Sel merupakan satuan unit fungsional terkecil dari makhluk hidup. Robert Hooke merupakan ilmuwan berkebangsaan Inggris yang pertama kali mengamati sel dengan membuat potongan melintang dari irisan gabus. Hooke kemudian melakukan pengamatan pada irisan gabus tersebut menggunakan mikroskop dan melihat ruang-ruang kecil yang kosong. Penemuan selanjutnya menunjukkan bahwa sel terdiri dari bagian-bagian sel dan setiap bagian memiliki peran tertentu (Lukitasari, 2015). Sel dapat hidup, tumbuh, dan menjalankan fungsi spesifiknya selama terdapat cukup oksigen, glukosa, berbagai ion, asam amino, dan asam lemak di lingkungan internal sel.
Umumnya sel mempunyai lingkungan yang sama, yaitu berupa cairan ekstraseluler yang kaya akan ion natrium, klorida, dan bikarbonat, dan juga mengandung nutrisi seluler seperti oksigen, glukosa, asam lemak, dan asam amino, serta karbon dioksida, yang kemudian diangkut lalu dikeluarkan dari sel (Moh. Gade, 2014).
Sel terbagi menjadi dua tipe yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik, perbedaan karakteristik antara keduanya yaitu keadaan membran yang menyelubungi nukleus maupun organelnya yang lainnya yang memiliki fungsi yang spesifik, seperti mitokondria, badan golgi, retikulum endoplasma, dan lisosom. Sel eukkariotik memiliki karakteristik tersebut sedangkan sel prokariotik tidak memiliki karakteristik tersebut (Yatim, 1987). Orang yang pertama kali menemukan adanya sel adalah Robert Hooke pada tahun 1665, ia melakukan pengamatan terhadap sayatan gabus dengan menggunakan mikroskop, ia melihat adanya ruangan-ruangan kecil yang menyusun gabus tersebut. Pada tahun 1831, Robert Brown mengatakan bahwa sel merupakan suatu ruangan kecil yang dibatasi oleh membran, yang didalamnya terdapat cairan yaitu sitoplasma. Sitoplasma atau protoplasma adalah bagian sel yang terdiri dari plasma dan juga inti sel atau nukleus yang berupa cairan. Didalam inti sel terdapat plasma sel atau disebut nukleoplasma. Beberapa tahun kemudia tepatnya pada tahun 1839, seorang ahli fisiologi yang berasal dari Jerman yaitu T. Schwan, ia mengungkapkan bahwa sel berasal dari sel yang sebelumnya. Teori ini yaitu “Sel berasal dari sel” tersebut diperkuat oleh beberapa eksperimen ahli mikrobiologi yang berasal dari Prancis yaitu Louis Pasteur, yang dilakukan antara tahun 1859- 1861 (Kimball, 1992). Dalam jenjang organisasi biologi, sel merupakan kumpulan materi yang paling sederhana yang dapat hidup. Bahkan beraneka ragam bentuk kehidupan yang hadir sebagai organisme bersel tunggal. Pada organisme yang lebih kompleks, termasuk tumbuhan dan hewan, bersifat multiseluler, tubuh organisme semacam itu merupakan hasil kerjasama antara banyak sel yang terspesialisasi yang tidak dapat bertahan hidup dalam waktu lama secara sendirian. Akan tetapi, bahkan ketika tersusun kedalam tingkat organisasi yang lebih tinggi, misalnya jaringan dan organ, sel merupakan unit dasar bagi srtuktur dan fungsi organisme. Setiap organisme dimulai dari tingkat seluler. Unit dasar bagi struktur dan fungsi setiap organisme adalah salah satu dari dua tipe sel yaitu prokariotik dan eukariotik. Perbedaan utama antara sel prokariotik dengan eukariotik yaitu jika pada sel prokariotik tidak memiliki membran inti sedangkan pada sel eukariotik terdapat membran inti sel.
Sel eukariotik memiliki membran inti sel, yang membedakan anata prokariotik dan eukariotik yaitu lokasi DNA-nya. Dalam sel eukariotik sebagian besar DNA-nya didalam organel yang disebut nukleus, yang dibatasi oleh membran ganda. Jika dala sel prokariotik, DNA terkonsentrasi diwilayah yang tidak terselubung oleh membran yang disebut nukleoid. Pada sel hewan dan sel tumbuhan juga memiliki perbedaan, namun tetap mempunyai persamaan-persamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk dan fungsi dari bagian selnya (Campbell, 2008). Sel tumbuhan mempunyai dua bagian pokok yang berbeda dari sel hewan yaitu vakuola, plastida dan dinding sel. Vakuola dan plastida merupakan bagian hidup dari sel tumbuhan dan disebut protoplas, sedangkan dinding sel yang berfungsi untuk melindungi isi/lumen yang terdapat pada sitoplasma. Sitoplasma merupakan bagian sel yang mati. Hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel mati karena hanya memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya kosong. Adapun jaringan-jaringan yang terdapat pada sel tumbuhan, yaitu : 1. Jaringan epidermis, terletak pada permukaan akar, daun, dan batang. Epidermis dilapisi zat lemak yaitu berupa lapisan kutikula yang berfungsi untuk melindungi jaringan yang ada didalamnya. 2. Jaringan parenkim dan kolenkim, jaringan parenkim merupakan jaringan dasar untuk memperkuat kedudukan jaringan-jaringan lain. 3. Jaringan meristem, yaitu jaringan muda yang
berupa sekelompok sel-sel yang aktif membelah atau memperbanyak diri. 4. Jaringan pengangkut, yaitu xilem dan floem, yang berfungsi untuk menghantarkan dan menyebarkan suatu zat makanan yang diperlukan oleh sel tumbuhan (Winarno, 1981). Tebal epidermis merupakan salah satu pertahanan struktural yang terdapat pada tumbuhan (Aliah, 2015).