PENGEMBANGAN MODUL BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI TRIGONOMETRI
KELAS XI SMKN 6 PADANG
Oleh
Fika Meliza*), Sefna Rismen**), Siskha Handayani**)
*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat
**) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
The learning tools likes text book that are used by the students do not give the opportunity for the student for studying independently and linking that to the actual life. Therefore, it is needed for the learning tools was oriented Contextual Teaching and Learning process approach as module in the trigonometry. The purpose of this research is to find the validity and the practicality of the Contextual Teaching and Learning module in trigonometry at XI grade SMKN 6 Padang. The research design is the development in using the ADDIE that consist of Analyze, Design, Develop, Implement, and Evaluate. This research is limited to develop. The result from module validity by the highly competent, show that the Contextual Teaching and Learning module was valid that 85, 76 (%). The result of the practicality of students and teacher show that the Contextual Teaching and Learning module was very practice that 90,76 (%) and 85,42 (%). It can be conclude, the module of the Contextual Teaching and Learning in the trigonometry valid and practice.
Keyword: Module, Contextual Teaching and Learning, Trigonometry
PENDAHULUAN
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Berpikir secara logis, sistematis dan analitis adalah tujuan yang diharapkan ketika mempelajari matematika. Banyak siswa yang tidak menyadari tujuan pembelajaran matematika. Siswa memandang bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti yang
mengakibatkan siswa malas mempelajari matematika.
Guru matematika bertanggung jawab untuk membuat siswa tertarik dan merubah persepsi siswa terhadap matematika agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai. Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan ketertarikan siswa pada pembelajaran matematika, mulai dari penggunaan
strategi, penggunaan media, dan pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Menurut Depdiknas (2008: 2) bahan ajar merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Bahan ajar membuat guru lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar.
Bahan ajar yang dikembangkan perlu memperhatikan karakteristik sasaran dan pemecahan masalah belajar.
Modul merupakan salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa banyak siswa yang terkendala dalam pembelajaran matematika salah satunya trigonometri. Pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar berupa buku teks. Buku teks yang digunakan pada materi trigonometri belum mengkontruksi pemikiran siswa sehingga belum sepenuhnya membuat siswa belajar mandiri.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran matematika menyatakan bahwa siswa kesulitan dalam memahami materi trigonometri karena buku teks yang digunakan belum sepenuhnya
mengkontruksi pemikiran siswa.
Hasil wawancara dengan siswa menyatakan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti sehingga mengurangi minat belajar siswa.
Trigonometri merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Siswa terkendala dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan konsep trigonometri seperti banyak rumus yang harus dikuasai oleh siswa.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengembangkan bahan ajar, diantaranya ialah modul. Menurut Daryanto (2013: 9) modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Modul dapat dikembangkan dengan berbagai macam pendekatan, salah satunya dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Trianto (2012: 107) pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni:
kontruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik. Siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran dengan tujuh komponen yang terdapat pada CTL.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul berorientasi Contextual Teaching and Learning pada materi trigonometri kelas XI yang valid dan praktis. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian pengembangan Sri Thirteen Julian (2014) tentang pengembangan Modul Matematika SMP Berbasis Kontekstual di SMP Negeri 16 Padang. Penelitian tersebut menghasilkan modul matematika yang valid dan praktis.
METODE PENGEMBANGAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and development). Pengembangan dalam penelitian ini menggunakan model ADDIE. Pengembangan dalam penelitian ini dilakukan sampai tahap Develop.
Pribadi (2011: 128) menyatakan bahwa pada tahap analisis terdiri dari dua tahapan, yaitu analisis kinerja dan analisis kebutuhan. Kegiatan tahap analisis yang dilakukan diantaranya: analisis silabus analisis buku teks, mereview literatur, analisis karakteristik siswa, dan wawancara dengan guru dan siswa.
Tindakan yang dilakukan pada tahap design adalah merancang modul trigonometri dengan pendekatan CTL yang sesuai dengan KD yang telah ditetapkan. Pada tahap develop tindakan yang dilakukan adalah memvalidasi modul dan menguji praktikalitas modul.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi, angket dan pedoman wawancara.
Untuk menentukan tingkat kevalidan modul pembelajaran digunakan kriteria sebagai berikut:
Simbol Keterangan SS Sangat Setuju
S Setuju
KS Kurang Setuju TS Tidak Setuju Untuk menentukan tingkat kepraktisan dilihat dari hasil tabulasi tiap item dicari persentasenya, dengan rumus :
%
100
SM NP S
Setelah presentase diperoleh, dilakukan pengelompokan sesuai kriteria kepraktisan dari Riduwan (2012).
(%) Kategori
0 < NP ≤ 25 Tidak Praktis 25 < NP ≤ 50 Kurang Praktis 50 < NP ≤ 75 Praktis 75 < NP ≤ 100 Sangat Praktis HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil tahap Analyze (Analisis) ada beberapa tahap diantaranya:
Pertama, berdasarkan hasil analisis silabus maka dikembangkan 8 kegiatan belajar pada modul dengan urutan materi yaitu kegiatan belajar 1 ukuran sudut, kegiatan belajar 2 mengenai perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, kegiatan belajar 3 mengenai perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa, kegiatan belajar 4 mengenai perbandingan trigonometri sudut-
sudut berelasi, kegiatan belajar 5 mengenai mengkonversi koordinat kartesius dan koordinat kutub, kegiatan belajar 6 mengenai aturan sinus, kegiatan belajar 7 mengenai aturan cosinus, dan kegiatan belajar 8 luas segitiga.
Kedua, berdasarkan analisis buku teks yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa materi trigomometri yang ada di dalam buku teks belum sepenuhnya sesuai dengan cakupan materi kompetensi dasar dalam silabus serta belum maksimal dalam memfasilitasi siswa belajar mandiri karena pada buku tersebut materi trigonometri diberikan secara langsung mengenai konsep trigonometri, tanpa adanya keterlibatan siswa dalam menemukannya.
Ketiga, mereview literatur merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang terkait dengan perancangan modul dari analisis yang telah dilakukan.
Keempat, berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMKN 6 Padang, diperoleh informasi bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi trigonometri karena buku teks yang digunakan siswa belum sepenuhnya mengkontruksi pemikiran siswa.
Berdasarkan hasil wawancara siswa diperoleh informasi bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit.
Trigonometri merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami siswa.
Kelima, Karakteristik siswa yang dianalisis adalah sisiwa SMK yang berusia 16-17 tahun, dan berada pada tahap oprasional formal.
Hasil pada tahap analyze digunakan sebagai landasan pada tahap perancangan. Pada tahap ini tindakan yang dilakukan adalah merancang modul trigonometri berorientasi
CTL. Pembuatan modul
menggunakan aplikasi Microsoft Word 2007.
Hasil tahap pengembangan yaitu:
Pertama, hasil validasi modul berorientasi CTL oleh tiga orang ahli, yaitu ahli matematika (validator 1), guru matematika (validator 2), guru Bahasa Indonesia (validator 3).
Validator menilai empat aspek, yaitu
aspek meteri, aspek penyajian, aspek bahasa dan aspek kegrafikan pada modul yang dapat dilihat pada Tabel berikut.
Aspek
Penilaian Nilai
(%) Keterangan Kelayakan
Isi 83,65 Sangat Valid Kebahasaan 84,35 Sangat
Valid Penyajian 87,5 Sangat
Valid Kegrafikan 87,5 Sangat
Valid Rata-rata 85,76 Sangat
Valid Hasil rerata penilaian v a l id it a s secara keseluruhan pada modul trigonometri adalah 85,76%
dengan kriteria sangat valid.
Kedua, uji pratikalitas dilakukan kepada satu orang guru matematika dan enam orang siswa. Berikut hasil uji pratikalitas oleh guru dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Aspek Nilai
(%) Kriteria Kemudahan
Pengunaan 83,3
3 Sangat praktis Efisiensi Waktu
Pembelajaran 91,6
7 Sangat praktis Mudah
Diinterpretasikan 91,6
7 Sangat praktis Memiliki
Ekivalensi Sama
75 Praktis Persentase 85,4
2
Sangat praktis Hasil uji praktikalitas oleh siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Aspek Nilai
(%) Kriteria Kemudahan
Pengunaan modul 95 Sangat Praktis Efisiensi Waktu
Pembelajaran
91,6 7
Sangat Praktis Mudah
Diinterpretasikan
88,8
7 Sangat Praktis Memiliki
Ekivalensi yang Sama
87,5
Sangat Praktis Persentase 90,7
6 Sangat Praktis Hasil uji praktikalitas guru dan siswa dinyatakan sangat praktis dengan persentase 85,42 (%) dan 90,76 (%).
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru dan siswa yang menyatakan bahwa modul trigonometri mudah dipahami dan dapat mengkontruksi pemikiran siswa dengan tujuh komponen CTL yang terdapat pada modul.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa modul berorientasi pendekatan Contextual Teaching and Learning yang dikembangkan pada materi trigonometri sudah sangat valid dan praktis.
DAFTAR RUJUKAN
Daryanto. 2013. Menyusun Modul Bahan Ajar untuk Persiapan
Guru Dalam Mengajar.
Yogyakarta. Gava Media.
Depdiknas, 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar.
Jakarta: Direktorat.
Pribadi, Benny A. 2011. Langkah Penting Merancang Kegiatan Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Dian Rakyat.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:
Alfabeta.
Trianto. 2012. Mendesign Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Prenanda
Media Group.