PENDAHULUAN
Fokus Penelitian
Apa yang menjadi penyebab terjadinya gugatan cerai pada Putusan no. 2428/Pdt.G/2021/PA.Lmj ZP Lumajang. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara perceraian karena kelalaian suami dalam memberikan makan (Putusan PA Lumajang Nomor 2428/Pdt.G/2021/PA.Lmj).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara perceraian dengan alasan suami telah lalai dalam kewajiban nafkahnya (Putusan PA Lumajang Nomor 2428/Pdt.G/2021/PA.Lmj).
Manfaat Penelitian
Definisi Istilah
Apabila tugas seorang hakim adalah mempunyai wewenang untuk mengadili suatu perkara yang kontroversial, maka ia diharapkan dapat memberikan putusan yang mencerminkan keadilan. Pengertian perceraian adalah berakhirnya suatu hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah hidup bersama dalam satu keluarga. atau berakhirnya hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri. Dari pengertian istilah-istilah yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti ingin mengkaji tentang dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara perceraian yang mempunyai sebab, yaitu kelalaian suami/istri yang tidak pernah memberi nafkah selama tinggal dalam keluarga. (analisis keputusan PA Lumajang Nomor 2428/Pdt.G/2021/PA .Lmj).
Sistematika Pembahasan
Bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data agar penelitian dapat terstruktur dengan rapi. Pada bab keempat ini terdapat pembahasan permasalahan yang diuraikan serta saran bagi semua pihak yang terlibat. Yaitu memuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta usulan yang berkaitan dengan inti pembahasan penelitian yang telah dilakukan.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Kajian Teori
Keputusan yang diambil oleh majelis hakim harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, ketentuan yang terbagi menjadi 2 yaitu formal dan substantif, baik tertulis maupun lisan, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kehakiman. Kewenangan dalam Pasal 5 ayat 1. Abdul Wahab Khollaf juga berpendapat bahwa penggunaan sertifikat manfaat sudah ada dalam peraturan perundang-undangan, namun belum jelas harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: manfaat harus untuk kepentingan umum, bukan kepentingan perseorangan. harus terjamin, tidak sekedar dugaan, pembentukan manfaat tidak boleh bertentangan dengan hukum yang sudah ada yang menjadi ketentuan hukum atau ijma'. Apabila rangkaian proses hukum telah selesai dan tiba waktunya untuk mengambil keputusan, maka majelis hakim berwenang berkonsultasi terlebih dahulu sesuai dengan ketentuan Pasal 178 HIR, Pasal 189 RB ketentuan UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kehakiman.
Faktor hukum berarti suatu hukum dan teori yang berkaitan dengan suatu perkara atau perkara. Fungsi utama hakim adalah memberikan putusan suatu perkara, yang tidak lepas dari alat bukti, yang sangat penting dan diperlukan dalam proses persidangan, karena sudah tertulis dalam undang-undang dan kemudian dibicarakan dengan hakim berdasarkan pertimbangan. memercayai. pada integritas dan moral yang tinggi, yang baik. Adanya asas tersebut dijelaskan dalam pasal 178 HIR, pasal 189 Rbg, dalam UU no. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 19 UU No. 1) Memuat alasan yang jelas dan rinci. 2) Wajib mengadili seluruh dalil-dalil gugatan.
34 Kementerian Agama Republik Indonesia, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat KUA dan Pembinaan Keluarga Sakinah, 2018), 58. Jadi Tuhan itu diperbolehkan memilih solusi. Perceraian tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 juncto Undang-Undang Nomor 7.50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama (atau bisa disebut UUPA) dan juga tertulis dalam Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam.
35 Califta Aria Salsabila, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Akibat Hukum Perceraian Karena Ketidakmampuan Suami Menafkahi Istrinya” 2022. Dalam hukum Islam disebut khulu', dimana perceraian didasarkan pada keinginan istri, dan sang suami tidak mau. 37. Sesuai dengan asas perkawinan yang terdapat dalam Undang-Undang Perkawinan yaitu tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang sempurna dan suasana yang rukun.
Perceraian seharusnya tidak diperbolehkan dan dilarang, namun pada kenyataannya larangan tersebut tidak tercantum dalam UU Perkawinan. Adanya perceraian yang sah dan dibenarkan hanya karena alasan-alasan yang telah ditetapkan dan tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan, yaitu pada Pasal 19 PP No. Pemeriksaan dalam hukum Islam mengenai akad nikah yang berlangsung secara sah mulai menentukan hak dan kewajiban antara suami dan wanita yang membutuhkan. untuk dipenuhi satu sama lain.
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Pada tahap ini metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini tentunya adalah pengumpulan data melalui bahan hukum. Karena penelitian ini menganalisis dan fokus pada satu bahan hukum yaitu putusan-putusan terdahulu, maka materi utama yang bersifat otoritatif adalah putusan PA Nomor 2428/Pdt.G/2021/PA Lumajang dan Undang-Undang. Bahan hukum yang kedua ini disebut sekunder, dimana bahan hukum tersebut bukan merupakan dokumen resmi.
Bahan hukum dapat dikatakan sebagai dokumen tentang hukum, seperti buku-buku yang memuat hukum, kamus hukum, dan jurnal-jurnal yang membahas tentang hukum dalam kaitannya dengan putusan pengadilan. Bahan non hukum dalam penelitian ini merupakan informasi pendukung atau dapat dikatakan melengkapi bahan hukum sebelumnya seperti ensiklopedia yang merupakan mesin pencari data bahan non hukum yang mendukung dan melengkapi dua bahan hukum sebelumnya (primer dan bahan hukum). sekunder).
Teknik Pengumpulan Data
Kelalaian dalam menjalankan kewajiban suami terhadap istri, seperti tidak mampu menafkahinya, menjadi salah satu pemicu permasalahan rumah tangga. 55 Putusan Pengadilan Agama Lumajang No. 2428/Pdt.G/2021/PA.Lmj, tentang perceraian karena kelalaian suami dalam memberikan nafkah,2. Ada pula permasalahannya yaitu adanya kesalahpahaman antara suami dan istri mengenai hak dan kewajiban yang harus mereka penuhi untuk membangun rumah tangga yang damai dan harmonis.
Keadaan dalam keluarga sudah tidak serasi lagi dan tidak ada rasa saling mencintai diantara mereka, sangat sulit membangun keluarga yang stabil. Sebuah keluarga yang bahagia lahir dan batin tentunya harus mengatasi banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi. Dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara perceraian Putusan Pengadilan Agama Lumajang nomor 2428/Pdt.G/2021/PA.Lmj.
60 Putusan Pengadilan Agama Lumajang Nomor 2428/Pdt.G/2021/PA.Lmj, tentang perceraian karena kelalaian suami dalam memberikan nafkah,3. 62 Putusan Pengadilan Agama Lumajang Nomor 2428/Pdt.G/2021/PA.Lmj, tentang perceraian karena kelalaian suami dalam memberikan nafkah,5. Memang tidak ada kedamaian dalam situasi rumah tangga, oleh karena itu untuk menghindari kerugian yang lebih besar dalam situasi rumah tangga maka pilihan yang dianggap lebih kecil kerugiannya adalah perceraian, hal ini sesuai dengan prinsip fiqhiyah yaitu.
63 Putusan Pengadilan Agama Lumajang No. 2428/Pdt.G/2021/PA.Lmj, Tentang Perceraian Karena Kelalaian Suami Memberikan Nafkah, 8. 64 Putusan Pengadilan Agama Lumajang No. 2428/Pdt.G/20L. Akibat kelalaian suami dalam mencari nafkah, 8. Karena adanya permasalahan rumah tangga yang berkaitan dengan kelalaian suami dalam mencari nafkah, sehingga mengakibatkan keadaan rumah tangga tidak harmonis dan selalu terjadi perselisihan di antara mereka.
65 Putusan Pengadilan Agama Lumajang Nomor 2428/Pdt.G/2021/PA.Lmj tentang Perceraian Akibat Kelalaian Suami Dalam Memberikan Nafkah, 9. Kelima, selalu terjadi perselisihan dan pertengkaran yang sangat hebat dan merenggut nyawa rumah tangga mereka harmonis, sehingga tidak ada lagi harapan untuk terjalinnya rumah tangga yang harmonis. Adanya pasangan yang melalaikan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga dan seharusnya wajib memberikan nafkah.
Oleh karena itu, majelis hakim mempertimbangkan dan melihat keadaan rumah tangga yang selalu terjadi perselisihan akibat kelalaian dalam pemeliharaan. Putusan Pengadilan Agama Lumajang nomor 2428/Pdt.G/2021/PA.Lmj, tentang perceraian karena kelalaian suami dalam memberikan nafkah.