• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Proyek Geothermal Bagi Lingkungan Padarincang by Ubed

N/A
N/A
Fanny

Academic year: 2025

Membagikan "Dampak Proyek Geothermal Bagi Lingkungan Padarincang by Ubed"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTPB) BAGI LINGKUNGAN PADARINCANG

NAMA : UBAIDILLAH

NIM : 201710047

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) yang biasanya disebut dengan geothermal sejatinya merupakan pemanfaatan energi gas yang berada dalam perut bumi. Sistem pemanfaatan gas gumi (geothermal) dinilai membahayakan dan membawa dampak negatif oleh sejumlah masyarakat, mahasiswa, tokoh agama, dan massa dari berbagai wilayah. Dalih-dalih industri yang ramah lingkungan sejatinya tidak ada satupun industri yang ramah lingkungan pasti ada dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh industri tersebut, salah satu yang menjadi penolakan masyarakat daerah setempat terhadap proyek geothemal yaitu adanya metode fracking yang akan dilakukan dalam proyek tersebut. Fracking adalah singkatan dari hydraulic fracturing yaitu sebuah cara yang dipakai dalam ekstrasi energi geothermal dan gas untuk memperbesar permeabilias batuan dengan tujuan meningkatkan nilai keekonomisan sebuah lapangan pembangkit geothermal. Metode fracking dinilai berbahaya karena panas yang berada dalam perut bumi dipaksa keluar dengan menyemburkan air panas dan zat kimia untuk membocori tanah. Potensi panas tersebutlah yang ditangkap dan disimpan untuk digunakan sebagai energi. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Padarincang mulai dikerjakan pada akhir bulan desember 2016. Berawal dari pembukaan jalan hingga percobaan jalan menggunakan alat berat milik perusahaan PT. Sintesa Banten Geothermal (PT. SBG). PT. SBG sendiri adalah perusahaan yang akan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di Gunung Prakasak, Desa Batu Kuwung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Oleh sebab adanya dampak yang mulai ditimbulkan akibat permulaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Padarincang seperti lingkungan yang tandus akibat penggusuran lahan untuk pembukaan jalur menuju pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga panas Bumi di Gunung Praksak.

Bukan saja akibat yang ditimbulkan seperti lingkungan yang tandus, masyarakat juga masih mempercayai hal budaya mistis dan percaya bahwa Gunung Prakasak adalah gunung sakral yang tidak boleh dirusak oleh apapun juga. Sama halnya seperti di Lebak dengan slogan “Gunung ulah di lebur, lebak ulah dirusak,

(2)

larangan teu meunang di rempak, buyut teu meunang dirobah, lojor teu meunang di potong, potong teu meunang disambung, nu lain kudu dilainkeun, nu ulah kudu diulahkeun, nu enya kudu dienyaken” yang berarti “Gunung tidak boleh dihancurkan, lembah tidak boleh dirusak, larangan tidak boleh dilanggar, buyut (leluhur) tidak boleh diubah, panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung, yang bukan harus ditiadakan, yang jangan harus dijangankan, yang benar harus dibenarkan”. Begiupun juga dengan Gunung Prakasak tidak boleh di hancurkan agar kelestarian alam dan keanekaragaman hayati tetap terjaga.

Bukan tanpa alasan juga warga sangat keras menolak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau geothermal, bahkan warga bukan sekali atau dua kali memukul mundur alat berat yang akan digunakan untuk pembangunan geothermal. Dari desember akhir 2016 sampai akhir desember 2020 tercatat sudah sebanyak 6 kali percobaan pembawaan alat berat untuk menuju Gunung Prakasak, tetapi tetap gagal karena di pukul mundur oleh massa yang menghadang. Walaupun pihak PT. SBG sudah mengantongi izin dari pemerintah tetap saja warga sangat bersikeras menolaknya hingga warga memblokade jalan agar alat berat tersebuttidak sampai menuju Gunung Prakasak. Dampak yang akan terjadi jika pembangunan geothermal tetap di paksakan akan sangat berakibat fatal bagi lingkungan sekitar, diantara dampak yang ditimbulkan yaitu gempa bumi, pencemaran air serta amblesan. Gempa bumi yang dipicu oleh fracking umumnya berada di bawah magnitude 5 Skala Richter. Kasus Basel di Swiss memperlihatkan gempa bumi yang terjadi karena proses fracking ini memiliki magnitude 3,4 Skala Richter dan cukup untuk membuat bangunan retak-retak. Pencemaran air terjadi karena larutan hidrothermal mengandung kontaminan seperti Arsenik, Antimon, dan Boron. Arsenik (As) adalah penyebab terjadinya kanker pada manusia. Ia berkontribusi terhadap tingginya penyakit kulit dan kanker di lokasi pemukiman yang tepapar terhadap kandungan Arsenik yang tinggi dalam air minum. Antimon (Sb) memiliki tingkat beracun yang memperlihatkan karakter yang sama dengan Arsenik. Boron (B) dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan permasalahan pada kesehatan manusia seperti menurunnya tingkat kesuburan. Arsenik, Antimon, dan Boron adalah material yang terdapat secara alamiah, namun proses ekstraksi panas dalam produksi energi di pembangkit geothermal, menyebabkan ia termobilisasi dan mengkontaminasi perairan. Kasus kontaminasi ini terjadi di Lapangan Geothermal Balcova,Turki. Ambelasan karena sistem energi geothermal

(3)

terjadi karena adanya ekstraksi panas (dalam bentuk gas) pada kedalaman yang relatif dangkal dari sumur ekstraksi geotermal. Kasus amblesan seperti ini terjadi di lapangan Geothermal Wairakei, Selandia Baru. Ekstraksi telah menyebabkan menurunnya tekanan di dalam formasi batuan sekitar 25 bar. Amblesan yang terjadi yang telah mencapai antara ±14,5 m pada 1997, dan diperkirakan masih akan terus berlangsung dengan kecepatan 200 mm/tahun dengan prediksi akan mencapai ±20 m pada 2050. Bukan hanya di luar negeri, ada juga kasus di negara kita sendiri seperti adanya kejadian yang merugikan warga oleh adanya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi seperti di Mataloko Nusa Tenggara Timur.

Sebanyak 1.579 rumah rusak yang tersebar di 11 desa dan kelurahan yaitu desa Uiubelu, desa Ratogesa, desa Waeia,  kelurahan Mataloko, desa Dada Wea, desa Rada Bata, desa Were, desa Malanuza,desa Ekoroka, kelurahan Todabelu dan desa Radamasa. Kondisi lingkungan juga mengkhawatirkan terkait kondisi kesehatan seperti penyakit Ispa, gangguan pernafasan dan penyakit kulit akibat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Mataloko. Selain itu, produktivitas pertanian yang menjadi sumber mata pencarian warga masyarakat tercatat menurun seperti kopi, kemiri, kakao, cengkeh, alpukat, jagung, fanili dan sayur-sayuran turun karena tercemar gas hidrogen sulfide (H2S). Bukan hanya itu saja sejumlah lahan persawahan dan ladang masyarakat juga hilang akibat letupan lumpur panas dan Gas H2S dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Mataloko. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Padarincang sebaiknya tidak di lanjutkan dikarenakan daerah di Padarincang tersebut lebih baik dikelola sebagai daerah agraris sebab potensi alamnya dimungkinkan untuk sektor agraris, namun tidak merusak lingkungan.

Sudah banyak bukti dampak yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi seperti kasus gempa bumi di Basel Swiss, kasus kontaminasi Geothermal Balacova di Turki, kasus amblesan di Geothermal Wairakei di Selandia Baru, dan kasus kerusakan 1.579 rumah, penyakit Ispa, gangguan pernafasan,, penyakit kulit serta menurunya produktivitas pertanian oleh adanya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Mataloko Nusa Tenggara Timur. Dengan adanya kerugian dari segi materlil oleh Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Mataloko apakah tuntutan warga selama ini sudah di pertanggung jawabkan oleh pemerintah?. Jika kasus serupa kembali terjadi di perencanaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Padarincang apakah

(4)

pemerintah akan bersedia bertanggung jawab jika kasus serupa kembali terjadi?.

Mengapa pemerintah bersikeras ingin membangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Padarincang tepatnya di Gunung Prakasak?. Bukankah sudah banyak bukti dampak yang di akibatkan oleh Pemabangkit Listrik Tenaga Panas Bumi bagi lingkungan bukan hanya di Swiss, Turki, Selandia Baru tetapi juga ada di Indonesia, lantas mengapa pemerintah sangat bersikeras ingin membangunnya di Padarincang?. Apakah pemerintah tidak berkaca pada pengalaman jika pembangunan ini tetap dilanjutkan?. Wilayah di Padarincang adalah sektor agraris, lebih baik jika pemerintah mengelola wilayah tersebut untuk keperluan di bidang agraris. Jika pemerintah mengelola wilayah tersebut semestinya seperti selayaknya wilayah agraris, bukan kah pemerintah membutuhkan banyak orang untuk mengelolanya? Dengan demikian sektor agraris yang di kelola pemerintah bisa mengurangi angka pengangguran di Indonesia, bukan hanya saja mengurangi angka pengangguran di Indonesia jika wilayah agraris tersebut di kelola dengan benar, maka akan mengurangi angka kelaparan di Indonesia, bukan hanya itu saja tetapi bisa juga dengan kulitas mutu yang baik maka akan mengurangi angka busung lapar yang ada di Indonesia. Lantas apakah pemerintah masih ingin bersikeras membangun Geothermal di Padarincang?, jika pilihan lain yaitu mengelola sektor agraris di Padarincang bisa menguntungkan bukan hanya saja bagi warga melainkan bagi negara, sektor agraris juga tidak merusak lingkungan lebih tepatnya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis persepsi masyarakat mengenai dampak yang timbul di sekitar kawasan pembangkit listrik tenaga panas bumi dan mengestimasi

Ada beberapa kekurangan pada energi geothermal. Pertama, Kita tidak bisa membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi di sembarang lahan kosong di suatu tempat.

Mengacu pada manifestasi yang mengindikasikan suatu daerah sebagai sumber panas bumi, daerah Guci - Kabupaten Tegal layak untuk dibangun unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas

Abstrak −Meski kegiatan eksplorasi panas bumi dikenal sebagai energi ramah lingkungan, namun tetap berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu

Berdasarkan potensi panas bumi tersebut maka rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi mulai masuk ke Desa Idamdehe pada Tahun 2008-2013, proses yang

Untuk mendeskripsikan fenomena pembangkit listrik tenaga panas bumi di gunung Slamet Banyumas Jawa Tengah dalam perspektif Undang-undang tentang lingkungan

Permasalahan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ...8

14 Tahun 2008 Tentang Harga Patokan Penjualan Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, tujuannya adalah: Untuk lebih mendorong penggunaan sumber daya