MAKALAH
PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI DESA BOTUBARANI
“Untuk Memenuhi Uas Mata Kuliah Pariwisata Berbasis Masyarakat dan Kebijakan-Kebijakan Pariwisata”
Aulia Mustikasari Busala (E03421001) Anggi Limbat (E03421003)
Anggun Uswatunhasyana Musa (E03421004) Fahrunisa Maamulu(E03421005)
Fatra Abdali (E03421006)
Nur Aisya Magdfirah Novriyanti SJ. Dai (E03421007) Ramti Mosi (E03421008)
Sartika Dewi Abdjul (E03421009) Sufriyanto Igirisa (E03421011)
PROGRAM STUDI PARIWISATA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang mahakuasa karena telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Pariwisata Berbasis Masyarakat di Desa Botubarani” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas UAS dari Maam Anggraeni M.S Lagalo, S.Pd, M. Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Pariwisata Berbasis Masyarakat dan Kebijakan- Kebijakan Pariwisata. Serta menambah wawasan pembaca dan bermanfaat untuk kedepannya.
Sesungguhnya makalah jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca, agar makalah ini bisa lebih baik lagi.
Gorontalo Juni 2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... 2
DAFTAR ISI...4
BAB I... 5
PENDAHULUAN... 5
1.1 Latar Belakang... 5
1.2 Rumusan Masalah...8
1.3 Tujuan... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1 Community Baced Torism (CBT)... 9
2.2 Pedoman Desa Wisata...10
2.3 Kebijakan Pariwisata... 10
BAB III Metode Penelitian... 12
3.1 Pendekatan dan Penelitian...12
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...12
3.3 Sumber Data...12
3.4 Teknik Pengumpulan Data...13
3.5 Teknik Analisis Data...14
3.6 Teknik Penyajian Data...14
BAB IV Hasil dan Pembahasan...15
4.1 Hasil Penelitian... 15
4.1.1 Gambaran Umum Desa Botubarani... 15
4.1.2 Sejarah Desa Botubarani...15
4.1.3 Analisis Pariwisata Berbasis Masyarakat di Desa Wisata Botubarani...17
4.1.4 Analisis Kebijakan di Desa Wisata Botubarani...21
4.2 Pembahasan...22
4.2.1 Pariwisata Berbasis Masyarakat di Desa Wisata Botubarani...22 4.2.2 Kebijakan di Desa Wisata Botubarani...29 DAFTAR PUSTAKA... 31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi obyek wisata dan daya tarikwisata (ODTW) yang beraneka ragam jenis pariwisata misalnya wisata alam baik di darat, laut dan udara, keunikan dan budaya tradisional, peninggalan sejarah/budaya. Potensi yang dimiliki oleh ODTW merupakan sumber daya ekonomi yang sangat bernilai tinggi dan dan merupakan media pendidikan pelestarian lingkungan yang berperan penting dalam pengembangan kepariwisataan dan sebagai sumber ekonomi masyarakat maupun daerah (Yakobu et al., 2024).
Pariwisata berasal dari bahasa sanskerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “pari” bararti penuh, sedangkan “wisata” artinya perjalanan. Sehingga secara keseluruhan pariwisata dapat dikatakan sebagai segala fenomena atau gejala dan hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan atau persinggahan yang dilakukan oleh seseorang untuk berbagai tujuan. Secara etimologis pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”, pari artinya banyak, berkali-kali, berulang-ulang, sedangkan wisata berarti perjalanan atau berpergian, jadi pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berulang-ulang dari suatu tempat ke tempat lain (Suryani, 2017).
Menurut Wahab (1992) pariwisata mengandung tiga unsur antara lain: manusia, yakni unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata; tempat, yakni unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri; dan waktu, yakni unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan tersebut dan selama berdiam di tempat tujuan. Jadi, definisi pariwisata adalah salah satu dari industri baru yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam hal mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Utama, 2017).
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. Peranan pariwisata sendiri yaitu sektor yang bisa menunjang kemajuan suatu daerah, terutama dengan adanya peraturan mengenai otonomi daerah. Kebijakan ini diberlakukan atas dasar masyarakat daerah
yang memiliki modal yang dapat diandalkan untuk kemajuan daerahnya, salah satunya dengan kegiatan pariwisata .
Gorontalo adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sebelumnya, semenanjung Gorontalo (Hulontalo) merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah di Era Reformasi, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember 2000 dan menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia. Ibukota Provinsi Gorontalo adalah Kota Gorontalo (sering disebut juga Kota Hulontalo) yang terkenal dengan julukan "Kota Serambi Madinah" (Febriandy, 2009).
Provinsi Gorontalo memiliki keragaman alam yang melimpah dan otentik. Indahnya pariwisata yang ada di Provinsi Gorontalo dapat dilihat dari wilayah pesisir dengan sejuta potensi alam yang bisa dikembangkan menjadi daya Tarik wisata yang terbaik. Destinasi wisata pesisir kini banyak diminati karena semakin meningkatnya peminat olahraga diving dan snorkling. Di Provinsi Gorontalo, salah satu daerah yang memiliki daya tarik wisata bahari ini sebagian besar berada di Kabupaten Bone Bolango.
Bone Bolango merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo, di Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4269).
Desa Botubarani merupakan salah satu desa di Kabupaten Bone Bolango yang memiliki wilayah pesisir. Wilayah pesisir desa Botubarani terdiri atas tiga dusun yaitu Dusun Tambo Timur, Dusun Tambo Tengah dan Dusun Tambo Barat. Botubarani adalah wilayah yang termasuk dalam zona pariwisata, karena memiliki potensi wisata dibidang pariwisata bahari (Yakobu et al., 2024).
Botubarani dapat disebut sebagai desa wisata bahari sebab desa ini memiliki wilayah pesisir dengan daya tarik alam dari pesisir pantai dan lautnya. Keistimewaan desa ini yaitu terletak di pesisir Teluk Tomini. Keberadaan desa Botubarani sebagaimana yang dijelaskan oleh Handoko dkk, yaitu desa yang lokasinya menghadap tepat ke arah Teluk Tomini dan secara administratif terletak di Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Daya tarik
utama daya tarik utama di wilayah Pantai Botubarani adalah wisata hiu paus (Rhincodon typus) atau whale shark (Saleh et al., 2023).
Keberadaan hiu paus di pantai Desa Botubarani mulai diketahui pada awal Tahun 2016. Hiu paus muncul di belakang pabrik pengepakan vaname ketika pabrik membuang limbah kulit dan kepala udang. Karena fenomena yang sangat jarang terjadi, hiu paus tersebut langsung menjadi destinasi wisata yang ramai.
Hiu paus (Rhincodon typus) merupakan spesies ikan terbesar di dunia yang dapat tumbuh hinggal 18meter bahkan lebih. Spesies ini telah masuk daftar merah terancam punah (Endangerad) oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature). Di Indonesia, spesies ini dilindungi penuh melalui Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan No. 18 Tahun 2013. Segala jenis perburuan dan pemanfaatan secara langsung adalah hal yang dilarang (Himawan et al., 2022).
Pengelolaan wisata hiu paus terdiri dari berbagai pihak yang ikut terlibat baik pemerintah Provinsi, Kabupaten, pemerintah Desa, dan masyarakat. Dalam pengelolaan wisata ini pemerintah Provinsi maupun Kabupaten hanya menjadi fasilitator saja, segala bentuk wewenang dan tanggung jawab terhadap wisata tersebut diserahkan penuh ke pemerintah Desa. Dalam pengelolaan wisata ini seluruh lapisan masyarakat baik LPM, Karang Taruna, masyarakat nelayan dan seluruh masyarakat Desa Botubarani diberi kesempatan untuk berperan aktif dalam pengelolaan wisata tersebut. Pengelolaan wisata hiu paus merupakan bentuk pengelolaan Co-management yang terdiri dari dua pihak dalam pengelolan tersebut yaitu pemerintah maupun masyarakat (Mile et al., 2017) .
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ataupun pengelolaan pariwisata bukan hanya berarti pengarahan tenaga kerja masyarakat secara sukarela, akan tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya masyarakat untuk ingin memanfaatkan kesempatan-kesempatan serta ingin memperbaikki kualitas hidupnya. Partisipasi berarti peran serta dalam proses pengelolaan daya tarik wisata baik dalam bentuk kegiatan, serta ikut memanfaatkan daya tarik wisata yang dapat dinikmati oleh masyarakat dan wisatawan Pelaku partisipasi sangat tergantung pada besar dan mutu peran sertanya dalam proses pembangunan tergantung tingkat kemampuan serta kesempatannya untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan pariwisata tersebut (Mustikasari, 2017).
Daya Tarik wisata hiu paus sangat memerlukan partisipasi dari masyarakat setempat karena dengan masyarakat berperan aktif dalam pengelolaan hal tersebut dapat menjadikan hiu paus sebagai daya Tarik wisata yang berkelanjutan, serta masyarakat juga dapat berperan dalam kelangsungan hidup hiu paus yang ada di Gorontalo dengan adanya peran dari masyarkat dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa botubarani. Sehingga pada daya Tarik wisata ini sangat diperlukan adanya community based tourism (pariwisata berbasis masyarakat).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pariwisata Berbasis Mayarakat di Daya Tarik Wisata Hiu Paus desa Botubarani?
2. Bagaimana kebijakan di Daya Tarik Wisata Hiu Paus?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pariwisata berbasis masyarakat di daya tarik hiu paus Botubarani dan untuk memberikan rekomendasi kepada masyarakat di desa wisata Botubarani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Community Baced Torism (CBT)
Menurut Timothy (1999) menyatakan community based tourism adalah berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dan adanya upaya perencanaan pendampingan yang membela masyarakat lokal serta lain kelompok memiliki ketertarikana atau minat, yang memberi kontrol lebih besar dalam proses sosial untuk mewujudkan kesejahteraan.
Murphy (1985) menyatakan Community based tourism menekankan strategi yang terfokus pada identifikasi tujuan masyarakat tuan rumah dan keinginan serta kemampuan mereka menyerap manfaat pariwisata. Setiap masyarakat harus didorong untuk mengidentifikasi tujuannya sendiri dan mengarahkan pariwisata untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat lokal.
Beaton (2006) menyatakan bahwa community based tourism juga menciptakan industri pariwisata lebih berkelanjutan yang berfokus pada masyarakat setempat dalam hal perencanaan dan mempertahankan pembangunan pariwisata.
Benveniste (1989) menyatakan ada banyak manfaat potensial apabila masyarakat yang tinggal atau bekerja di tujuan wisata ikut terlibat dalam perencanaan pariwisata karena akan meningkatkan politik legitimasi anggota masyarakat Hal ini berarti anggota masyarakat memiliki pengaruh yang lebih besar dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka (Sulisyadi et al., n.d.).
Natori (2001) menambahkan bahwa pariwisata berbasis masyarakat ingin menyeimbangkan (harmonis) antara sumber daya, masyarakat, dan wisatawan. Tolok ukur pembangunan pariwisata berbasis masyarakat adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara masyarakat lokal, sumber daya alam/budaya, dan wisatawan, yang dapat dilihat dari hal-hal berikut:
1. Adanya peningkatan antusiasme pembangunan masyarakat melalui pembentukan suatu wadah organisasi untuk menampung segala aspirasi masyarakat melalui sistem kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat lokal.
2. Adanya keberlanjutan lingkungan fisik yang ada di masyarakat. Caranya adalah melalui konservasi, promosi, dan menciptakan tujuan hidup yang harmonis antara sumber daya
alam, sumber daya budaya, dan sumber daya manusia. Penemuan kembali potensi sumber daya alam dan sumber daya budaya.
3. Adanya keberlanjutan ekonomi melalui pemerataan dan keadilan dalam menikmati hasil- hasil pembangunan.
4. Membangun sistem yang menguntungkan masyarakat seperti sistem informasi yang dapat digunakan bersama-sama.
5. Menjaga kepuasan wisatawan melalui pelayanan yang lebih baik, pengadaan informasi yang efektif, efisien, tepat guna serta mengutamakan kenyamanan bagi wisatawan.
2.2 Pedoman Desa Wisata
Menurut Suwantoro (1997), desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan yang mencerminkan keaslian pedesaan, baik tata ruang, arsitektur bangunan, maupun pola kehidupan sosial budaya masyarakat, adat İstiadat keseharian. Di samping itu, mampu menyediakan komponen-komponen kebutuhan pokok wisatawan, seperti akomodasi, makanan dan minuman, cendera mata, dan atraksi- atraksi wisata (Dr. I Made Suniastha Amerta, S.S., 2019) .
Menurut UU No. 6 tahun 2014, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas yang berwenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa wisata sebagai agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata yang bukan perkotaan. Pada dasarnya, dalam aktivitas wisata yang digolongkan ke dalam kategori wisata pedesaan harus mencakup tiga besaran pokok, yaitu produk wisata itu sendiri, yang bentukannya dapat berasal dari alam, budaya, dan buatan, sumber daya manusia yang akan menjadi penyelenggara aktivitas tersebut (operator), dan ruang-ruang yang memungkinkan terciptanya interaksi lebih dalam antara wisatawan dengan manusia dan lingkungan sekitarnya.
Desa wisata sebagai salah satu daya tarik wisata yang tumbuh dengan cepat serta ada di setiap daerah. Hal ini karena desa wisata memiliki keunikan, perbedaan, nature (hospitality), edukasi serta pemberdayaan masyarakat dalam perkembangannya. Desa merupakan bagian wilayah dari setiap Kabupaten/Kota yang memiliki peluang sebagai pilar pembangunan daerah maupun
nasional. Pengembangan desa sebagai daya tarik wisata terkait dengan alam dan kontak masyarakat, juga merupakan bentuk integrasi antara wisata, atraksi dari budaya hidup masyarakatnya yang mengandung unsur ekonomi, dan akomodasi yang tidak terkontaminasi perkotaan, misalkan adanya homestay. Daya tarik wisata desa ini tentunya harus didukung fasilitas dan pengelolaan yang memiliki value (Afriza et al., 2020).
2.3 Kebijakan Pariwisata
Undang-undang nomor 10 Tahun 2009, pasal 4 mengungkapkan bahwa kinerja pembangunan pariwisata seharusnya tidak hanya dievaluasi berdasarkan kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga atas kontribusinya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengurangan pengangguran dan kemiskinan, pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, pengembangunan budaya .
Beberapa contoh regulasi yang terkait dengan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengembangan Desa Wisata: Peraturan ini memberikan pedoman bagi pengembangan desa wisata di Indonesia. Peraturan ini mencakup aspek-aspek seperti perencanaan, pengelolaan, promosi, dan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis desa.
2. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pariwisata Berbasis Komunitas: Peraturan ini mengatur tentang pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Indonesia. Peraturan ini mencakup pedoman dan kriteria untuk pengembangan dan operasionalisasi pariwisata berbasis komunitas, termasuk pembentukan forum atau organisasi manajemen pariwisata.
3. (nuryanti,wiendu 1993). Desa wisata didefinisikan sebagai bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara tradisi yang berlaku
4. (Darsono 2005) Suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian baik dari segi sosial budaya, adat- istiadat. keseharian, arsitektur tradisional, struktur tata ruang desa yang
disajikan dalam suatu suatu bentuk integrasi komponen pariwisata antara lain seperti atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung
5. (noeryanti, wiendu) Komunitas atau masyarakat yang terdiri dari para penduduk suatu wilayah terbatas yang bisa saling berinteraksi secara langsung dibawah sebuah pengelolahan dan kepedulian kesadaran memiliki serta untuk berperan bersama sesuai keterampilan dan kemampuan masing- masing
6. (Noeryati, wiendu 1993)Suatu bentuk integrasi antara atraksi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
7. Shtaltovna mengatakan (2007) bahwa desa wisata merupakan sebuah alternatif pilihan untuk mengembangkan
Zakaria dan Supriharjo, 2014. suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian baik dari segi sosial budaya, adat-istiadat, keseharian, arsitektur tradisional, struktur tata ruang desa yang disajikan dalam suatu bentuk integrasi komponen pariwisata antara lain atraksi wisata, akomodasi, dan fasilitas pendukung (Sirfefa et al., 2023).
BAB III Metode Penelitian 3.1 Pendekatan dan Penelitian
Studi kepustakaan adalah metode pengumpulan informasi atau karya ilmiah yang berkaitan dengan tinjuan literatur yang bersifat kepustakaan (sitasi 1). Metode studi literatur merupakan serangkaian aktivitas yang terkait dengan pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelola bahan penelitian (Zed, 2008:3) dalam (sitasi 4). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kepustakaan (Library Research).
Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi dari beberapa literatur seperti, skripsi, tesis, disertasi, artikel, jurnal, buku serta bacaan lainnya terkait pariwisata berbasis masyarakat di wisata Hius Paus Botubarani. Beberapa literatur tersebut dipilih untuk dijadikan sebagai referensi guna menjawab rumusan masalah dan ditulis dengan kualitatif deskriptif.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango. Beberapa alasan peneliti memilih Desa Botubarani sebagai lokasi peneltian adalah sebagai berikut:
1. Desa Botubarani terdapat salah satu daya tarik wisata yakni wisata Hiu Paus Botubarani yang mendapat piagam penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai desa wisata yang mempunyai habitat Hiu Paus terdekat dari daratan (Antara Gorontalo, 2023).
2. Desa Botubarani termasuk dalam 75 besar ADWI (Anugerah Desa Wisata) pada tahun 2023 yang berbasis Ekowisata (Jadesta, 2023).
3. Desa Botubarani termasuk dalam pariwisata berbasis masyarakat yang juga sesuai dengan fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
3.3 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari data sekunder. Data sekunder
menurut Hasan (2002) dalam (dqlab, 2022), data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang sudah ada . Data ini berfungsi untuk mendukung peneliti untuk mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan untuk menjawab penelitian ini dari bahan pustaka, literatur, penelitian sebelumnya, buku, dan sumber lainnya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah metode penelitian yang melibatkan pengumpulan, penelaahan, dan analisis informasi dari berbagai sumber tertulis yang sudah ada. Sumber-sumber ini bisa berupa buku, artikel jurnal, laporan penelitian, disertasi, tesis, makalah konferensi, dan materi tertulis lainnya (Ramdan et al., 2021)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 50 literatur yang terdiri dari 5 buku, 20 jurnal, 15 website terpercaya dan 10 karya ilmiah (tugas akhir, skripsi, tesis dan disertasi.
Literatur tersebut kemudian dievaluasi dan diseleksi, dalam hal ini peneliti melakukan pembacaan mendalam dan pencatatan poin-poin utama, temuan dan kesimpulan dari literatur tersebut apakah sudah sesuai dengan topik penelitian. Kemudian hasil dari seleksi tersebut ditemukan bahwa 30 literatur yang digunakan peneliti dalam menjawab topik penelitian yang terdiri dari 2 e-book, 15 jurnal, 10 website dan 3 karya ilmiah (tugas akhir, skripsi, tesis dan disertasi). Data, temuan dan poin-poin yang telah dicatat, kemudian disajikan dengan teknik penyajian data
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2015: 329) dalam (Gunawan et al., 2020), dokumentasi merupakan metode untuk mendapatkan data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka, dan gambar seperti laporan dan keterangan yang dapat mendukung proses penelitian. Dokumentasi berguna dalam mengumpulkan data yang kemudian akan dianalisis secara mendalam.
Dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dalam bentuk buku, jurnal, website dan karya ilmiah yang kemudian dianalisis dengan cara mencatat dan menyimpan semua informasi tersebut dalam sebuah format.
3.5 Teknik Analisis Data
Tahapan analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitik dimana peneliti menganalisis 30 literatur yang pembahasanya berfokus pada pariwisata berbasis masyarakat dan kebijakan pariwisata yang ada di Desa Wisata Botubarani. Data yang telah dikelompokan berdasarkan fokus pembahasan tersebut kemudian disajikan berdasarkan teknik analisis data.
3.6 Teknik Penyajian Data
Menurut Yuni (2011) dalam Penyajian data merupakan serangkaian aktivitas dalam menyelesaikan hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Pak Dosen, 2023).
Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan fokus penelitian, kemudian dideskripsikan melalui narasi. Dalam narasi tersebut tertuang hasil pengolaan data dari literatur, kemudian dianalisis kembali berdasarkan teori yang digunakan. Dengan penyajian data ini memudahkan peneliti untuk memahami masalah yang terjadi dan menyimpulkan serta memberikan saran.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Desa Botubarani
Penelitian ini berada di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Akses menuju Desa Botubarani memerlukan 30-45 menit dari pusat Kota Gorontalo.
Gambar 4.1 Desa Botubarani Sumber: Google Earth (2024) 4.1.2 Sejarah Desa Botubarani
Menurut sejarah, Desa Botubarani berasal dari pemekaran Desa Huangobotu pada tanggal 24 Agustus 2004. Nama "Botubarani" berasal dari sebuah batu besar yang disebut Batubarani di dusun Tamboo Barat, tempat yang dulu ditempati oleh Tibarani, seorang pemberani. Desa ini terdiri dari 3 dusun: Tamboo Barat, Tamboo Tengah, dan Tamboo Timur. Administratifnya termasuk dalam Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango. Luas desa ini sekitar 9,65 km² dengan jumlah penduduk sekitar 1.359 jiwa atau 383 KK, terdiri dari 669 orang laki-laki dan 690 orang perempuan, dengan 86 KK di antaranya merupakan KK miskin. Desa Botubarani terletak di pesisir pantai bagian selatan Kabupaten Bone Bolango. Meskipun demikian, desa ini masih
mengalami kesulitan dalam pemanfaatan air bersih, kebutuhan rumah layak huni, dan peningkatan kondisi bagi nelayan yang masih menggunakan sistem tradisional.
Dalam hal pemerintahan, Desa Botubarani menggelar pemilihan kepala desa secara langsung dari tahun 2013 hingga 2018. Kepala desa saat ini, Irwan Lakoro, S.Pd., M.Si, terpilih untuk periode 2021-2026 setelah melalui proses Pilkades ke III. Mata pencaharian utama penduduk desa adalah sebagai nelayan, dengan hasil laut menjadi komoditas utama dalam ekonomi lokal. Desa ini secara geografis terletak di perbukitan dan pegunungan Kabupaten Bone Bolango, berbatasan dengan Kota Gorontalo di barat, Kecamatan Botupingge di utara, dan Laut Teluk Tomini di selatan. Iklim di Desa Botubarani mengalami musim kemarau, penghujan, dan pancaroba, dengan musim hujan lebih dominan. Suhu rata-rata harian berkisar antara 27°C hingga 30°C, Mayoritas penduduk Desa Botubarani berkerja sebagai nelayan, sehingga menjadikan hasil laut atau tangkapan ikan sebagai kontribusi ekonomi utama.
Tabel 4.1 Batasan Desa Botubarani No Batasan-batasan Desa Botubarani
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Botupingge
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Huangbotu
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dumbo Raya
Sumber: (Yayasan Waqaf Malaysia, 2022)
Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Hiu Paus Botubarani
Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2024)
4.1.3 Analisis Pariwisata Berbasis Masyarakat di Desa Wisata Botubarani
Berikut ini adalah analisis peneliti tentang instrumen penilaian Desa Wisata Botubarani, hasil temuan diuraian sebagai berikut:
1. Masyarakat lokal terlibat dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan di Desa Wisata Botubarani
Berdasarkan hasil temuan peneliti yakni partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata Hiu Paus di Desa Botubarani tergolong cukup tinggi.
Empat tahapan pengembangan, dimana tiga di antaranya (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) termasuk dalam kategori partisipasi tingkat sedang.
Sementara itu, tahap pengambilan manfaat tergolong partisipasi tingkat tinggi.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata Hiu Paus Desa Botubarani meliputi (Saleh et al., 2023).
a. Tahap perencanaan: mengikuti sosialisasi dan musyawarah, memberikan ide, serta dukungan mental dan emosional.
b. Tahap pelaksanaan: mengikuti program kerja ekowisata Hiu Paus, terlibat sebagai pelaku usaha, mempromosikan wisata Hiu Paus melalui media sosial, serta menjaga kelestarian dan keamanan tempat wisata.
Jenis Wisatawan Jumlah Kunjungan
Total
2021 2022 2023
Wisatawan Internasional
26 649 1.288 1.963
Wisatawan Domestik
12.332 7.415 28.464 38.211
12.358 8.064 29.752
c. Tahap pengambilan manfaat: menjadi pelaku usaha, memanfaatkan peluang untuk berusaha, serta meningkatkan pendapatan dan kreativitas masyarakat.
d. Tahap evaluasi: memberikan penilaian, pendapat, dan kritik terhadap pengembangan ekowisata.
2. Desa Botubarani memiliki keunikan sumber daya alam
Desa Botubarani di Provinsi dikenal sebagai desa wisata yang mempunyai keunikan wisata bahari, yaitu wisata hiu paus (Whaleshark). Desa Botubarani mempunyai potensi geowisata yaitu, situs batubarani. Situs batubarani adalah situs batuan bersejarah yang menyimpan unsur geomitologi (geologi dan metologi) tempat pendahulu desa menyimpan mayat-mayat bajak laut yang mengusik keberlangsungan hidup masyarakat desa zaman dahulu (Suma et al., 2021).
3. Adanya pelatihan terkait pengelolaan di Desa Wisata Botubarani
Berdasarkan hasil temuan peneliti yakni di desa wisata botubarani telah di adakan Pelatihan khususnya pelatihan tentang pengelolaan wisata hiu paus yang dilakukan secara virtual, Pelatihan ini diikuti oleh masyarakat Desa Botubarani agar lebih memahami dan menguasai wisata virtual Hiu Paus yang sedang dikembangkan. Sesi pelatihan ini diadakan dengan kerjasama Universitas Mataram, Pemerintah Provinsi Gorontalo, dan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango.
Kolaborasi ini bertujuan memastikan wisata hiu paus virtual dapat menjadi alternatif wisata yang berkelanjutan. Selain itu, fasilitas yang telah disediakan dalam proyek ini dapat dimanfaatkan untuk memantau perkembangan Hiu Paus guna kepentingan penelitian dan konservasi (Samarinda, 2022).
4. Desa Wisata Botubarani telah menerapkan produk pariwisata berbasis ekowisata Tingkat partisipasi dan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata Hiu Paus Desa Botubarani (Saleh et al., 2023).
5. Adanya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat lokal dan sektor swasta untuk bekerja sama dalam pengembangan Desa Wisata Botubarani
Wisata hiu paus Pantai Botubarani dikelola sepenuhnya oleh masyarakat setempat melalui Pemerintah Desa, dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten dan Provinsi (Himawan et al., 2022).
6. Desa Wisata Botubarani telah menerapkan sustainable tourism/pariwisata berkelanjutan
Pemerintah melaksanakan berbagai program, antara lain: a) menjaga kebersihan kampung, b) sapta pesona, c) pembuatan cinderamata, d) penguasaan bahasa inggris, dan e) pengembangan homestay. Dikawasan tersebut terdapat berbagai jenis UMKM, seperti penyewaan perahu, penjualan cinderamata, dan penyewaan homestay. Pertumbuhan pariwisata hiu paus menyebabkan pergeseran profesi dikalangan masyarakat. Banyak masyarakat sebelumnya bekerja sebagai nelayan, saat ini beralih menjadi pemandu wisata hiu paus, ini menunjukkan bahwa partisipasi semua elemen masyarakat telah memenuhi indikator lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya (Eraku et al., 2023).
7. Desa Wisata Botubarani telah menerapkan digitalisasi
Desa wisata Botubarani belum menerapkan digitalisasi, namun telah didapatkan adanya pengembangan wisata hiu paus berbasis IOT (internet of things) secara siaran langsung jelajah virtual hiu paus di alam liar (Himawan et al., 2022).
8. Adanya promosi produk lokal untuk meningkatkan penjualan produk UMKM Desa Wisata Botubarani belum melakukan promosi terhadap produk lokal mereka atau masuk dalam kategori masih sangat minim. Namun stakeholder terkait dalam hal ini adalah akademisi berupaya untuk memberikan pelatihan serta pemahaman bagaimana memanfaatkan teknologi yang berkembang pesat saat ini untuk mengembangkan usaha mereka. Hal ini dibuktikan dengan temuan peneliti dimana diselengarakannya kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Botubarani bertujuan untuk membantu pelaku UMKM meningkatkan daya jual dan pendapatan melalui metode pemasaran yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah UMKM agar daya jual produk meningkat dan pendapatan bertambah melalui pemasaran yang lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen.
Mengikuti tren masyarakat yang beralih ke teknologi informasi, pemasaran digital menjadi solusi tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan demikian, ke depannya pelaku UMKM di Desa Botubarani dapat memanfaatkan pemasaran digital dan menjadi lebih mandiri secara ekonomi (Panigoro, 2023).
9. Desa Wisata Botubarani telah menerapkan pelestarian alam dan lingkungan Berdasarkan hasil temuan peneliti yakni Desa Wisata Botubarani telah menerapkan pelestarian alam dan lingkungan, seiring dengan komitmen Pemerintah Kabupaten Bone Bolango terhadap pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Mereka tergabung dalam Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) yang bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi sambil menjaga keberlanjutan alam (Prasetyadi, 2022). Selain itu, masyarakat dan pemerintah setempat rutin melakukan kegiatan bersih-bersih pantai setiap Jumat untuk mengumpulkan sampah, termasuk sampah plastik, demi menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan (Paino, 2018).
10. Adanya pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat lokal
melakukan pemberdayaan masyarakat melalui edukasi dan pelatihan terhadap masyarakat di desa Botubarani dalam meningkatkan kualitas dan nilai ekonomis produk cumi-cumi. Berupa pemberdayaan masyarakat berupa pemanfaatan sumber daya lokal cumi-cumi (Desa et al., 2024)
11. Desa Wisata Botubarani memberikan pendapatan ekonomi terhadap masyarakat lokal
Wisata hiu paus dapat memperbaiki dan meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka palangan pekerjaan yang baru sehingga bisa mengurangi angka pengangguran (Di & Gorontalo, 2023). Ekowisata hiu paus botubarani memberikan dampak yang baik untuk kehidupan masyarakat sekitar (Sino et al., 2016).
Temuan lainnya adalah dampak ekonomi dari wisata bahari terhadap pendapatan masyarakat di Desa Botubarani sudah mulai dirasakan, meskipun dampaknya masih berada dalam kategori rendah dan belum merata di seluruh masyarakat (Wolok, 2016).
12. Desa Wisata Botubarani telah menerapkan standarisasi pelayanan
13. Desa Wisata Botubarani dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat
Wisata hiu paus dapat memperbaiki dan meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan yang baru sehingga bisa mengurangi angka pengangguran (Di & Gorontalo, 2023).
14. Sarana yang tersedia di Desa Wisata Botubarani sudah sesuai dengan kebutuhan wisatawan
4.1.4 Analisis Kebijakan di Desa Wisata Botubarani
Berikut ini adalah analisis peneliti tentang instrumen penilaian Desa Wisata Botubarani, hasil temuan diuraiankan sebagai berikut:
1. Terdapat regulasi terkait pengelolaan whaleshark di Desa Botubarani
Belum ada regulasi yang dibuat melainkan hanya rencana pembuatan (Wahyono, 2024). untuk kasus Botubarani harus ada kajian terlebih dulu. Setelah ada kajian menyeluruh tentang keberadaa hiu paus, baru diterbitkan regulasi baik dalam bentuk perdes maupun peraturan daerah (Perda) (Antara, 2016).
2. Terdapat regulasi pemerintah untuk mengatasi dampak negatif terhadap lingkungan 3. Terdapat kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendukung pariwisata
berkelanjutan di Desa Wisata Botubarani
Berdasarkan hasil temuan peneliti ada beberapa kebijakan tersebut termasuk:
a). Pembangunan Homestay: Pemerintah desa dan masyarakat setempat bekerja sama untuk mengembangkan homestay di kawasan wisata hiu paus. Meskipun jumlah homestay masih sangat minim, pemerintah berusaha meminta bantuan dana dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mengembangkan homestay yang lebih memadai (Eraku et al., 2023)
b). Pengembangan daya tarik Wisata hiu paus: Pemerintah Provinsi Gorontalo, melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bone Bolango, berperan penting dalam mengembangkan daya tarik wisata hiu paus. Kebijakan ini melibatkan sosialisasi dan pengembangan daya tarik wisata untuk menarik wisatawan dan meningkatkan pendapatan daerah (Gintulangi, 2019)
c). Penerapan Kebijakan Pengembangan Pariwisata: penerapan kebijakan pengembangan pariwisata Bone Bolango, termasuk di Botubarani, telah dilakukan sesuai dengan rencana di RIPPDA Nomor 2 Tahun 2013. Namun, pemerintah juga diharapkan untuk merencanakan tambahan atraksi wisata untuk meningkatkan daya tarik Botubarani (Yakobu et al., 2024).
d).Strategi Kebijakan Pariwisata: Desa Wisata Botubarani merupakan salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan potensi dan kapasitas sumber daya lokal di sektor pariwisata. Kebijakan ini mencakup berbagai upaya untuk mengembangkan wisata hiu paus dan meningkatkan daya saing desa dalam menarik wisatawan (Bolango, 2021). Whaleshark Botubarani telah menerapkan pembatasan pengunjung.
4. Desa Wisata Botubarani telah menerapkan regulasi kepada wisatawan yang merusak fasilitas wisata dengan sengaja
5. Terdapat kebijakan terkait jaminan keamanan wisatawan yang terluka atau kasus pencopetan di Desa Wisata Botubarani
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pariwisata Berbasis Masyarakat di Desa Wisata Botubarani
Desa Wisata Botubarani di Provinsi Gorontalo menawarkan wisata bahari yang sangat istimewa karena terkenal dengan wisata Hiu Paus (Whale Shark) yang menarik perhatian masyarakat saat ini. Selain itu, Desa Wisata Botubarani juga memiliki potensi geowisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata baru yang menarik, karena menggabungkan elemen geomitologi (geologi dan mitologi). Geosite Botubarani adalah salah satu potensi geologi yang dimiliki oleh Desa Wisata Botubarani. Situs ini, terdapat singkapan batuan Gamping terumbu dan lapisan batuan konglomerat. Selain aspek geologinya, Geosite ini juga memiliki nilai budaya berupa cerita rakyat yang berkembang di Desa Botubarani, yang mengisahkan bahwa goa di Geosite ini merupakan tempat di mana mayat para bajak laut dan penjahat dibunuh oleh pahlawan setempat bernama Tibarani. Selain itu terdapat Tebing Foaltstone Botubarani yang merupakan
formasi terumbu karang yang terangkat dari bawah permukaan laut dan terbentuk menjadi dinding tebing yang tinggi mencapai sekitar 10 meter di Jalan Trans Sulawesi. Terdapat Tebing Breksi Vulkanik yang merupakan dinding tinggi sekitar 100 meter dan panjang sekitar 500 meter yang terbentuk dari Batuan Breksi Piroklastik atau vulkanik. Tebing ini terletak di Dusun 1 Botubarani, berdekatan dengan CV. LAM yang merupakan perusahaan tambang batu. Dalam upaya pengembangan ekowisata Hiu Paus di Desa Botubarani, telah ditetapkan sebuah produk pariwisata berbasis ekowisata.
Desa Wisata Botubarani telah menerapkan produk pariwisata berbasis ekowisata. Sebagai destinasi yang kaya akan potensi alam dan budaya, Desa Botubarani memanfaatkan sumber daya lokal secara bijak untuk menarik minat wisatawan. Salah satu daya tarik utamanya adalah keberadaan hiu paus, hewan langka yang menjadi ikon ekowisata di desa ini. Wisatawan dapat menyaksikan secara langsung interaksi antara hiu paus dan masyarakat lokal yang telah terlatih sebagai pemandu. Selain itu, tersedia pula paket snorkeling maupun diving untuk wisatawan.
Tingkat partisipasi masyarakat setempat dalam pengembangan ekowisata Hiu Paus di Desa Botubarani cukup tinggi. Masyarakat terlibat aktif dalam berbagai bentuk partisipasi, seperti menjadi pemandu wisata, menyediakan fasilitas berupa penginapan, kamar mandi, peralatan diving maupun snorkeling, kedai makanan, toko souvenir serta menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar. Partisipasi masyarakat ini berdampak positif terhadap pengembangan desa wisata berbasis ekowisata, yang memungkinkan pengunjung untuk menikmati keindahan alam dan budaya lokal secara bertanggung jawab. Upaya pemberdayaan masyarakat setempat dalam pengelolaan ekowisata Hiu Paus di Desa Wisata Botubarani menjadi kunci keberhasilan daya tarik wisata ini.
Wisata Hiu Paus di Desa Wisata Botubarani dikelola sepenuhnya oleh masyarakat lokal melalui Pemerintah Desa, dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten dan Provinsi. Aturan mengenai biaya kunjungan dan tiket untuk wisatawan ditetapkan melalui rapat desa. Selain itu, terdapat kolaborasi triple helix antara akademisi, pemerintah, dan industri wisata.
Berdasarkan paparan hasil penelitian sebelumnya bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata Hiu Paus di Desa Botubarani tergolong cukup tinggi. Terdapat empat tahapan pengembangan ini, dimana tiga diantaranya (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) termasuk dalam kategori partisipasi tingkat sedang. Sementara itu, tahap pengambilan manfaat
tergolong partisipasi tingkat tinggi. Pada tahap perencanaan, masyarakat mengikuti sosialisasi dan musyawarah, memberikan ide-ide serta dukungan mental dan emosional terkait pengembangan ekowisata. Pada tahap ini masyarakat berinisiatif memberikan ide-ide yang didasari oleh pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki masyarakat dan disampaikan dalam rapat maupun musyawarah. Pada tahap pelaksanaan, masyarakat terlibat dalam program-program kerja ekowisata, partisipasi sebagai pelaku usaha, mempromosikan wisata hiu paus melalui media sosial, serta menjaga kelestarian dan keamanan tempat wisata. Kontribusi terbesar dari masyarakat Desa Botubarani yaitu bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian dan keamanan tempat wisata.
Pada tahap pengambilan manfaat, masyarakat menjadi pelaku usaha, memanfaatkan peluang untuk berusaha, serta dapat meningkatkan pendapatan dan kreativitas. Pengambilan manfaat dari kegiatan ekowisata Hiu Paus mempengaruhi ekonomi masyarakat Desa Botubarani, di mana masyarakat mendapatkan lapangan pekerjaan dan meningkatnya pendapatan. Selain manfaat secara finansial, kegiatan ekowisata ini meningkatkan kreativitas masyarakat setempat sehingga manfaat yang didapatkan lebih besar. Sementara itu, pada tahap evaluasi, masyarakat memberikan penilaian pendapat, kritik, terhadap pengembangan ekowisata. Tahap evaluasi memberikan kesempatan bagi masyarakat Desa Botubarani untuk memberikan penilaiannya terhadap kegiatan pengembangan Hiu Paus yang telah dilakukan. Tujuan dari tahap ini yaitu untuk mengetahui program yang dijalankan memberikan hasil yang memuaskan atau kerugian. Hasil tersebut kemudian dijadikan sebagai landasan untuk pengelolaan Hiu Paus ke depannya. Program pelatihan guna meningkatkan pemahaman pengelola tentang pengelolaan wisata Hiu Paus.
Berbagai pelatihan-pelatihan telah diselenggarakan melalui kolaborasi antara YEKHALI (Yayasan Ekowisata Hiu Paus) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango dan Universitas Mataram melakukan pelatihan pengelolaan wisata Hiu Paus secara virtual. Tujuan utama dari kegiatan pelatihan ini adalah memastikan bahwa wisata Hiu Paus secara virtual dapat menjadi salah satu alternatif wisata yang berkelanjutan bagi masyarakat Desa Botubarani. Dengan membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, diharapkan masyarakat dapat mengelola dan mengoperasikan fasilitas-fasilitas virtual yang telah disediakan dalam proyek pengembangan ekowisata ini. Hadirnya fasilitas virtual ini juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian dan konservasi terkait perkembangan populasi hiu paus di daerah tersebut. Kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk akademisi,
pemerintah, dan masyarakat lokal, diharapkan dapat mendukung keberlanjutan dan keberhasilan pengembangan ekowisata Hiu Paus di Desa Botubarani.
Kolaborasi tersebut terintegrasi dengan cara berikut:
● Akademisi dapat menggunakan CCTV untuk memantau populasi hiu paus, melakukan identifikasi foto, menghitung jumlah, melacak pergerakan, mengevaluasi ukuran, dan memprediksi pola kedatangan hiu paus di Pantai Botubarani. Informasi ini merupakan pengetahuan yang berharga untuk strategi pengelolaan wisata dan konservasi, yang bermanfaat bagi pemerintah dan industri pariwisata.
● Pemerintah dapat menggunakan CCTV untuk pengelolaan dan pengawasan, serta menggunakan hasil penelitian akademisi untuk evaluasi dan strategi pengembangan wisata.
● Industri wisata dapat memanfaatkan CCTV untuk menginformasikan keberadaan hiu paus kepada wisatawan dan sebagai media promosi. Hasil penelitian dari akademisi juga membantu industri wisata dalam menentukan waktu terbaik untuk mengatur perjalanan wisata hiu paus.
Dalam mendukung konsep sustainable tourism Desa Wisata Botubarani telah melakukan beberapa kegiatan untuk mendukung penerapan sustainable tourism/pariwisata berkelanjutan.
Perangkat desa dan kelompok sadar wisata (POKDARWIS) mempunyai beberapa program seperti, menjaga kebersihan kampung, sapta pesona, pembuatan cinderamata, penguasaan bahasa inggris dan pengembangan homestay. Tujuan dari dibuatnya beberapa program tersebut yaitu, untuk membuat wisatawan merasa nyaman dan betah saat berkunjung ke kawasan daya tarik wisata hiu paus, meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan serta memperkuat sektor pariwisata hiu paus. Masyarakat lokal membuat cinderamata dari bahan-bahan daur ulang, sehingga tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Seluruh komponen yang ada di kawasan wisata hiu paus, termasuk masyarakat, diberikan pelatihan bahasa Inggris untuk memudahkan komunikasi dengan wisatawan mancanegara. Pengembangan homestay di kawasan wisata hiu paus dilakukan untuk memfasilitasi wisatawan yang ingin menginap dan menghabiskan waktu lebih lama di lokasi. Secara keseluruhan, upaya-upaya ini
dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan, daya tarik, dan aksesibilitas bagi wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata hiu paus.
Pengembangan wisata hiu paus di Desa Botubarani melalui teknologi dan inovasi dilakukan sebagai respons terhadap perkembangan zaman dan adaptasi terhadap pandemi COVID- 19. Saat ini, belum ada siaran langsung eksplorasi virtual bawah air secara rutin dengan fokus pada hiu paus di alam liar yang dilakukan di seluruh dunia. Pemanfaatan CCTV bawah air yang terhubung dengan internet menjadikan hiu paus di Desa Botubarani dapat dinikmati oleh siapa saja dan di mana saja.
Pemerintah Desa dan masyarakat di Desa Botubarani menerima dengan baik pendapat terkait pengembangan wisata dari kunjungan wisatawan secara langsung maupun virtual.
Kemungkinan juga wisatawan akan tertarik untuk datang setelah mereka menyaksikan siaran langsung hiu paus di pantai Desa Botubarani tersebut. Selain itu, rekaman video langsung dari hiu paus dapat menjadi sumber informasi bagi akademisi, pemerintah, dan industri sebagai bagian dari kolaborasi triple helix.
Inovasi teknologi untuk siaran langsung eksplorasi virtual bawah air dengan fokus pada hiu paus di alam liar dijelaskan sebagai berikut:
1. Kamera CCTV dipasang di bawah air pada kedalaman sekitar 5 meter, terhubung dengan televisi berukuran 60 inci di pusat informasi wisata hiu paus di Pantai Desa Botubarani, Gorontalo. Pengunjung yang datang dapat melihat hiu paus yang ada pada saat itu dan dapat berinteraksi langsung dari atas kapal, saat snorkeling, atau menyelam. Selain itu Desa juga akan memperoleh pendapatan dari layanan wisata ini.
2. CCTV yang ditampilkan di televisi juga terhubung dengan internet, sehingga dapat diakses melalui laman atau website yang akan dikembangkan oleh desa. Masyarakat baik di Indonesia maupun di luar negeri dapat menyaksikan siaran langsung bawah air mengenai hiu paus di Pantai Desa Botubarani menggunakan perangkat elektronik masing-masing.
Wisatawan online memiliki kesempatan untuk memberikan donasi untuk partisipasi dalam jelajah virtual dan dapat memesan tiket wisata yang akan menjadi sumber pemasukan bagi desa. Dengan cara ini, pemasaran wisata hiu paus dapat berkembang dan dikenal secara luas.
Desa Wisata Botubarani di Gorontalo belum melakukan promosi yang memadai untuk produk-produk lokal mereka. Promosi produk lokal di desa ini masih sangat minim.
Namun, di sisi lain, para pemangku kepentingan terkait, terutama dari kalangan akademisi, telah berupaya untuk memberikan pelatihan dan pemahaman kepada masyarakat setempat tentang cara memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini untuk mengembangkan usaha mereka.
Temuan dari peneliti menunjukkan bahwa telah diselenggarakannya kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Botubarani, yang bertujuan untuk membantu para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) meningkatkan daya jual dan pendapatan mereka melalui metode pemasaran yang lebih efektif. Hal ini membuktikan adanya upaya dari pihak-pihak terkait untuk mendukung pengembangan UMKM di desa tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah lebih lanjut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM di Desa Botubarani, agar daya jual produk- produk lokal meningkat dan pendapatan pelaku UMKM bertambah. Salah satu solusi yang dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkan pemasaran yang lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen. Seiring dengan tren masyarakat yang beralih ke teknologi informasi, pemasaran digital menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Dengan demikian, ke depannya, para pelaku UMKM di Desa Botubarani dapat memanfaatkan pemasaran digital sebagai sarana untuk meningkatkan penjualan dan pendapatan mereka, sehingga dapat menjadi lebih mandiri secara ekonomi.
Dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Desa Wisata Botubarani melalui wisata hiu paus, dapat membuka lapangan pekerjaan baru sehingga mengurangi angka penganguran. Pemberdayaan ekonomi juga dilakukan dengan pemanfaatan sumber daya lokal cumi-cumi, sehingga adanya peningkatan kualiats dan nilai ekonomi pada produk cumi-cumi.
Seiring dengan perkembangan pariwisata di Desa Botubarani, penduduk desa mulai mengambil langkah untuk menjaga hubungan yang baik dengan hiu paus serta ekosistem pesisir. Salah satu pengelola tempat wisata hiu paus mengungkapkan bahwa hanya lima perahu yang diizinkan berada di lokasi hiu paus pada satu waktu, sehingga maksimal 15
pengunjung bisa berenang dengan hiu paus secara bersamaan. Hal ini dilakukan agar hiu paus tidak terganggu oleh keramaian yang berpotensi membuatnya bingung, terutama dengan jumlah pengunjung yang memberikan makanan. Selain itu, peraturan ini bertujuan untuk melindungi terumbu karang yang ada di sana. Bersamaan dengan itu, pokdarwis Desa Botubarani selalu mengingatkan nelayan untuk berhati-hati saat menggunakan jaring, khususnya selama musim ikan nike, di mana hiu paus sering muncul. Hal ini dimaksudkan agar hiu paus tidak terluka atau terperangkap dalam jaring, mengingat spesies ini dilindungi oleh negara.
Salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah masalah sampah dari Pelabuhan Gorontalo yang masuk ke muara Sungai Bone, tidak jauh dari Desa Botubarani. Sampah ini berpotensi masuk ke dalam sistem pencernaan hiu paus, yang mampu menyaring makanan dari 6.000 liter air dalam satu jam. Masyarakat bekerja sama untuk mengangkat sampah yang mengambang di permukaan laut sebagai upaya untuk mengatasi masalah ini.
Masyarakat pesisir Pantai Botubarani secara aktif bekerja sama dengan pemerintah kecamatan dan desa untuk membersihkan pantai di objek wisata ini. Anak-anak sekolah dasar juga dilibatkan dalam kegiatan ini, membawa sapu lidi dan karung untuk mengumpulkan sampah seperti puntung rokok, botol plastik, dan kemasan permen.
Kegiatan pembersihan ini dilakukan setiap Jumat oleh aparat kecamatan dan desa.
Masyarakat di Desa Botubarani telah berhasil mencapai kesejahteraan dengan memanfaatkan potensi lokal berbasis alam, sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan yang mendukung sumber pendapatan daerah melalui ekosistem yang masih sehat.
Pemerintah Kabupaten Bone Bolango juga berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan ini dengan menjadi anggota Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), sebuah asosiasi sembilan kabupaten yang berupaya mencapai pertumbuhan ekonomi dengan mempertimbangkan keberlanjutan alam.
Sarana yang tersedia di Desa Wisata Botubarani, Gorontalo, belum seluruhnya sesuai dengan kebutuhan wisatawan. Meskipun desa ini memiliki potensi wisata yang menarik, seperti menyelam dan berenang dengan hiu paus, beberapa faktor masih memerlukan peningkatan dan perbaikan.
Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah kurangnya fasilitas pendukung yang memadai. Lahan parkir dan fasilitas lainnya yang menunjang kenyamanan wisatawan masih belum lengkap. Kondisi ini dapat menghambat kualitas pengalaman berwisata bagi para pengunjung. Selain itu, permasalahan sampah juga menjadi tantangan yang harus dihadapi. Sampah plastik yang mencemari pantai dan laut di lokasi hiu paus merupakan masalah besar yang perlu segera ditangani. Kondisi ini dapat mengurangi kenyamanan wisatawan dan mempengaruhi keseluruhan pengalaman mereka saat berwisata. Lebih lanjut, meskipun hiu paus di Botubarani telah ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi, pengembangan ekowisata berbasis hiu paus di Indonesia masih memerlukan penekanan pada aspek konservasi. Upaya-upaya untuk menjaga kelestarian alam dan hewan perlu ditingkatkan, agar keberadaan hiu paus dapat terus dipertahankan dan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.
Oleh karena itu, diperlukan komitmen dan kerja sama yang kuat dari berbagai pihak, baik pemerintah daerah, pelaku usaha pariwisata, serta masyarakat setempat, untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana di Desa Wisata Botubarani. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman berwisata yang lebih nyaman, aman, dan berkelanjutan bagi para pengunjung.
4.2.2 Kebijakan di Desa Wisata Botubarani
Dalam hasil analisis terkait kebijakan, pemerintah telah mengeluarkan suatu kebijakan dalam mendukung keberlanjutan Desa Wisata Botubarani. Pemerintah desa berkolaborasi dalam pengembangan homestay di Desa Wisata Botubarani. Dalam hal ini pemerintah telah berupaya dalam mengadakan bantuan dana dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk pengadaan homestay guna menyediakan fasilitas yang memadai.
Kebijakan pemerintah dalam pengembangan daya tarik wisata Hiu Paus, peran Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam hal ini melalui Kelompok Sadar Wisata Bone Bolango mempunyai peranan penting melalui keterlibatan sosialisasi serta pengembangan daya tarik wisata guna menarik wisatawan untuk meningkatkan pendapatan desa dan daerah. Dalam penerapan kebija kan oleh pariwisata Bone Bolango dalam hal ini termasuk juga Botubarani telah diterapkan sejalan dengan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Nomor 2 Tahun 2013, namun adanya
rencana penambahan atraksi guna meningkatkan daya tarik wisata di Desa Wisata Botubarani. Ada pula strategi kebijakan pariwisata yang dimana Desa Wisata Botubarani termasuk dalam strategi kebijakan dalam meningkatkan potensi yang ada di Bone Bolango serta kapasitas sumber daya lokal di sektor pariwisata. Kebijakan-kebijakan ini mencakup upaya dalam mengembangkan daya tarik wisata Hiu Paus serta daya saing Desa Wisata Botubarani dalam menarik wisatawan berkunjung.
DAFTAR PUSTAKA
Afriza, L., Darmawan, H., Riyanti, A., Tinggi, S., Pariwisata, I. E., & Bandung, P. (2020). Pengelolaan Desa Wisata Di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Sains Terapan Pariwisata, 5(3), 307.
Antara. (2016). Warga Botubarani inisiasi peraturan tentang perlindungan hiu paus.
https://www.antaranews.com
Antara Gorontalo. (2023). Desa wisata Botubarani meraih rekor MURI Hiu Paus.
https://gorontalo.antaranews.com
Badan Pusat Statistik. (2024). Mencatat Pertanian Indonesia. https://bonebolangokab.bps.go.id Bolango, B. B. (2021). Nomor Tahun.
Desa, D. I., Kecamatan, B., & Bone, K. (2024). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAN NILAI EKONOMIS PRODUK CUMI-CUMI DI DESA BOTUBARANI KECAMATAN KABILA BONE KABUPATEN BONE BOLANGO. 3.
Di, K., & Gorontalo, P. (2023). STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA HIU PAUS UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI BOTUBARANI KABUPATEN BONE BOLANGO. 1(1), 109.
dqlab. (2022). Pengertian Data Sekunder Menurut Beberapa Ahli. https://dqlab.id
Dr. I Made Suniastha Amerta, S.S., M. P. (2019). Pengembangan Pariwisata Alternatif (N. Azizah (ed.);
pp. 27–32).
Eraku, S. S., Pambudi, M. R., & Kobi, W. (2023). Inovasi Berkelanjutan: Memperkuat Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Wisata Hiu Paus yang Berkelanjutan di Desa Botubarani.
Geosfera: Jurnal Penelitian Geografi, 2(1), 5–6. https://doi.org/10.34312/geojpg.v2i1.20003
Febriandy, S. (2009). Gorontalo. https://www.batukarinfo.com/wiki/gorontalo
Gintulangi, S. L. (2019). Peran Kelompok Sadar Wisata Dalam Pengembangan Wisata Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Perencanaan Dan Pengembangan Ekonomi, 2(1), 1–10. https://journal.umgo.ac.id/index.php/JPPE
Gunawan, G., Fitriana, U., Kushendri, Fatimah, Zulvi M., C., & Hidayat, W. (2020). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp Melalui Pemberian Perlakuan Pembelajaran. Journal On
Education, 01(03), 1–8.
http://repository.unmuhjember.ac.id/7335/%0Ahttp://repository.unmuhjember.ac.id/7335/9/
i._Daftar_Rujukan%5B1%5D.pdf
Himawan, M. R., Tilahunga, S. D., Hidayati, E., Nurliah, Amar, F., & Tania, C. (2022). Pengembangan Wisata Hiu Paus Berbasis Iot (Internet of Things) Melalui Siaran Langsung Jelajah Virtual Hiu Paus Di Alam Liar Di Pantai Desa Botubarani, Kabila Bone, Bone Bolango, Gorontalo. Indonesian Journal of Fisheries Community Empowerment, 2(1), 53–56. https://doi.org/10.29303/jppi.v2i1.500
Jadesta. (2023). Desa Wisata Botubarani. https://jadesta.kemenparekraf.go
Mile, I., Kasim, F., & Nursinar, S. (2017). Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Wisata Hiu Paus. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 5(1), 3.
Mustikasari. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Lemo Kabupaten Luwu Timur. 2.
Paino, C. (2018). Lokasi Wisata Hiu Paus Ini Bertabur Sampah Plastik. https://www.mongabay.co.id Pak Dosen. (2023). engertian Penyajian Data, Bentuk, dan 3 Contohnya. https://dosengeografi.com Panigoro, N. (2023). Optimalisasi Daya Jual UMKM Melalui Pemasaran Gigital di Desa Botubarani.
Mopolayio : Jurnal Pengabdian Ekonomi, 2(2), 131. https://doi.org/10.37479/mopolayio.v2i2.66 Prasetyadi, K. O. (2022). Persahabatan Lestari Manusia dan Hiu Paus di Pantai Botubarani, Gorontalo.
https://www.kompas.id
Ramdan, A. M., Khumaisah, L. L., Tarwati, K., & Supendi, D. A. (2021). Pedoman Karya Tulis Ilmiah.
Saleh, T. S., Mooduto, S. R., & Baderan, D. W. K. (2023). Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata Hiu Paus Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango. Spizaetus:
Jurnal Biologi Dan Pendidikan Biologi, 4(2), 185. https://doi.org/10.55241/spibio.v4i2.180
Samarinda, Y. (2022). Pelatihan Pengelolaan Wisata Hiu Paus Secara Virtual. https://www.yekhali.or.id Sino, R. A., Kasim, F., & Hamzah, S. N. (2016). Evaluasi Ekowisata Hiu Paus di Desa Botubarani. Jurnal
Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 4(4), 136.
Sirfefa, I., Wurarah, R. N., Bawole, R., & Sala, R. (2023). Inovasi Pariwisata Berkelanjutan Tata Kelola Berbasis Masyarakat (1st ed., p. 54). PT. PENA PERSADA KERTA UTAMA.
Sulisyadi, Y., Eddyono, F., & Hasibuan, B. (n.d.). Pariwisata Berkelanjutan: Pengelolaan Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat. CV. Anugrah Utama Raharja.
Suma, M. D., Manyoe, I. N., Duwingik, R. S., Boften, F., Srikandi, W. E., & Marfian, F. (2021).
Pengembangan Situs Batu Berani dengan Menggunakan Konsep Pariwisata Berkelanjutan dan Online Marketing Campaign di Desa Botubarani. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 7(3), 1330.
https://doi.org/10.37905/aksara.7.3.1329-1338.2021
Suryani, A. I. (2017). Strategi Pengembangan Pariwisata Lokal. Jurnal Spasial, 3(1).
https://doi.org/10.22202/js.v3i1.1595
Utama, G. B. R. (2017). Pemasaran Pariwisata (A. A. C (ed.); p. 2). CV. Andi Offset.
Wahyono. (2024). BPSPL akan Buat Sanksi bagi Pengelola Wisata Hiu Paus Botubarani.
https://dulohupa.id
Wolok, G. E. (2016). Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan, 5(2), 142.
Yakobu, F. P. P., Aneta, Y., & Nani, Y. N. (2024). Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Bone Bolango ( Studi Kasus Pada Wisata Hiu Paus Botubarani ). Socius: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial , 1(11), 327.
Yayasan Waqaf Malaysia. (2022). Laporan Program Agihan. Yayasan Waqaf Malaysia, 10.
https://www.ywm.gov.my/storage/app/uploads/public/64e/da2/694/64eda26947577989807231.pdf