PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Bagaimana interpretasi Muqa>til dan Ibn Kas|i>r terhadap wacana z|abi>h} dalam QS. Bagaimana analisis hermeneutika Gadamer menjelaskan perbedaan interpretasi kisah z|abi>h} dalam Tafsi>r Muqa>til dan Tafsi>r Ibn Kas}i>r.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Jelaskan tafsir Muqa>til Ibnu Sulaiman dan Ibnu Kas|i>r terhadap kisah z|abi>h} dalam QS. Al-S}affa>t untuk menetapkan dalil Muqa>til sebagai pro-Ishaq dan Ibn Kas|i>r sebagai pro-Isma'il. Selain itu, perbandingan antara keduanya dikatakan mampu memberikan gambaran tentang perbedaan dan persamaan antara Muqa>til dan Ibnu Kas|i>r dalam memahami kisah z|abi>h}.
Menganalisis segala aspek yang berkaitan dengan Muqa>til dan Ibnu Kas|i>r serta interpretasinya terhadap kisah z|abi>h secara tajam dari sudut pandang hermeneutika Gadamer sehingga fakta-fakta tentang Muqa>til dan Ibnu Kas|i>r dan nyatakan kemungkinan yang turut melahirkan produk tafsir mereka, khususnya wacana z|abi>h}. Sehingga dapat diketahui mengapa terjadi perubahan dan pergeseran pandangan dari kisah Ishaq ke kisah Ismail. Selain untuk memenuhi syarat akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik dalam kajian kajian Islam khususnya khazanah ilmu Al-Quran dan Tafsir sehingga dapat dijadikan referensi bagi kalangan akademisi, peneliti dan peminat. kajian Al-Qur'an tentang kisah silang pendapat z|abi >h} dalam khazanah tafsir Al-Qur'an.
Secara sosial dan up to date, penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih detail tentang perbedaan penafsiran kisah z|abi>h} yang dikisahkan dalam Al-Qur'an pada QS. Oleh karena itu, kajian ini menyajikan pembahasan yang cukup luas tentang kisah z|abi>h} (qurban), karena menghadirkan dua sudut pandang yang berbeda. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap terbuka terhadap pembaca yang berbeda tafsir, sehingga mereka menjadi lebih toleran dan mampu membedakan antara kesucian Alquran dan tafsir sebagai hasil pemikiran para tokoh.
Tinjauan Pustaka
Artikel kedua merupakan kelanjutan dari artikel pertama, di mana Reuvan menjelaskan tentang perbedaan tafsir al-Qur'an (Tafsi>r al-Tabari> dan Tafsi>r Ibn Kas|i>r) yang menghadirkan Ishaq dan Ismail sebagai anak-anak z|abi >h} dalam Al-Qur'an. Reuvan cenderung mengotentikasi Ishaq sebagai putra z|abi>h} dan mempertanyakan klaim Ibn Kas|i>r yang dimotivasi oleh politik Arab. Senada dengan yang disuarakan Reuvan, Mun'im Sirry dalam bukunya Revisionist Islam; Kontestasi Agama Zaman Radikal mengungkap dimensi lain di balik perdebatan apakah Ishaq atau Ismail z|abi>h}.
Untuk mendukung posisinya, Mun'im Sirry menyatakan bahwa pandangan Tafsi>ra Ibnu Kas|i>ra dan Ibnu Taimiyah yang mempopulerkan Isma'il sebagai z|abi>h dipengaruhi oleh iklim politik yaitu ketegangan antara umat Islam dan Yudea. -Kristen. pada waktu itu. Tulisan Mun'im Sirry ditanggapi dan dikritik oleh Lee Umm Hisham dalam tulisannya “The Hasad of the Jewish for the Massacre of Ismail; Kritik terhadap Tulisan Mun'im Sirry.” 25 Ummu Hisyam mengajukan argumen dari al-Bida>yah wa al-Niha>yah oleh Ibn Kas|i>r dan Tafsi>r Fakhruddi>n al-Ra>zi> yang mendukung Isma'il sebagai z|abi> bajingan Umm Hisham rupanya tidak memahami tesis Mun'im Sirry dan menyimpulkan bahwa tidak masalah siapa yang menjadi z|abi>h, apakah Ismail atau Ishaq.
Kisah z|abi>h} juga dibahas oleh Abdul Jalili dalam tulisannya “Kisah Z|abi>h dalam Tafsir Klasik; Kajian Tafsi>r al-Kabi>r oleh Muka>til b. Berbeda dengan sebelumnya penelitian, Qis}s}ah al-Z|abi>h beina al-Riwa>ja>t al-Kita>biyeh wa al-Isla>miyeh; Dira>sah Di>niyyah Manhajiyyah Muka>ranah oleh Syaib Lakhdar27 dan Siapa yang disembelih adalah Ishaq atau Ismaili.27 Sjaib Lakhdar, Qishsheh al-Z|abi>h beina al-Riwa>ja>t al-Kita>biyeh wa al-Isla>miyeh; Dira>sah.
Penulis juga memaparkan catatan Muqa>til dan Ibnu Kas|i>r serta interpretasi mereka terhadap kisah z|abi>h} dalam Al-Qur'an seperti pada kajian-kajian sebelumnya. Memang, kisah z|abi>h banyak dipelajari oleh para ulama, namun kajian z|abi>h tersendat apakah itu Isma'il atau Ishaq. Hanya Mun'im Sirry yang cukup berani untuk melampaui diskusi hitam putih tentang z|abi>h}.
Namun apa yang disajikan oleh Mun'im Sirry belum komprehensif dan menjadi pembuka bagi penulis untuk lebih jauh menelusuri kondisi kemungkinan yang terkait dengan produk pemahaman kisah z|abi>h} dalam karya sastra tafsir. Kajian ini mengembangkannya lebih jauh dengan membandingkan pemahaman z|abi>h dengan literatur tafsir zaman klasik, yaitu Tafsi>r Muqa>til. Sehingga akan diperoleh gambaran yang komprehensif mengenai kondisi kemungkinan yang melatarbelakangi berbagai penafsiran z|abi>h} dalam literatur tafsir, khususnya Tafsi>r Muqa>til dan Tafsi>r Ibnu Kas|i>r .
Kerangka Teori
Untuk mengungkapkan hal itu, perspektif hermeneutik Hans Georg Gadamer dipandang sebagai pisau analitis yang tepat untuk memotret masalah ini. 37 Rahmatullah, “Mengukur Hermeneutika Penggabungan Cakrawala Hans Georg Gadamer dalam Pengembangan Tafsir Maqashid Al-Qur’an” dalam Jurnal Nun Vo. Bandingkan dengan Sahiron Syamsudin, Hermeneutika dan Perkembangan 'Ulum Al-Qur'an edisi Revisi dan Perluasan (Yogyakarta: Pesantren Nawesa Press, 2017), 17.
Lihat Rahmatullah, “Mengukur Hermeneutika Cakrawala Perpaduan Hans Georg Gadamer dalam Perkembangan Tafsir Maqashid Al-Qur’an” di Jurnal Nun Vo. Sebaliknya, pemahaman menyadari fakta bahwa itu sebenarnya adalah tindakan pengulangan. 39 Pra-pemahaman penafsir akan membentuk penafsir sebelum dia memahami teks. 40 Pra-pemahaman ini juga dialektis dengan realitas yang mencakup penafsir sehingga melahirkan penafsiran yang tidak berulang-ulang, dimulai dari dimensi reflektif. 40 Sahiron Syamsudin, Hermeneutika dan Perkembangan 'Ulum Alqur'an, Edisi Revisi dan Perluasan (Yogyakarta: Pesantren Nawesa Press.
Rahmatullah, “Mengukur Hermeneutika Perpaduan Cakrawala Oleh Hans Georg Gadamer Dalam Pengembangan Tafsir Maqashid Al-Qur’an” dalam Jurnal Nun Vo. Seperti dikutip Rahmatullah, “Mengukur Perpaduan Hermeneutika Cakrawala Hans Georg Gadamer dalam Perkembangan Tafsir Maqashid Al-Qur’an” dalam Jurnal Nun Vo. Keempat teori tersebut diharapkan dapat membaca dan menemukan fakta-fakta yang mempengaruhi penafsiran Muq>til dan Ibnu Qas|i>r terhadap kisah z|abi>h} dalam Al-Qur'an.
Teori pengaruh historis Gadamer akan mengikuti rentang hermeneutik yang mencakup Muqa>tila dan Ibn Kas|i>ra yang berkontribusi pada interpretasi mereka tentang z|abi>h}. Teori sebelum pemahaman akan diarahkan untuk melihat pandangan Muqa>tila dan Ibnu Kas|i>ra tentang intertekstualitas atau isra>'i>liyya>t. Intertekstualitas ini sangat perlu dijelaskan dalam pandangan Muqatil dan Ibnu Ktasir karena kisah z|abi>h} merupakan salah satu kisah dalam Injil.
Katisr memperlakukan teks isra>'i>liyya>t sebagai sumber informasi penting tentang sejarah z|abi>h}. Selain itu, teori cakrawala akan menyajikan analisis tentang cakrawala Muqatili dan Ibnu Kas|i>r serta interpretasinya. Sedangkan teori aplikasi berusaha membengkokkan makna makna atau cum maghza yang merupakan benang merah dari tafsir Muqatil dan Ibnu Kasir.
Metode Penelitian
Tidak hanya itu, penulis juga menawarkan interpretasi maqasid dari teori ini untuk menjembatani kebuntuan antara kelompok pro-Ishaq dan pro-Isma'il. Sumber primer dalam penelitian ini adalah: sumber biografi seperti al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n oleh Muhammad Hessein al-Z|ahabi>. Selain itu, buku The Qur'an and Its Historical Context46 memberikan informasi tentang kisah Kitab Suci dalam Al Qur'an; dan buku, artikel jurnal, dan esai yang berkaitan dengan penelitian ini.
Data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan metode deskriptif-analitik, menyusun data yang terkumpul dalam bentuk deskriptif, disertai analisis dan interpretasi, 47 yaitu interpretasi Muqa>til dan Ibnu Kas|i>r terhadap kisah z|abi >h} dalam Al-Qur'an. Pertama, penulis menentukan tema dan tokoh yang diteliti, serta objek material yang menjadi fokus kajian yaitu wacana kisah z|abi>h} dalam QS. Ketiga, penulis membandingkan interpretasi keduanya terhadap cerita z|abi>h} dan melakukan analisis tekstual terhadap argumentasi keduanya sehingga dapat diketahui dengan jelas perbedaan dan persamaan dari masing-masing argumentasi tersebut.
Keempat, penulis menyusun persamaan dan perbedaan antara Muqatil dan Ibnu Katsir dalam penafsiran kisah z|abi>h. Selain itu, penulis juga melakukan analisis hermeneutika Hans Georg Gadamer atas tafsir Muqa>til dan Ibnu Kas|i>r terhadap kisah z|abi>h} dalam al-Qur'an.
Sistematika Pembahasan
Menurut Muqa>til, Al-Qur'an tidak mencantumkan nama lain, kecuali Ishaq, dalam rangkaian cerita z|abi>h. Sedangkan Ibnu Kas|i>r (w. 774 H) menentang pengidentifikasian istilah gula>m h}ali>m yang merujuk pada Ishaq. Bahkan keterangan ini tetap ada dan dipilih oleh para mufassir setelah Muqa>til, seperti al-T}abari> (w. 310 M) dan Al-Samaqandi> (w. 375 M).
Zaman Muqa>til masih sibuk dengan kodifikasi rasmi dan pemisahan antara al-Quran dan hadis. Manakala Ibn Kas|i>r meletakkan maklumat tentang Isra'iliyyat secara berbeza, tidak seperti Muqa>til. Dan maklumat isra'iliyyat tentang z|abi>h} dikategorikan sebagai isra'iliyyat palsu dan bercanggah dengan Al-Qur'an.
Studi Kitab Tafsi>r al-Qur'a>n al-'Adzi>m karya Ibnu Ktasir” dalam Jurnal Ushuluddin Adab dan Dakwah Vol. Tafsi>r al-Kari>m al-Rahma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-Mana>n. Fath al-Qadi>r al-Ja>mi’ Baina Fannai al-Riwa>yah wa al-Dira>yah min ‘Ilm al-Tafsi>r.
Lakhdar, Syaib Qishshah al-Dzabi>h baina al-Riwa>t al-Kita>biyyah wa al-Isla>miyyah; Dira>sah Di>niyyah Manhajiyyah Muqa>ranah. Menemukan Al-Qur'an di Ruang Epistemik Zaman Kuno Akhir” di Universitas Ilahi Ankara, Fakultas Dergisi. Verstegh, Kees "Tafsir Awal Al-Qur'an; Tafsir Muqatil" dalam edisi bilingual Jurnal INIS Volume IV.