kemudian pada
subjek 1 seringkali rebutan dan suka mengambil barang
kakaknya tanpa izin. Pada subjek 2 seringkali berdebat dan
jarang berinteraksi dengan kakaknya. Sedangkan, pada subjek 3
suka memaksakan kehendaknya kepada kakaknya dan
terkadang marah dengan kakaknya. Selain itu, pada aspek
masalah dengan orangtua dialami juga oleh ketiga subjek. Ketiga
subjek suka membantah perkataan ayah atau ibunya. Pada
subjek 1 dan 2 suka merusak fasilitas rumah, seperti mencoret
tembok dan tidak mau membereskan mainan. Pada subjek 1
juga terkadang mengambil barang tanpa izin. Pada subjek 2
selalu mengharapkan imbalan setelah membantu orangtuanya.
Sedangkan, pada subjek 3 takut dengan ayahnya, karena
ayahnya sangat tegas.
Penyesuaian sosial juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Pada ketiga subjek, faktor perkembangan dan
kematangan, serta kondisi lingkungan sebagai faktor pendukung
kematangan, ketika subjek dilihat dari subtes Wechsler yang
terkait dengan kematangan sosial tergolong cukup baik. Oleh
karena itu, kematangan sosial dari ketiga subjek dapat dikatakan
cukup matang. Menurut Nanik (2007, h. 21), subtes WISC yang
terkait dengan kematangan sosial, minat dengan orang lain,
situasi sosial, keterampilan sosial dan pemahaman terhadap
norma-norma sosial dapat terlihat pada subtes
comprehension,
block design,
picture arrangement, dan
object assembly. Selain
itu, IQ dari ketiga subjek juga tergolong rata-rata. Pada subjek 2
seringkali mau mengalah dengan adiknya dan peduli dengan
temannya. Menurut Hadibroto, Alam, Suryaputra & Olivia (2002,
h. 74), anak tengah akan lebih mudah dalam menjalin relasi
dibandingkan dengan anak sulung maupun anak bungsu. Oleh
karena itu, anak tengah cenderung lebih suka berinteraksi
dengan temannya di luar rumah, daripada berkumpul dengan
keluarganya. Hal tersebut terlihat dari data wawancara dengan
ibu subjek 2 yang mengatakan bahwa T seringkali bermain di
luar rumah bersama teman-temannya, sehingga T banyak punya
teman dan jarang berada di rumah.
Ketiga subjek juga dipengaruhi oleh faktor kondisi
lingkungan. Pada subjek 1, mendapat dukungan dari lingkungan
keluarga dan sekolah. Pihak orangtua, guru dan saudara
sangat memaklumi perilaku-perilaku V. Ibu, guru, saudara dan
temannya pun ikut membantu V agar bisa lebih mengontrol
perilakunya dengan cara mengingatkan atau menegur V.
Kemudian, pada subjek 2, mendapat dukungan dari pihak
sekolah dan significant other (nenek dan kakek). Gurunya selalu
memperhatikan
perkembangan
T,
sehingga
gurunya
menyarankan T agar mengikuti ekstrakulikuler karate, agar
energi T yang berlebih bisa tersalurkan. Selain itu, kakek, nenek,
guru dan temannya selalu mengingatkan T agar perilakunya
terkontrol. Subjek 3 pun mendapat dukungan dari pihak keluarga
dan sekolah. Orangtua, guru, teman dan kakaknya sudah paham
dengan kondisi M, sehingga mereka sangat memaklumi
perilaku-perilaku M. Selain itu, mereka juga selalu mau membimbing dan
mengingatkan M. Orangtua dan gurunya selalu bersikap tegas
dengan M, agar M mampu mengontrol perilakunya. Hasil ini
sesuai dengan hasil penelitian menurut Yeow, Roger & Sharmine
(2011, h. 1489), menyatakan bahwa dukungan orangtua, guru
dan penerimaan dari teman sebaya sangat mempengaruhi
penyesuaian pada seorang anak.
Walaupun faktor kondisi lingkungan pada subjek 2 tidak
terlalu mendukung seperti pada subjek 1 dan 3, namun faktor
kematang sosial subjek 2 lebih baik. Subjek 2 merupakan anak
anak tengah itu lebih kreatif dan fleksibel, karena mereka ingin
terlihat berbeda dari kakak ataupun adiknya. Anak tengah juga
cenderung lebih santai, mandiri dan murah hati dibandingkan
dengan kakak atau adiknya. Oleh karena itu, anak tengah akan
lebih mudah ketika melakukan kegiatan di luar rumah bersama
teman sebayanya (Hadibroto, 2002, h. 45).
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi beberapa aspek pada
penyesuaian sosial. Pada subjek 1 dan 2
school functioning
(akademik) terlihat pada kemampuan mereka dalam memahami
pelajaran. Pada subjek 1 nilai mid semester antara 80 hingga 90,
sudah lancar dalam hal membaca dan mampu hitungan
sederhana. Kemudian, pada subjek 2 nilai mid semester antara
60 hingga 90, selalu mengerjakan tugas di sekolah dan PR.
Selain itu, pada ketiga subjek memiliki school functioning (sosial
di sekolah) yang cukup baik. Ketiga subjek mau mengikuti
perintah gurunya. Kemudian pada subjek 1 dan 3 selalu bertanya
apabila mereka tidak paham dengan tugas atau penjelasan dari
gurunya. Kemudian pada subjek 2 selalu berani mengajukan
pendapat dan meminta izin setiap melakukan sesuatu.
Sedangkan, pada subjek 3 selalu memiliki inisiatif untuk
membantu dan berbagi makanan dengan gurunya.
Pada subjek 2 dan 3, aspek
spare time
functioning juga
temannya. Selain itu, pada subjek 3 mau membantu pekerjaan
rumah tangga ketika sedang libur. Pada ketiga subjek relasi
dengan teman sebayanya cukup baik. Mereka mau bermain,
ngobrol dan makan bersama setiap jam istirahat. Mereka juga
tidak memilih dalam berteman. Selain itu, pada subjek 1 juga
terlihat bahwa V mau meminta maaf setiap kali melakukan
kesalahan dengan orang lain. Sedangkan, pada subjek 2 terlihat
memiliki banyak teman, temannya selalu mencari dan mengajak
T bermain. Hal tersebut didukung oleh pendapat menurut
Hadibroto, dkk (2002, h.74), yang menyatakan bahwa anak
tengah lebih mudah dalam menjalin relasi. Hal ini dikarenakan,
anak tengah sangat ramah, suka melakukan kegiatan di luar
rumah dan lebih fleksibel (Borba, 2009, h.22; Hadibroto, dkk,
2002, h. 45). Kemudian pada subjek 3 terlihat bahwa M mudah
bergaul dan akrab dengan teman baru. Selain itu, M juga mau
saling peduli dan berbagi dengan temannya.
Selain itu, pada ketiga subjek juga relasi dengan saudara
kandungnya juga cukup baik. Pada subjek 1 terlihat bahwa V
sayang dengan kakaknya, V seringkali mengungkapkan rasa
sayangnya dengan cara memeluk dan mencium kakaknya.
Selain itu, V juga seringkali bermain bersama kakaknya. Begitu
juga dengan subjek 2 yang terlihat sayang dengan adiknya,
tersebut bisa dilihat dari cara T yang selalu mau mengajak
adiknya bermain bersama. Hal tersebut juga terliha pada subjek
3 yang selalu mau membantu kakaknya dan bermain, serta
menonton TV bersama kakaknya. Hal ini dikarenakan, kakak
sudah memahami kondisi M, sehingga kakaknya akan lebih
sering mengalah ketika berantem dengan M.
Interaksi ketiga subjek dengan orangtuanya juga termasuk
cukup baik. Hal ini terlihat pada subjek 1 yang mau menuruti
perkataan ibunya. Selain itu, V juga mampu berempati dengan
ibunya, seperti mengambilkan tisu ketika ibunya menangis. V
dan ibunya pun sering ngobrol dan ibunya pun selalu
mendampingi V saat menonton TV atau belajar. V juga mau
ngobrol dan memperbaiki mainan dengan ayahnya, ketika
ayahnya memiliki waktu luang. Sedangkan, pada subjek 2,
interaksi antara T dengan orangtunya tidak terlalu sering. Hal ini
dikarenakan, ibunya sibuk bekerja dan waktu kerja ayahnya pun
tidak menentu. Walaupun demikian, ibunya selalu meluangkan
waktu untuk pergi bersama dan mendampingi T saat
mengerjakan PR. Berbeda dengan subjek 3 yang sering
mendapatkan kesempatan untuk ngobrol dengan ibunya, karena
ibunya tidak bekerja. Selain itu, M juga mau membantu ibunya
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ibunya juga selalu
keputusan. Walaupun demikian, M jarang berinteraksi dengan
ayahnya. M hanya bisa ngobrol dan menonton TV bersama
ayahnya, ketika malam hari atau libur. M juga selalu mau
menuruti aturan dan perintah dari ayahnya. Hal ini dikarenakan,
ayahnya sangat tegas dengan M dan kakaknya. Berdasarkan
hasil penelitian menurut Yeow, Roger & Sharmaine (2011, h.
1489), menunjukkan bahwa dukungan dan cara pengasuhan
orangtua sangat mempengaruhi penyesuaian sosial seorang
anak. Apabila orangtua selalu memberikan dukungan dan
mengasuh anaknya dengan kooperatif, serta penuh kehangatan,
maka anak dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa interaksi
ketiga subjek dengan ayahnya termasuk kurang. Hal ini terlihat
dari hasil observasi dan wawancara, bahwa ketiga subjek jarang
berinteraksi dengan ayahnya. Ayah dari ketiga subjek sibuk
bekerja dan sangat tegas dengan mereka. Oleh karena itu,
ketika ketiga subjek sulit untuk mengontrol perilakunya, ayah
mereka marah hingga melakukan kekerasan fisik, seperti
memukul atau mencubit ketiga subjek. Dari hasil wawancara
juga terlihat, bahwa ketiga subjek memiliki rasa takut dengan
ayahnya, karena mereka merasa ayahnya galak.
Walaupun demikian, interaksi ketiga subjek dengan ibu,
subjek memiliki kedekatan dengan ibunya. Hal ini terlihat dari
hasil observasi dan wawancara, bahwa ketika subjek sering
ngobrol dan ibu selalu mendampingi ketiga subjek ketika
mengerjakan PR atau belajar. Selain itu, ketiga subjek juga
sangat dekat dengan saudara kandungnya. Subjek 1 dan 3
seringkali bermain atau melakukan aktivitas bersama kakaknya.
Sedangkan, pada subjek 2 seringkali bermain dan melakukan
aktivitas bersama adiknya. Walaupun terkadang ketiga subjek
bertengkar atau berebut sesuatu, namun setelah itu mereka
saling memaafkan dan bermain bersama lagi. Interaksi ketiga
subjek dengan teman sebayanya juga terlihat cukup baik. Ketiga
subjek seringkali memanfaatkan waktu luangnya untuk bermain
dengan teman-temannya. Ketiga subjek juga mau bergaul
dengan siapa saja dan tidak memilih teman.
Penyesuaian sosial ketiga subjek sangat dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga dan sekolah sangat mempengaruhi
penyesuaian sosial pada ketiga subjek. Walaupun dari beberapa
jurnal menyatakan bahwa anak ADHD seringkali mendapatkan
respon dan tanggapan negatif dari lingkungan sekitarnya. Selain
itu, anak ADHD juga seringkali ditolak oleh teman sebayanya,
sehingga mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk ikut
bergabung (Howard,dkk, 2010; Clikeman, 2007, 53). Walaupun
lingkungan sangat membantu ketiga subjek dalam melakukan
penyesuaian sosial. Orangtua,
significant other
(kakek dan
nenek), guru, teman sebaya, dan saudara kandung mampu
memahami kondisi dari ketiga subjek tersebut. Oleh karena itu,
mereka sangat memaklumi dan bahkan mau membimbing, serta
mengingatkan ketiga subjek tersebut agar perilakunya bisa lebih
terkontrol. Dengan demikian, ketiga subjek tersebut merasa
diterima dan mendapat kesempatan untuk menjalin relasi
dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal tersebut
didukung oleh teori yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan
dapat mempengaruhi seseorang dalam pencapaian penyesuaian
sosial (Schneiders, 1955, h. 122). Selain itu, hasil penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa peran pola asuh pada
orangtua dapat mempengaruhi kualitas penyesuaian sosial pada
setiap anak. Selain itu, dukungan dan penerimaan dari guru,
serta teman sebaya juga berperan penting dalam pencapaian
penyesuaian sosial (Shojae, Afrooz & Baghdasarians, 2014, h.
278; Yeow, Roger & Sharmaine, 2011, h. 1489).
C. Kelemahan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa ada kelemahan pada penelitian
yang dilakukan dan ditulis oleh peneliti. Beberapa kelemahan
terutama saat observasi di rumah sangat terbatas. Hal ini
dikarenakan, kesibukan dan waktu luang setiap subjek yang
terbatas. Oleh karena itu, peneliti tidak dapat melihat kegiatan
dan perilaku subjek pada separuh waktunya. Selain itu, orangtua
(terutama ayah) terlihat jarang berada di rumah, karena sibuk
bekerja dan pulangnya malam. Oleh karena itu, peneliti tidak
dapat mengamati dengan saksama relasi antara subjek dengan
ayahnya.
Kelemahan lainnya adalah adanya ketimpangan pada
tingkatan kelas pada masing-masing subjek. Ketimpangan terjadi
antara subjek 1 dan 3. Subjek 1 baru kelas satu SD, sedangkan
subjek 3 sudah kelas lima SD. Oleh karena itu, kesempatan dan
pengalaman yang diperoleh oleh subjek 3 lebih banyak
163
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa gejala inatensi
yang muncul pada ketiga subjek, yaitu: perhatian mudah
teralihkan, sering tidak memperhatikan intruksi atau penjelasan
guru, mudah beralih aktivitas, mudah lupa, sering kehilangan
atau meninggalkan alat tulis, serta tidak suka mengerjakan tugas
yang membutuhkan ketelitian. Kemudian, gejala hiperaktivitas
dan impulsivitas yang muncul pada ketiga subjek, yaitu: sering
jalan-jalan, sering berpindah tempat duduk, tidak bisa duduk
dengan tenang, tidak sabar menunggu giliran, suka berbicara
dan sering menyela pembicaraan.
Penyesuaian sosial yang muncul pada anak ADHD terdiri
dari lima aspek, yaitu aspek school functioning (akademik, sosial
di sekolah, masalah di sekolah), spare time functioning (aktivitas,
menonton TV, bersama teman),
peer interactions (relasi dengan
teman sebaya dan masalah dengan teman sebaya),
interactions
with siblings (relasi dengan saudara kandung dan masalah
dengan saudara kandung),
interactions with parents (relasi
Secara akademik, nilai mid semester subjek 1 dan 2
memenuhi standar KKM, sedangkan nilai mid semester subjek 3
sebagian besar di bawah KKM. Selain itu, subjek 1 dan 2 mampu
mengikuti pelajaran di sekolahnya, sedangkan pada subjek 3
mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolahnya.
Hal ini dikarenakan, subjek 3 lebih mampu mempelajari sesuatu
secara visual, dibandingkan secara auditori. Padahal di sekolah
subjek 3 cara belajarnya lebih banyak secara auditori. Kemudian,
ketiga subjek mengalami masalah di sekolahnya, yaitu malah
menulis. Ketiga subjek tidak suka menulis terlalu banyak, karena
bagi mereka menulis adalah aktivitas yang membosankan.
Ketiga subjek memanfaatkan waktu luangnya dengan cara
melakukan aktivitas bermain, seperti bermain bola atau
menggunakan mainan. Subjek 1 dan 2 juga memanfaatkan
waktu luangnya dengan cara mengaji di Mushola dekat rumah.
Ketiga subjek juga memanfaatkan waktu luangnya dengan cara
menonton TV. Subjek 1 dan 3 juga memanfaatkan waktu
luangnya dengan cara bermain bersama teman-temannya.
Relasi dengan teman sebaya, ketiga subjek banyak memiliki
teman, tidak memilih dalam berteman, bermain, ngobrol da
makan bersama saat jam istirahat. Walaupun demikian, ada
beberapa masalah juga yang muncul, yaitu ketiga subjek sering
Relasi dengan saudara kandung, ketiga subjek sering
bermain dengan saudara kandungnya, dan mau membantu
saudara kandungnya ketika sedang membutuhkan bantuan.
Walaupun demikian, masalah dengan saudara kandung juga
muncul pada ketiga subjek, mereka seringkali usil dengan
saudara kandungnya dan suka berantem juga dengan saudara
kandungnya.
Relasi dengan ibu, ketiga subjek ngobrol dengan ibunya.
Pada subjek 1 dan 3, mau membantu ibunya ketika
membutuhkan bantuan dari mereka. Kemudian relasi dengan
ayah, ketiga subjek sering ngobrol dengan ayahnya. Pada subjek
1 dan 3 seringkali membantu ayahnya ketika membutuhkan
bantuan. Masalah dengan orangtua pun muncul, ketiga subjek
suka membantah perkataan orangtua, terkadang mereka juga
tidak mau membereskan mainannya. Pada subjek 1 dan 2,
mereka sering mencoret tembok rumahnya, sehingga temboknya
terlihat kotor. Oleh karena itu, ayah pada subjek 1dan 2
terkadang marah dengan mereka.
Penyesuaian sosial pada ketiga subjek dipengaruhi oleh
faktor perkembangan dan kematangan. Secara intelektual, ketiga
subjek kapasitas intelektualnya termasuk cukup baik. Dilihat dari
hasil tes IQ dengan menggunakan skala kecerdasan Wechsler,
yang terkait dengan kematangan sosial (comprehension,
block
design,
picture arrangement,
object assembly) juga termasuk
cukup baik. Selain itu, kondisi lingkungan juga sangat
mempengaruhi penyesuaian sosial pada anak ADHD. Ketiga
subjek mendapat dukungan dari pihak keluarga dan sekolah.
Selain itu, orangtua, guru, teman sebaya dan saudara kandung
sangat memahami dan memaklumi kondisi kondisi ketiga subjek.
Oleh karena itu, ketiga subjek selalu dibimbing dan diingatkan
oleh mereka agar perilaku mereka bisa lebih terkontrol.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, kondisi
lingkungan (keluarga dan sekolah) sangat berperan penting
dalam penyesuaian sosial anak ADHD. Oleh karena itu, anak
ADHD merasa tidak dikucilkan dan mendapatkan kesempatan
untuk ikut serta dalam beriteraksi dengan lingkungan di
sekitarnya.
B. Saran
1. Bagi Keluarga
Melakukan penyesuaian sosial di lingkungan keluarga
bukanlah sesuatu yang mudah bagi anak ADHD. Oleh
karena itu, pihak keluarga sebaiknya selalu memberikan
dukungan dan memberikan kesempatan kepada anak ADHD
Dengan demikian, diharapkan anak ADHD juga akan lebih
percaya diri ketika berbaur dengan orang-orang yang ada di
sekitarnya.
2. Bagi Sekolah
Pihak sekolah juga bisa selalu memberikan kesempatan
kepada anak ADHD agar bisa mengikuti segala kegiatan
yang ada di sekolah. Pihak sekolah, terutama wali kelas bisa
meminta anak ADHD agar duduk di barisan paling depan,
agar guru selalu bisa mengawasi dan mengingatkan anak
ADHD ketika perilakunya mulai tidak terkontrol.
3. Bagi Masyarakat Umum
Melakukan penyesuaian sosial bukan sesuatu yang mudah
bagi anak ADHD. Oleh karena itu, mereka sangat
membutuhkan peran serta dan bantuan dari orang-orang di
sekitarnya. Masyarakat dapat membantu mereka dengan
cara mau memahami dan menerima kondisi mereka saja.
Misalnya, dengan cara tidak mengucilkan, mengikutsertaka
pada segala kegiatan dan saling membantu ketika
membutuhkan bantuan. Dengan demikian, anak ADHD akan
mendapatkan
kesempatan
untuk
mengembangkan
penyesuaian di lingkungan sosial. Apabila masyarakat sudah
menolak kehadiran anak ADHD, maka mereka tidak
penyesuaian sosial. Oleh karena itu, anak ADHD pun akan
melakukan perilaku atau tindakan negatif terhadap
lingkungan, seperti menjadi agresif, melanggar aturan,
berbohong, mencuri, dan lainnya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang hendak meneliti mengenai
penyesuaian sosial pada anak ADHD, disarankan agar
169
DAFTAR PUSTAKA
Alkaissi, A dan Harazni, L. (2016).
The Experience of Mothers and
Teachers of Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder Children,
and Their Management Practices for the Behaviors of the Child
A Descriptive Phenomenological Study. Journal of Educational
and Practice, Vol.7, No.6.
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1092501.pdf
American Psychiatric Association. (2013).
Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder. Fifth Edition. Washington DC:
American Psychiatric Association.
Bararah, V. (2011). Stres Parah Banyak Dialami Orangtua dari Anak
ADHD. Detik Health.
https://health.detik.com/read/2011/08/16/123641/1704739/764/
stres-parah-banyak-dialami-orangtua-dari-anak-adhd
Biederman, J., Faraone, S., & Chen, W. (1993).
Social Adjustment
Inventory for Children and Adolescents: Concurrent Validity in
ADHD Children. J.Am.Acad.Child Adolesc. Psychiatry, 32:5.
Borba, M. (2009).
The Big of Parenting Solutions: 101 Jawaban
sekaligus Solusi bagi Kebingungan dan Kekhawatiran Orangtua
dalam menghadapi Permasalahan Anak Sehari-hari. Alih
bahasa: Juliska Gracinia dan Yanuarita Fitriani. Jakarat: PT
Elex Media Komputindo.
Chaplin, J. (2006).
Kamus Lengkap Psikologi. Alih bahasa: Dr.
Kartino Kartono. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Chrisna, F. (2014).
Writing Skill For ADHD: Terapi Bimbingan
Menulis untuk Anak ADHD. Yogyakarta: Maxima.
Clikeman, M. (2007).
Social Competence in Children. United States
of America: Springer.
Creswell, J. (2014).
Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan Mixed. Alih bahasa: Achmad Fawaid.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Desiningrum, D. (2016).
Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Psikosain.
Flanagen, R. (2002).
ADHD Kids (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder). Alih bahasa: Bambang Pamungkas, Tisa Adiantari &
Trisno Tri Wilujeng. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Hadibroto, I., Alam, S., Suryaputra, E & Olivia, F. (2002).
Misteri
Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu dan Tunggal. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hartono, A & Sunarto, H. (1999).
Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Howard, A & Landau, S. (2010).
ADHD: A Primer for Parents and
Educators. Article. National Association of School Psychologist.
https://www.nasponline.org/Documents/Resources%20and%20
Publications/Handouts/Families%20and%20Educators/ADHD_a
_Primer_For_Parents_and_Educators.pdf
Hurlock, E. (2011).
Perkembangan Anak. Jilid 1. Alih bahasa: dr.
Med. Meitasari Tjandrasa & Dra. Muslichah Zarkasih. Jakarta:
Erlangga.
Jogsan, Y. (2013).
Emotional Maturity and Adjustment in ADHD
Children. Research Article Psychology & Psychotherapy.
Volume 3, Issue 2, ISSN: 2161-0487 JPPT.
https://www.omicsonline.org/emotional-maturity-and-adjustment-in-adhd-children-2161-0487.1000114.pdf
John, K., Gammon, D., Prusoff, B., & Warner, V. (1987).
The Social
Adjustment Inventory for Children and Adolescents (SAICA):
Testing of a New Semistructured Interview. American Academy
of Child and Adolescent Psychiatry.
http://highriskdepression.org/files/1987B.pdf
Jong, W. (2017).
Pendekatan Pedagogik & Didaktik: pada Siswa
dengan Masalah dan Gangguang Perilaku. Alih bahasa: Julia
Maria van Tiel. Jakarta: Prenada.
Kahija, Y & Siburian, E. (2014). Pengalaman Ibu dengan Anak ADHD
(Studi Fenomenologis dengan Interpretive Phenomenological
Analysis). Jurnal Universitas Diponegoro.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/7572/
7332
Kalat, J.W. (2012).
Biopsikologi: Biological Psychology.
Buku 2. Alih
bahasa: Dhamar Pramudito, S. Si. Jakarta: Salemba Humanika.
Kaplan, H., Sadock, B., & Grebb, J. (2010).
Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2. Alih bahasa: Dr.
Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
Kementerian Kesehatan. (2011).
Pedoman Deteksi Dini Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada Anak
serta Penanganannya. No. 107, 2011.
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2011/bn107-2011.pdf
Kusdiyati, S & Fahmi, I. 2015.
Observasi Psikologi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. (2016).
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Murtie, A, (2014).
Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Redaksi Maxima.
Nanik. (2007). Penelusuran Karakteristik Hasil Tes Inteligensi WISC
pada Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas. Jurnal. Psikolgi, Vol. 34, No. 1, 18-39.
https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7087/5539
Narbuko, C & Achmadi, A. (2013).
Metodelogi Penelitian. Jakarta:
Bumi Aksara.
Nasution. (2014).
Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Olivia, F. (2014).
Mengoptimalkan Kinerja Otak Anak di Sekolah:
Membuat Rencana Prestasi Belajar dan Solusi Alternatif Agar
Anak ADD/ Hiperaktif Tidak Menjadi Trouble Maker di Sekolah.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Oshnari, M., Majd, M & Babakhany. (2014).
A Comparison of
Emotional and Behavioral Problems in Children With ADHD at
Home and School. Article, J Anal Res Clin Med, 2 (2), 64-70.
http://journals.tbzmed.ac.ir/JARCM/Manuscript/JARCM-2-64.pdf
Papalia, D., Olds, S & Feldman, R. (2013).
Human Development:
Perkembangan Manusia. Alih bahasa: Brian Marswendy.
Jakarta: Salemba Humanika.
Purwanto,
H.
(1998).
Pengantar
Perilaku
Manusia
untuk
Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran AGC.
Rejeki, S. (2014).
100 Tanya Jawab Soal ADHD. Yogyakarta: Mitra
Buku.
Saputro, D. (2009).
ADHD: Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder.
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Sholae, F., Afrooz, G., Baghdasarians, A. (2014).
Social Adjustment
of Children and Degree of Marital Satisfaction of Parents.
Journal. Academy for Environment and Life Sciences, India.
http://bepls.com/vol3_spl_II/41.pdf
Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New
York: Hoolt, Rinehart and Winston.
Silva, A & Urbano, R. (2016).
Child ADHD Severity, Behavior
Problems and Parenting Styles. Journal. Annals of Psychiatry
and Mental Health.
https://www.jscimedcentral.com/Psychiatry/psychiatry-4-1066.pdf
Smith, J. (2009). Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset.
Alih bahasa: Budi Santosa, S.Psi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumi, C., Marder, C., Wagner, M. (2005).
Engagement, Academics,
Social Adjustment, and IIndependence: The Achievements of
Elementary and Middle School Students with Disabilities.
SEELS: US Departement of Education.
https://www.seels.net/designdocs/engagement/All_SEELS_outc
omes_10-04-05.pdf
Sutrisno. (2013).
Panduan Praktis Merawat dan Mendidik Anak
dengan ADHD (Anak Berkebutuhan Khusus): Untuk Guru dan
Orangtua. Yogyakarta: Mitra Buku.
Timur, H. (2017).
Gangguan Anak ADHD/ Hiperaktif Mengganggu
Kejiwaan Anak. Artikel.
http://www.adhd-centre.com/adhd-article/13-gangguan-anak-
adhd-hiperaktif-mengganggu-kejiwaan-anakhttp://www.adhd-
centre.com/adhd-article/13-gangguan-anak-adhd-hiperaktif-mengganggu-kejiwaan-anak
Trihandayani, D & Louisia, A. (2013). Berinteraksi dengan Kami yang
Attention Deficit/ Hyperactive Disorder (AD/HD). Jakarta:
Yayasan Mimi Institute.
Tse, M. (2012).
Social Skills and Self-Esteem of College Students
with ADHD. Disertation. Faculty of The USC Rossier School of
Education University of Southern California.
http://kortschakcenter.usc.edu/wp-
content/uploads/2015/04/Tse-ADHD-Social-Skills-Self-Esteem.pdf
Tseng, W., Kawabata, Y & Gau, S. (2011). Social Adjustment Among
Taiwanese Children with Symptoms of ADHD, ODD, and ADHD
Comorbid with ODD. Original Article Child Psychiatry Hum Dev,
DOI 10.1007/s10578-010-0204-3.
Veskarisyanti, G. (2008).
12 Terapi Autis Paling Efektif Dan Hemat
Untuk Autisme, Hiperaktif Dan Retardasi Mental. Jakarta: PT.
Buku Kita.
Yeow., Roger., & Sharmaine. (2011).
An Exploratory Study of Social
Adjustment among Youth in Residential Homes. Journal.
Educational Research.
http://www.interesjournals.org/full-articles/an-exploratory-study-
176
LAMPIRAN 1
Hasil Observasi Subjek 1
Inisial
: V
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : 28 Agustus 2010
Usia
: 7 tahun 2 bulan
Kelas
: I (Satu)
Tanggal Observasi
: Rabu, 18 Oktober 2017 & Senin, 13 November 2017
Tempat Observasi
: Rumah
Hasil Observasi
Koding
Indikator Perilaku
Ketika observer berkunjung ke rumah V, V sedang makan. V makan disuapi oleh pengasuhnya. V makan sambil memegang dan memainkan lego barunya. V duduk di bawah, kemudian duduk di sofa sambil menggerakkan legonya. Oleh karena itu, pengasuhnya harus mengikuti V ketika akan menyuapi V. Setelah selesai makan, V masih memainkan legonya. Ketika kakaknya ingin melihat bagian lego yang lepas, V tidak memberikannya. Akhirnya, kakaknya hanya diam saja. Kemudian Papa-nya keluar dari kamar, V langsung menunjukkan kalau legonya ada yang lepas. Papa-nya pun langsung mengambil lego tersebut dan memperbaikinya. Ketika Papa-nya sedang memperbaiki legonya, V duduk di bawah sambil melihat Papa-nya. Kemudian Papa-nya berkata “ini ada
bagian yang hilang, coba dicari dulu”. V pun langsung mencari bagian tersebut di karpet, namun V tidak menemukannya dan V langsung berkata “ga ada Pa”. Papa-nya pun
menjawab “lah tadi kamu taruh dimana? coba dicari lagi”. V pun mencoba mencari lagi dan V pun menemukannya sambil berkata “yeeyy ini tetemu (ketemu) Pa”. Kemudian V
menghampiri Papa-nya lagi. Setelah Papa-nya selesai memperbaiki legonya, Papa-nya membawa lego tersebut ke dalam kamar dan melarang V untuk bermain lego. V pun hanya diam saja dan mengambil mainan yang lain. V mengambil mainan robot Iron Men. Kemudian V duduk di karpet bersama observer dan memperlihatkan robot tersebut kepada observer. Setelah itu, V berdiri lagi dan mengambil topeng dan tongkat golf. V mengajak kakaknya untuk bermain bersama dan kakaknya mau menemani V bermain. Ketika Papa-nya hendak pergi kerja, Papa-nya pamitan dengan V. V langsung minta salam dengan Papa-nya dan berkata “hati-hati ya Pa”. Kemudian V ikut keluar dan melihat
G2
PSP1
PIP2 PIP2
PIS1 PIP2
Hiperaktivitas (makan sambil bermain lego dan berpindah tempat).
Aktivitas (mengisi waktu luang dengan memainkan lego).
Relasi dengan ayah (ayahnya membantu V memperbaiki lego).
Relasi dengan ayah (bekerja sama dan komunikasi dua arah).
Relasi dengan saudara kandung (V bermain bersama kakaknya).
Papa-nya yang sedang memanaskan motor. V memanjat di pintu gerbang, kemudian membuka dan menutup pintu gerbang berkali-kali. Papa-nya pun memperingatkan V agar tidak memainkan pintu gerbang. Ketika V hendak menutup pintu gerbangnya, V tidak sengaja mendorong dengan keras hingga semua orang kaget. Papa-nya pun langsung marah kepada V, V langsung lari masuk menghampiri Mama-nya. V langsung memeluk Mama-nya dari belakang sambil memejamkan matanya. Kemudian Mama-nya berkata
“tadi kan sudah dikasi tahu sama Papa, besok gak gitu lagi ya?”, V pun langsung
manganggukkan kepalanya. Setelah itu, V masuk kamar dan mengambil lego yang tadi disimpan oleh Papa-nya. Mama-nya bertanya kepada V “kamu kok ambil legonya setelah
Papa pergi? kamu sudah izin sama Papa belum?”. V hanya diam saja dan membongkar
beberapa keping legonya. V tampak asyik memainkan legonya, kemudian kakaknya datang menghampiri V, V pun langsung menghindar dan berpindah tempat duduk. V berkali-kali melepas dan memasang kembali legonya. V terlihat mulai bosan bermain lego, V pun meletakkan legonya diatas meja. Kemudian V menghampiri kakaknya dan memeluk, serta mencium pipi kakaknya. Kakaknya mencoba menghindar, namun V tetap mengejar kakaknya dan memeluk kakaknya dengan erat. Setelah itu, V mengajak kakaknya bermain. V mengambil dua tongkat golf dan dua topeng. Kemudian V mengajak kakaknya main perang-perangkan. Tongkat golf tersebut digunakan sebagai pedang. Setelah itu, V dan kakaknya berlari-larian di dalam rumah. Masuk kamar beberapa kali, kemudian keluar lagi, sehingga mereka harus membuka pintu beberapa kali. Mama-nya memperingatkan mereka agar tidak berlarian di dalam rumah, V tidak peduli dan tetap mengejar kakaknya. Kemudian kakanya menyuruh V berhenti, karena kakaknya capek dan mengajak V bermain yang lain saja. Kakaknya mengajak V masuk kamar. Mereka pun bercanda bersama di dalam kamar (terdengar suara tertawa V bersama kakaknya). Tiba-tiba V keluar kamar dan V menggunakan selendang di bagian punggungnya, seolah-olah bisa terbang. V menyuruh kakaknya untuk mengejar V, mereka pun bermain berlarian di dalam rumah. Setelah mereka lelah berlarian, mereka duduk berdampingan di sofa. V tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan V mengambil atlas milik kakaknya. Kakaknya pun meminta atlas tersebut kepada V agar tidak digunakan sebagai mainan oleh V. V pun menolak dan memegang atlas tersebut dengan erat. Akhirnya, mereka berebut dan tanpa disengaja V memukul mata kakaknya. Kakaknya pun langsung menangis, V langsung
memalingkan wajahnya sambil memegang atlasnya. V berkata “atu ga sengaja, atu tan (kan) mau pinjem”. Kemudian Mama-nya menyuruh V agar meminta maaf kepada
kakaknya. V pun langsung memegang tangan kakaknya dan berkata “maafin atu ya ta
PIP3, G3
PIP1, F4
PIP3, G3
PIS2 PIS1 PIS1
PIP3, PIS1
PIS2, G3, PIP1, F4, PIS1
Masalah dengan orangtua (ayah marah, karena V tidak mendengarkan nasihat). Impulsivitas (memainkan pintu gerbang berkali-kali).
Relasi dengan ibu (menuruti kata mama). Kondisi lingkungan (mama-nya menasihati)
Masalah dengan orangtua dan Impulsivitas (mengambil barang tanpa izin).
Masalah dengan saudara kandung (tidak mau berbagi mainan dengan kakaknya). Relasi dengan saudara kandung (mencium dan memeluk kakaknya). Relasi dengan saudara kandung (bermain bersama kakak).
Masalah dengan orangtua (tidak mempedulikan peringatan ibunya). Relasi dengan saudara kandung (bermain dan duduk bersama kakaknya).
(kak)”, namun wajah V tidak mau menatap wajah kakaknya. Mama-nya bertanya kepada
kakaknya “kakak maafin adik gak?”, kakaknya pun langsung menganggukkan kepala.
Kemudian V memeluk kakaknya dan mereka bermain bersama lagi. Mereka melihat atlas bersama. Kemudian observer pamit pulang kepada V dan kakaknya. V dan kakaknya langsung berdiri mengantar observer sampai pintu gerbang. V membukakan pintu
gerbangnya dan berkata “da…da…mba”. Kemudian V masuk ke dalam rumah.
kandung (V minta maaf kepada kakaknya).
Ketika observer datang ke rumah V, V baru bangun tidur. Kemudian V berkata kepada
observer “atu belum mandi, atu baru bangun”. Setelah itu, V tiduran di sofa dan V tidak
mau makan ketika ditawarkan makan oleh pengasuhnya. V juga tidak mau mandi, V malah asyik menonton TV sambil tiduran di sofa. V menonton acara “Ihhh Serem”. Ketika iklan, V mengganti channel TV-nya, V menonton kartun “Shaun The Sheep”. Kemudian V bangun dan V pindah tiduran di karpet. V tiduran di sebelah kakaknya dan V memeluk sambil mencium kening kakaknya. Setelah itu, V melanjutkan menonton TV hingga kartun
“Shaun The Sheep” usai. Setelah itu, V bangun dan berjalan menuju dapur. Kemudian V ke ruang TV lagi sambil membawa container mainan. V memanggil kakaknya dan mengajak kakaknya untuk bermain bersama. Kakaknya menuruti keinginan V dan V langsung mengeluarkan semua mainan yang ada di dalam container. V bermain sambil ngobrol dengan kakaknya dan kakaknya tengkurap di hadapan V. Tiba-tiba V berdiri dan melewati kakaknya. V pun tanpa sengaja menginjak kaki kakaknya dan kakaknya
kesakitan. V pun langsung berkata “maaf ya ta (kak)”, kakaknya memaafkan V dan
mereka bermain bersama lagi. Pengasuhnya menyuruh V dan kakaknya membereskan mainannya, karena sebentar lagi Mama-nya pulang, namun V tidak mempedulikan kata-kata pengasuhnya. Kakaknya mengajak V membereskan mainan, namun V tetap tidak mau dan tetap bermain. Kemudian Papa-nya pulang kerja, V pun langsung lari sambil membawa robot ke arah sofa. pengasuh dan kakaknya mengajak V membereskan mainan, namun V hanya diam saja dan memainkan robotnya di atas sofa. Kemudian V menghampiri nya yang baru masuk rumah dan V langsung berbisik kepada Papa-nya. Papa-nya pun menjawab “iya”, V langsung bersorak “yeeeyyy”. Setelah itu, V menyalakan TV lagi, V menonton TV sambil tiduran di sofa dan memegang robotnya. Kemudian pengasuhnya mengajak V mandi, namun V tetap tidak mau mandi. V tetap asyik menonton TV sambil bermain robot. Ketika menonton TV, V bolak-balik memperbaiki antena, karena gambar di TV tidak bagus. Ketika iklan, V menghampiri kakaknya yang sedang menghitung uang mainan. Kemudian V mau mengacak uang mainan yang sudah dirapikan oleh kakaknya, kakanya pun langsung berkata “jangan dik”.
PSP2
PIS1
PIS1, PSP1
PIS2
PIP2
PSP1, PSP2, G1
PIS2, PSP2,
Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV.
Relasi dengan saudara kandung (V memeluk dan mencium kening kakaknya). Relasi dengan saudara kandung dan memanfaatkan waktu luang dengan cara bermain bersama kakaknya.
Masalah dengan saudara kandung ( tidak mau membantu kakaknya membereskan mainan).
Relasi dengan ayah (berinteraksi dan komunikasi dengan papanya).
V mengisi waktu luang dengan cara menonton TV dan bermain robot. Inatensi (menonton TV sambil bermain robot).
V tetap mengacak uang tersebut, kemudian V kembali ke sofa menonton TV. Ketika menonton, gambar TV-nya tidak bagus lagi dan V langsung memperbaiki antenanya. Setelah itu, V kembali ke sofa dan tiduran sambil menonton TV. Kemudian V duduk dan memainkan robotnya, seakan-akan robotnya sedang bertarung. Ketika iklan, V mengganti channel lagi dan V menonton acara yang menarik menurutnya. Ketika sedang menonton, kakaknya memanggil V dan mengajak V bermain jual-jualan, V pun berkata “iya kak”. Kemudian V menghampiri kakaknya untuk bermain bersama. Ketika kakaknya menyiapkan perlengkapan bermain, V melanjutkan bermain robot, sesekali V loncat dari sofa. Kemudian pengasuhnnya datang dan menawarkan V mau mandi dulu apa makan. V pun memilih makan dulu, pengasuhnya langsung ke dapur menggoreng ikan dan mengambilkan V makan. V kembali bermain robot, V memainkan robotnya seakan-akan sedang bertarung, salah satu robotnya dilempar karena robotnya kalah ketika bertarung. Kemudian V mengambil robotnya lagi dan memainkannya lagi. Ketika kartunnya sudah mulai, V melanjutkan menonton lagi sambil memegang robotnya. Kemudian pengasuhnya datang membawa makan dan menyuapi V, namun V menolak dan V lari menghindari
pengasuhnya. Pengasuhnya langsung berkata “tadi adik kan mau makan dulu sebelum mandi, ayo sekarang makan dulu, adik harus nepatin janji lho”. V tetap menghindar dan
tidak mau makan. Kemudian pengasuhnya berkata lagi “nanti Mama pulang lho, nanti kamu dimarah sama Mama”. V langsung mau mendekat dan membuka mulutnya. Ketika V sedang makan, kakaknya datang membawa perlengkapan untuk bermain jual-jualan. Kakaknya memanggil V agar V membantu kakaknya mengeluarkan semua buku yang ada di dalam kamar. V pun langsung lari menuju kamar sambil mengunyah makannya dan membantu kakaknya mengeluarkan buku tulis. Setelah semua buku sudah dikeluarkan, kakaknya menata semua buku di lantai. V malah mengganggu kakaknya, V menginjak bukunya satu-satu dan hal tersebut dilakukan berkali-kali. Kakaknya pun menegur V, namun V tetap tidak peduli. Kemudian Mama-nya pulang dari kerja, V langsung keluar dan menghampiri Mama-nya sambil berkata “yeeyyy Mama pulang”. V memeluk Mama -nya dan mengikuti Mama--nya masuk ke dalam rumah. Setalah itu, V kembali mengganggu kakaknya, sehingga buku-buku tersebut berantakan. Kakaknya pun
berteriak “adikkkkk”, rumah pun menjadi gaduh. Mama-nya langsung menegur V dan kakaknya disuruh merapikan bukunya. V langsung berlari menuju sofa dan duduk. Kemudian pengasuhnya datang menghampiri V untuk mengajak mandi, namun V tetap tidak mau mandi. Mama-nya langsung memanggil V dan memperingatkan V, Mama-nya
langsung berkata “V mandi dulu, ini sudah sore lho, kalau kamu gak mau mandi, Mama G1
G2
PSP1, PSP2, G1
PIS1, PIS2
PIP1
PIS2 F4 PIP3
dengan cara menonton TV.
Inatensi (menonton TV sambil bermain robot).
Hiperaktivitas (loncat dari sofa berkali-kali).
Memanfaatkan waktu luang dengan cara menonton TV dan bermain robot. Inatensi (menonton TV sambil bermain robot).
Relasi dengan saudara kandung (V mau membantu kakaknya). Masalah dengan saudara kandung (V usil dengan kakaknya).
Relasi dengan ibu (menyambut kedatangan dan langsung memeluk mamanya).
Masalah dengan saudara kandung (V usil dengan kakaknya).
matikan TV-nya. Tak hitung sampai tiga ya”. Hingga hitungan ketiga, V tetap tidak beranjak ke kamar mandi. Mama-nya langsung mematikan TV-nya dan V langsung menghampiri Mama-nya dan berkata “maaf Ma, sekarang atu mandi ma”. V langsung masuk kamar mandi dan mandi sendiri. V tidak mau dimandikan oleh pengasuhnya, V ingin mandi sendiri.
Inisial
: V
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : 28 Agustus 2010
Usia
: 7 tahun 2 bulan
Kelas
: I (Satu)
Tanggal Observasi
: Jumat, 20 Oktober 2017, Senin, 23 Oktober 2017, Rabu, 25 Oktober 2017, Kamis, 26 Oktober
2017 & Jumat, 27 Oktober 2017
Tempat Observasi
: Sekolah
Hasil Observasi
Koding
Indikator Perilaku
Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia. Gurunya memberikan tugas berupa beberapa kalimat yang didikte oleh guru. Saat gurunya mendiktekan soal-soalnya, V tidak memperhatikan, V asyik memainkan pensil dan ngobrol dengan teman sebangkunya. Akhirnya, V ketinggalan dan ada beberapa soal yang terlewatkan. Gurunya sudah membacakan soal nomor 6, namun V baru mengerjakan soal nomor 1. V pun langsung menghampiri gurunya dan menanyakan kembali soal nomor 2. Kemudian gurunya mengulang membacakan soalnya dari nomor 1. Ketika dibacakan soal nomor 2, V langsung menulis. Ketika dibacakan soal nomor 3, V kembali tidak memperhatikan. Akhirnya, V ketinggalan lagi, teman-temannya sudah sampai soal nomor 7, sedangkan V
baru sampai soal nomor 3. Ketika ditanya oleh gurunya: “V sudah selesai belum?”, V pun langsung menjawab “baru nomor 3” (sambil menyengir). Setelah itu, V pun mencoba untuk melihat tulisan dan bertanya kepada teman yang duduk di belakang V. Temannya tidak mau memberitahu dan temannya langsung mengadu kepada gurunya (dengan cara berteriak), V pun langsung duduk lagi. Ketika gurunya tidak memperhatikan V lagi, V kembali bertanya dengan teman sebangkunya, namun temannya tidak mengizinkan, V pun mencoba menarik buku temannya. Ketika gurunya mengatakan “yang sudah selesai
maju ke depan dan boleh istirahat”, V pun langsung bingung dan berusaha bertanya
dengan temannya, tapi temannya tidak mau memberitahu V dan V pun langsung memasukkan bukunya ke dalam tas. Setelah itu, V mengambil snack di dalam tas dan V keluar kelas tanpa sepengetahuan gurunya. Kemudian salah satu temannya mengadu ke gurunya kalau V sudah istirahat dan belum menyelesaikan tugasnya. Ketika gurunya memanggil V, V langsung lari dan keluar kelas sambil membawa bekalnya.
G1, PSC3
PSC2, F4
G1
PSC3, PPE2, G3
PSC3
Inatensi (tidak memperhatikan soalnya). Masalah di sekolah (tidak memperhatikan soalnya).
Sosial di sekolah (menghampiri guru dan menanyakan ulang soalnya). Kondisi lingkungan (gurunya mau membantu V). Inatensi (V tidak memperhatikan soalnya).
Masalah di sekolah (mau menyontek tugas temannya) Masalah dengan teman sebaya dan Impulsivitas (mengambil barang tanpa izin).
Setelah selesai istirahat, guru meminta semua siswa masuk ke dalam kelas. Kemudian V langsung berlari menuju kelas dan langsung duduk di tempat duduknya. V terlihat berkeringat dan V langsung mengambil botol minumnya di dalam tas, V pun langsung minum air putih. Ketika semua siswa sudah duduk di tempat duduknya masing-masing, gurunya memberikan beberapa peringatan kepada semua siswa agar tidak jajan di luar sekolah. Ketika gurunya sedang berbicara di depan kelas, V terlihat tidak memperhatikan, V asyik memainkan pensil. Setelah itu, Ibu guru mengajak semua siswa bernyanyi agar mereka semua duduk manis di kursi mereka masing-masing. Namun demikian, V tidak ikut bernyanyi dan V duduk menghadap belakang. Kemudian, gurunya memperingatkan V dan V pun langsung duduk menghadap depan, serta tangannya dilipat diatas meja. Gurunya kembali mengajak semua siswa untuk bernyanyi bersama, V pun tidak ikut bernyanyi dan duduk menghadap ke belakang lagi. Setelah selesai bernyanyi, Ibu guru meminta semua siswa agar berkemas-kemas, V pun langsung merapikan alat tulisnya, memasukkan ke dalam tas dan menggunakan tas punggungnya. Setelah semua siswa sudah selesai berkemas, guru mendikte soal hitungan sederhana, siapa yang bisa menjawab, maka boleh pulang mendahului siswa yang lain. Oleh karena itu, soal hitungan dijawab dengan cara berebut. V seringkali lupa dengan soal yang diberikan oleh gurunya, sehingga V seringkali menanyakan ulang soalnya. Selain itu, ketika V sedang menghitung dan ada temannya yang mencoba menjawab, V langsung terdistraksi, sehingga V harus menghitung dari awal. Ketika V sudah tahu jawabannya, ternyata sudah dijawab oleh temannya. V pun tidak bisa diam di tempat duduknya, V selalu pindah dan semakin mendekati gurunya. Sampai akhirnya, V bisa menjawab soal dari gurunya dan V langsung salam dengan gurunya. Setelah itu, V berlari ke luar kelas dan mencari orang yang sudah menjemput V.
PSC2
G1, PSC3 PSC3, F4
G1
G2 PSC2
Sosial di sekolah (V mengikuti perintah gurunya).
Inatensi dan masalah di sekolah (V tidak mendengarkan nasihat dari gurunya). Masalah di sekolah (V tidak memperhatikan). Kondisi lingkungan (guru memperingatkan V).
Inatensi (V mudah terdistraksi oleh stimulus).
Hiperaktivitas (berpindah tempat duduk). Sosial di sekolah (sebelum pulang, V salam dengan gurunya).
Saat upacara bendera, V berbaris nomor dua dari belakang. Ketika pembina upacara memberikan beberapa pengumuman, V terlihat tidak memperhatikan dan asyik bermain bersama temannya. V juga sempat jalan ke belakang, kemudian balik lagi ke barisannya. Setelah itu, V terlihat sedang bermain perang-perangan bersama temannya. V terlihat seperti memukul temannya. Kemudian pembina upacara mengajak semua siswa untuk menyanyikan yel-yel SD, V langsung ikut bernyanyi sambil bertepuk tangan, walaupun V tidak menghadap ke depan dan V tidak ikut menyanyikan yel-yel hingga selesai, V ngobrol dengan temannya. Pembina upacara pun meminta untuk menyanyi ulang, karena belum semua siswa ikut bernyanyi. V pun ikut menyanyi, walaupun V terlihat tidak fokus. Setelah selesai bernyanyi, V menggaruk kepalanya kemudian menghadap ke belakang, karena
G2, G1
PSC3
Hiperaktivitas (bergerak dan jalan-jalan). Inatensi (tidak memperhatikan pengumuman).
memperhatikan temannya. Pembina upacara pun sudah selesai memberikan beberapa pengumuman, kemudian barisan disiapkan oleh pemimpin upacara. Ketika pemimpin upacara menyiapkan, V terlihat tidak mendengarkan dan tetap bermain dengan temannya. Kemudian ada salah satu guru yang jalan ke arah barisan V, V langsung berdiri dan menghadap ke depan. Kemudian dilanjutkan dengan mengheningkan cipta, V terlihat tidak ikut mengheningkan cipta. Ketika gurunya sudah agak jauh dari V dan mengheningkan cipta sedang berlangsung, V langsung berbalik ke arah belakang dan bercanda lagi dengan temannya. Setelah selesai mengheningkan cipta, dilakukan doa sejenak. Saat berdoa, V tidak ikut berdoa dan V tetap asyik bercanda dengan temannya. V juga tidak peduli walaupun ada guru yang mendekati barisannya, V tetap gerak-gerak dan bercanda dengan temannya. Kemudian barisan pun dibubarkan dan V langsung berlari ke arah kelas.
PSC3, PSC2
G2, PSC3
Masalah di sekolah (tidak memperhatikan). Sosial di sekolah (kembali berbaris ketika ada guru). Hiperaktivitas (V bergerak terus). Masalah di sekolah (V bercanda dengan temannya).
Saat ini sedang berlangsung pelajaran Agama Islam. Ketika gurunya masuk kelas, V sedang berjalan-jalan di dalam kelas. Kemudian gurunya meminta untuk mengeluarkan buku paket, V langsung mengeluarkan buku paketnya dari dalam tas. Gurunya langsung menjelaskan pelajaran dan V terlihat tidak memperhatikan, V asyik jalan-jalan. Kemudian V kembali ke tempat duduknya, namun V tidak langsung duduk, V berdiri dan memainkan pensilnya. Setelah itu, V mulai melihat buku paketnya dan terlihat seperti sedang membaca buku paketnya. Kemudian V menulis sesuatu di buku tulisnya dan teman sebangkunya melihat V, V langsung memperlihatkan tulisannya dan ngobrol dengan teman sebangkunya. Gurunya memberikan tugas kepada semua siswa untuk menulis beberapa kegiatan yang dilakukan pada gambar. V terlihat tidak menyimak dan V tidak mengerjakan tugasnya, V malah berdiri kemudian jalan ke depan dan duduk di tempat duduk temannya. Kemudian V ngobrol dengan salah seorang temannya yang perempuan. V dan teman-temannya pun tetap asyik ngobrol, walaupun gurunya jalan di samping V. Gurunya juga terlihat tidak menegur V. Kemudian V berdiri dan lari, temannya yang perempuan pun mengejar V. Akhirnya V dan temannya lari-larian di dalam kelas. Kemudian V kembali duduk di tempat duduk temannya untuk mengambil buku tulisnya. Tiba-tiba V maju ke depan menghampiri gurunya untuk menanyakan jawaban nomor 4. Gurunya tidak memberitahu V dan V diminta untuk duduk ke tempat duduknya. V pun langsung menuju tempat duduknya. Ketika V sedang duduk, salah seorang temannya laki-laki menghampiri V dan memeluk V. Kemudian mereka jalan bersama ke arah depan. Setelah itu, V memisahkan dirinya dengan temannya dan mereka malah ngobrol. Kemudian V jalan ke arah teman yang duduk di seberangnya, V mengambil pulpen
G2
G1, PSC3, G2
PSC3, G2
G2
PSC2
PPE2
Hiperaktivitas (V jalan-jalan di dalam kelas).
Inatensi dan masalah di sekolah (V tidak memperhatikan penjelasan gurunya). Hiperaktivitas (jalan-jalan di kelas).
Masalah di sekolah (V tidak memperhatikan dan mengerjakan tugas). Hiperaktivitas (V jalan-jalan di dalam kelas).
Hiperaktivitas (lari-lari di dalam kelas).
Sosial di sekolah (V mengikuti perkataan gurunya).
temannya dan memukul meja temannya yang sedang menulis. Temannya tersebut tetap fokus dan tidak peduli dengan perilaku V. V jalan ke tempat duduknya kemudian menoleh ke arah temannya tersebut. Kemudian V kembali menghampiri teman yag duduk di seberangnya dan V mengambil penggaris temannya. Kemudian V melempar penggaris temannya dan jatuh di pundak temannya yang sedang menulis. Akhirnya, temannya pun kesal dan marah dengan V. Kemudian temannya memukul V dan V tidak terima, V langsung mengambil kotak pensilnya dan ingin memukul temannya tersebut menggunakan kotak pensilnya. Kemudian datang salah seorang temannya menghalangi V, dan V tidak berhasil memukul temannya, serta temannya pun tetap fokus menulis. V pun kembali duduk ke tempat duduknya. Setelah itu, V berdiri lagi sambil memegang penggaris dan V jalan menuju teman yang duduk di seberangnya. V kembali usil dan memukul beberapa kali temannya dengan menggunakan penggaris. Setelah selesai memukul, V langsung duduk dan temannya menoleh ke arah V sambil mengomel. Setelah itu, V memperhatikan sejenak gurunya yang sedang menulis di papan tulis. Kemudian V berdiri lagi dan jalan menuju temannya yang duduk di seberang V. V langsung memegang pensil temannya yang sedang menulis dan tulisan temannya tercoret. Temannya pun langsung marah dan V langsung lari ke tempat duduknya. V pun langsung duduk sambil memainkan kotak pensilnya. Sesekali V menoleh ke arah samping dan belakangnya. Kemudian V berjalan lagi ke teman seberangnya, temannya pun melihat V datang dan langsung berkata kepada V “ngopo meneh?”. V pun kembali ke tempat duduknya. V berdiri lagi sambil memegang kotak pensilnya dan berdiri menghadap ke belakang. Kemudian V duduk lagi dan menggerak-gerakkan kotak pensilnya seperti mobil. Setelah itu, V usil lagi, V membuka-buka buku tulis teman sebangkunya dan temannya pun kesal
sambil berkata “ahhhhhh V” (sambil mengambil bukunya dari tangan V). V pun hanya tersenyum dan mengembalikan buku temannya. Kemudian V mengambil kotak pensil temannya dan temannya merebut tempat pensilnya. Akhirnya, mereka sempat tarik-tarikan sejenak. Setelah itu, V berdiri dan mengambil topi miliknya, serta menggunakan di kepalanya. Kemudian V kembali usil dan mengambil kotak pensil teman sebangkunya, V mengeluarkan semua isi kotak pensil temannya. Temannya pun marah kepada V dan mereka saling pukul sambil mengambil barang mereka masing-masing. Guru pun langsung memperingatkan mereka dan salah seorang temannya perempuan, melerai mereka. V pun menangis dan temannya yang perempuan menyuruh V pindah tempat duduk saja, agar mereka tidak berantem lagi. V pun pindah tempat duduk sambil menangis dan membawa semua barang-barangnya. Waktu istirahat pun telah tiba, guru
PPE2
PPE2
G2, PPE2
G2
PPE2
PPE2
dengan temannya).
Masalah dengan teman sebaya (usil dan mengambil barang milik temannya. Berantem dengan temannya).
Masalah dengan teman sebaya (usil dengan temannya).
Hiperaktivitas (V berdiri dan jalan di kelas). Masalah dengan teman sebaya (usil dengan temannya)
Hiperaktivitas (bergerak dan jalan di kelas).
Masalah dengan teman sebaya (V usil dengan teman).
mempersilahkan semua siswa agar istirahat terlebih dahulu. Setelah istirahat akan dilanjutkan pelajaran Bahasa Indonesia.
Saat ini pelajaran Bahasa Indonesia. Gurunya mendiktekan beberapa kalimat kepada semua siswa. Kemudian semua siswa menulis kalimat tersebut di buku mere