Pendahuluan
Artikel ini membahas peran governance rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dengan fokus pada pergeseran dari pendekatan Quality Assurance (QA) ke Quality Improvement (QI).
Bryan J. Weiner dan Jeffrey A. Alexander menggunakan perspektif agency theory untuk menjelaskan bagaimana dewan rumah sakit, sebagai entitas yang bertanggung jawab secara hukum, mengelola kebijakan, prosedur, dan insentif guna mencapai kualitas yang optimal. Artikel ini menyoroti bagaimana peran dewan rumah sakit berubah seiring dengan adopsi QI, yang merupakan respons terhadap tekanan kompetitif dan regulasi yang semakin kompleks.
Kerangka Teoritis
Pendekatan agency theory digunakan untuk memahami hubungan antara dewan rumah sakit, manajemen, dan staf medis. Dalam teori ini:
Prinsipal (dewan rumah sakit) bertindak atas nama pemilik atau komunitas yang dilayani.
Agen (manajemen dan staf medis) diberi otoritas untuk membuat keputusan tetapi sering memiliki preferensi yang mungkin tidak selaras dengan tujuan prinsipal.
Tiga strategi kontrol utama diidentifikasi:
1. Kontrol berbasis perilaku: Mengamati dan mengatur tindakan agen.
2. Kontrol berbasis hasil: Menilai agen berdasarkan hasil yang dicapai.
3. Kontrol sosial: Menyelaraskan nilai dan tujuan melalui pelatihan, seleksi, dan sosialiasi.
Pergeseran dari QA ke QI 1. Pendekatan QA:
o Fokus pada pengawasan hasil klinis berdasarkan standar yang telah ditentukan.
o Menggunakan indikator kualitas untuk memantau hasil, namun dapat memicu perilaku defensif dari staf medis akibat risiko sanksi.
o Kurangnya insentif untuk perbaikan berkelanjutan, sehingga sering kali hanya mencapai standar minimum.
2. Pendekatan QI:
o Menekankan perbaikan berkelanjutan dan penghapusan variasi yang tidak sesuai dalam proses pelayanan.
o Menggunakan alat statistik seperti diagram Pareto dan siklus Plan-Do-Check-Act.
o Fokus pada perbaikan sistem dan proses, bukan pada kesalahan individu.
Peran Dewan Rumah Sakit dalam QI 1. Fungsi Strategis:
o Menyusun visi misi yang menekankan QI.
o Mengembangkan tujuan strategis kualitas melalui Dewan Kualitas (Quality Council).
o Meningkatkan pelatihan intensif tentang QI untuk anggota dewan.
2. Fungsi Kontrol:
o Mengawasi implementasi tujuan kualitas dan melakukan audit strategis.
o Mengevaluasi kinerja CEO berdasarkan perilaku, bukan hasil, untuk mengurangi risiko tindakan protektif yang kontraproduktif.
3. Fungsi Layanan:
o Memperkuat reputasi rumah sakit melalui promosi pencapaian kualitas.
o Berperan sebagai penghubung dengan pemangku kepentingan eksternal untuk memahami kebutuhan dan harapan mereka.
Tantangan Implementasi QI 1. Hubungan Dewan-CEO:
o Tingginya tingkat pergantian CEO dapat menghambat konsistensi dalam implementasi QI.
o Perlu ada visi bersama antara dewan dan CEO melalui pelatihan dan revisi pernyataan misi.
2. Hubungan Dewan-Staf Medis:
o Staf medis sering skeptis terhadap QI, memandangnya sebagai ancaman terhadap otonomi mereka.
o Strategi kontrol sosial, seperti pengakuan dan pelibatan staf medis dalam tim QI, menjadi kunci untuk meningkatkan partisipasi.
3. Regulasi Eksternal:
o Pengawasan eksternal yang berlebihan dapat menghambat fokus pada perbaikan kualitas internal.
o Dewan perlu membangun hubungan kolaboratif dengan badan akreditasi dan regulator.
Kesimpulan
Artikel ini menyimpulkan bahwa transisi dari QA ke QI mengharuskan dewan rumah sakit untuk mengadopsi pendekatan strategis yang lebih luas dan menekankan kontrol sosial. Fokusnya bergeser dari hasil individu ke perbaikan sistem, yang memerlukan perubahan budaya organisasi dan pelatihan intensif bagi anggota dewan. Implementasi QI memberikan peluang untuk meningkatkan kualitas layanan secara signifikan tetapi juga menimbulkan tantangan besar, terutama dalam hal hubungan antaraktor internal dan eksternal.
Implikasi
1. Bagi Kebijakan: Pentingnya regulasi yang mendukung fleksibilitas dalam pendekatan QI.
2. Bagi Praktik: Dewan harus proaktif dalam mengembangkan infrastruktur dan budaya QI.
3. Bagi Penelitian: Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas QI dalam berbagai konteks rumah sakit.
Ulasan ini memberikan gambaran sistematik tentang perubahan peran dewan rumah sakit dalam mengelola kualitas layanan, sekaligus mengidentifikasi tantangan dan peluang di era transformasi kualitas.