• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Penelitian Analisis Isi (Content Analysis)

N/A
N/A
Ahmad Musyahidin

Academic year: 2024

Membagikan "Desain Penelitian Analisis Isi (Content Analysis)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Method · June 2018

DOI: 10.13140/RG.2.2.12201.08804

CITATIONS

136

READS

170,952

1 author:

Jumal Ahmad

Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 40PUBLICATIONS   316CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Jumal Ahmad on 25 June 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

Oleh: Jumal Ahmad

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jl. Kertamukti No.5 Pisangan Barat, Cirendeu Ciputat 15419

Email: ahmadbinhanbal@gmail.com

Abstrak

Analisis isi merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui kecenderungan isi komunikasi. Ada dua pendekatan yang sering digunakan yaitu analisis isi kuantitatif dan analisis isi kualitatif.

Kata Kunci: analisis isi kualitatif, analisis isi kuantitatif

Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan metodologi penelitian lapangan (field research), pada beberapa dasawarsa terakhir para peneliti mengembangkan studi/

analisis isi sebagai sebuah varian dalam penelitian. Jika dalam penelitian lapangan, penelusuran pustaka dimaksudkan sebagai langkah awal dalam menyiapkan kerangka penelitian (research design) untuk memperoleh informasi sejenis, memperdalam kajian teori atau mempertajam metodologi. Dalam analisis isi, penelusuran teks lebih dari sekedar kajian teori dan metodologi, analisis isi sekaligus memanfaatkan sumber kepustakaan tadi sebagai bahan kajiannya.

Tidak kalah dengan penelitian lapangan (field research) yang menggunakan sumber-sumber primer untuk memperoleh data sebagai salah satu keunggulannya, studi teks memiliki keluasan tafsir dan otentisitas sebagai keunggulannya. Maka tak mengherankan jika belakangan studi jenis ini menjadi sangat populer dipakai oleh para ahli di bidang ilmu sosial dan humaniora sebagai bentuk dan jenis kajian baru.

Teks dianggap sebagai wilayah kajian yang menantang para peneliti, dia senantiasa hidup dan dinamis.

(3)

 2  Pengertian

Berikut ini beberapa pengertian analisis isi berdasarkan pendapat dari beberapa ahli:

 Analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Berelson & Kerlinger).

 Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi (ditiru) dan shahih datanya dengan memerhatikan konteksnya (Krippendorf)

 Analisis isi adalah sebuah metode penelitian dengan menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks (Weber)

 Analisis isi adalah pengujian yang sistematis dan dapat direplikasi dari simbol-simbol komunikasi, dimana simbol ini diberikan nilai numerik berdasarkan pengukuran yang valid, dan analisis menggunakan metode statistik untuk menggambarkan isi komunikasi, menarik kesimpulan dan memberikan konteks, baik produksi ataupun konsumsi (Riffe, Lacy dan Fico)

 Teknik sistematis untuk menganalisis suatu pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan mengnalisis isi perilaku kominikasi yang terbuka dari komunikator yang terpilih (Rahmat Kriyantono).

Sejarah

Analisis Isi (content analysis) mempunyai sejarah yang panjang. Neuendrof menyebutkan bahwa analisis isi telah dipakai sejak 4.000 tahun yang lalu pada masa Romawi kuno. Konsep Aristoteles tentang retorika adalah salah satu pemanfaatan analisis isi, dimana pesan dibentuk dan disesuaikan dengan kondisi khalayak.

Sementara Krippendorff melihat bahwa penggunaan analisis isi dapat dilacak pertama kali pada abad XVIII di Swedia, tentang peristiwa menyangkut sebuah buku populer yang berisi 90 himne berjudul Nyanyian Zion (Song of Zion) yang lolos dari sensor negara dan kontroversi di kalangan gereja ortodoks Swedia.

Mereka khawatir jika nyanyian tersebut menyimpang dari ajaran gereja. Kalangan gereja kemudian mengumpulkan sejumlah sarjana untuk meneliti himne tersebut.

Sebagian sarjana menghitung simbol-simbol agama yang ada dalam nyanyian, sementara sarjana lain menghitung simbol yang sama dalam nyanyian resmi dan membandingkannya dengan buku Nyanyian Zion. Ternyata tidak ada perbedaan di antara keduanya.

Perkembangan penting analisis isi terjadi pada abad XIX ketika mulai dibukanya studi mengenai jurnalisme dan surat kabar di Amerika. Sekolah kewartawanan mulai muncul dan menimbulkan kebutuhan penelitian empiris terhadap persuratkabaran, sejak saat itu muncul analisis isi terhadap surat kabar.

Krippendorf secara spesisifk menyebut fase penting analisis isi terjadi pada tahun

(4)

 3 

1920-an ketika para ilmuwan sosial dari berbagai bidang secara tidak langsung menaikkan status analisis isi sebagai metode ilmiah.1

Jenis Analisis Isi

Berdasarkan pendekatan yang digunakan, analisis isi dibagi menjadi dua pendekata yaitu analisis isi kuantitatif (quantitative content analysis) dan analisis isi kualitatif (qualitative content analysis). Dalam perspektif metodologi kuantitatif, analisis isi merupakan salah satu pengukuran variabel, sedangkan dalam metodologi kualitatif, analisis isi berdekatan dengan metode analisis data dan metode tafsir teks.

Analisis isi yang kuantitatif lebih banyak digunakan oleh para peneliti ilmu sosial yang positivisme, sedangkan metode analisis isi yang kualitatif lebih banyak digunakan oleh mereka yang anti positivisme.2

Analisis Isi Kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah dari sampel atau populasi yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan survei untuk menentukan frekuensi dan presentasi tanggapan mereka. Pengambilan datanya disebut penelitian kuantitatif.3

Analisis isi (content analysis) pada awalnya berkembang dalam bidang surat kabar yang bersifat kuantitatif. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.4

Lockyer mengembangkan analisis isi lebih mendalam dengan menyebutkan bahwa analisis isi yang dimaksudkan tidak saja berupa narasi tertulis yang diambil dari koran, majalah, acara TV, naskah pidato, tetapi juga melebar hingga arsitektur, model pakaian, bahkan perkantoran, rumah makan dan sarana-sarana di ruang publik. Misalkan kita ingin mengetahui apakah lagu-lagu di Indonesia saat ini lebih berorientasi cinta atau kritik sosial, apakah sinetron di televisi lebih mengungkapkan kehidupan hedonistis daripada realistis, apakah surat kabar A menunjukkan sikap konservatif, apakah pidato tokoh politik cenderung menggunakan kata-kata abstrak dan sloganistis, dan sebagainya.

Analisis isi kuantitatif menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Maka tidak terlalu mementingkan kedalaman

1Eriyanto, Analisis Isi: Pengangar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, hal. 4-6 dan Krippendorf 2004 hal. 7

2 Henri Subiakto, - (1990) Analisis Isi Siaran Berita Nasional Televisi Republik Indonesia. FISIP UNAIR, Surabaya. Hal.165

3 Yearry Panji, Pendekatan Kuantitatif, Modul Metode Penelitian Komunikasi Univ Mercubuana, FIK, 2011, hal. 3

4 Imam Suprayogo, Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2001, hal. 6

(5)

 4 

data atau analisis. Peneliti lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil penelitian dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi.5

Maka secara umum analisis isi kuantitatif adalah teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Analisis isi ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis komunikasi yang tampak (manifest), dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel dan dapat direplikasi.6

Karena peneliti harus menjaga sifat objektif dan valid maka dalam analisis data, peneliti tidak boleh mengikutsertakan analisis dan interpretasi yang bersifat subjektif sehingga hasil analisis benar-benar obyektif dan bila dilakukan penelitian oleh peneliti lainnya, hasilnya relatif sama atau tidak jauh berbeda. Analisis isi harus dikuantitatifkan ke dalam angka-angka, misalnya “70% berita Media Indonesia adalah bertema ekonomi”.

Dari pengertian di atas kita bisa mengklasifikasikan karakteristik penelitian analisi isi kuantitatif sebagai berikut:

1. Prinsip Sistematik

Hal ini diartikan bahwa perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Penelitian ini tidak dibenarkan melakukan analisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diteliti serta telah ditetapkan dalam memilih populasi dan sampel.

2. Prinsip Objektif

Ini berarti hasilnya tergantung pada prosedur penelitian bukan pada orangnya, yaitu ketajaman kategorisasi yang ditetapkan, sehingga orang lain dapat menggunakannya apabila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama pula walaupun penelitiannya berbeda.

3. Kuantitatif

Diartikan dengan mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan.

4. Isi yang Nyata (Manifest)

Yang diteliti dan yang dianalisis adalah isi yang tersurat, tampak, bukan makna yang dirasakan oleh peneliti, hasil akhir dan analisisnya nanti menunjukkan adanya suatu isi yang tersembunyi, hal ini dibenarkan namun semuanya bermula dari analisis yang nyata.

5. Replikabel

5 Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2006, hal. 57

6Eriyanto, Analisis Isi: Pengangar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, hal. 15

(6)

 5 

Penelitian dengan temuan tertentu dapat diulang dan menghasilkan temuan yang sama pula. Hasil-hasil dari analisis isi sepankang menggunakan bahan dan teknik yang sama, harusnya menghasilkan hasil yang sama. Temuan yang sama ini berlaku untuk peneliti yang berbeda, waktu yang berbeda dan konteks yang berbeda.

6. Perangkuman

Analisis isi umumnya dibuat untuk membuat gambaran umum karakteristik dari suatu isi/ pesan. Analisi isi tidak berpetensi menyajikan secara detail satu atau beberapa kasus isi. Analisi isi bertipe nomotetik yang ditujukan membuat generalisasi dari pesan, bukan jenis idiographic yang umumnya membuat gambaran detail dari fenomena.

Analisis isi mengupas suatu teks dengan objektif untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi apa adanya, tanpa campur tangan peneliti. Penelitian menghilangkan bias, keberpihakan dan kecenderungan tertentu dari peneliti. Hasil analisis isi benar-benar mencerminkan isi dari suatu teks dan bukan akibat subjektifitas peneliti.

Untuk mendapatkan hasil yang objektif, ada dua aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu validitas dan reabilitas. Validitas berkaitan dengan apakah analisis isi mengukur apa yang benar-benar diukur. Sementara reabilitas berkaitan dengan apakah analisis isi akan menghasilkan temuan yang sama walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda.7 Misalnya, penelitian tentang Pilkada Jakarta, peneliti yang berbeda (satu orang Indonesia dan satu orang luar negeri) yang meneliti bahan yang sama, seharusnya menghasilkan temuan yang sama. Meskipun latar belakang berbeda, hasil dari analisi isi haruslah sama. Hal ini karena analisis isi didasarkan pada penelitian yang objektif dan menghilangkan bias atau kecenderungan subjektif peneliti.

Maka secara umum, penilaian validitas penelitian kuantitatif dapat dilihat dalam validitas internal dan validitas eksternal berikut:

1. Validitas internal, mencakup:

a. Apakah alat ukur sesuai dengan apa yang diukur.

b. Pemilihan teori dan konsep.

c. Pengukuran konsep (reabilitas) yaitu pada definisi operasional.

2. Validitas eksternal

a. Pemilihan sampel, apakah sudah representati atau belum, karena riset kuantitatif dimaksudkan untuk melakukan generalisasi hasil riset,

7 Eriyanto, Analisis Isi: Pengangar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan

Ilmu Sosial Lainnya, hal. 26

(7)

 6 

artinya temuan data pada kelompok sampel tertentu dianggap mewakili populasi yang lebih besar.

b. Kemungkinan penelitian mampu diterapkan pada konteks dan waktu yang berbeda, dan bahwa jika ada peneliti yang melakukan penelitian yang sama maka ada kemungkinan bahwa hasil temuannya tidak akan jauh berbeda.

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan analisis isi ini, yaitu:

1. Merumuskan masalah penelitian;

2. Melakukan studi pustaka;

3. Menentukan unit observasi dan unit analisis;

4. Menentukan sampel;

5. Menentukan variabel;

6. Membuat kategorisasi dan pedoman pengodingan;

7. Mengumpulkan data;

8. Melakukan koding data (data coding);

9. Mengolah data;

10. Menyajikan data dan memberikan interpretasi

11. Dan terakhir adalah menyusun laporan hasil penelitian.

Maka dapat disimpulkan bahwa analisis isi kuantitatif lebih memfokuskan pada isi komunikasi yang tampak (tersurat/manifest/nyata). Sedangkan untuk menjelaskan hal-hal yang sifatnya tersurat (laten), misalkan ideologi atau politik bahasa yang terkandung dalam suatu berita, maka dilakukan analisis isi kualitatif.

Dalam perkembangan studi ilmu komunikasi, metode analisis isi kualitatif berkembang menjadi beberapa varian metode yang akan dibahas pada bagian analisis isi kualitatif, antara lain: analisis isi wacana, analisis isi semiotika dan analisis isi hermeneutika.

Contoh Analisis Isi Kuantitatif

Berikut ini contoh analisis isi kuantitatif oleh Darwis Sagita yang meneliti kecenderungan isi berita media online tentang pernyataan Gubernur Ahok ketika mengutip Al-Quran Surat Al-Maidah Ayat 51 dengan judul “Analisis Isi Berita Pernyataan Kontroversial Gubernur Basuki Cahya Purnama tentang Isu Penistaan Agama pada Media Online”.8

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan teknik analisis isi kuantitatif, penelitian deskriptif digunakan untuk mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara dalam masyarakat dan situasi tertentu, termasuk

8 Darwis Sagita, Analisis Isi Berita Pernyataan Kontroversial Gubernur Basuki Cahya Purnama tentang Isu Penistaan Agama pada Media Online, Jurnal Ilmu Komunikasi, FISIP UNTIRTA

(8)

 7 

hubungan, kegiatan, sikap dan pandangan yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.

Konstruksi Kategori

Konstruksi kategori merupakan alat yang digunakan untuk mengupas permasalahan penelitian, kategori berfungsi memilah isi pesan yang tersurat menjadi gambaran (berupa data) yang dapat dianalisa untuk menjawab permasalahan yang diajukan. Menurut Stempel, ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat kategori yaitu: 1) kategori harus relevan dengan tujuan-tujuan studi, 2) kategori-kategorinya hendaklah fungsional, dan 3) sistem kategori-kategorinya harus dapat dipakai. Dalam penelitian terhadap analisis isi berita pernyataan kontoversial Gubernur Basuki Cahaya Purnama tentang isu penistaan agama ini Darwis Sagita membuat konstruksi kategori perihal Perspektif Pemberitaan.

Selain itu, Darwis Sagita menggunakan tiga unit analisis isi yaitu topik, narasumber dan nada pemberitaan.

1. Unit analisis Topik merupakan langkah awal untuk menuju pada topik awal dalam pemberitaan keseluruhan. Ketika telah masuk dalam pemberitaan secara keseluruhan, selalu akan dijumpai narasumber, biasanya orang yang terlibat dalam peristiwa.

2. Unit analisis Narasumber digunakan sebagi alat pelacak untuk menangkap perspektif pemberitaan. Unit analisis ketiga yaitu nada pemberitaan. Dalam melaporkan suatu peristiwa, wartawan secara sadar maupun tidak sadar memberikan penilaian sebagai ekspresi dari apa yang diyakininya. Penilain dalam surat kabar dapat berupa mendukung atau memihak (seperti pujian,simpati, suka, setuju, menerima), sikap tidak mendukung atau tdak memihak (seperti sinis,antipati, tidak suka, tdak stuju, menolak), dan sikap netral yang tidak memihak atau mendukung.

3. Unit analisi Nada Pemberitaan merupakan representasi wartawan yang didasari ideologi, pengetahuan, gagasan, dan keyakinan yang dimiliki pribadi wartawan maupun intuisinya.

Media online yang diteliti adalah kompas.com dan republika.co.id, dengan batasan waktu penelitian tanggal 7-21 Oktober 2016. Sehingga menghasilkan populasi penelitian pada kompas.com sebanyak 22 berita, sedangkan pada republika.co.id sebanyak 32 berita. Kemudian rumus sampel yang peneliti pilih adalah total sampling, sehingga jumlah keseluruhan yang ada pada kedua populasi merupakan sampel pada penelitian ini.

Contoh Berita Penistaan Agama di kompas.com

(9)

 8 

No Hari/Waktu terbit Judul Berita

1 Senin, 10/10/2016 GP Ansor DKI Berharap Ahok Jadikan Kasus Pengutipan Ayat sebagai Pelajaran

2 Selasa, 11/10/2016 Ahok Berjanji Tak akan Lagi Kutip Ayat Kitab Suci 3 Jumat, 7/10/2016 Ahok Bantah Menghina Kitab Suci

Contoh Berita Penistaan Agama di republika.com

No Hari/Waktu terbit Judul Berita

1 Jumat, 21/10/2016 JK Samakan Ahok dengan Trump

2 Kamis, 20/10/2016 Pakar Hukum; Ahok Bisa Bebas Jika Dinyatakan Gila oleh Ahli

3 Rabu, 19/10/2016 Soal Al Maidah, MS Kaban: Adili Ahok demi NKRI Berdaulat

Dalam unit analisis isi tentang topik berita, Sagita menemukan bahwa pada kompas.com pada topik berita lebih banyak mengangkat tentang bantahan Gubernur Ahok sebesar 19% dan Persiapan pihak Kepolisian dalam mengamankan aksi yang dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2016 sebesar 19% pula. Sedangkan republika banyak berfokus pada perihal pelaporan Gubernur Ahok yang dianggap telah menistakan agama Islam sebanyak 38%,melebihi isi berita yang mengangkat isu penistaan agama itu sendiri sebanyak 18%.

Dalam unit analisis isi tentang narasumber, Sagita menemukan bahwa kompas.com banyak memilih sudut pandang Gubernur Ahok dan kepolisian.

Gubernur Ahok yang dilaporkan pada isu penistaan agama diberikan porsi narasumber cukup besar sebesar 38%, namun tidak demikian pada porsi narasumber dari unsur yang melaporkan. Adapun republika.co.id, lebih memilih sudut pandang berita dari unsur yang melaporkan isu penistaan agama oleh Gubernur Ahok, yang didominasi oleh Organisasi Masyarakat (ORMAS) Islam dengan frekuensi kemunculan sebanyak 40%.

Dalam unit analisis isi tentang nada berita, Sagita menemukan bahwa nada berita positif tentang Gubernur Ahok sangat terlihat besar frekuensi kemunculannya pada kompas.com yaitu sebesar 45%, dibandingkan pada republika.co.id yang hanya sebesar 3%. Maka kompas.com secara subjektifitas dari perspektif wartawannya memiliki keberpihakan terhadap Gubernur Ahok yang berbeda dengan subjektifitas wartawan republika.co.id.

(10)

 9 

Analisis Isi Kualitatif

Penelitian kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif.9 Dimana peneliti berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya sehingga penelitian ini sangat memperhatikan proses, peristiwa, dan otensitas.

Menggunakan metode analisis isi harus mengamati fenomena komunikasi, dengan merumuskan dengan tepat apa yang diteliti dan semua tindakan harus didasarkan pada tujuan tersebut.

Selanjutnya memilih unit analisis yang akan dikaji, memilih objek penelitian yang menjadi sasaran analisis. Apabila objek penelitian berhubungan dengan data-data verbal maka perlu disebutkan tempat, tanggal dan alat komunikasi yang bersangkutan. Namun, kalau objek penelitian berhubungan dengan pesan- pesan satu dalam suatu media, perlu dilakukan identifikasi terhadap pesan dan media yang mengantarkan pesan itu.

Krippendorf menyebutkan beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis isi, yaitu:

1. Analisis Isi Pragmatis; Di mana klasifikasi dilakukan terhadap tanda menurut sebab akibatnya yang mungkin. Misalnya, berapa kali suatu kata tertentu diucapkan yang dapat mengakibatkan munculnya sikap suka tehadap suatu produk.

2. Analisis Isi Semantik; Dilakukan untuk mengklasifikasikan tanda menurut maknanya.

3. Analisis Sarana Tanda; Dilakukan untuk mengklasifikasikan isi pesan melalui sifat psikofisik dari tanda, misalnya berapa kali kata cantik muncul, kata seks muncul.10

Metode Analisis Isi Kualitatif

Metode analisis isi kualitatif yang penulis bahas dalam makalah ini adalah Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analsis Hermeneutika.

Analisis Semiotik (Semiotic Analysis)

Semiotika adalah ilmu tentang tanda. Istilah ini diambil dari kata Yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda ada dimana-mana, bisa berupa kata, gambar, bunyi, struktur karya sastra, struktur film, struktur musik dan sebagainya. Semiotik juga merupakan suatu ilmu yang mengkaji gejala kebudayaan dengan memahami makna tanda-tanda kehidupan. Semiotik sering digunakan sebagai sebuah pendekatan dalam analisis teks, baik verbal maupun non verbal. 11

9 Cresswell, John W, Research Design: qualitative, quantitative and mixed method approaches,SAGE Publications, 1994, hal. 4

10 Krippendorff, Klaus,Content Analysis: an introduction ot its Methodology, SAGE Publucations, 1991:34-37

(11)

 10 

Menilik sejarahnya, semiotika berkembang dari dua tokoh utama: Charles Sanders Peirce mewakili tradisi Amerika dan Ferdinand de Saussure mewakili tradisi Eropa. Istilah semiotika sendiri diperkenalkan oleh Peirce, sedangkan Saussure menamai pemikirannya dengan istilah semiologi.

Terobosan penting dalam semiotika adalah digunakannya linguistik sebagai model untuk diterapkan pada fenomena lain diluar bahasa. Dalam arti, suatu makna diproduksi dari konsep-konsep dalam pikiran seorang pemberi makna melalui bahasa. Representasi merupakan hubungan antara konsep-konsep dan bahasa yang memungkinkan pembaca menunjuk pada dunia yang sesungguhnya dari suatu obyek, realitas, atau pada dunia imajiner tentang obyek fiktif, manusia atau peristiwa.12

Semiotika di bidang komunikasi tidak terbatas, misalnya saja bisa mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa, komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada musik. Contoh penelitian analisis dengan metode semiotika dalam bidang komunikasi adalah penelitian iklan sabun kecantikan yang dilakukan oleh Aquarini (2004). Ia mengambil sejumlah sampel iklan sabun mandi LUX yang dibintangi Tamara Blezinsky dan iklan sabun GIV yang dibintangi oleh Sophia Latjuba, iklan ini dipiliha karena menurut Aquarini kedua model ini adalah wanita berdarah asing yang berkulit putih dan Aquarini melihat bagaimana iklan yang menampilkan artis cantik ini menampilkan citra keunggulan kulit putih, kulit putih direpresentasikan sebagai yang disukai, diinginkan dan citra ideal perempuan.13

Dalam Kajian Islam, pendekatan semiotika pernah dilakukan oleh Muhmmad Arkoun, lewat kajiannya ia berupaya melihat setiap teks dalam konteksnya masing-masing. Karena teks al-Qur'an tidak hanya bisa dilihat dari individualitasnya, teks selalu berada dalam jaringan terbuka yang merupakan infinitas tertinggi bahasa dan terstruktur terus-menerus. Al-Qur'an telah berdialog dengan realitas, menciptakan perubahan makna yang ditransformasikan dari makna linguistik dalam bahasa Arab kepada makna baru, dengan demikian teks telah merekonstruksi dan mentransformasikan sistem budaya tempat ia sebelumnya terbentuk.14

11 Khusnul Khotimah, Semiotika: Sebuah Pendekatan dalam Studi Agama, Jurnal Komunika, Vol.2 No 2 Jul-Des 2008 pp.277-289

12 Arif Budiono, Penafsiran Al-Quran melalui pendekatan Semiotika dan Antropologi (Telaah Pemikiran Muhammad Arkoun), Miyah Vol.XI No.02 Agustus 2015 hal. 281-306

13 Eriyanto, Analisis Isi: Pengangar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan

Ilmu Sosial Lainnya, hal. 29

14 Arif Budiono, Penafsiran Al-Quran melalui pendekatan Semiotika dan Antropologi (Telaah Pemikiran Muhammad Arkoun), Miyah Vol.XI No.02 Agustus 2015 hal. 281-306

(12)

 11 

Asumsi lainnya mengatakan bahwa teks yang sedang dibaca adalah suatu korpus (al-Qur‟an) yang bersifat terbuka. Di dalam teks Qur‟ani mengatakan sesuatu, mengungkapkan suatu komunikasi, memberikan sesuatu untuk dipikirkan.

Isi komunikasi inilah yang harus terus menerus dieksplorasi ketika membaca suatu teks.15

Analisis Wacana (Discourse Analysis)

Analisis wacana (discourse analysis) adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana (discourse) yang terdapat atau terkandung dalam pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual.16

Analisis wacana barangkali merupakan kelanjutan dari analisis semiotika, karena secara historis memang lahirnya didahului oleh analisis semiotika. Dalam perkembangannya, analisis wacana memang cenderung untuk mengambil posisi sebagai metode penggali kerja ideologi dan hubungan kekuasaan dalam teks.

Kendati demikian, banyak istilah yang secara mendasar diambil dari tradisi semiotika. Dalam beberapa hal, analisis semiotika berkemungkinan untuk menggali ideologi di balik teks, sehingga batas yang tegas antara kedua jenis analisis itu memang agak kabur. Preskripsi sederhana untuk memperlihatkan perbedaan keduanya kira-kira adalah bahwa analisis semiotika berupaya melihat aspek „what

dan „how‟ dari teks, sementara analisis wacana cenderung kepada menjawab pertanyaan tentang „how‟ dan „why‟ dari teks.

Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti.17

Beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut.

1. Analisis wacana lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi.

2. Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi).

15Khusnul Khotimah, Semiotika: Sebuah Pendekatan dalam Studi Agama, Jurnal Komunika, Vol.2 No 2 Jul-Des 2008 pp.277-289

16 Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Jogjakarta: Cet. II, 2008, LkiS, hal. 170

17 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2001).

(13)

 12 

3. Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how).

4. Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif diarahkan untuk membuat generalisasi.

Salah satu pendekatan dalam analisis wacana adalah pendekatan fenomenologi, yang menganggap subjek memiliki intensi-intensi yang mempengaruhi bahasa atau wacana yang diproduksinya. Dalam pandangan ini subjek memiliki peran yang penting karena ia dapat melakukan kendali-kendali atas apa yang diungkapkannya, atas apa yang ia maksud, atas bagimana maksud itu dikemukakan, apakah secara terselubung atau eksplisit.18

Contohnya adalah analisis wacana terhadap pernyataan mantan presiden Soeharto mengajak semua pihak untuk menghormati konsensus nasional tentang keberadaan tiga kekuatan politik, yakni dua partai politik (PDI, P3) dan Golkar. Ia menegaskan penolakannya terhadap gagasan pembentukan partai politik baru.

Katanya: "Marilah kita semua menghormati konsensus nasional yang telah kita mufakati dengan susah payah dan memakan waktu panjang. Janganlah konsensus nasional ini kita kotak-katik lagi hanya untuk memenuhi ambisi-ambisi pribadi dan golongan. Jika kita belum puas dengan peranan ketiga wadah kekuatan politik yang kita miliki, marilah kita perbaiki wadah yang telah ada. Bukan dengan membuat wadah baru yang sama sekali tidak jelas dukungannya dari rakyat" (Kompas Online, 18 Agustus 1996).

Seorang peneliti bisa mengajukan beberapa pertanyaan dari pidato Soeharto di atas. Apakah konsensus dan mufakat memang nyata dan benar ada dengan mempertimbangkan keterwakilan rakyat? Ataukan konsensus tersebut adalah konsensus semu? Melalui analisis wacana fenomenologis ini dapat diungkap apa kira-kira maksud Soeharto mengajak masyarakat untuk melestarikan konsep dua parpol Golkar dan untuk tidak berpikiran membentuk partai baru.

Analisis Hermeneutika

Secara umum Hermeneutika didefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat tentang interpretasi makna. Kata hermeneutika berasal dari kata kerja Yunani hermeneuien yang memiliki arti menafsirkan, menginterpretasikan atau menterjemahkan.19

18 Widyastuti Purbani, Analisis Wacana/ Discourse Analysis, Makalah Lokakarya Penelitian di UBAYA, Surabaya , 28 Januari 2005. Link.

http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/dr-widyastuti-purbani-ma/discourse- analysis.pdf diunduh 25 April 2018

19 Edi Mulyono, M.Ag., dkk., Belajar Hermeneutika: Dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies, Cetakan kedua, (Jogjakarta:IRCiSoD, 2013), hal. 15

(14)

 13 

Hermeneutika memiliki asosiasi etimologis dengan nama dewa mitologi Yunanti, Hermes, yang bertugas menyampaikan dan menerjemahkan pesan-pesan Tuhan kepada manusia ke dalam bahasa yang dapat dimengerti manusia. Fungsi Hermes sangat penting, sebab bila terjadi kesalah-pahaman tentang pesan dewa akan berakibat sangat fatal bagi seluruh kehidupan manusia. Untuk itu, Hermes harus bisa merepresentasikan pesan Tuhan ke dalam bahasa pendengarnya.20

Contoh penelitian dengan pendekatan Hermeneutika dalam bidang Ilmi Sosial adalah “Hermeneutika Gadamerian, Kuasa Bahasa dan Wacana Politik Gus Dur” oleh Prof. Dr. Mudjia Rahardjo, M.Si. bahwa dalam proses interpretatif, menurut Gadamer, terjadi interaksi antara penafsir dan teks, dimana penafsir mempertimbangkan konteks historisnya bersama dengan prasangka-prasangka sang penafsir seperti tradisi, kepentingan praktis, bahasa dan budaya. Maka penelitian ini bermaksud memahami wacana Abdurrahman Wahid lewat pendekatan kebahasaan dengan menggunakan metode hermeneutika Gadamer.21

Pendekatan hermeneutik merupakan satu metode penafsiran yang berangkat dari analisa bahasa dan kemudian melangkah kepada analisa konteks, untuk selanjutnya "menarik" makna yang didapat kedalam ruang dan waktu saat pemahaman dan penafsiran tersebut dilakukan. Jika pendekatan ini dipertemukan dengan kajian teks al-Qur'an, maka persoalan dan tema pokok yang dihadapi adalah bagaimana teks al-Qur'an hadir ditengah masyarakat, lalu dipahami, ditafsirkan, diterjemahkan dan didialogkan dengan dinamika realitas historisnya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan tiga hal yang menjadi asumsi dasar dalam penafsiran, yakni : 1). Manusia sebagai penafsir ayat. 2). Penafsiran tidak akan lepas dari kajian bahasa, sejarah dan tradisi, 3). Tidak ada teks yang menjadi wilayah bagi dirinya sendiri.22

Contoh pendekatan hermeneutik dalam studi Islam adalah “Hermeneutika Qur'ani : antara teks, konteks, dan kontekstualisasi : melacak hermeneutika Tafsir Al-Manar dan Tafsir Al-Azhar” oleh Fakhruddin Faiz. Dalam kajiannya, Faiz menyebutkan bahwa cara Tafsir al-Manar dan Tafsir al-Azhar dalam mengolah teks yang berbentuk kata, kalimat ataupun ayat dan surat, dan kedua tafsir tersebut secara umum berupaya menggali dan melacak makna yang ada di balik apa yang disimbolkan oleh teks. Kedua tafsir tersebut bercorak hermeneutik, sebab kedua tafsir tersebut dari aspek teks, kontek, dan kontektualisasi kedua tafsir tersebut amat

20 Abdurrahman al-Baghdadi dan Adian Husaini, Hermeneutika dan Tafsir Al- Quran, Jakarta: Gema Insasi Press, 2006, hal. 7

21 Mudhia Rahardjo, Hermeneutika Gadamerian, Kuasa Bahasa dan Wacana Politik Gus Dur, UIN Malang Press: Malang, 2007, hal. 17

22 Fahruddin Faiz, Hermeneutika al-Qur'an, Tema-Tema Kontroversial (Sleman:

alSAQ Press, 2005), h. 15

(15)

 14 

kental, walaupun tak dapat diingkari bahwa ketiga aspek tersebut masih jarang dapat berjalan secara bersama-sama.23

Kelebihan dan Kelemahan Desain Penelitian Content Analysis

Apabila dibandingkan dengan penelitian lapangan, analisis isi relatif lebih mudah dilakukan serta memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1. Lebih hemat waktu, tenaga dan biaya;

2. Analisis isi lebih aman dilakukan;

3. Analisis isi memungkinkan kita meneliti dalam jangka waktu yang sangat panjang;

4. Analisis isi tidak memiliki efek sosial karena objeknya bersifat pasif.

Meskipun demikian, analisis isi memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1. Peneliti memiliki keterbatasan kemampuan merekam data; pada masalah validitas data;

2. Informasi yang digali sangat banyak, sehingga memerlukan kehati-hatian dan kejelian peneliti terutama saat melakukan koding data.

23 Fakhruddin Faiz, Hermeneutika Qur'ani : antara teks, konteks, dan kontekstualisasi : melacak hermeneutika Tafsir Al-Manar dan Tafsir Al-Azhar, Yogyakarta:

Qalam, 2002

(16)

 15  Review Tesis

Profil Tesis

Judul : Propaganda Islam Radikal di Media Siber (Studi atas arrahmah.com)

Penulis : Abraham Zakky Zulhazmi

Konsentrasi : Agama dan Media Program Magister Pengkajian Islam Pembimbing : Dr. Arief Subhan, MA

Tahun : 2015 M

Universitas : SPs UIN Syarif Hidayatullah

Analisis Metode Content Analysis

Dalam tesis ini, Zulhazmi mengungkapkan hasil penelitiannya tentang media siber (internet) sebagai saluran propaganda Islam radikal dengan menjadikan Arrahmah.com sebagai subjek penelitian.

Propaganda dalam tesis ini menggunakan teori Harold Lasswell yang menyebut propaganda adalah kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang kongkret dan akurat melalui sebuah cerita, gambar atau bentuk lain yang biasa digunakan dalam komunikasi sosial. Propaganda merupakan teknik mempengaruhi kegiatan manusia dengan manipulasi representasi. (hlm. 32)

Dengan teori ini, Zulhazmi ingin meneliti bagaimana Arrahmah.com menarasikan Jihad dan teknik propaganda apa yang dia pakai dengan membuat rumusan masalah berikut: 1) Bagaimana teknik propaganda yang digunakan Arrahmah.com dalam rubrik Jihad Zone?, dan 2) Bagaimana Arrahmah.com menarasikan makna jihad dalam Jihad Zone?

Pendekatan yang digunakan adalah fenomenologi, sosiologi, teologi dan komunikasi. Fenomenologi digunakan untuk melakukan pengelompokan secara sistematik tentang karakteristik data untuk menggambarkan watak keagamaan manusia, Sosiologi digunakan untuk menjembatani suatu ketegangan guna menghasilkan solidaritas sosial, Teologis untuk memahami agama, sistem konseptual agama dan antar agama, dan Komunikasi digunakan untuk melihat permasalahan dari sudut pandang komunikasi, karena propaganda yang menjadi salah satu rumusan masalah penelitian ini menjadi bagian dari kegiatan komunikasi.(hlm. 39)

Sumber data primer diambil dari teks di laman resmi Arrahmah.com pada rubrik Jihad Zone bulan Oktober-Desember 2014 dan dianalisis menggunakan content analysis kualitatif dengan metode naratif yaitu analisis mengenai cara dan struktur bercerita dari suatu teks. Model analisis naratif yang digunakan adalah model oposisi biner dari Levi-Strauss. Levi-Strauss membagi struktur suatu narasi menjadi dua bagian yaitu struktur luar (surface structure) dan struktur dalam (deep

(17)

 16 

structure). Struktur luar adalah relasi antar unsur yang dapat kita bangun berdasarkan ciri-ciri empiris dari relasi tersebut. Struktur dalam adalah susunan tertentu yang kita bangun berdasarkan struktur lahir yang kita buat, namun tidak tampak secara empiris dari fenomena yang kita pelajari.

Levi-Strauss berpendapat bahwa relasi-relasi yang berada dalam struktur dalam (deep structure) dapat disederhanakan menjadi oposisi berpasangan (binary opposition). Oposisi biner dapat menyingkap bagaiamana manusia berpikir, bagaiamana manusia memproduksi makna dan memahami realitas. Setiap narasi (fakta atau fiksi) pasti memiliki oposisi biner yang dapat dilihat dari rangakaian relasi di antara kata, kalimat, gambar dari narasi. Ada tiga tahapan menemukan oposisi biner:

1. Mencari miteme (mytheme). Sebagaimana bahasa, suatu narasi atau cerita juga mempunyai unsur terkecil yang disebut miteme, bisa berupa kalimat, adegan atau rangkaian kalimat.

2. Mencari relasi di antara miteme-miteme yang sudah ditemukan. Misalnya kata „menikah‟ dicari relasi dengan miteme yang lain seperti „memelihara‟

dan sebagainya. Suatu narasi tidak pernah memberikan makna tertentu yang sudah mapan, narasi hanya memberikan kisi.

3. Menyusun miteme-miteme tersebut secara sintagmatik dan paradigmatik.

Sintagmatik artinya menyusun kata, kalimat, gambar secara sekuan, dan paradigmatik artinya menempatkan miteme sesuai posisi dan paradigmanya dalam suatu makna. (hlm. 40-41)

Zulhazmi kemudian melakukan analisis isi dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang membicarakan fokus penelitian yaitu model dan teknik propaganda dan disusun sesuai bahasan yang telah ditentukan secara sistematis. Selanjutnya data yang telah diidentifikasi dan disusun secara sistematis tersebut diabstraksikan dengan menganalisis data satu dengan lainnya dengan analisis mendalam, lalu dikonklusikan sebagai kesimpulan sementara.

Terdapat sejumlah teknik yang digunakan dalam membuat propaganda yaitu:

Name Calling yaitu teknik propaganda dengan memberikan ide atau label yang buruk. Severin dan Tankard memberikan contoh terorisme dan teroris yang dengan mudah disematkan kepada orang atau kelompok tertentu.

Glittering Generalities yaitu mengasosiasikan sesuatu dengan suatu „kata bijak‟ yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Contoh slogan PKB dengan

„politik rahmatan lil alamin‟ sebagai glittering generalities partai yang mengusung Islam moderat.

Transfer yaitu kekuasaan, sanksi dan pengaruh sesuatu yang lebih dihormati dan dipuja dari hal lain agar membuat „sesuatu‟ lebih bisa

(18)

 17 

diterima. Contohnya dakwah Wali Songo menggunakan media wayang dan kearifan lokal agar Islam dapat diterima masyarakat.

Testimoni yaitu perkataan seseorang yang dihormati atau dibenci bahwa ide/program/produk itu baik atau buruk.

Plain Folk yaitu teknik propaganda dengan cara memberi identifikasi terhadap suatu ide. Contohnya slogan rumah besar umat Islam yang diusung PPP sebagai upaya mengindentikkan milik komunikan, seolah semua rakyat Indonesia yang beragama Islam mendukung dan memilih PPP.

Card Stacking yaitu seleksi dan kegunaan dari fakta atau kepalsuan, masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik suatu gagasan, program, manusia dan barang.

Bandwagon yaitu teknik propaganda dengan membesarkan secara berlebihan kesuksesan yang dicapai oleh seseorang, lembaga atau organisasi. (hlm. 59-65)

Zulhazmi menemukan bahwa bentuk-bentuk tulisan dari Arrahmah.com merupakan bentuk propaganda dengan „simbol-simbol‟ pada tulisan mereka.

Misalnya, Arrahmah.com menggunakan kata „mujahidin‟ untuk mereka yang berjihad dan membela kebenaran, dan menggunakan kata „musuh‟ dan „kafir‟ untuk pihak lawan. (hlm. 87-88) kemudian Arrahmah.com terkesan menyederhanakan permasalahan Timur Tengah sebagai perang antara Islam dan musuh Islam, sementara para ahli Timur Tengah menyebut konflik di Timur Tengah sangat rumit dan tidak sederhana dan menurut Zulhazmi, rubrik Jihad Zone adalah propaganda belaka. (hlm. 115)

Zulhazmi menyimpulkan bahwa Arrahmah.com menggunakan teknik propaganda name calling, bandwagon, glittering generalities, testimoni, plain folk, dan card sticking dalam tulisan-tulisannya yang dia lacak pada rubrik Jihad Zone pada bulan Oktober – Desember 2014. Teknik name calling (memberi label buruk kepada pihak tertentu) menjadi teknik yang paling sering digunakan. Sebaliknya, bandwagon (membaguskan kelompok tertentu) mereka gunakan untuk memberi citra baik kelompok yang mereka anggap kawan. Teknik glittering Analities untuk mengidentifikasi dirinya sebagai segala sesuatu yang baik dan positif dengan tujuan mempengaruhi persepsi masyarakat berpihak padanya, teknik propaganda lainnya yang digunakan Arrahmah.com adalah transfer dan testimoni. (hlm. 118 – 122)

Kemudian Zulhazmi meneliti konten rubrik Jihad Zone dengan analisis naratif Levi-Strauss atau oposisi biner, dalam model oposisi biner terdapat konsep sitagmatik dan paradigmatik. Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara suatu tanda dengan tanda lain dalam suatu kesatuan (linear). Sementara hubungan paradigmatik adalah relasi tanda-tanda dalam suatu paradigma; unit-unit memiliki kesamaan karakteristik yang menentukan keanggotaannya dalam paradigma tersebut.

(19)

 18  Contoh:

Analisis Naratif Model Oposisi Biner Ihya E Khilafat, Gebrakan Baru Taliban Pakistan Taliban Pakistan menyadari perang

pemikiran melalui media semakin gencar dilakukan kaum kuffar.

Taliban Pakistan menerbitkan majalah Ihya E Khilafat dalam bahasa non Urdu, memberitahukan realitas Jihad di Pakistan.

Taliban Pakistan menganggap kaum kuffar akan kalah dalam pertempuran media setelah terbitnya majalah tersebut.

Taliban Pakistan mengutip “ Islam lebih unggul dan tidak pernah bisa dilampaui”.

Selanjutnya, Zulhazmi menemukan bahwa Arrahmah.com dalam rubrik Jihad Zone memaknai Jihad secara sempit dengan arti perang padaha jihad dalam arti perang hanya diperbolehkan dalam situasi terpaksa dimana eksistensi, harkat dan martabat pribadi dan komunitas terancam.

Review

Zulhazmi kurang mendalam ketika menganalisa dengan analisis naratif dari Levi-Straus dan menampilkan tabel analisis naratif tanpa memberikan penjelasan, narasi dan maksud dari tabel tersebut sehingga pembaca lebih paham, terbukti dari halaman 130-146 berisi tabel sintagmatik dan paradigmatik seperti di atas. Penjelasan ini berguna untuk mengetahui posisi dari kelompok yang dianggap kawan dan kelompok yang dianggap lawan dalam strukturisasi masyarakat, kemudian bagaimana Arrahmah.com membuat kode (code) yang melaluinya konsep jihad dikomunikasikan melalui pesan secara langsung (intended) maupun simbolik.

Menurut Nuraini Juliastuti, Oposisi biner adalah sebuah sistem yang membagi dunia dalam dua kategori yang berhubungan. Dalam struktur oposisi biner yang sempurna, segala sesuatu dimasukkan dalam kategori A maupun kategori B, dan dengan memakai pengkategorian itulah, kita mengatur pemahaman dunia di luar kita. Suatu kategori A tidak dapat eksis dengan sendirinya tanpa berhubungan secara struktural dengan kategori B. Kategori A masuk akal hanya karena ia bukan kategori B. Tanpa kategori B, tidak akan ada ikatan dengan kategori A, dan tidak ada kategori A.

Dalam sistem biner, hanya ada dua tanda atau kata yang hanya punya arti jika masing-masing beroposisi dengan yang lain. Keberadaan mereka ditentukan oleh ketidakberadaan yang lain. Misalnya dalam sistem biner laki-laki dan perempuan dan laki-laki, daratan dan lautan, atau antara anak-anak dan orang

Sintagmatik

Paradigmatik

(20)

 19 

dewasa. Seseorang disebut laki-laki karena ia bukan perempuan, sesuatu itu disebut daratan karena ia bukan lautan, begitu seterusnya.24

Contoh oposisi biner yang digunakan Arrahmah.com dalam rubrik Jihad Zone, oposisi biner antara Amerika sebagai penjajah dan rakyat Afghan, Suriah sebagai yang dijajah, kata agresi untuk penyerangan Amerika dan jihad untuk mujahidin, kata syahid untuk mujahidin yang tewas dan untuk pihak musuh cukup dengan kata tewas.

Referensi:

al-Baghdadi, Abdurrahman, dan Adian Husaini, Hermeneutika dan Tafsir Al- Quran, Jakarta: Gema Insasi Press, 2006

Cresswell, John W, Research Design: qualitative, quantitative and mixed method approaches, London: SAGE Publications, 1994

Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, hal. 26

Faiz, Fahruddin, Hermeneutika al-Qur'an, Tema-Tema Kontroversial (Sleman:

alSAQ Press, 2005)

Faiz, Fakhruddin, Hermeneutika Qur'ani : antara teks, konteks, dan kontekstualisasi melacak hermeneutika Tafsir Al-Manar dan Tafsir Al-Azhar, Yogyakarta:

Qalam, 2002

Haryatmoko, Logika Terorisme dan Media,

Link: http://teguhimawan.blogspot.com/2009/08/logika-terorisme-dan- media-opini.html diakses 06/24/2018

Henri Subiakto, Analisis Isi Siaran Berita Nasional Televisi Republik Indonesia.

FISIP UNAIR, Surabaya. 1990, Hal.165

Juliastuti, Nuraini, Oposisi Biner, dalam Newsletter KUNCI, No. 4, maret 2000 Khotimah, Khusnul, Semiotika: Sebuah Pendekatan dalam Studi Agama, Jurnal

Komunika, Vol.2 No 2 Jul-Des 2008 pp.277-289

Krippendorff, Klaus, Content Analysis: an introduction ot its Methodology, London: SAGE Publucations, 1991

Kriyantono, Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2006 Martono, Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data

Sekunder, Cet. 4, Jakarta: Rajawali Press 2014

Mulyono, Edi, dkk., Belajar Hermeneutika: Dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies, Cetakan kedua, (Jogjakarta:IRCiSoD, 2013) Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Jogjakarta: Cet. II, 2008, LkiS Rahardjo, Mudhia, Hermeneutika Gadamerian, Kuasa Bahasa dan Wacana Politik

24 Nuraini Juliastuti, Oposisi Biner, dalam Newsletter KUNCI, No. 4, maret 2000, lihat juga Rumadi, Renungan Santri: dari Jihad hingga Kritik Wacana Agama, Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2004

(21)

 20  Gus Dur, UIN Malang Press: Malang, 2007

Rumadi, Renungan Santri: dari Jihad hingga Kritik Wacana Agama, Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2004

Sagita, Darwis, Analisis Isi Berita Pernyataan Kontroversial Gubernur Basuki Cahya Purnama tentang Isu Penistaan Agama pada Media Online, Jurnal Ilmu Komunikasi, FISIP UNTIRTA

Suprayogo, Imam, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001

Widyastuti Purbani, Analisis Wacana/ Discourse Analysis, Makalah Lokakarya Penelitian di UBAYA, Surabaya , 28 Januari 2005.

Link.http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/dr-widyastuti-purbani- ma/discourse-analysis.pdf diunduh 25 April 2018

.

View publication stats

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi awal, batasan penelitian ini yaitu analisis isi dari buku teks pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berupa Buku Sekolah Elektronik

Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mengkaji; (1) tingkat kelayakan isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Penjasorkes SD Kelas 4 yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisi isi dan megetahui sejauh mana isi yang terkandung pada buku teks PKn kelas VII SMP yang disusun oleh Tim

Pada hasil penelitian ini, peneliti akan menjabarkan dan menerangkan secara sistematis mengenai analisis isi tajuk rencana di surat kabar Harian Umum Pikiran

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan teknik analisis isi. Analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat suatu kesimpulan yang valid dari teks

Elemen penelitian ini melambangkan potongan terpenting dari penelitian, dan juga merupakan bagian terkecil, tidak hanya dalam penelitian analisisis isi, dalam

Peneliti menggunakan metode analisis isi kualitatif dengan pendekatan secara objektif berdasarkan pemahaman terhadap teks karya sastra (novel) untuk menemukan

Pada hasil penelitian ini, peneliti akan menjabarkan dan menerangkan secara sistematis mengenai analisis isi tajuk rencana di surat kabar Harian Umum Pikiran