• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stunting: Pengaruh Malnutrisi, Infeksi, dan Faktor Psiko-sosial

N/A
N/A
Yolanda Christy Pasaribu

Academic year: 2023

Membagikan " Stunting: Pengaruh Malnutrisi, Infeksi, dan Faktor Psiko-sosial"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Definisi :

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang diakibatkan oleh malnutrisi atau gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang inadekuat, seperti tidak punya cukup kesempatan untuk bermain dan belajar. Stunting menyebabkan anak tidak mencapai pertumbuhan dan potensi kognitif yang optimal.

Seorang anak akan disebut stunting apabila tinggi badan (TB) menurut usia di bawah -2 standard deviation (SD) kurva pertumbuhan WHO.

Faktor Resiko : 1. Tinggi Badan Ibu

Sebuah penelitian melaporkan bahwa ibu yang pendek (<150 cm) mempunyai risiko 2,14-3,5 kali anaknya stunting dibandingkan anak yang dilahirkan dari ibu dengan tinggi badan normal (≥150 cm).

2. Status gizi ibu

Status gizi ibu saat hamil dapat ditentukan dari Indikator antropometri Lingkar Lengan Atas (LiLA) ibu.

Ibu hamil yang memiliki Lingkar Lengan Atas (LiLA) sebesar kurang dari 23,5 cm menunjukkan bahwa asupan energi dan protein yang tidak mencukupi sehingga menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK).

Ibu hamil dengan status KEK akan berisiko melahirkan anak berat lahir rendah (BBLR) dan jika tidak ditangani berlanjut stunting karena sulit mencapai target pertumbuhan awal.

3. BMI ibu rendah

Ibu yang memiliki BMI rendah menyebabkan mengalami pertumbuhan janin yang buruk dan

menyebabkan retardasi pertumbuhan intrauterin, dan pada akhirnya berujung ukuran lahir kecil dan berat badan lahir rendah

4. Usia ibu

Hal ini dikarenakan ibu muda membutuhkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh seperti orang dewasa sehingga terjadi kompetisi nutrisi antara ibu dan anak.

5. Pendidikan dan pengetahuan ibu

pendidikan yang tinggi dianggap mampu untuk membuat keputusan dalam meningkatkan gizi dan kesehatan anak- anak. Pengetahuan yang tinggi juga mempengaruhi orang tua dalam menentukan pemenuhan gizi keluarga dan pola pengasuhan anak, dimana pola asuh yang tidak tepat akan meningkatkan risiko kejadian stunting.

6. Perilaku menyusui

Ibu yang terus menyusui di luar yang direkomendasikan (6 bulan) tanpa suplemen berisiko

menghasilkan anak stunting. Pemberian ASI penting dan lebih efektif dari susu formula. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu terhadap ASI eksklusif.

7. Kunjungan layanan kesehatan selama kehamilan

Ibu yang tidak mendapat antenatal care akan beresiko lebih untuk memiliki anak stunting.

8. Kebersihan lingkungan

(2)

Sanitasi dan keamanan pangan yang buruk dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi.

Kejadian infeksi dapat menjadi penyebab kritis terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan.

9. Makanan Pendamping ASI

pemberian MP-ASI berguna untuk menunjang pertambahan sumber zat gizi disamping pemberian ASI hingga usia dua tahun. Makanan pendamping harus diberikan dengan jumlah yang cukup, sehingga baik jumlah, frekuensi, dan menu bervariasi bisa memenuhi kebutuhan anak.

10. Berat bayi lahir rendah

Dikatakan BBLR jika <2.500 gram. Anak dengan riwayat BBLR mengalami pertumbuhan linear yang lebih lambat dibandingkan Anak dengan riwayat BBL normal.

11. Pola pemberian makan anak

pola makan pemberian makan yang baik kepada anak adalah dengan memberikan makanan yang memenuhi kebutuhan zat gizi anaknya setiap hari (karbohidrat, protein, vitamin, mineral). Pemberian makanan ini juga harusnya bervariasi dan sesuai usia anak. pada bayi 0 – 6 bulan cukup diberi ASI saja, pada usia 6 – 8 bulan bayi tidak hanya diberi ASI tetapi disertai pemberian makan lumat, usia 9 – 11 bulan bayi masih tetap diberi ASI dan makanan lembik serta pada usai 12 – 23 bulan bayi selain di beri ASI juga sudah diperbolehkan makan makanan keluarga.

Dampak :

1. Kondisi kognitif anak menjadi lemah dan psikomotoriknya terhambat.

Dampak stunting ini akan membuat anak kesulitan mencerna pelajaran dan susah mengembangkan kreativitas. Hal ini juga akan membuat anak yang stunting cenderung memiliki prestasi rendah disekolahnya dan produktivitas rendah.

2. Memiliki gangguan metabolisme

3. Ukuran fisik tubuh anak tidak berkembang secara optimal sesuai dengan umurnya 4. Menurunya imunitas/kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit 5. Memiliki risiko terkena penyakit degenerative seperti obesitas dan diabetes

(3)
(4)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarakan hasil penelitian yang telah dilakukan, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stunting yaitu dimulai dari status sosial ekonomi, penyakit

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bayu (2013) menyatakan bahwa, kejadian stunting pada anak usia 12-60 bulan tidak ada hubungan secara bermakna dengan frekuensi penyakit

Variabel dependen adalah status stunting anak, sedangkan variabel independen adalah faktor anak (usia, jenis kelamin, status penyakit infeksi yang diderita, asupan

Hasil analisis multivariat menunjukkan tinggi badan ibu dan riwayat penyakit infeksi merupakan faktor risiko yang dapat memprediksi kejadian stunting sebesar 15 persen, sedangkan

Berdasarkan studi literatur bahwa frekuensi penyakit infeksi (ISPA dan diare) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada anak usia 12-48

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor- faktor yang berhubungan dengan peran tenaga kesehatan dalam upaya pencegahan stunting pada anak sekolah

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia dini adalah asupan energi, berat badan lahir, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga, pola

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN OVERWEIGHT DAN STUNTING PADA ANAK DI KOTA SALATIGA TAHUN 2022 FACTORS AFFECTING THE EVENT OF OVERWEIGHT AND STUNTING IN CHILDREN IN