• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Dan Ruang Lingkup Kedokteran Forensik

N/A
N/A
Arianti

Academic year: 2025

Membagikan "Definisi Dan Ruang Lingkup Kedokteran Forensik"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Kedokteran forensik merupakan cabang ilmu kedokteran yang berperan dalam membantu sistem peradilan dengan menerapkan prinsip dan metode medis untuk mengungkap berbagai aspek hukum, terutama dalam penegakan hukum pidana. Ilmu ini berperan penting dalam mengidentifikasi korban, menganalisis luka atau cedera, serta menentukan penyebab kematian dalam kasus kriminal maupun non kriminal. Dalam konteks sistem peradilan, kedokteran forensik tidak hanya berfungsi untuk memeriksa korban, tetapi juga dapat digunakan dalam menganalisis tersangka untuk membuktikan dugaan keterlibatan dalam suatu tindak pidana.1

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, praktik kedokteran forensik semakin berkembang dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses investigasi kriminal.

Berbagai kasus, seperti pembunuhan, penganiayaan, kekerasan seksual, kecelakaan, hingga kematian yang mencurigakan, seringkali memerlukan analisis forensik untuk mengungkap kebenaran. Salah satu bentuk kontribusi utama dokter forensik dalam sistem peradilan adalah penyusunan visum et repertum, yaitu laporan resmi hasil pemeriksaan medis yang menjadi alat bukti sah di pengadilan.2

Secara hukum, kedokteran forensik memiliki landasan kuat dalam berbagai regulasi di Indonesia.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur kewajiban dokter dalam memberikan keterangan ahli terkait pemeriksaan medis terhadap korban atau tersangka. Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran juga mengatur aspek hukum terkait pelaksanaan tugas dokter dalam bidang forensik, termasuk hak dan kewajiban dokter forensik dalam menjalankan profesinya. Selain itu, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan turut mengatur aspek medis yang berkaitan dengan kedokteran forensik, seperti kewajiban tenaga medis dalam menangani kasus forensik dan ketentuan pelaporan dalam kasus dugaan tindak pidana. 3

Dalam praktiknya, dokter forensik memiliki tanggung jawab besar dalam sistem peradilan pidana, baik sebagai pemeriksa medis maupun saksi ahli yang memberikan keterangan di pengadilan. Oleh karena itu, mereka harus bekerja secara profesional, objektif, dan sesuai dengan kode etik serta prinsip hukum yang berlaku. Etika dan kode etik dalam kedokteran forensik sangat penting untuk memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh dokter forensik tetap berada dalam koridor hukum dan moralitas profesi. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan peraturan dari organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), memberikan pedoman bagi dokter forensik dalam menjalankan tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab.4

Namun, dalam pelaksanaannya, dokter forensik juga menghadapi berbagai tantangan hukum, baik dalam konteks administratif, perdata, maupun pidana. Kasus-kasus pelanggaran etika, kesalahan dalam memberikan pendapat ahli, atau kelalaian dalam menjalankan tugas dapat berujung pada konsekuensi hukum yang serius. Jika seorang dokter forensik terbukti melakukan kesalahan yang

(2)

mengakibatkan kerugian bagi pihak lain, ia dapat dikenai sanksi hukum, baik berupa sanksi pidana, perdata, maupun administratif.5

Berdasarkan hal tersebut, penting untuk memahami secara mendalam peran dan tanggung jawab dokter forensik dalam sistem peradilan, dasar hukum yang mengatur praktik kedokteran forensik, serta etika dan kode etik yang harus dipatuhi dalam pelaksanaan tugasnya. Pemahaman yang baik mengenai aspek hukum dalam kedokteran forensik tidak hanya penting bagi dokter forensik itu sendiri, tetapi juga bagi aparat penegak hukum, praktisi kesehatan, dan masyarakat umum agar dapat memahami bagaimana ilmu kedokteran berkontribusi dalam menegakkan keadilan.5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengantar Kedokteran Forensik

1. Definisi Dan Ruang Lingkup Kedokteran Forensik

Ilmu Kedokteran Forensik adalah cabang spesialis dalam ilmu kedokteran yang berperan dalam membantu proses peradilan, baik dalam penegakan hukum maupun berbagai permasalahan hukum lainnya. Bidang ini terutama berkaitan dengan pemeriksaan dan penilaian individu yang mengalami atau diduga mengalami cedera, kekerasan, atau kematian akibat faktor eksternal seperti trauma atau keracunan. Selain itu, kedokteran forensik juga menangani kasus individu yang diduga melukai orang lain atau dirinya sendiri. Pemeriksaan forensik tidak hanya dilakukan pada korban dan tersangka tindak kejahatan, tetapi juga pada kasus bunuh diri, kematian akibat kecelakaan, serta individu dengan cedera nonfatal, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.1

Seiring waktu, ilmu Kedokteran Forensik terus berkembang sejak era Mesir kuno hingga saat ini.

Berbagai cabang ilmu telah muncul dalam bidang ini, di antaranya patologi forensik, forensik klinik, laboratorium forensik, DNA forensik, entomologi forensik, antropologi forensik, odontologi forensik, psikiatri forensik, radiologi forensik, serta etikomedikolegal.6 Dalam praktiknya, ilmu kedokteran forensik terbagi menjadi dua bidang utama, yaitu patologi forensik

(3)

dan pelayanan forensik. Perkembangan ini juga membawa perubahan dalam gelar dokter forensik, yang semula dikenal sebagai Dokter Spesialis Forensik (Sp.F) kini berganti menjadi Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal (Sp.F.M). 7

2. Peran Dan Tanggung Jawab Dokter Forensik Dalam Sistem Peradilan

Hukum acara pidana bertujuan untuk menemukan kebenaran materil dalam suatu peristiwa pidana.

Proses pencarian kebenaran ini tidak terlepas dari pembuktian, yang menggambarkan kejadian secara konkret. Dalam hukum pidana, pembuktian berarti menunjukkan fakta yang dapat diamati oleh panca indra, mengungkapkannya, serta menganalisisnya secara logis. Berdasarkan Pasal 184 KUHAP, pembuktian dalam perkara pidana harus menggunakan alat bukti yang sah, yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, dokumen tertulis, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Selain itu, Pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa hakim tidak dapat menjatuhkan hukuman kepada seseorang kecuali jika terdapat minimal dua alat bukti yang sah, serta adanya keyakinan bahwa tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwa bertanggung jawab atas perbuatannya. 3

Keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana didasarkan pada hasil pemeriksaan terhadap alat bukti yang diajukan dalam persidangan. Terkait dengan bantuan keterangan ahli yang diperlukan dalam proses pemeriksaan suatu perkara pidana, maka bantuan ini pada tahap penyidikan juga mempunyai peran yang cukup penting untuk membantu penyidik mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dalam usahanya menemukan kebenaran materiil suatu perkara pidana.

Dalam kasus-kasus tertentu, bahkan penyidik sangat bergantung terhadap keterangan ahli untuk mengungkap lebih jauh suatu peristiwa pidana yang sedang ditanganinya. Kasus-kasus tindak pidana seperti pembunuhan, penganiayaan dan pemerkosaan merupakan contoh kasus dimana penyidik membutuhkan bantuan tenaga ahli seperti dokter ahli forensik atau dokter ahli lainnya, untuk memberikan keterangan medis tentang kondisi korban yang selanjutnya cukup berpengaruh bagi tindakan penyidik dalam mengungkap lebih lanjut kasus tersebut. 8

Hal ini juga berlaku dalam kasus yang melibatkan luka pada tubuh manusia. Untuk menentukan waktu terjadinya luka serta apakah luka tersebut merupakan akibat dari tindakan kriminal, diperlukan alat bukti yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Karena hukum tidak selalu dapat mengungkap seluruh aspek kasus secara mandiri, diperlukan bantuan dari disiplin ilmu lain, seperti kedokteran forensik. Ilmu ini tidak hanya berperan dalam mengidentifikasi luka akibat tindak kejahatan, tetapi juga dalam menjelaskan berbagai persoalan terkait kesehatan dan nyawa seseorang dalam rangka penyelesaian perkara pidana. Salah satu metode pembuktian dalam perkara pidana adalah dengan meminta dokter forensik memberikan keterangan tertulis dalam bentuk visum et repertum serta memberikan kesaksian dalam persidangan sebagai ahli. Dengan demikian, ilmu kedokteran memiliki peran penting dalam membantu penyidik, jaksa, dan hakim dalam menangani kasus yang membutuhkan analisis medis. 2

Selain itu, ilmu kedokteran juga berperan dalam menentukan hubungan kausalitas antara suatu tindakan dengan akibat yang ditimbulkannya, baik dalam bentuk luka fisik maupun kematian. Jika terdapat indikasi bahwa akibat tersebut disebabkan oleh tindak pidana, maka hasil pemeriksaan

(4)

ahli forensik akan menjadi dasar untuk mengungkap kebenaran.Dokter forensik dapat memberikan kontribusi dalam proses peradilan melalui beberapa cara, antara lain: 9

a. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Dokter forensik sering diminta oleh pihak berwenang untuk memeriksa korban yang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Pemeriksaan ini penting untuk menentukan jenis dan penyebab kematian, yang kemudian akan menjadi pertimbangan dalam proses hukum. Dokter juga akan menyusun visum et repertum sebelum jenazah dimakamkan.

b.  Pemeriksaan terhadap Korban Luka

 Ahli forensik melakukan pemeriksaan terhadap korban luka untuk mengetahui:

Apakah ada tanda-tanda penganiayaan

Apakah luka tersebut berkaitan dengan tindak kejahatan atau pelanggaran kesusilaan

Usia korban berdasarkan kondisi medis

Kepastian apakah bayi yang meninggal dalam kandungan pernah hidup di luar rahim  Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dokter forensik memiliki peran penting dalam membantu aparat penegak hukum dalam mengungkap tindak pidana, mulai dari tahap penyelidikan hingga proses persidangan. Keahlian mereka dalam menganalisis luka, kesehatan, dan penyebab kematian sangat membantu dalam memperjelas suatu kasus pidana yang berkaitan dengan tubuh atau jiwa manusia.9

3. Etika dan kode etik dalam kedokteran forensik

Etika dan kode etik dalam kedokteran forensik adalah pedoman yang mengarahkan perilaku profesional dokter forensik dalam menjalankan tugasnya, memastikan tindakan sesuai dengan standar moral dan profesional yang tinggi, serta menjaga integritas profesi dan kepercayaan publik.

4

Berikut beberapa prinsip-prinsip etika kedokteran forensik: 4

1. Profesionalisme: Dokter forensik harus menjaga kompetensi profesional melalui pendidikan berkelanjutan dan memastikan tindakan sesuai dengan standar praktik yang berlaku.

2. Objektivitas dan Imparsialitas: Dalam memberikan pendapat atau kesaksian, dokter forensik harus bersikap netral, tidak memihak, dan mendasarkan pernyataan pada fakta ilmiah yang akurat.

3. Kerahasiaan Informasi: Dokter forensik wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pemeriksaan, kecuali jika diharuskan oleh hukum atau untuk kepentingan umum terkait kesehatan dan keselamatan.

(5)

Selain itu, kode etik kedokteran forensik juga diharapkan dapat senantiasa diterapkan. Diantaranya yaitu: 4

Independensi dalam Kesaksian: Saat memberikan kesaksian sebagai ahli, dokter forensik harus memastikan pendapat yang disampaikan independen, objektif, dan tidak bias, serta tidak berperan sebagai advokat untuk salah satu pihak dalam proses hukum.

Penyajian Fakta yang Akurat: Dokter forensik harus menyajikan fakta secara lengkap dan akurat, mendasarkan pendapatnya pada data yang benar, dan menghindari pernyataan yang dapat menyesatkan atau tidak tepat.

Penghindaran Konflik Kepentingan: Dokter forensik harus menghindari situasi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dan memastikan semua tindakan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal yang dapat mempengaruhi objektivitas mereka.

Dengan mematuhi prinsip-prinsip etika dan kode etik ini, dokter forensik dapat menjalankan perannya dengan integritas, memastikan proses peradilan mendapatkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, serta menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi kedokteran forensik. 4

Daftar pustaka

1. Widya Iswara, R. A. F., Dewi, R. K., Maulia, S. R., Bagiastra, I. N., Rumancay, S., Rompas, E., Syarifah, M. C., Haryanto, J. I., Alim, D. P., Mallo, N. T. S., Malau, J., Sumino, R., Handayani, V. W., Kusuma, M. S. E., & Purwanti, T. (2023). Pengantar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. CV. Eureka Media Aksara. ISBN: 978-623-151-307-6.

2. Yudianto, A. (2020) Ilmu Kedokteran Forensik, Scopindo Media Pustaka. Scopindo Media Pustaka.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

4. Hidayat, T. (2020). Penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia Dalam Praktik Kedokteran di Rumah Sakit Universitas Andalas. Tesis Magister Bioetika, Universitas Gadjah Mada.

5. Marwiyah. (2022). Analysis of legal review of medical information release to ensure the confidentiality of patient identity. Awang Long Law Review, 4(2), 326-330.

6. Cox, W. A. (2023) What is Forensic Pathology?. Diakses dari https://www.forensicjournals.com/about/what-is forensic-pathology-and-neuropathology/.

7. Stancu, A. (2022) A History of Medicolegal Death Investigation and Forensic Pathology.

Diakses https://www.openaccessgovernment.org/orensic pathology-history/130800/.

8. Purba, O. S. (2020). Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Penganiayaan. Jurnal Retenrum, 127-133.

9. Monita, Y., & Wahyudhi, D. (2020) Peranan dokter forensik dalam pembuktian perkara pidana. Universitas Jambi.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan berita acara pemeriksaan laboratorium forensik dalam pembuktian perkara penyalahgunaan Narkotika sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran audit investigasi BPK dalam mengungkapkan fraud, analisis prosedur penggunaan digital forensik pada

Dalam upaya pembuktian hukum bahwa telah terjadi tindak pidana perkosaan, maka dalam hal ini Ilmu Kedokteran Forensik sangat berperan dalam melakukan pemeriksaan dan untuk

Abstrak: Patologi Forensik adalah ilmu yang berkaitan dengan penentuan penyebab kematian melalui pemeriksaan pada jenazah, dilakukan terutama untuk membantu

1) Dalam hal penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,

Para ahli arkeologi forensik ini juga dapat bergabung dan membantu DVI Indonesia baik untuk penanganan para korban beragam bencana dari masa kini sampai upaya

Diskusi : Tanda intravital tersebut ditemukan hampir pada seluruh kasus korban mati tenggelam yang di periksa oleh Bagian Departemen Kedokteran Forensik FK USU RSUP H.. Adam

Bagi Penulis Penulis berharap agar dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi luka senapan laras panjang pada pemeriksaan forensik ditinjau dari Kedokteran dan