1
LAPORAN HASIL PENELITIAN
JUDUL:
DESAIN LORONG PADA LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KOTA MAKASSAR
Tim Peneliti:
Dr. Ir. Nurul Jamala B, MT Ir. M Syavir Latief M.Si Ir. Samsuddin Amin MT
LEMBAGA
PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
2 HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Desain Lorong Pada Lingkungan Pemukiman di Kota Makassar 2.Referensi Pendorong 1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
2. UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 3. UU RI No.4 tahun 1992 tentang Permukiman 3. Rencana Hasil :
Output Buku Laporan Hasil Penelitian
Outcome Bahan referensi bagi Pemerintah Kota Makassar dalam melaksanakan pengembangan lingkungan permukiman pada Lorong-lorong di Kota Makassar.
Benefit Desain lorong merupakan acuan dalam hal perwujudan pengembangan permukiman lorong kota Makassar.
Impact Alternative desain penataan lorongakan mempermudah Pemerintah dalam pemilihan desain lorong kota Makassar.
4. Keterkaitan dengan kebijakan RPJMD Kota Makassar
Terwujudnya pengembangan kawasan lingkungan permukiman pada lorong kota Makassar, akan mendorong masyaratkat untuk berpartisipasi dalam pembangunan Kota Makassar.
5. Pengguna Hasil Litbang Hasil Desain lorong terkait dengan SKPD kota Makassar yang akan bekerja sama dengan masyarakat penghuni lorong demi pengembangan kota Makassar.
6. Pelaksana utama kegiatan a. Nama:
b. Jenis Kelamin:
c. Nip : d. Jabatan :
e. Alamat Lembaga Peneliti f. Alamat Ketua Peneliti
Dr. Ir. Nurul Jamala B,.MT Perempuan
196409041994122001 -
Kampus Unhas Tamalanrea
Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Makassar
Jl. Bonto Bila Raya No.4 Makassar – Hp 08164385484 7. Waktu Penelitian 2 (dua) bulan
8. Sumber Dana APBD Kota Makassar Tahun Anggaran 2015 9. Biaya diusulkan Rp.50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah) 10. Biaya Institusi lain Tidak ada
Mengetahui, Makassar, Agustus 2015
Penanggung Jawab Ketua Tim Pelaksana
Prof.Dr.Ir. Sudirman M.Pi Dr. Ir. Nurul Jamala B,. MT.
NIP/NIK. 196412121989031004 NIP/NIK 196409041994122001
Mengetahui,
Kepala Bappeda Kota Makassar
Drs. H. Syahrir Sappaile, M.Si.
Pembina Utama Muda Nip. 19560702 198509 1 003
3 DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... 2
PRAKATA ... 4
BAB I. PENDAHULUAN ... 6
A. Latar Belakang ... 6
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan ... 8
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Landasan Teori ... 10
B. Kerangka Pemikiran ... 16
C. Definisi Operasional ... 16
BAB III. METODE PENELITIAN ... 18
A. Bagan Penelitian ... 18
B. Lokasi Penelitian ... 18
C. Populasi dan Sampel ... 20
D. Teknik Pengumpulan Data ... 21
E. Teknik Analisis Data ... 21
F. Luaran penelitian... 22
G. Indikator capaian yang terukur ... 22
Daftar pustaka ... 46 Lampiran a. JADWAL PENELITIAN
Lampiran b. BIO DATA PENELITI Lampiran c. ORGANISASI PENELITI Lampiran d. PROFIL LEMBAGA
Lampiran e. RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
4 PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga perbaikan penulisan ini dapat diselesaikan sebagai persyaratan untuk mengikuti penelitian yang dilaksanakan oleh BAPPEDA Kota Makassar Tahun 2015.
Topik penelitian ini merupakan salah satu bidang kajian yang terkait dengan pengembangan lingkungan pemukiman kota Makassar, khususnya pada lorong lorong kecamatan Makassar.
Hasil Penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan Masyarakat demi terwujudnya pengembangan kawasan pemukiman pada lorong kota Makassar dan juga diharapkan hasil desain lorong ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan penataan lorong kota Makassar.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan ini, walaupun telah disempurnakan sesuai dengan masukan dari Tim Forum Penelitian Bappeda Kota Makassar.
Akhir kata diucapkan banyak terima kasih terutama kepada Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dalam kegiatan ini, dan kepada Tim Forum Penelitian Bappeda Tahun 2015 diucapkan terima kasih atas kesediaan mengakomodir proposal ini sebagai salah satu peserta penelitian.
Makassar, Nopember 2015 Peneliti
(Nurul Jamala B)
5 RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan permukiman semakin meningkat seiring dengan kepadatan jumlah penduduk di kotamadya Makassar. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tanpa diimbangi dengan penambahan fasilitas, sarana , prasarana cenderung akan membentuk pemukiman yang sangat padat sehingga berpeluang akan menciptakan kondisi lingkungan yang buruk.
Perkembangan permukiman bukan hanya terjadi pada pusat kota tetapi permukiman pada kawasan lorong turut berpengaruh dalam peningkatan kepadatan penduduk, khususnya di kota Makassar. Lingkungan permukiman lorong dapat dikategorikan sebagai permukiman kumuh ataupun tidak kumuh tergantung kondisi fisik lorong, sosial ekonomi, sarana dan prasarana dan kebersihan lorong.
Tujuan penelitian ini adalah mengklasifikasikan permukiman lorong-Lorong kota Makassar dalam merencanakan desain penataan lingkungan permukiman lorong kota Makassar. Berdasarkan penelitian ini rancangan desain penataan lorong dapat menjadi acuan dalam mendesain berbagai klasifikasi lingkungan permukiman lorong di Kota Makassar.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian terapan.
Penelitian terapan yaitu suatu penelitian yang diselenggarakan untuk mengatasi masalah yang nyata dalam kehidupan, berupa usaha menemukan dasar dasar dan langkah perbaikan lingkungan permukiman lorong yang dipandang perlu diperbaiki, sehingga peneliti perlu menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pemukiman lorong di kota Makassar.
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan lingkungan pemukiman lorong kota Makassar dan selanjutnya pelaksanaan rancangan desain penataan tersebut dapat diarahkan pada tim Satuan kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai bidangnya.
6 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perkembangan pemukiman baik di pusat kota ataupun pinggiran kota semakin berkembang sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia cenderung berusaha secara maksimal menyanggupi seluruh kebutuhan hidupnya. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah rumah yang difungsikan sebagai wadah untuk berlindung dalam melakukan aktifitasnya. Rumah adalah penjelmaan eksistensi manusia yang tidak statis, melainkan selalu berkembang sesuai potensi yang dimiliki. Rumah atau perumahan adalah sebagai suatu proses dalam kehidupan manusia (Silas, 1983).
Rumah dalam hal kebutuhan social yaitu member peluang untuk mengadakan interaksi dan aktifitas dengan lingkungannya (Supriyanto, 2000).
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tanpa diimbangi dengan penambahan fasilitas, sarana , prasarana cenderung akan membentuk pemukiman yang sangat padat sehingga berpeluang akan menciptakan kondisi lingkungan yang buruk. Kapasitas ruang yang tidak mampu melayani rumah penduduk secara layak akan memunculkan permukiman kumuh baik di lokasi pusat kota ataupun di pinggiran kota.
Tiga hal yang perlu dipenuhi dalam program pembangunan perumahan dan pemukiman yaitu:
1. Terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar manusia dalam upaya meningkatkan kwalitas kesejahteraan pemenuhan kebutuhan kehidupan sosial dan upayanya 2. Memberikan implikasi dibidang ekonomi dimana pembangunan perumahan
dan pemukiman mendorong aktifitas ekonomi
3. Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan bagian dari implementasi fisik perencanaan tata ruang wilayah.
Menurut Sandy (1982) pemukiman dapat dibedakan menjadi pemukiman kelas tinggi dan kelas rendah dan pemukinan kelas rendah sering disebut
7 permukiman kumuh atau slum. Kualitas lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam permukiman, karena kualitas lingkungan dapat menentukan kelas dari permukiman, semakin rendah tingkat kualitas lingkungan maka akan rendah pula kualitas permukimannya. Kualitas permukiman secara garis besar dapat digolongkan berdasarkan golongan atau penghasilan penghuninya dan menyebutkan bahwa pemukiman sederhana yang cenderung berpotensi menjadi pemukiman kumuh (widyasturti, 2003).
Dari berbagai konsep panduan penanganan lingkungan permukiman kumuh dan kajian yang dilakukan terhadap penerapan locally Based Demand (LDB) dalam penataan permukiman di perkotaan, dirumuskan indikator tingkat kekumuhan suatu lingkungan permukiman yang dikondisikan dalam lima aspek yaitu:
(1) Kondisi lingkungan (2) Kondisi kependudukan (3) Kondisi Bangunan
(4) Kondisi sarana dan prasarana dasar (5) Kondisi sosial ekonomi
Di kota Makassar terdapat lingkungan permukiman lorong pada 14 kecamatan dan permukiman lorong tersebut dapat dikategorikan sebagai permukiman kumuh ataupun tidak kumuh tergantung kelima aspek tersebut diatas.
Dalam merancang desain penataan lingkungan permukiman lorong di kota Makassar, tidak menganalisis aspek secara keseluruhan namun hanya menganalisis beberapa aspek yaitu kondisi sarana dan prasarana dasar (kondisi jalan dan drainase), kondisi sosial ekonomi (pendapatan dan pendidikan).
Berdasarkan hasil analisis maka lingkungan permukiman lorong dapat dirancang desain penataan lorong sesuai klasifikasi lorong yang terdapat di kota Makasar dan selanjutnya pelaksanaan desain tersebut dapat diarahkan pada tim Satuan kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai bidangnya.
8 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana klasifikasi lorong pada lingkungan permukiman kota Makassar 2. Bagaimana rancangan desain lorong pada lingkungan permukiman kota
Makassar C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengklasifikasikan lorong-lorong pada lingkungan permukiman kota Makassar
2. Merancang desain lorong sesuai klasifikasi lorong pada lingkungan Permukiman kota Makassar.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah rancangan desain penataan lorong berdasarkan klasifikasi lorong di kota Makassar. Rumusan konsep diharapkan akan menciptakan lingkungan permukiman yang sustainable, mandiri dan nyaman. Secara detail target temuan berupa :
1. Lorong pada lingkungan pemukiman kota Makassar dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kategori.
2. Rancangan desain lorong kota Makassar sebagai acuan dalam mendesain sejumlah lorong di lingkungan permukiman kota Makassar.
e. Rancangan Kebijakan
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah rancangan desain lorong pada lingkungan permukiman kota Makassar. Penelitian ini dilakukan agar supaya lorong-lorong pada lingkungan permukiman akan merencanakan pembangunan dan pengembangan lorong kota Makasar secara berkelanjutan berdasarkan konsep desain penataan lingkungan permukiman pada penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki konstribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan desain pengembangan lorong kota Makassar. Hasil
9 temuan pada penelitian ini, akan mempermudah pengembangan desain lorong pada lingkungan pemukiman kota Makassar serta dapat mengarahkan beberapa SKPD dalam pelaksanaan penataan lorong di lingkungan permukiman kota Makassar.
10 BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
Menurut UU RI No.4 tahun 1992 tentang Permukiman Pasal 1, 2, dan 3 menjelaskan tentang rumah, perumahan dan permukiman. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Permukiman merupakan bagian terbesar dari perumahan, dimana perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang memiliki fungsi yang strategis bagi penghuninya.
Dalam menunjang tertib pembangunan perumahan/permukiman adalah dengan memperhatikan faktor alam yaitu pola tata guna tanah, pelestarian SDA, daya dukung tanah serta tersedianya taman, area rekreasi dan olahraga. Faktor Manusia adalah pemenuhan kebutuhan fisik psikologis, penciptaan rasa aman dan terlindung, rasa memiliki lingkungan serta tata nilai dan estetika. Faktor Masyarakat adalah berperan-sertanya masyarakat, perhatian aspek hukum, pola kebudayaan, aspek sosial ekonomi dan kependudukan.
Kawasan permukiman dapat dikategorikan sebagai lingkungan permukiman kumuh dan bukan permukiman kumuh. Pada umumnya permukiman kumuh diwarnai oleh tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, tingkat kepadatan hunian sangat tinggi, tingkat kepadatan bangunan yang sangat tinggi, kualitas rumah sangat rendah, tidak memadainya kondisi sarana dan prasarana dasar seperti halnya air bersih, jalan, drainase, sanitasi, listrik, fasilitas pendidikan, ruang terbuka/rekreasi/sosial, fasilitas pelayanan kesehatan, perbelanjaan dan sebagainya.
Selain itu juga diwarnai oleh tingkat pendapatan penghuninya yang rendah, tingkat pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah, tingkat privasi keluarga yang rendah serta kohesivitas komunitas yang rendah karena beragamnya norma sosial budaya yang dianut.
11 Kumuh atau slum adalah permukiman atau perumahan orang-orang miskin kota yang berpenduduk padat, terdapat di pinggir-pinggir jalan atau lorong-lorong yang kotor dan merupakan bagian dari kota secara keseluruhan atau juga biasa disebut dengan wilayah pencomberan oleh Suparlan. Tetapi pada perincian ini permukiman kumuh dianggap sebagai tempat anggota masyarakat kota yang mayoritas berpenghasilan rendah dengan membentuk permukiman tempat tinggal dalam kondisi minim (Raharjo, 2005). Menurut UU No. 4 Pasal 22 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman : permukiman kumuh adalah permukiman tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya.
Pemukiman kumuh sering dilihat sebagai suatu kawasan yang identik dengan kawasan yang apatis, kelebihan penduduk, tidak mencukupi, tidak memadai, miskin, miskin, bobrok, berbahaya, tidak aman, kotor, dibawah standar, tidak sehat dan masih banyak sigma negatif lainnya (Rahardjo Adisasmita, 2010). Menurut Parsudi Suparlan, Pemukiman kumuh adalah permukiman atau perumahan orang- orang miskin kota yang berpenduduk padat, terdapat dilorong-lorong yang kotor dan merupakan bagian dari kota secara keseluruhan, juga biaa disebut dengan wilayah pencomberan atau semrawut.
Pengertian lain dari permukiman kumuh juga diungkapkan oleh Johan Silas yaitu permukiman kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian yaitu;
(1) Kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam menampung perkekbangna kota sehingga sehingga timbul kompetisi dalam menggunanakan lahan perkotaan sedangkan kawasan permukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio permukiman kumuh
12 (2) Kawasan yang berlokasi penyebarannya secara geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh dan yang menjadi penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.
Dengan melihat beberapa teori tersebut di atas maka pengertian permukiman kumuh ini adalah suatu daerah slum area yang tidak layak huni, tidak memenuhi syarat kesehatan, dengan kondisi lingkungan permukiman tanpa sanitasi, dimana utilitas permukiman tanpa pengelolaan yang baik, bangunan yang relatif kecil, berdempet-dempetan, fasilitas permukiman sangat kurang, kualitas bangunan rendah dan bersifat kotemporer atau darurat. Untuk itu kajian penanganan permasalahan kumuh tersebut harus menjadi perhatian dan tanggung jawab bersama dalam rangka membangun kualitas hunian layak dan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Salah satu upaya yaitu melakukan studi indetifikasi untuk mendapatkan informasi tingkat kekumuhan dalam rangka merumuskan strategi kebijakan, seperti kajian dalam penelitian ini dengan studi pada kawasan kumuh daerah pusat kota dan pada kawasan kumuh daerah pesisir dimana telah tergolong sebagai lingkungan permukiman kumuh.
Pada kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi selalu terdapat jalan lorong sebagai penghubung atau sirkulasi antara unit bangunan yang terletak sangat berdekatan. Lorong terbentuk berdasarkan posisi unit bangunan pada lingkungan permukiman padat. Lorong tidak hanya terdapat pada jalan kecil yang bersifat privat tetapi lorong juga bias terdapat pada jalan besar yang bersifat umum.
Pada kawasan pemukiman berkepadatan penduduk tinggi akan tercipta jalan jalan kecil yang menyusur diantara pekarangan rumah yang disebut lorong. Lorong dalam lingkungan pemukiman padat dapat tercipta lorong sempit yang berliku liku sebagai jalur transportasi berjalan kaki ataupun naik speda motor/mobil. Lorong terbentuk berdasarkan letak unit bangunan pada kawasan pemukiman padat dan lorong merupakan jalan pintas menuju ke pusat lingkungan pemukiman.
Kategori lorong dapat dipersepsikan sebagai permukiman kumuh ataupun bukan permukiman kumuh. Hal ini berdasarkan aspek aspek yang berkaitan dengan
13 lingkungan permukiman. Di kota Makassar terdapat berbagai kategori lorong, tergantuk kondisi lorong tersebut yaitu Kondisi lingkungan, kependudukan, Bangunan, sarana dan prasarana dasar serta sosial ekonomi.
Konsep-konsep Desain Permukiman
Menurut Spiro Kostof (1991), kota adalah leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu geometrid dan organik. Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan Unplanned. Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad pertengahan dengan pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometric. Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik.
Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu : (1) Square, open space sebagai paru-paru; (2) Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic);
(3)Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh; (4) Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir; (5) Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh; (6)Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke seluruh sistem perkotaan.
Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang komunal dan ruang publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak sosial dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan pendatang,
14 antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan demi perubahan fisik dan non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemennya terganggu maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari keseimbangan baru. Hal ini dapat terjadi secara berulang-ulang
Menurut Kevin Lynch (1981), definisi model organik atau kota biologis adalah kota yang terlihat sebagai tempat tinggal yang hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan yang membedakannya dari sekedar mesin, mengatur diri sendiri dan dibatasi oleh ukuran dan batas yang optimal, struktur internal dan perilaku yang khas, perubahannya tidak dapat dihindari untuk mempertahankan keseimbangan yang ada, menurutnya bentuk fisik organic yaitu:
1) Membentuk pola radial dengan unit terbatas 2) Memiliki focused centre
3) Memiliki lay out non geometrik atau cenderung romantis dengan pola yang membentuk lengkung tak beraturan
4) Material alami
5) Kepadatan sedang sampai rendah 6) Dekat dengan alam
Di dalam model organik ini, organisasi ruang telah membentuk kesatuan yang terdiri dari unit-unit yang memiliki fungsi masing-masing. Kota terbentuk organik mudah untuk mengalami penurunan kualitas karena perkembangannya yang spontan, tidak terencana dan sepotong-sepotong. Masyarakat penghuni kota ini bermacam-macam yang merupakan percampuran antara berbagai macam manusia dalam suatu tempat (place) yang memiliki keseimbangan. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, saling menyimpang tetapi juga saling mendukung satu sama lainnya. Kota organic memiliki cirri khas pada kerja sama dalam pemeliharaan lingkungan sosial oleh masyarakat.
Konsep-konsep Desain lorong
Lorong pada kota Makassar tidak hanya terdapat pada pinggiran kota, namun juga terdapat pada pusat kota. Posisi lorong tersebar pada seluruh kecamatan/kelurahan di kota Makassar dalam
15 jumlah yang tinggi. Lorong dapat dikategorikan berdasarkan beberapa aspek, namun pada penelitian ini lorong kota Makassar dikategorikan berdasarkan lebar lorong, sistim drainase, tingkat pendapatan, kebersihan dan keindahan lorong.
Kategori lebar lorong dapat diklasifikasi berdasarkan ukuran lebar dan panjang lorong, misalnya lorong diklasifikasikan A apabila lebar lorong berukuran > 2,5 m dan panjang >20 m, klasifikasi B jika lebar lorong berukuran >2,5 m dan panjang < 20 m dan seterusnya. Kategori sistim drainase dapat diklasifikasikan apakah dirancang terbuka atau tertutup, dan apabila tertutup apakah perlu mendesain horizontal garden sebagai penataan keindahan lorong dan sebagainya.
Pada desain lorong kategori tingkat pendapatan akan menjadi pertimbangan jenis tanaman dalam mendesain vertikal ataupuh horizontal garden dan sebagainya. Keindahan lorong dikaitkan dengan pandangan pada pintu masuk lorong dengan pertimbangan apakah diperlukan gerbang sebagai vocal point pada lorong tersebut.
16 B. Kerangka Pemikiran
C. Definisi Operasional
Bertitik tolak dari kerangka pemikiran, maka konsep-konsep yang ada dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:
Lorong pada Lingkungan Pemukiman Kota
Makassar Kecamatan Makassar
Bara Baraya
Bara Baraya Timur
Bara Baraya Selatan
Bara Baraya Utara
Barana
Lariang Banggi
Maccini
Maccini Gusung
Maccini Parang
Maradekaya
Maradekaya Utara
Maradekaya Selatan
Maricaya
Maccini Baru
Desa Pakkabba
Pengamatan lorong kec.
Makassar
Pengukuran
Wawancara
Gambar/foto/sketsa Pengumpulan Data
Analisis Data Tahap 1
Data fisik lorong : lebar lorong, orientasi hunian, kondisi jalan dan drainase
Konsep Penataan Lorong pada beberapa sampel terpilih
Analisis Tahap 2
Penataan Lorong: desain gerbang, desain garden, pola jalan dan drainase
Rancangan Desain Lorong pada Lingkungan Pemukiman
Kota Makassar
Klasifikasi lorong berdasarkan kategori/aspek lorong
Konsep dasar klasifikasi lorong
Analisis Deskriptif Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
17 1. Pengembangan lingkungan pemukiman lorong kota Makassar merupakan
kemajuan dalam rangka penataan kawasan permukiman
2. Klasifikasi lorong di analisis berdasarkan beberapa kategori, yaitu berdasarkan lebar lorong, sistim drainese, tingkat pendapatan, kebersihan dan keindahan lorong sehingga dapat menerapkan desain lorong pada penelitian ini sesuai klasifikasi lorong tersebut.
18 BAB III.
METODE PENELITIAN
A. Bagan Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian terapan. Penelitian terapan yaitu suatu penelitian yang diselenggarakan untuk mengatasi masalah yang nyata dalam kehidupan, berupa usaha menemukan dasar dasar dan langkah perbaikan bagi suatu aspek kehidupan yang dipandang perlu diperbaiki, sehingga peneliti perlu menganalisis klasifikasi lingkungan pemukiman lorong di kota Makassar dimana pada kota Makassar terdapat lingkungan pemukiman lorong yang sangat bervariasi, sehingga terlebih dahulu menganalisis klasifikasi lingkungan pemukiman lorong di kota Makassar berdasarkan beberapa akternatif kriteria yang di temukan pada lingkungan pemukiman lorong kota Makassar.
Penelitian ini dilakukan untuk mengklasifikan dan mendesain lingkungan pemukiman sesuai klasifikasi lorong.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survey lorong pada satu kecamatan di kota Makassar sebagai purposive sampling lorong pada kota makassar sehingga berdasarkan hasil survey dan pengamatan pada lorong tersebut dapat mengklasifikasikan lorong yang terdapat di kota Makassar. Berdasarkan klasifikasi lorong sehingga dapat dirancang desain lorong di kota Makassar.
B. Lokasi Penelitian
Lorong terdapat pada seluruh kecamatan kota Makasar dan salah satu kecamatan yang mempnyai tingkat kepadatan penduduk tinggi yaitu berjumlah 82.478 jiwa yaitu kecamatan Makassar sehingga pada kecamatan ini terdapat lorong dalam jumlah banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Lorong pada Kawasan permukiman pada kecamatan ini sangat bervariasi, dimana jumlah lorong pada setiap kelurahan berbeda dan klasifikasi lorong juga sanagt bervariasi. Lorong pada kecamatan Makassar dapat mewakili seluruh kecamatan
19 di Kota Makassar, sehingga pada penelitian ini akan menganalisis klasifikasi lorong pada kecamatan ini sebagai panduan bagi lorong kecamatan lainnya.
Lingkungan pemukiman pada kecamatan Makassar mempunyai keragaman lorong yang berbeda dan terdiri dari 14 kelurahan yaitu Bara Baraya, Bara Baraya Timur, Bara Baraya Selatan, Bara Baraya Utara, Barana, Lariang Banggi, Maccini, Maccini Gusung, Maccini Parang, Maradekaya, Maradekaya Utara, Maradekaya Selatan, Maricaya dan Maccini Baru.
Gambar 1. Peta Kota Makassar dan Kecamatan Makassar
Posisi kecamatan Makassar berada pada pusat kota dan pinggiran kota sehingga dapat menjadi panduan dalam mendesain dan mengklasifikasikan lorong kota Makassar.
Tabel 1. Jumlah Lorong pada Kecamatan Makassar
NO. KELURAHAN JUMLAH
LORONG
1 Bara Baraya 21
2 Maricaya 58
3 Maricaya Baru 32
4 Maradekaya Selatan 16
5 Maradekaya Utara 28
6 Bara Baraya Utara 16
7 Bara Baraya Selatan 29
8 Bara Baraya Timur 43
9 Barana 47
10 Lariag Bangngi 20
11 Maccini Gusung 57
12 Maradekaya 13
13 Maccini 13
14 Maccini Parang 13
406
20 C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti tertarik. Populasi dapat berupa orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefenisikan secara spesifik dan tidak secara mendua. Hakikat spesifik dari populasi bergantung pada masalah penelitian. Jika mempelajari perilaku masyarakat (behavior) dalam satu tempat dimana mereka terdaftar, setiap anggota dari populasi masyarakat disebut elemen (element), sedangkan daftar dari semua elemen dari populasi disebut kerangka populasi (population frame), atau kerangka pemilihan sampel (sampling frame).
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan untuk menyesuaikan beberapa kriteria penelitian agar dapat meningkatkan ketepatan sampel (Cooper dan Schindler, 2003). Dalam teknik pengambilan sampel purposif ini sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dan populasi pada penelitian ini adalah Lorong-lorong yang terletak di kecamatan Makassar kota Makassar.
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati. Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan jenis teknik sampling probabilitas yaitu sampel yang dipilih secara acak. Pentingnya penggunaan sampel dari suatu penelitian adalah dikarenakan sulitnya untuk meneliti seluruh populasi, dengan alasan tersebut, maka penelitian hanya dilakukan terhadap sampel yang dipilih, yang dapat mewakili populasi yang akan dijadikan generalisasi dan representasi. Pada penelitian ini mengambil sejumlah sampel yang telah dilakukan survey pada lorong-lorong tersebut berdasarkan beberapa kategori yang akan dianalisis sehingga dapat menjadi panduan dalam mengklasifikasikan lorong, seperti gambar dibawah ini.
21 Gambar 2. Kondisi Fisik Lorong pada Kecamatan Makassar
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menganalisis kondisi lorong di kecamatan Makassar.
2) Mengukur data base lorong (lebar, panjang, drainase dan material jalan lorong)
3) Studi ekplorasi pada lingkungan permukiman kecamatan Makassar yang menjadi keterwakilan lingkungan pemukiman lorong kota Makassar.
4) Wawancara pada masyarakat hunian lorong
Gambar 3. Pengukuran dan Denah Lorong E. Teknik Analisis Data
Data-data yang dijaring dari hasil eksplorasi lapangan dengan pengamatan, wawancara dan pengukuran langsung dikumpulkan, dan menentukan aspek yang akan di analisis selanjutnya berdasarkan data maka lorong dapat diklasifikasikan.
Setelah itu diidentifikasi eksisting condition pada sejumlah lorong pada
JL.KIJANG J L . D O M B A
1,00 m 37 ,3 0 m
0, 26 m
1 ,0 0 M . .. .. . .. . .
...
. . . . ...
..........
..........
C o d e : D -3
J L. ANUANG
JL.DOMBA
1 ,38 m 1 5,5 0 m
2 ,75 m 1 4,6 0 M
6 m
0 ,18 m . . . .
. . . .
.......... ..........
C o d e : D -6
22 kecamatan Makassar dapat dirancang desain penataan lorong, berdasarkan beberapa klasifikasi yaitu desain fertical garden, gerbang Lorong, fisik jalan dan drainase.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara mengasumsikan realitas subjektif dan sudut pandang peneliti berinteraksi dengan subjek penelitian (Groat dan Wang, 2002). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan cara memberikan gambaran tentang objek, mencari serta memecahkan masalah berdasarkan fakta yang bersifat komparatif. Proses-proses pengumpulan data yang dilakukan antara lain yaitu :
1) Studi Literatur mengenai karakteristik lorong pada lingkunan pemukiman kota Makassar
2) Survey lapangan dengan melakukan riset di lorong-lorong kecamatan Makassar. Penentuan sampel dilakukan berdasarkan hasil survey beberapa lorong sesuai aspek yang akan diklasfikasikan.
3) Wawancara untuk mencari informasi dari penghuni lorong sebagai bahan yang akan dianalisis untuk mengklasifikasikan lorong yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis data secara deskriptif kualitatif untuk menemukan konsep dalam hal merancang desain lorong di kota Makassar.
F. Luaran penelitian
Perancangan desain penataan lingkungan permukiman lorong kota Makassar sebagai panduan dalam mendesain lorong kota Makassar dan mengarahkan tim SKPD dalam mewujudkan hasil desain rancangan tersebut.
G. Indikator capaian yang terukur
Indikator yang terukur pada penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:
1) Tersedianya laporan hasil penelitian yaitu desain lorong pada lingkungan permukiman di Kota Makassar berdasarkan klasifikasi lorong.
23 2) Desain penataan lorong pada lingkungan permukiman kota Makassar
merupakan acuan dalam mendesain sejumlah lorong kota Makassar.
3) Desain penataan lorong merupakan rujukan bagi tim SKPD untuk berpartisipasi demi mewujudkan pengembangan lingkungan permukiman lorong kota Makassar
24 BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan dengan survey lapangan pada lorong-lorong kecamatan Makassar yang merupakan sampling bagi lorong–lorong kota Makassar. Penyusunan database lorong pada kecamatan Makassar (Nurul, 2014) menunjukkan prosentasi lorong kecamatan Makassar yang diklasifikasikan berdasarkan lebar lorong (gambar 1). Penyusunan data base lorong pada kecamatan Makassar menunjukkan bahwa kategori yang terbanyak adalah kategori B dengan lebar lorong 1,1 - 2 meter. Uraian ini dapat dilihat pada diagram kategori lorong dan perbandingan jumlah lorong pada 14 kelurahan di Kecamatan Makassar (gambar 2).
Gambar 1. prosentasi lorong
Lorong diklasifikasikan berdasarkan lebar lorong yaitu : (a) kategori A yaitu lebar lorong kurang dari 1 meter; (b) kategoti B yaitu lebar lorong antara 1,1 meter hingga 2 meter; (c) kategori C yaitu lebar lorong antara 2,1 meter hingga 3 meter dan;
(d) kategori D yaitu lebar lorong lebih dari 3 meter (Nurul, 2014). Gambar 2 menunjukkan jumlah kategori lorong pada setiap kelurahan di kecamatan Makassar.
Jumlah dan kategori lorong adalah berbeda pada tiap kelurahan, misalnya kelurahan
0%
20%
40%
60%
KATEGORI A KATEGORI B KATEGORI C KATEGORI D
8%
15%
46%
31%
Prosentasi Kategori Lorong Kecamatan Makassar
25 Bara-Baraya mempunyai lorong 21 unit yang di kategorikan sebagai berikut: (a) kategori A = 0; (b) kategori B = 14; (c) kategori C = 7 dan ;(d) kategori D =0.
Gambar 2. Klasifikasi Lorong pada Kecamatan Makassar
Berdasarkan hasil survey dan analisis penyusunan data base pada kecamatan Makassar (Nurul,2014), maka pada penelitian ini mengklasifikasikan desain gerbang lorong pada lingkungan permukiman berdasarkan lebar jalan lorong sebagai berikut :
1. Klasifikasi A : lebar jalan lorong >1 meter
2. Klasifikasi B : lebar jalan lorong antara 1,1 - >2 meter 3. Klasifikasi C : lebar jalan lorong antara 2,1 - >3 meter 4. Klasifikasi D : lebar jalan lorong antara 3,1 - >4 meter
Rancangan desain berdasarkan klasifikasi dan kondisi fisik lorong. Desain lorong terdiri dari beberapa variabel yaitu; (1) gerbang lorong; (2) garden; (3) drainase dan (4) pola jalan.
0 7
0
4 3
0
7 6
2 0
5
1 1 1
14 30
17
7 12
5 20
28 24
8 39
2 2 2
7 14
9
1 3 6
2 5
15 6
12
6 6 6
0
7 6 4
10 5
0
4 6 6
1 4 4 4
21 58
32
16 28
16 29
43 47
20 57
13 13 13
JUMLAH LORONG
KATEGORI LORONG PADA 14 KELURAHAN DI KECAMATAN MAKASSAR
A B
C B
TOTAL
26 4.1. Variabel Desain Gerbang lorong
Desain gerbang lorong direncanakan berdasarkan klasifikasi lorong yaitu klasifikasi A, B, C dan D dan masing masing klasifikasi dirancang dengan berbagai model.
4.1.1. Desain Gerbang Klasifikasi A
Desain gerbang lorong klasifikasi A yaitu dengan lebar lorong lebih kecil dari 1 meter. Klasifikasi A merupakan lorong yang tidak dapat dilalui kendaraaan bermotor, oleh karena lebar jalan sangat kecil dan hanya dilalui oleh pejalan kaki.
Pada klasifikasi A, desain gerbang hanya dengan menggunakan 1 tiang dengan pertimbangan tidak menghalangi sirkulasi dan pandangan lorong. Desain gerbang merupakan gagasan untuk memperindah view lorong sehingga lorong ini bukanlah hunian penduduk yang terkesan kecil, kumuh dan terasing. Desain gerbang lorong Model A sebanyak 3 macam yaitu model A1, A2 dan A3 seperti terlihat pada gambar 3 dibawah ini.
Model A1 Model A2 Model A3
Gambar 3. Gerbang Model A
Model desain gerbang ini, yaitu dengan menata dudukan tiang gerbang untuk memperindah gerbang lorong dan dapat meninggikan gerbang sehinga apabila terjadi sesuatu, misalnya kebakaran, kebanjiran dan kecelakaan penghuni maka tidak akan menghalangi bantuan dari luar lorong. Desain gerbang lorong ini, tergantung kondisi fisik unit hunian pada lorong tersebut.
27 Selanjutnya desain gerbang model A3, menunjukkan bahwa desain gerbang lorong dengan lebar jalan 1 meter, dapat didesain sedemikian rupa tergantung posisi dan orientasi bangunan didalam dan di depan lorong. Apabila bangunan pada bagian pintu masuk lorong mempunyai area terbuka, misalnya ruko yang mempunyai area parkir yang luas, maka gerbang lorong dapat didesain seperti model A3 (gambar 3).
Rancangan desain gerbang model A1. A2 dan A3 berupa gambar denah, tampak dan potongan dapat dilihat pada lampiran.
4.1.2. Desain Gerbang Klasifikasi B
Desain gerbang klasifikasi B dengan lebar jalan lorong antara >1 meter hingga >2 meter. Pada klasifikasi ini direncanakan 3 model yaitu model B1,B2 dan B3. Desain gerbang model B1 direncanakan dengan lebar jalan lorong adalah 2 meter seperti gambar 4 dibawah ini. Desain gerbang ini, menggunakan dua tiang yang membentuk pintu gerbang lorong dan dapat difungsikan sebagai pamplet identitas lorong seperti nama lorong, kelurahan ataupun kecamatan.
Gerbang model B1 menggunakan warna hijau dan tempelan batu alam sebagai gambaran penghuni lorong bersifat ramah lingkungan. Model ini dapat diterapkan pada lorong lingkungan permukiman, tergantung bagaimana orientasi rumah yang terletak dipintu masuk lorong.
Gambar 4. Gerbang Model B1
28 Desain gerbang model B2 menyerupai model B1 yaitu menggunakan dua tiang dengan pertimbangan lebar lorong 2 meter. Model ini didesain sedemikian rupa dengan pertimbangan bahwa gerbang tidak mengganggu kelancaran jalur sirkukasi pada lorong tersebut. Desain gerbang model B2, menggunakan kolom beton sebagai dudukan tiang terbuat dari pipa yang dimodifikasi seperti pada gambar 5.
Ketinggian gerbang lorong adalah 3,45 meter dimana tinggi gerbang harus diperhatikan dengan pertimbangan tidak terjadi hambatan apabila diperlukan pertolongan dari masyarakat luar.
Gambar 5. Gerbang Model B2
Gambar 6 menunjukkan desain gerbang model B3 berupa tampak dan perspektif. Lebar jalan lorong adalah 2 meter dan material gerbang menggunakan rangkaian pipa yang dimodifikasi membentuk tiang dan difungsikan pula sebagai pamplet nama jalan, kelurahan ataupun kecamatan. Desain gerbang model B3 adalah merancang lorong dapat membentuk spatial lorong sehingga penghuni lorong mampu memiliki hubungan sosial dan kekerabatan yang sangat tinggi.
29 Gambar 6. Gerbang Model B3
4.1.3. Desain Gerbang Klasifikasi C
Desain gerbang klasfikasi C merancang model C1, C2 dan C3 dengan lebar jalan antara 2,1 - >3 meter. Model C1 dan C2 adalah merancang gerbang sebagai pintu masuk lorong dan bersifat formil. Gerbang dilengkapi dengan nama lorong, jalan dan kelurahan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 7 dibawah ini.
30 Gambar 7. Gerbang Model C1dan C2
Model C1 dan C2 menggunakan 2 tiang yang membentuk ruang pada jalan lingkungan sehingga masyarakat dapat hidup saling berdekatan, merasakan kebersamaan dan tenggang rasa yang sangat tinggi antara sesama penghuni lorong.
Gambar 8 menunjukkan gerbang model C3 yaitu model klasifikasi C dengan memodifikasikan gerbang sebagai pintu gerbang yang bersifat alami, dan mengutamakan keindahan sehingga pengunjung merasakan kebersamaan masyarakat penghuni lorong yang sangat kreatif dalam menata lingkungan lorong.
Gambar 8. Gerbang Model C3 4.1. 4. Desain Gerbang Klasifikasi D
Desain gerbang klasifikasi D adalah lorong dengan kondisi fisik jalan selebar
<3 s/d 4 meter. Klasifikasi ini dirancang sebanyak 3 model yaitu model D1, D2 dan D3 (gambar 9). Oleh karena lebar jalan cukup luas sehingga gerbang dirancang dengan memodifikasi tiang gerbang.
31 Gambar 9. Gerbang Model D1, D2 dan D3
Model D1 Model D2
Model D3
32
4.1.5. Desain Gerbang Pecinan
Pecinan adalah sebutan untuk kawasan khusus bagi masyarakat China, yang digunakan oleh masyarajat China untuk hidup, berkomunitas dan membuka usaha.
Kawasan pecinan juga dapat membentuk lingkugan permukiman skala kecil atau disebut lorong. Di kota Makassar terdapat beberapa lorong yang terletak disekitar pusat pertokoan yaitu jalan Somba Opu. Desain gerbang pada lingkungan permukiman pecinan memberikan gambaran bahwa masyarakat yang menetap pada lingkungan lorong itu adalah masyarakat China. Desain gerbang pada lingkungan lorong pecinan ini didesain seperti gambar 23 dan 24 dibawah ini. Desain gerbang memberikan gambaran beupa bentuk klenteng sebagai tempat ibadah orang China.
Desain gerbang juga peduli akan fenomena ramah lingkungan yaitu dengan menata penghijauan pada tiang gerbang sebagai variasi bentuk gerbang.
Gambar 23. Desain Gerbang Lorong Pecinan Model P1
Gambar 24. Desain Gerbang Lorong Pecinan Model P2
33 4.2. Variabel Desain Garden
Salah satu cara menanam tanaman dalam jumlah yang cukup, walaupun ruang yang ada sangat terbatas, adalah dengan konsep taman vertikal atau vertical garden (Vega). Vertikal garden adalah konsep taman tegak, yaitu tanaman dan elemen taman lainnya yang diatur sedemikian rupa dalam sebuah bidang tegak.
Dengan konsep ini, ruang tanam/space bisa jauh lebih besar dibanding dengan taman konvensional, bahkan jumlah tanaman yang dapat ditanam bisa beberapa kali lipat, sehingga dapat menambah ruang hijau secara sangat signifikan. Vertikal garden dapat diaplikasikan di berbagai bangunan (out door atau indoor) yaitu pada pagar, carport, serta dinding-dinding pembatas lainnya, sehingga terlihat lebih indah dan tidak monoton berupa dinding yang keras, tapi lebih terkesan alami, bahkan dapat menyerupai lukisan yang sangat artistik.
Vertical Garden adalah sebuah alternatif baru bagi peghuni lorong yang ingin memiliki taman tetapi tidak memiliki lahan yang luas. Vertical Garden dikenal juga dengan beberapa istilah seperti taman tegak, green wall, taman vertical dan lain-lain.
Vertical Garden adalah konsep taman tegak, yaitu tanaman dan elemen taman yang diatur sedemikian rupa dalam sebuah bidang tegak.
4.2.1. Vertikal Garden Model V
Ruang hijau sangat diperlukan untuk keseimbangan kehidupan manusia. Pada umumnya lingkungan perumahan juga menyisakan lahan terbuka yang digunakan untuk menanam tanaman sehingga dapat mengurangi dampak polusi udara dan sebagai sumber oksigen bagi kehidupan manusia pada lingkungan perumahan tersebut. Lingkungan permukiman lorong cukup sulit menata ruang hijau pada masing-masing rumah tinggal mereka, oleh karena lahan tidak mencukupinya.
Berdasarkan hal ini, penghijauan pada lingkungan pemukiman lorong lebih mengarah pada konsep penataan lorong-lorong pemukiman warga yakni pemanfaatan tembok dinding rumah dengan menanam sayur, bunga bungaan dan tumbuhan apotik hidup
34 yang bernilai ekonomi bagi warga. Salah satu cara menanam tanaman dalam jumlah yang cukup, walaupun ruang yang ada sangat terbatas, adalah dengan konsep taman vertikal atau vertical garden (Vega).
Pada penelitian ini, mendesain pola penataan tanaman dengan konsep vertikal garden pada dinding hunian yang membentuk lorong sebagai jalur sirkulasi. Gambar 10 menunjukkan penataan vertikal garden model V-1 yaitu dengan mengatur penempatan pot tanaman yang bersifat dinamis sehingga penataan ini dapat memberi kesan keindahan, bukan hanya dari jenis tanaman tetapi penataan memberi kesan yang menarik dan tidak bersifat formal, seperti terlihat pada gambar vertical garden dibawah ini (gambar 10).
Gambar 10. Vertikal Garden Model V-1
35 Vertikal garden model V-2 ditunjukkan pada gambar 11 dan model ini serupa dengan model V-1. Perbedaan desain model ini, hanya pada penataan posisi pot tanaman. Material yang digunakan sebagai wadah untuk mengantung pot tanaman adalah rangka besi dan baut anchor sebagai penguat rak tanaman. Penataan tanaman Model V-1adalah mengantung pot tanaman yang membentuk bidang dinding bervariasi sehingga terkesan dinamis (gambar 10), sedangkan model V-2 menata pot tanaman berkelompok sehingga memberi kesan tidak monoton (gambar 11). Model ini ditata sedemikian rupa apabila dinding rumah pada lingkungan permukiman lorong cukup panjang, sehingga penataan vertikal garden tidak memenuhi semua bidang dinding yang akan memberi kesan membosankan apabila dipenuhi dengan tanaman.
Model V-1 dan V-2 bukan hanya menata vertical garden tetapi juga menata tanaman diatas got sebagai saluran drainase seperti terlihat pada denah vertikal garden (gambar 10 dan 11). Model ini dapat dirancang pada lingkungan permukiman lorong apabila kondisi fisik lorong berukuran sangat lebar dan mempunyai saluran drainase yang perlu diperhatikan.
Gambar 11. Vertikal Garden Model V-2
Gambar 12 menunjukkan penataan vertikal garden model V-3 yaitu menggunakan material paralon sebagai pot tanaman. Pemilihan jenis tanaman tergantung penghuni lorong tersebut dapat berupa tanaman hias, sayuran ataupun
36 apotik hidup. Model V-2 ini dapat diaplikasikan pada lorong yang mempunyai dinding masif disepanjang jalan lorong terutama pada ujung jalan lorong sehingga view lorong tersebut sangat menarik dan menambah keindahan lorong tersebut.
Gambar 12. Vertikal Garden Model V-3 4.2.2. Horisontal Garden
Horisontal garden adalah penataan taman diatas got sepanjang saluran drainase. Model ini ditata pada lingkungan lorong dimana orientasi hunian mengarah ke jalan lorong. Model ini dapat diatur apabila jalan lorong cukup lebar sehingga tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki ataupun kendaraan bermotor yang melewati lorong tersebut. Model ini mengatur penempatan pot tanaman secara horisontal dan bervariasi seperti model H-1, H-2 dan H-3 (gambar 13).
37 Model H-1
Model H-2
Model H-3
Gambar 13. Vertikal Garden Model H-1, H-2 dan H-3 4.3. Pola Jalan lorong
Prasarana lingkungan merupakan kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan lingkungan dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Jaringan jalan merupakan sarana utama yang sangat dibutuhkan pada suatu lingkungan permukiman lorong. Jalan lorong merupakan ruang sepanjang lorong yang dibatasi lebar dan panjang lorong yang dapat difungsikan untuk bersosialisasi antara masyarakat penghuni lorong tersebut. Desain pola jalan pada lingkungan permukiman lorong hanya dapat divariasikan material jalannya yaitu paving block dengan cara mewarnai paving sebagai arahan sirkulasi lorong seperti pada gambar 14 dibawah ini.
38
Gambar 14. Pola Jalan Lorong 4.4. Drainase Lingkungan
Desain saluran drainase dapat dirancang berdasarkan lebar saluran. Apabila saluran selebar 50 cm dan tidak mengganggu sirkulasi dari penghuni lorong, maka drainase dapat didesain sebagai area garden seperti pada gambar 15 dibawah ini.
Gambar 15. Drainase Lorong
39 4.5. Desain Lorong
Penelitian ini merancang desain lorong dengan beberapa variabel yaitu desain gerbang, garden, pola jalan dan drainase lingkungan yang merupakan guide line dalam mendesain lorong-lorong di Kota Makassar. Desain Lorong berdasarkan kondisi fisik lorong yang akan didesain. Contohnya, lebar jalan 1,5 meter maka desain gerbang yang dapat dipilih adalah klasifikasi B dengan model B1, B2 atau B3 tergantung kondisi fisik jalan dan view unit hunian pada lorong tersebut. Sedangkan desain saluran drainase dapat dirancang berdasarkan lebar saluran dan apabila saluran drainase selebar 50 cm dan tidak mengganggu sirkulasi penghuni lorong, maka fisik drainase dapat ditata dan di fungsikan pula sebagai horizontal garden.
4.5.1. Desain Lorong Kelurahan Maricaya
Kondisi fisik kedua lorong yang terletak di jalan Harimau adalah klasifikasi A dimana lebar jalan lorong 0,80 meter dan 1 meter. Kedua lorong ini dapat mendesain gerbang lorong seperti pada gambar 3 yaitu model A1, A2 dan A3. Kondisi fisik lorong digambarkan pada gambar 15 dibawah ini.
40 Lokasi pada Kecamatan Makassar kelurahan Maricaya
yaitu Jalan harimau dengan panjang lorong 33,40 meter, lebar lorong 1 meter dan material jalan paving
Lokasi terletak di jalan Harimau pada kecamatan Makassar kelurahan Maricaya. Panjang lorong 14,30 meter, lebar lorong meter dan material jalan lorong adalah paving block
Gambar 15. Kondisi Fisik Lorong di Kelurahan Maricaya.
Gambar 16 menunjukkan hasil desain lorong di jalan Harimau yaitu dengan menerapkan desain garden model A2. Penerapan desain garden pada lorong ini adalah vertikal garden model V-3 dan pola sirkulasi jalan model C2. Lebar lorong adalah 1 meter dan mempunyai dinding yang dapat difungsikan sebagai vertikal garden. Desain vertikal garden pada permukaan dinding hunian didalam lorong ini, menggunakan pipa paralon sebagai pot tanaman dan ditata berkelompok seperti yang terlihat pada gambar 16 dibawah ini.
Kondisi fisik saluran drainase pada lorong ini adalah tertutup, sehingga saluran drainase tidak dapat di modifikasi, karena akan mengganggu sirkulasi pejalan kaki ataupun kendaraan bermotor karena kondisi jalan tidak luas.
J L. HARIMAU
JL.DOMBA
1 4,3 0 m 0 ,80 m ...
...
..........
..........
C ode: H -3
J L. HARIMAU
JL.DOMBA
2 3,4 0 m 1 0,3 0 m
0,30 m 2 ,50 m
C ode : H -5
...
...
.......... ..........
41 Gambar 16. Desain Lorong pada Kelurahan Maricaya
4.5.2. Desain Lorong Kelurahan Rappokalling
Lokasi lorong terdapat pada kelurahan Rappokalling dengan lebar lorong 1,7 meter sehingga lorong ini adalah klasifikasi B. Kondisi fisik lorong seperti terlihat pada gambar 17 yaitu pada satu sisi lorong terdapat dinding dimana rumah tersebut berorientasi kedepan sehingga samping kiri dinding dapat difungsikan sebagai vertical garden sehingga lorong tersebut bersifat ramah lingkungan dengan memperhatikan penghijauan di kawasan lorong tersebut.
Profil Lorong Nama lorong Panjang Lorong lebar lorong Material jalan Vertikal garden : Horizontal garden
: lorong 6, Kelurahan Rappokalling : 94,9 meter
: 1,7 meter.
: paving Block
: material botol plastik daur ulang cabe, terong dan kangkung
: materal ember cat daur ulang dan pot bunga , tanaman hias
Gambar 17. Lokasi dan Kondisi Fisik Lorong pada Kelurahan Rappokalling
42 Desain gerbang pada klasifikasi B adalah Model B1, B2 dan B3. Pada dasarnya desain klasifikasi B menggunakan 2 tiang besi sebagai penyanggah dan memodifikasi tiang seperti pada gambar 18 dibawah ini.
Gambar 18 Desain Lorong Kelurahan Rappokalling 4.5.3. Desain Lorong Kelurahan Maccini Parang
Desain lorong di jalan Muh. Yamin Kelurahan Maccini Parang. Material jalan pada lorong ini adalah paving block dan bidang dinding terdapat pada kedua sisi lorong. saluran air sebagai drainase pada lingkungan lorong ini dengan ukuran lebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm .
43 Profil Lorong:
Jalan Muh. Yamin kelurahan Maccini Parang Kecamatan
Makassar. Lebar jalan 3,5 meter dan panjang 65 meter.
Gambar 21. Lokasi dan Kondisi Fisik Lorong di Kelurahan Maccini Parang Desain lorong pada kelurahan Maccini Parang ini tergolong klasifikasi D.
Gambar 20 menunjukkan alternatif 1 yaitu hasil desain pada lorong ini mewujudkan gerbang model D3, vertikal garden model V2, pola sirkulasi model 4B dan menutup saluran drainase untuk penataan horisontal garden. Alternatif 2 menunjukkan hasil desain lorong pada kelurahan Maccini Parang ini, dengan mengikuti bentuk desain gerbang model D1 dan desain garden model V-3 yaitu vertikal garden dengan menggunakan pipa sebagai pot tanaman. Sedangkan saluran drainase tidak difungsikan sebagai horisontal garden tetapi diperbaiki menjadi saluran tertutup dengan pertimbangan memperluas jalan lorong sehingga masyarakat dapat bersosialisasi dengan baik.
E
Ut
65m
3m
3m
50cm 40cm 40cm
44 Alternatif 1
Alternatif 2
Gambar 20. Desain Lorong Kelurahan Maccini Parang
Desain gerbang alternatif 1 dan 2 merupakan desain yang memperlihatkan masyarakat pada keindahan, ketentraman dan kenyamanan didalam lorong sehingga masyarakat penghuni lorong ini, sangat antusias menjamin kebersihan lorong.
45 BAB V.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan dalam hal desain lorong di seluruh kota Makassar. Dalam mendesain lorong, terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan antara lain desain gerbang, garden, pola jalan dan drainase. Desain gerbang lorong berdasarkan klasifikasi lebar jalan lorong dan variasi bentuk gerbang tergantung kondisi fisik lorong yang akan didesain. Kepedulian tentang ramah lingkungan perlu perhatian dalam hal mendesain lorong, terutama penataan vertikal ataupun horisontal garden.
Dalam mendesain lorong, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain kondisi fisik lorong yang akan didesain, ukuran panjang dan lebar lorong serta kondisi sosial masyarakat, sehingga tercipta model desain lorong di kota Makassar.
Desain lorong sangat berpengaruh terhadap kebersamamaan dan kepedulian masyarakat penghuni lorong, sehingga dalam mendesain lorong, sebaiknya terbentuk open space yang berfungsi publik, hal ini sebagai upaya untuk mendorong masyarakat bersosialisai dengan baik.
46 Daftar pustaka
Adisasmita, Rahardjo, 2010. “Dasar-dasar Ekonomi Transportasi”. Edisi pertama Mei 2010. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Konsep Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan, 2002 Groat, Linda & Wang, David. 2002, Architectural Research Methods. New York:
John Wiley & Sons.
Silas, Johan, 1983, Program Perbaikan Kampung di Surabaya 1969 – 1982, Suatu Intervensi dan Evaluasi Badan Pelaksanaan Pembangunan Program Perbaikan Perbaikan Kampung Pemerintah Kota Madya Tingkat II Surabaya Bekerjasama dengan Institut Tehnologi 10 Nopember Surabaya
Undang Undang Nomor 4 Pasal 22 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman
Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah (UUPD).
Kementrian Dalam Negeri. Jakarta. UU RI No. 27 tahun 2007
Wordpress.com, 2011, Posted on November 2011, Teori-teori Perkembangan Kota,
47
Lampiran 1.
JADWAL PENELITIAN
Rencana penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dan akan dimulai dari bulan Agustus hingga bulan September 2015. Jadwal waktu pelaksanaan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
No. Aktfitas penelitian
Bulan I Bulan II Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Penyusunan laporan 2 Presentasi usulan penelitian 3 Survey Data
4 Penyusunan Data base Lorong-Lorong 5 Analisis Data
6 Perancangan Desain
7 Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Seminar Hasil Penelitian
8 Penyerahan Laporan Penelitian
48
Lampiran 2.
ORGANISASI PENELITIAN
Posisi dan Nama Bidang Keahlian
Penanggung Jawab
Prof. Dr. Sudirman, M.Pi Ketua LP2M UNHAS
Pelaksana Kajian
Ketua Tim Dr. Ir. Nurul Jamala, B,.MT Ilmu Teknik Arsitek Sekretaris Ir. Samsudin Amin, MT Ilmu Perkotaan Anggota Ir. Syavir Latif , MSi Ilmu Teknik Arsitek TenagaPenunjang
Anggota Nurul Mukmin Ilmu Teknik Arsitek
Anggota Jacklin Ilmu Teknik Arsitek
49
Lampiran 3.
Biodata Peneliti (Curriculum Vitae) A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Ir Nurul Jamala B, MT 2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
3 Jabatan Struktural -
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 196409041994122001
5 NIDN 0004096407
6 Tempat dan Tanggal Lahir Makassar, 4 September 1964 7 Alamat Rumah Jl. Bonto Bila No. 4 Makassar 8 Nomor Telepon/Faks/HP (0411) 493936/08164385484
9 Alamat Kantor Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 11 Alamat e-mail [email protected]
13 Mata Kuliah yang Diampu
1. Fisika Bangunan
2. Pengetahuan Lingkungan 3. Teknik Penulisan Ilmiah
4. Desain Simulasi Visual dan Lighting 5. Teori dan Studio Perancangan Arsitektur 3 6. Workshop Desain/ Perancangan Arsitektur
Komprehensif (LBE)
7. Iklim Arsitektur dan Lingkungan 8. Sains Bangunan Tropis
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi
Universitas Hasanuddin
Universitas
Hasanuddin Universitas Gadjah Mada Bidang Ilmu Arsitektur Arsitektur Arsitektur dan Perencanaan Tahun Masuk
– Lulus 1988 – 2002 1997 –2001 2008 – 2014
Judul
Skripsi/Thesis/
Disertasi
Perencanaan Kantor BP-7
Studi Pencahayaaan Alami pada Bangunan Perpusatakaan Pusat Unhas
Pemodelan Kenyamanan Visual Ruang Kerja Kantor di Indonesia
Nama
Pembimbing/
Promotor
- Prof.Dr.Ir.Shirly Wunas DEA - Ir. Suriana
Latanrang, Msi
Prof.Dr.Ir.H.M.Ramli Rahim, M.Eng
- Prof. Ir. Nindyo Soewarno, M.Phil.,Ph.D.
- Ir. Jatmika Adi Suryabrata, M.Eng., Ph.D
- Dr. Ir. Arif Kusumawanto, MT.