• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAJARI TENTANG KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Rajwaa

Academic year: 2023

Membagikan "PELAJARI TENTANG KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6

Penelitian mengenai dialek Kansai yang terdapat pada komik sudah pernah diteliti. Marni Herlina Sirait (2017) meneliti ‘’Analisis dialek Kansai (Kansai Ben) yang terdapat dalam komik Urayasu Tekkin Kazoku karya Kenji Hamaoka’’.

Permasalahan yang dibahas di dalam penelitian ini adalah bentuk dan penggunaan dialek Kansai dalam komik tersebut. Hasilnya adalah terdapat 12 bentuk dialek Kansai yang berhubungan dengan kata Jodoushi, 7 bentuk dialek Kansai yang berhubungan dengan keiyoushi serta terdapat penambahan kopula di belakang kata sifat dan perubahan vokal.

Robertus Yoga Dewantoro (2017) meneliti ‘’Padanan dialek Kansai ke bahasa Jepang standar dan penggunaanya pada acara komedi Downtown No Gaki No Tsukai Ya Arahende Zettai Waratte Wa Ikenai 24Ji’’. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bentuk dialek Kansai yang digunakan di acara komedi ini serta faktor yang mempengaruhi penggunaan dialek Kansai.

Penulis juga meneliti penggunaan bentuk dialek Kansai yang terdapat dalam salah satu komik Jepang. Setelah membaca beberapa penelitian terdahulu, penulis akan membahas permasalahan bagaimana penggunaan bentuk dialek Kansai dalam komik Tenshi Ga Kureta Mono volume 1. Berdasarkan tinjauan pustaka, permasalahan yang diteliti di dalam komik ini belum pernah ada yang meneliti dan faktor yang mempengaruhi penggunaan dialek Kansai.

(2)

2.2 Sosiolinguistik

Sosiolinguistik berasal dari kata ‘sosio’ dan ‘linguistik’. Sosio sama dengan sosial yang berarti masyarakat dan linguistik yang berarti ilmu yang mempelajari bahasa. Penelitian ini berkaitan dengan dialek yang mempunyai keterikatan dengan kajian yang digunakan yaitu kajian sosiolinguistik. Jadi, sosiolinguistik dapat disimpulkan yaitu ilmu yang mempelajari bahasa yang berhubungan dengan masyarakat atau bahasa yang digunakan oleh masyarakat.

Selain menggunakan istilah sosiolinguistik ada juga yang menggunakan istilah sosiologi bahasa. Dari kedua istilah tersebut ada yang berpendapat berbeda namun ada juga yang menganggap itu sama. Ada yang mengatakan jika menggunakan istilah sosiolinguistik itu memiliki arti bahwa penelitiannya dimasuki dari bidang linguistik, sedangkan istilah sosiologi bahasa digunakan jika penelitian itu dimasuki dari bidang sosiologi. Dalam mengkaji masalah ini Fishman menggunakan judul Sosiolinguistik (1970), kemudian menggantinya dengan sosiologi bahasa, sociology of Language (1972). Artikel yang ditulis Fishman dalam Gigliolo (1972:45-58) memang membahas sosiolinguistik di bawah judul Sosiologi Bahasa.

Dikatatakan bahwa “ilmu ini meneliti interaksi antara dua aspek tingkah laku manusia: penggunaan bahasa dan organisasi tingkah laku sosial”. J.A. Fishman mengatakan kajian sosiolinguistik lebiih bersifat kualitatif, sedangkan kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Jadi sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola- pola pemakaian bahasa/dialek dalam budaya tertentu, pilihan pemakaian

(3)

bahasa.dialek tertentu dilakukan penutur, topik, dan latar pembicaraan, sedangkan sosiologi bahasa lebih berhubungan dengan faktor-faktor sosial yang saling bertimbal-balik dengan bahasa/dialek.

Sosiolinguistik dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah Shakaigengogaku (社 会言語学). Menurut Shinji (1992:9) :

社会言語学は社会の中で生きる人間、乃至その集団とのかかわりにお いて各言語現象あるいは言語運用をとらえようとする学問である。

Shakai gengogaku wa shakai no naka de ikiru ningen naishi sono shuudan to no kakawari ni oite kaku gengo genshou aruiwa gengo unyou o toraeyou to suru gakumon desu.

‘sosiolinguistik adalah fenomena bahasa yang berhubungan dengan sekelompok orang yang berada di dalam masyarakat atau ilmu yang mempelajari tentang penggunaan bahasa dalam masyarakat’.

Wijana dan Muhammad Rohmadi (2006:7) berpendapat bahwa ‘Sosilinguistik sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial’. Di dalam sosiolinguistik juga dibahas tentang variasi bahasa di dalam masyarakat. Menurut Chaer Abdul (1995:82) membagi wujud variasi bahasa dari segi penutur berupa idiolek, dialek, kronolek dan sosiolek. Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai dialek maka akan mengemukakan teori tentang dialek. Menurut Chaer, dialek merupakan variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah atau area tertentu.

(4)

“Pengertian dari dialek dalam sosiolinguistik ada dua jenis, bahasa dalam, variasi yang digunakan di daerah tertentu (dialek regional) dalam lapisan masyarakat tertentu dan digunakan dalam kelompok masyarakat dengan tata bahasa disebut dialek sosial”. (Rodman dkk, 1993:277).

Beberapa konsep dan pendapat para ahli yang penulis kemukakan di atas akan digunakan sebagai dasar teori di dalam pembahasan permasalahan dalam penelitian skripsi ini.

2.3 Variasi Bahasa

Variasi bahasa adalah keragaman yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen (Chaer). Chaer (2004:61) mengatakan bahwa terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Suyanto (2011:81) mengatakan bahwa kevariasian bahasa di dalam masyarakat tidak hanya disebabkan oleh masyarakatnya yang heterogen tetapi juga perbedaan pekerjaan,profesi, jabatan atau tugas para penutur dapat menyebabkan adanya variasi bahasa. Variasi bahasa yang menjadi salah satu dimensi sosiolinguistik terjadi karena masyarakat yang homogen serta kegiatan interaksi sosial yang beragam.

Selain itu, masyarakat Jepang memiliki pandangan dan pemikiran tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain, khususnya dalam penggunaan

(5)

bahasa Jepang. Hal tersebut dapat diamati dari beberapa faktor menurut Toshio (1997: 109), yaitu :

1. Usia

Faktor usia menentukan penggunaan bahasa Jepang. Tata bahasa sopan digunakan saat berbicara dengan orang lain yang lebih tua atau sebaliknya.

2. Gender

Pembicara pria biasanya menggunakan bahasa pria yang terkesan kasar, sedangkan pembicara wanita memakai bahasa wanita yang halus.

3. Dialek regional

Wilayah dan lingkunngan dapat dipengaruhi bahasa. Di Tokyo ada dialek Tokyo, begitu juga di Osaka ada dialek Osaka. Dialek-dialek tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan dialek wilayah lain dalam aspek kosakata, bunyi suara, gramatika dan sebagainya menurut Iwabuchi dalam Sudjianto, 2007:14.

4. Keanggotaan kelompok

Yamaga-Karns berpendapat dalam Ayu (2012: 88) orang Jepang mempunyai kecenderungan untuk melihat semua orang dalam kelompok-kelompok. In group (dalam kelompok) dan out group (luar kelompok). Konsep ini dikenal dengan istilah uchi dan soto. Dalam pola interaksi orang Jepang ada perbedaan sikap dan perilaku seseorang terhadap orang lain yang dianggap bukan anggota uchi. Hal ini menunjukkan akrab atau tidak akrabnya seseorang terhadap orang lain.

5. Status sosial

(6)

Menurut Sudjianto (2007: 39-40) menjelaskan bahwa bahasa Jepang modern terdapat perbedaan bahasa berdasarkan status pembicaranya, yang berarti bahawa hubungan-hubungan sosial yang mengacu pada hubunngan atasan- bawahan seperti hubungan senior dan junior, guru dengan siswa, atasan dengan bawahan dalam dilihat dari pemakainan bahasa.

6. Situasi

Pemakaian bahasa dapat dilihat tergantung situasi dan kondisi pembicara atau lawan bicara. Menurut Mizutani (1987: 14) situasi dapat dibagi menjadi situasi formal dan informal dan kedua hal tersebut ditentukan berdasarkan tempat berlangsungnya pembicara dan lawan bicara.

Variasi bahasa atau ragam bahasa merupakan salah satu bahasan pokok di dalam soiolinguistik. Kridalaksana dalam Chaer (2004:61) mendefiniskan bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguitik yang berusaha menjelaskan ciri-ciri bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Kategori variasi bahasa terdiri dari Idiolek, Dialek, Kronolek dan Sosiolek. Adanya pandangan bahwa variasi atau ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa berasal dari kelompok homogen.

Salah satu variasi bahasa yang muncul karena adanya pandangan tersebut adalah dialek.

2.4 Dialek

(7)

Dialek adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu dan perbedaan dialek dalam suatu bahasa ditentukan oleh letak geografis kelompok pemakainya (Sumarsono dan Partana, 2002:21-22). Dialek merupakan salah satu wujud variasi bahasa yang muncul dikarenakan masyarakat yang homogen. Negara Jepang sebagai salah satu negara yang masyarakatnya homogen juga memiliki dialek.

Pada buku yang berjudul Gengogaku Nyuumon: A Guide to Linguistics (2004:

126) Junichi dkk menjelaskan sebagai berikut :

“集団まで互いに異なる言語変種が使用されているとき、その言語変種 は方言と呼ばれます”。

“Shuudanma de tagai ni kotonaru gengo henshu ga shiyousareteirutoki, sono gengo henshu wa hougen to yobaremasu”.

“Ketika penggunaan variasi bahasa dilakukan dalam suatu kelomppok, variasi bahasa itu disebut dengan dialek”.

Ketika mendengar dua orang berbicara, setidaknya dapat mengetahui darimana mereka berasal. Meskipun tidak diketahui pasti asal daerah penutur, para penutur dalam dialek meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada dalam suatu dialek, atau berbeda dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya.

Misalnya ketika di Tokyo berbicara menggunakan dialek Kansai, terkadang orang yang menjadi lawan bicara dapat memahami bahwa kita berasal dari daerah Kansai meskipun mereka tidak mengetahui pasti daerah mana kita berasal.

(8)

Dengan demikian dialek adalah suatu variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok penutur yang mempunyai ciri-ciri relatif sama serta letak geografis daerah. Maka, penulis akan membahas mengenai dialek Kansai menggunakan teori dasar dialek.

2.4.1 Dialek Kansai

Dialek kansai atau lebih dikenal dengan Kansai-ben (関西弁) adalah salah satu dialek dari 28 dialek yang ada di negeri sakura. Kansai-ben digunakan oleh lebih dari 20 juta orang Jepang yang berada di daerah Kansai atau Kinki yang terletak di pulau Honshu, Jepang bagian barat.

Daerah Kansai terdiri dari Shiga, Kyoto, Hyogo, Osaka, Nara, Mie dan Wakayama. Rata-rata masyarakat yang tinggal di daerah tersebut menggunakan bahasa Jepang sehari-hari berdialek Kansai. Kansai-ben itu sangat menyenangkan karena banyak yang menganggap Kansai-ben sebagai salah satu dialek bahasa Jepang yang paling gaul dan menarik.

(9)

Ciri Kansai-ben itu di antaranya adalah mereka menyingkat kosakata seperti さようなら “sayounara” (selamat tinggal) menjadi さいなら “sainara”, mereka juga memendekkan vokal panjang yang terletak di akhir kata/kalimat, seperti 行こ う “ikou” (ayo pergi) lalu dipendekkan menjadi 行こ “iko”, sementara berbanding terbalik vokal pendek di akhir kata menjadi sering dipanjangkan, contohnya 手 “te”

(tangan) berubah menjadi 手― “tee”.

Dialek Kansai sering dikategorikan lebih melodic dan lebih kasar dibandingkan dengan penutur yang menggunakan bahasa standar. Sampai pada pertengahan jaman Edo, ketika dialek Edo yang saat ini Tokyo memberikan pengaruh lebih kuat di dalam bidang sastra dan pembelajatan, bahasa Kansai yang tua menjadi bahasa terbesar kedua setelah bahasa Jepang Standar. Dialek Kansai bukanlah dialek tunggal, namun gabungan dari beberapa dialek yang berada di dalam satu wailayah. Setiap ibu kota memiliki dialek tertentu, seperti dialek Kyoto (Kyoto-ben), dialek Kobe (Kobe-ben), dialek Nara (Nara-ben) dan dialek Wakayama (Wakayama-ben). Orang yang bukan penutur dialek Kansai biasanya

(10)

cenderung mengasoasikan dialek Osaka dengan seluruh wilayah Kansai karena Osaka adalah kota terbesar di wilayah tersebut. Oleh karena itu, biasanya orang yang mengucapkan “Honma” atau “Mecha” kepada orang Tokyo akan dilabeli sebagai penutur dialek Osaka atau orang tersebut adalah orang Osaka.

Terdapat perbedaan umum dari bahasa standar yaitu banyak dari dialek Kansai merupakan singkatan dari padanan bahasa Jepang klasik. Seperti ciri yang penulis paparkan di atas, dialek Kansai memendekkan kosakata yang biasanya tidak dilakukan dalam bahasa Jepang standar. Misalnya, ち が う “Chigau” (salah, berbeda) menjadi ち ゃ う “chau”, おも し ろ い “omoshiroi” (menarik, lucu) menjadi おもろい “omoroi”. Pemendekkan ini mengikuti aturan sama seperti tata bahasa dalam bahasa Jepang standar, sehingga ちゃう “chau” dalam bentuk sopan

menjadi ちゃいます “chaimasu”, meskipun mengalami pemendekkan kosakata perubahan tersebut tidak mempengaruhi pergeseran maupun perubahan makna.

2.4.1.1 Jodoushi dialek Kansai

Jodoushi dialek Kansai memiliki bebrapa perbedaan dengan jodoushi pada bahasa Jepang standar. Makiko et all (2006) memberikan beberapa kategori jodoushi pada dialek Kansai yaitu :

(11)

1. Doushi no hiteikei (動 詞 の 否 定 形) merupakan verba bantu yang menunjukkan bentuk negatif, contohnya adalah -hen (-へん).

2. Gimu, hitsuyou no hyougen (義務. 必要の表現) merupakan verba bantu - yang menunjukkan suatu kewajiban atau keperluan dan terbagi menjadi dua yaitu -na akan/ -nto akan (-なあかん/-んとあかん) dan -ndemo ee (―んで もええ).

3. Kyoka, kinshi no hyougen (許可・禁止の表現) merupakan verba bantu yang diguanakan untuk memberikan izin atau larangan dan terbagi menjadi tiga yaitu -temo ee (~てもええ), -tara akan (~たらあかん), -ntoite (~ん といて).

4. Irai no hyougen (依頼の表現) merupakan verba bantu yang menunjukkan

suatu permintaan dan terbagi menjadi dua yaitu -te na/ -te ya (~てな/~て や) dan -tatte/-tare ya (~たって/~たれや).

5. Kanouhitei no hyougen (可能否定の表現) merupakan verba bantu yang menunjukkan ketidakmampuan, contohnya you-hen/-n (よう~へん/~ん).

6. Sonkei no hyougen ( 尊 敬 の 表 現 )merupakan verba bantu yang menunjukkan rasa hormat, contohnya yaitu -haru (~はる).

(12)

7. Dantei, Katei, suiryou no hyougen (断定・仮定・推量の表現) merupakan verba bantu yang menunjukkan suatu keputusan, asumsi dan anggapan.

Contohnya -ya (~や) dan -yaro (~やろ).

8. Daisansha no koui no hyougen (第三者の行為の表現) merupakan verba bantu yang menunjukkan aktivitas orang ketiga, contohnya yaitu -yaru/-yoru (~やる/~よる).

9. Yari morai no hyougen (やり・もらいの表現) merupakan verba bantu yang digunakan saat memberi atau menerima. Terbagi menjadi tiga yaitu - tageru (~たげる), -taru (~たる), dan -te morota (~てもろた).

10. Riyuu, setsumei no hyougen (理由、説明の表現) merupakan verba bantu yang digunakan untuk menanyakan suatu alasan dan penjelasan, contohnya -ten (~てん).

2.4.1.2 Shuujoshi dialek Kansai

Salah satu ciri khas dari bahasa Jepang adalah adanya penggunaan partikel akhir pada percakapan yang diguanakn untuk menyampaikan emosi, menunjukkan perasaan mempertegas dan hal lain. Menurut Lori (2000: 345-346), shuujoshi merupakan partikel akhir yang muncul di akhir kalimat dengan merepresentasikan sikap pembicara terhadap sesuatu ataupun pendengar. Pada bahasa Jepang standar

(13)

dan dialek Kansai, terdapat beberapa shuujoshi yang memiliki bentuk yang sama, namun fungsi yang berbeda. Penjabaran dari hal tersebut yaitu :

1. Na (な)

Dalam bahasa Jepang standar fungsi shuujoshi na berbeda dengan shuujoshi na pada dialek Kansai. Shuujoshi na pada bahasa Jepang standar digunakan ketika sedang berbicara dengan diri sendiri dan untuk menarik perhatian lawan bicara, sedangkan shuujoshi na pada dialek Kansai digunakan untuk meminta persetujuan dan kepastian kepada lawan bicara serta menekankan suatu perintah.

Contoh shuujoshi na pada bahasa Jepang standar : 気分が悪いな。出かけるのいやだな。

Kibun ga warui na. Dekakeru no iya da na.

Tidak enak badan. Aku tidak ingin pergi keluar.

Contoh shuujoshi na pada dialek Kansai : 今日はええ天気な.

Kyou wa ee tenki na

Hari ini cuacanya bagus ya.

2. Wa (わ)

Pada bahasa Jepang standar fungsi shuujoshi wa umumnya digunakan oleh wanita untuk melembutkan bahasa yang diucapkan, sedangkan dalam dialek Kansai digunakan oleh pria maupun wanita untuk menyampaikan suatu fakta dan pendapat. Pada dialek Kansai, penutur pria umumnya menggunakan shuujoshi wa ditambahkan dengan jodoushi ya untuk terkesan tegas.

(14)

Contoh shuujoshi wa pada bahasa Jepang standar : そんなことないわ。

Sonna koto nai wa.

Hal itu tidak benar.

Contoh shuujoshi wa pada dialek Kansai : あの人はおもろいわ。

Ano hito wa omoroi wa.

Orang itu lucu.

Shuujoshi dialek Kansai memiliki perbedaan dengan shuujoshi bahasa Jepang standar. Menurut Makiko et all (2006: 36) penjelasan tentang shuujoshi tersebut adalah :

1. Ya (や)

Partikel akhir ya pada dialek Kansai digunakan ketika pembicara ingin menegaskan permintaan kepada lawan bicara.

Contoh : この漢字の読み方がちゃうや。

Kono kanji no yomi kata ga chau ya.

Cara baca kanji ini salah!

2. De (で)

Partikel akhir de pada dialek Kansai digunakan ketika pembicara ingin memberi tahu hal baru, menegaskan suatu pendapat.

Contoh : 今日は暑いで。

Kyou wa atsui de.

Hari ini panas lho.

Referensi

Dokumen terkait

Ciri-ciri tahap remaja akhir yaitu lebih stabil dalam emosi, minat, konsentrasi dan cara berpikir, bertambah realistis, bertambah kemampuan untuk memecahkan masalah, tidak

• Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Fisika (2 mp ciri khas program Bahasa dan 1 ciri khas program IPA), maka peserta

Meskipun memiliki pengertian yang sama, masing- masing bahasa memiliki ciri khas dalam pembentukannya (Bloomfield, 1995:224- 225). Misalnya antara kata majemuk bahasa Jepang dan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah mengetahui jenis nomina yang mengapit partikel (joshi/ 助詞 ) “no” ( の ) fungsi “kepunyaan” dalam percakapan bahasa Jepang

Penelitian ini membahas mengenai aimai dalam implikatur percakapan bahasa Jepang. Untuk menghindari konflik dan menyamarkan ketidaksetujuan, masyarakat Jepang menggunakan

Ciri khas kalimat pasif bahasa Jepang, yaitu: (1) adanya kalimat pasif langsung dan tidak langsung; (2) bisa dibentuk baik dari kalimat transitif maupun dari kalimat intransitif;

(2) Dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa. Dipandang dari dimensi geografi, perubahan atau perbedaan yang disebut variasi ada yang terjadi

Adapun ciri-ciri bahasa tulis yaitu 1 bahasa menggunakan ejaan dalam menyampaikan informasi, 2 komunikasi berlangsung non bersemuka, 3 bahasa untuk menyampaikan sesuatu, 4 tidak