Sejalan dengan semangat penerapan kurikulum pendidikan tinggi berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) untuk diterapkan pada jenis dan jenjang pendidikan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia, Unand telah merancang kebijakan dan standar mutu pengembangan kurikulum di bidangnya. 2015 .Dalam kebijakan dan standar mutu Pengembangan rencana studi adalah setiap program harus menambahkan unsur capaian pembelajaran pada sikap dan keterampilan umum, sehingga lulusan memiliki daya saing global, berjiwa wirausaha dan berkarakter. Secara khusus, untuk menambahkan unsur hasil pembelajaran pada sikap dan keterampilan secara umum, maka perlu diterapkan soft skill dalam kurikulum dan mengintegrasikannya ke dalam proses pembelajaran.
Untuk memudahkan program studi dalam merumuskan soft skill dalam kurikulum dan pemahaman dosen dalam mengintegrasikan dimensi soft skill dalam proses pembelajaran, maka perlu diberikan suatu pedoman. 1 Kuesioner untuk mendeteksi soft skill lulusan yang dibutuhkan dalam perekrutan tenaga kerja dan kesuksesan karir di bidang ketenagakerjaan. 3 Penentuan soft skill sebagai hasil pembelajaran 23 4 Pemetaan soft skill selama masa program sarjana 24 5 Penempatan dimensi Soft Skill dalam Struktur Kurikulum 25.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembentukan sikap dan keterampilan umum sebagai bagian dari capaian pembelajaran lulusan untuk setiap jenjang program dan jenis pendidikan tinggi, selain yang telah ditentukan oleh SNPT, dapat ditambahkan oleh universitas. Pembentukan pengetahuan dan keterampilan khusus sebagai bagian dari capaian pembelajaran lulusan harus dipersiapkan melalui: (i) forum program studi sejenis atau nama lain yang setara; atau (ii) ketua program studi apabila belum mempunyai forum program studi serupa. Oleh karena itu, Unand membentuk tambahan keterampilan umum yaitu soft skill untuk meningkatkan kemampuan akademik atau hard skill.
Sejauh ini upaya pengembangan soft skill dalam kurikulum perguruan tinggi di Indonesia baru sekitar sepuluh persen. Oleh karena itu, lulusan perguruan tinggi tidak cukup hanya menguasai hard skill saja, namun juga penting untuk menguasai soft skill. Selain mengedepankan kemampuan akademik (hard skill) yang tinggi, dunia kerja juga memperhatikan kemampuan manajemen diri dan integrasi dengan orang lain yang sering disebut dengan aspek soft skill.
Khusus pada proses seleksi wawancara, proses ini sangat sarat dengan soft skill yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif, kemampuan berpikir kritis, kemampuan menghargai orang lain, sikap dan motivasi kerja. Mengingat pentingnya soft skill bagi daya saing dan pengembangan karir lulusan, Unand menekankan agar semua program studi merumuskan kurikulum yang memenuhi seluruh unsur learning outcome dan dilengkapi dengan soft skill seperti Umum.
Tujuan
KONSEP SOFT SKILLS
- Definisi Soft Skills
- Soft Skills sebagai Capaian Pembelajaran
- Dimensi Soft Skills
- Soft Skills sebagai Kunci Sukses Lulusan
Untuk memudahkan memahami dimensi soft skill, perlu ditegaskan kembali bahwa hard skill mencakup unsur penguasaan pengetahuan dan keterampilan khusus di bidang ilmu pengetahuan alam. Seseorang yang menguasai soft skill dengan baik akan mencerminkan kemampuan yang melebihi kapasitas tenaga kerja. Sebaliknya jika seseorang tidak memiliki softskill yang baik, maka hardskill yang sudah dimilikinya dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
Menurut penelitian dari Harvard University, kesuksesan hanya sekitar 20% ditentukan oleh hard skill dan 80% sisanya ditentukan oleh soft skill. Hampir semua perusahaan saat ini membutuhkan kombinasi hard skill dan soft skill yang tepat. Namun sejauh ini upaya pengembangan soft skill dalam kurikulum perguruan tinggi di Indonesia baru sekitar sepuluh persen.
Jadi hard skill atau keterampilan profesional akan membuka pintu peluang, sedangkan soft skill akan membuat seseorang tetap bertahan pada posisi yang didudukinya. Dimensi soft skill terpenting yang dibutuhkan seseorang agar sukses berbeda-beda untuk setiap industri dan fungsi.
PENGEMBANGAN SOFT SKILLS
Strategi Pengembangan Soft Skills dalam Sistem Pendidikan Tinggi
Dengan adanya kebijakan dan standar tersebut, maka fungsi pengendalian perumusan dan penerapan soft skill di tingkat program studi dapat terlaksana. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, program studi adalah satuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang mempunyai kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan/atau pendidikan vokasi. Setiap kurikulum yang disusun oleh program studi pasti memiliki profil lulusan dan capaian pembelajaran berdasarkan pertimbangan kebutuhan pasar kerja yang relevan, sehingga perannya akan lebih strategis dalam pengembangan soft skill.
Tugas utama pendidik sebagai pendidik dan ilmuwan profesional adalah mentransformasi, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Guru sebagai pendidik profesional merupakan aktor kunci dalam pemenuhan kualifikasi lulusan, meliputi sikap, pengetahuan, keterampilan (umum dan khusus) dan pengalaman kerja peserta didik, sebagaimana tertuang dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan. Berkenaan dengan keterampilan umum yang memfasilitasi pengembangan soft skill, peran guru sangat penting dalam mengintegrasikannya ke dalam proses yang berorientasi pembelajaran.
Pengintegrasian soft skill ke dalam proses pembelajaran hendaknya dibarengi dengan penilaian terhadap soft skill siswa, yaitu melalui penilaian proses.
Implementasi Soft Skills dalam Pendidikan
Soft skill dapat dikembangkan melalui kegiatan kokurikuler tersebut sehingga secara langsung akan membentuk kepribadian dan karakter peserta didik. Banyak dimensi soft skill yang dapat dikembangkan melalui kegiatan tersebut, antara lain kepemimpinan, kolaborasi, komunikasi publik, pemecahan masalah, negosiasi, resolusi konflik dan lain-lain. Saat ini sudah banyak perguruan tinggi di Indonesia yang memperkenalkan penerapan soft skill pada kurikulum tambahan, baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur.
Unand merupakan salah satu perguruan tinggi yang telah menerapkan soft skill dalam ekstrakurikuler terstruktur yaitu berupa SAPS dengan mengumpulkan minimal 50 SKS kegiatan ekstrakurikuler selama masa pendidikan sebagai syarat mengikuti ujian akhir atau ujian sarjana. Seluruh siswa dihimbau untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler agar terbiasa beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional dan sosial. Justru untuk itulah diharapkan kewajiban mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan jumlah SKS tertentu yang diberikan kepada mahasiswa Unand dapat memotivasi mahasiswa untuk mengembangkan diri.
Bagi perguruan tinggi yang mempunyai asrama, penerapan soft skill dapat dilakukan di pondok pesantren. Asrama mahasiswa bukan hanya sekedar tempat tinggal mahasiswa saja, namun fasilitas ini dapat berfungsi untuk pengembangan kompetensi, karakter dan moral mahasiswa melalui kehidupan bersama, pergaulan, menjalin tali kekeluargaan dan kemandirian calon pendidikan profesi. Namun masih terdapat perguruan tinggi yang telah memiliki asrama, namun belum memanfaatkan fasilitas tersebut untuk implementasi soft skill.
Keberadaan perguruan tinggi di lingkungan kampus hendaknya menjadi sesuatu yang penting, khususnya bagi pengembangan pendidikan berbasis non-kurikulum seperti life skill atau soft skill. Soft skill mahasiswa juga dapat dikembangkan melalui kegiatan formal maupun nonformal yang diselenggarakan di tingkat universitas/fakultas/pelatihan. Kegiatan formal penting lainnya yang berdampak besar terhadap pengembangan soft skill mahasiswa pada program rekrutmen mahasiswa tingkat akhir seperti asisten praktik/dosen dan mentor bagi mahasiswa tingkat bawah.
Siswa juga dapat terlibat dalam kegiatan informal seperti kegiatan sosial dan keagamaan. Melibatkan siswa dalam kegiatan formal dan informal secara tidak langsung dapat membentuk rasa percaya diri, kepribadian dan karakter siswa.
PERUMUSAN SOFT SKILLS DALAM KURIKULUM
Setiap dimensi soft skill lulusan yang ditetapkan sebagai capaian pembelajaran akan mempunyai penekanan yang berbeda-beda selama periode/tahun pendidikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemetaan dari tahun pertama hingga tahun terakhir untuk program studi sarjana (Lampiran 4). Perlu diketahui bahwa tidak semua dimensi soft skill diintegrasikan dalam satu mata kuliah, namun hanya beberapa saja yang sesuai dengan karakteristik mata kuliah (Lampiran 5).
PENGINTEGRASIAN SOFT SKILLS DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Masing-masing dimensi soft skill tersebut dapat menggunakan model SCL yang berbeda-beda atau menggunakan model SCL yang dapat mencakup ketiga dimensi soft skill tersebut, seperti menggunakan Cooperative Learning. Konsekuensi dari pengintegrasian soft skill ke dalam proses pembelajaran adalah menambah beban guru untuk melakukan penilaian siswa, yaitu penilaian pada saat proses pembelajaran, selain evaluasi hasil melalui ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester. (UAS). Oleh karena itu, tim pengajar mata kuliah harus menentukan bobot masing-masing dimensi soft skill dalam menentukan nilai akhir mata kuliah.
Hal penting yang juga disampaikan dalam kontrak perkuliahan adalah pengintegrasian soft skill dalam proses pembelajaran, termasuk manfaatnya bagi mahasiswa dan cara mencapainya. Pada prinsipnya semua model SCL selain meningkatkan hard skill juga dapat mengembangkan soft skill peserta didik. Contohnya untuk dimensi soft skill bekerja dalam tim dengan menerapkan model Cooperative Learning, kinerja kelompok bergantung pada kontribusi maksimal anggota.
Penilaian proses merupakan penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran baik terhadap hard skill maupun soft skill peserta didik. Khusus penilaian soft skill, pendidik harus membuat rubrik penilaian pada setiap dimensi soft skill yang akan dikembangkan. Lampiran 1: Kuesioner untuk mencari soft skill lulusan yang dibutuhkan dalam perekrutan tenaga kerja dan kesuksesan karir di bidang ketenagakerjaan.
Guna meningkatkan daya saing lulusan dalam mencari pekerjaan dan sukses di pasar kerja, Unand akan mengembangkan soft skill lulusan sebagai penguat hard skill bidang keahlian di setiap program studi. Indikator luaran pendidikan Unand tidak hanya didasarkan pada keberhasilan IPK yang tinggi dan masa studi yang singkat, namun bertujuan untuk kompetensi lulusan dengan menyeimbangkan hard skill dan soft skill. Untuk mencapai tujuan tersebut, kami meminta masukan dari alumni/pengguna lulusan untuk penilaian terhadap dimensi atau karakteristik soft skill yang dianggap penting dalam rekrutmen lulusan dan kesuksesan karir di lingkungan kerja berdasarkan pengalaman Anda.
Penilaian terhadap dimensi soft skill pada tabel di bawah ini dengan menuliskan tingkat kepentingannya pada kolom sebelah kanan yang tersedia (tulis nilai. Penilaian dilakukan terhadap atribut soft skill pada tabel di bawah ini dengan kriteria rentang skor dari 0 s/d 4 : Contoh hasil penilaian soft skill skill untuk kesuksesan karir di lingkungan kerja No. Lampiran 3 : Mendefinisikan soft skill sebagai hasil pembelajaran.
Contoh penempatan masing-masing dimensi soft skill dalam struktur kurikulum sarjana. berpikir kritis, berpikir analitis, kreatif, pemecahan masalah, kepemimpinan, kerja tim, komunikasi lisan, pengambilan keputusan. Unsur hasil pembelajaran meliputi sikap dan nilai, kemampuan, pengetahuan dan tanggung jawab/hak, atau mencakup hard skill dan soft skill (intrapersonal skill dan interpersonal skill).