• Tidak ada hasil yang ditemukan

This test aims to determine the inhibition of onion dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) On the growth of R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "This test aims to determine the inhibition of onion dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) On the growth of R"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

Ralstonia solanacearum is a soil-causing bacteria causing wilt disease in host plants. These bacteria attack the rooting system of plants so that the plants become wilted from the shoots then spread to all parts of the plant. One alternative that can be done to inhibit the growth of R. solanacearum bacteria is by giving natural pesticide that is onion dayak bulb extract (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) Which is antibacterial because it contains polyphenol, flavonoid and terpene compounds. This test aims to determine the inhibition of onion dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) On the growth of R. solanacearum bacteria.

This research was conducted in December 2017 at Basic Laboratory of STKIP PGRI West Sumatera. The type of this research is experimental research with R.

solanacearum bacteria and onion dayak bulb extract. The research design used was complete randomized design (RAL) with 6 treatments and 2 replications. The data were analyzed by using Analysis of Variance (ANOVA) and continued by BNT test at α 5%. The results showed that the inhibition zone on the growth of R.

solanacearum bacteria. Average inhibitory zone diameter of each treatment as follows, concentration 40% = 9.15 mm, 50% = 9,25 mm, 60% = 9.15 mm, 70% = 10,40 mm, and 80% = 10.85 mm. Dayak bulb extrack has effectively inhibited the growth of R. solanacearum bacteria at concentrations of 40%, but the treatment with the highest or strongest ability to inhibit the growth of R. solanacearum bacteria is ranging from 70%. Based on the results of this study it can be concluded that onion dayak bulb extract (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) Can inhibit the growth of R. solanacearum bacteria.

Keywords: Onion Dayak, Ralstonia solanacearum Bacteria, Wilt of Bacteria

PENDAHULUAN

Salah satu kendala dalam budidaya tanaman adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum (sebelum-

nya bernama Pseudomonas solana- cearum). Penyakit ini sudah ada di Indonesia sejak 100 tahun lalu yang menyerang berbagai tanaman, se-

(2)

perti tembakau di Deli Sumatera Utara pada tahun 1897, kentang di Dataran Tinggi Karo pada 1912, kacang tanah pada tahun 1927 (Semangun, 1991 dalam Supriadi, 2011). Menurut Tarman (2010) Lebih dari 200 spesies tanaman dapat menjadi inang R. solana- cearum, antara lain kentang, tomat, kacang tanah, pisang, terong, tembakau dan tanaman hias. Salah satu tanaman yang paling banyak diserang adalah cabai.

Salah satu bahan alami yang dapat dijadikan sebagai pestisida organik untuk menghambat per- tumbuhan R. solanacearum yaitu umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr). Kandungan senyawa aktif dalam bawang dayak sangat lengkap, meliputi alkaloid, glikosida, flavonoid, steroid, fenolik dan tanin (Indrawati dan Razimin, 2013). Menurut Utami dkk., (2013) umbi bawang dayak mengandung senyawa naftokuinon dan turunan- nya, yaitu elecanacine, eleu-therol, eleutherin, dan eleuthernone. Petr babula, peneliti dari University of Vaterinary and Pharmaceutical Science di Republik Ceko, meng-

ungkapkan bahwa senyawa golongan naftokuinon merupakan agen anti- kanker, antimikroba, antifungi, anti- virus dan antiparasit.

Berdasarkan keberadaan kan- dungan senyawa antimikroba yang terdapat pada bawang dayak ini, maka telah dilakukan penelitian dengan judul “Daya Hambat Ekstrak Umbi Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Ralstonia solanacearum”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 2 ulangan.

Adapun perlakuan yang diberikan diantaranya:

Perlakuan A: kontrol positif dengan tetrasiklin 1%. Perlakuan B: ekstrak umbi bawang dayak dengan kon- sentrasi 40%. Perlakuan C: ekstrak umbi bawang dayak dengan kon- sentrasi 50%. Perlakuan D: ekstrak umbi bawang dayak dengan kon- sentrasi 60 %. Perlakuan E: ekstrak umbi bawang dayak dengan kon- sentrasi 70 %. Perlakuan F: ekstrak

(3)

umbi bawang dayak dengan kon- sentrasi 80 %

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri Ralstonia solanacearum, seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Diameter Zona Hambat Ekstrak Umbi Bawang Dayak (Eleutherine pal- mifolia (L.) Merr) ter- hadap Bakteri Ralstonia solanacearum

Perlakuan Rata-rata zona bening (mm)

A (K+) 8.95 a

B (40%) 9.15 a

D (60%) 9.15 a

C (50%) 9.25 ab E (70%) 10.40 b F (80%) 10.85 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh

huruf kecil yang ber- beda, berbeda nyata pada taraf α 5%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine pal- mifolia (L.) Merr.) memiliki daya hambat terhadap bakteri R. solana- cearum. Zona hambat terbesar ter- dapat pada konsentrasi 80% dengan diameter 10,85 mm, sedangkan zona

hambat terkecil pada konsentrasi 40% dan 60% seluas 9,15 mm.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Ralstonia solanacearum. Hal ini terlihat pada rata-rata zona bening yang terbentuk dari setiap kon- sentrasi yang diberikan. Menurut Pelczar dan Chan (1988) hasil pengamatan dari uji ekstrak dapat berupa ada atau tidaknya daerah bening yang terbentuk disekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan mikroba.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa ekstrak umbi bawang dayak berpengaruh terhadap per- tumbuhan bakteri R. solanacearum.

Daya hambat yang ditimbulkan oleh ekstrak umbi bawang dayak di- sebabkan oleh adanya kandungan polifenol, flavonoid dan terpen dalam umbi bawang dayak yang memiliki fungsi sebagai antibakteri.

Menurut Indrawati dan Puspadewi (2013) umbi bawang dayak me- ngandung senyawa aktif berupa

(4)

alkaloid, glikosida, flavonoid, fenol- ik, tannin, saponin dan steroid.

Senyawa kimia bawang dayak yang memiliki aktivitas antimikroba adalah polifenol, flavonoid dan terpen.

Mekanisme antibakteri se- nyawa fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan men- denaturasi protein sel. Ikatan hidro- gen yang terbentuk antara fenol dan protein mengakibatkan struktur protein menjadi rusak. Ikatan hidro- gen tersebut akan mempengaruhi permeabilitas dinding sel dan membran sitoplasma sebab keduanya tersusun atas protein. Permeabilitas dinding sel dan membran sitoplasma yang terganggu dapat menyebabkan ketidakseimbangan makromolekul dan ion dalam sel, sehingga sel menjadi lisis (Pelczar dan Chan, 1988).

Menurut Ganiswara (1995 dalam Permatasari, 2013) flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mi- krosom dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri sedangkan senyawa lain seperti tannin dan saponin

mengganggu permeabilitas membran sel mikroba sehingga mengakibatkan kerusakan membran sel dan me- nyebabkan keluarnya berbagai kom- ponen penting dari dalam sel bakteri.

Senyawa fenolik dan terpen- oid memiliki target utama, yaitu membran sitoplasma bakteri. Aktifi- tas antibakteri terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri. Terpenoid mem- bentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin yang me- rupakan pintu keluar masuknya senyawa akan mengurangi per- meabilitas dinding sel bakteri yang mengakibatkan sel bakteri akan ke- kurangan nutrisi, sehingga per- tumbuhan bakteri akan terhambat dan mati (Ngajow et al., 2013 dalam Fajar, 2015).

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa seluruh perlakuan dapat menghambat pertumbuhan bakteri R. solanacearum. Setiap per- lakuan memberikan pengaruh yang berbeda. Diameter zona hambat ter- besar ekstrak umbi bawang dayak terdapat pada konsentrasi 80% yang

(5)

memiliki zona hambat 10,85 mm sedangkan zona hambat terendah terdapat pada konsentrasi 40% dan 60% dengan luas zona hambat 9,15 mm. Dari perlakuan A sampai F ter- jadi peningkatan diameter zona hambat kecuali pada konsentrasi 60% terjadi penurunan zona hambat.

Menurut Firdaus (2014) semakin tinggi konsentrasi maka zona hambat yang dihasilkan akan semakin besar.

Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak umbi bawang dayak yang diberikan pada bakteri R. solanacearum, maka akan memperbesar kandungan senyawa antimikroba yang terdapat didalam- nya, sehingga zona bening yang di- timbulkan akan semakin luas sesuai dengan konsentrasi ekstrak yang diberikan.

Hasil uji yang telah dilakukan diperoleh luas zona hambat tidak selalu meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak yang diberikan. Hal ini diduga karena lama waktu mendiamkan kertas cakram sebelum diletakkan pada per- mukaan medium tidak persis sama akibatnya jumlah ekstrak yang ter- tinggal dalam kertas cakram ber-

beda. Menurut Panagan dan Nirman (2009) kemungkinan yang dapat menyebabkan ketidakteraturan besar diameter zona hambat pertumbuhan bakteri uji adalah pada waktu pengeringan kertas cakram yang tidak sama. Kertas cakram yang waktu pengeringannya cukup lama, saat diletakkan diatas media pem- benihan bakteri maka luas daerah zona hambatnya kecil, zona ini terbentuk dari ekstrak yang terdifusi dari kertas cakram ke media agar.

Kertas cakram yang waktu penge- ringannya sebentar saat diletakkan diatas media pembenihan bakteri, maka ekstrak yang tertinggal me- nyebar di sekeliling cakram dan cepat berdifusi ke media agar sehingga membentuk zona hambat yang lebih besar. Hal ini didukung oleh Saraswati (2011) yang menga- takan bahwa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi luas zona hambat yaitu kepadatan innokulum, waktu dari penggunaan cakram, suhu inkubasi, waktu inkubasi, ukuran petri, kedalaman medium agar dan jarak pada cakram antibiotik.

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa semua perlakuan yang

(6)

digunakan sudah dapat/efektif meng- gantikan kontrol, karena zona bening yang dihasilkan besar sama dengan kontrol, yaitu 8,95 mm. Hasil yang terlihat bahwa dengan konsentrasi rendah, yaitu 40% sudah efektif menghambat pertumbuhan bakteri R solanacearum, tetapi perlakuan dengan kemampuan tertinggi atau kuat untuk menghambat per- tumbuhan bakteri R. solanacearum adalah mulai dari kon-sentrasi 70%, karena zona bening yang didapatkan

≥10 mm. Hal ini sesuai dengan pendapat Davis dan Stout, 1971 dalam Rundengan dkk., (2017), bahwa kriteria pengukuran kekuatan antibakteri dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu apabila diameter zona hambat ≤5 mm menunjukkan aktivitas antibakteri lemah, diameter 5-10 mm me- nunjukkan aktivitas antibakteri sedang, diameter 10-20 mm me- nunjukkan aktivitas antibakteri kuat dan >20 mm menunjukkan aktivitas antibakteri sangat kuat. Berdasarkan standar ini, maka aktifitas daya hambat ekstrak umbi bawang dayak yang diperoleh pada konsentrasi 40%-60% dikategorikan lemah,

sedangkan konsentrasi ekstrak umbi bawang dayak 70%-80% termasuk dalam kategori kuat. Berdasarkan pengujian ekstrak umbi bawang dayak terhadap bakteri R. solanacea- rum menunjukkan bahwa umbi bawang dayak dapat digunakan se- bagai alternatif untuk menghambat pertumbuhan bakteri R. solana- cearum.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang daya hambat ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine pal- mifolia (L.) Merr.) terhadap per- tumbuhan bakteri Ralstonia sola- nacearum, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak umbi bawang dayak dapat menghambat pertumbuhan bakteri R. solanacearum.

2. Ekstrak umbi bawang dayak yang menghasilkan zona hambat paling besar adalah konsentrasi

≥70%, namun pada konsentrasi 40% sudah merupakan konsen- trasi yang efektif dalam meng- hambat pertumbuhan bakteri R.

solanacearum.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Fajar, Y. D. 2015. Aktivitas Anti- mikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleustatro- purpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat.

Skripsi.

Firdaus, T. 2014. Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Esche- richia coli. Skripsi.

Indrawati, N. L., dan Razimin. 2013.

Bawang Dayak Si Umbi Ajaib Penakluk Aneka Penyakit.

Jakarta: Agromedia Pustaka.

Panagan, A. T. dan Nirman, S. 2009.

Uji Daya Hambat Asap Cair Hasil Pirolisis Kayu Pelawan (Tristania abavata) Terhadap Bakteri Escherichia coli. Jurnal Penelitian Sains. Edisi Khusus (C), Vol. 9. No. 12-06.

Pelczar, M. J., dan Chan E.C.S.

1988. Dasar-dasar Mikro- biologi. Jakarta: UI-Press.

Permatasari, G.A.A.A. 2013. Daya Hambat Perasan Daun Sirsak Terhadap Pertumbuhan Bak- teri Escherichia coli. Jurnal Medicus Veterinus: Vol. 2 (2):162-169.

Puspadewi, Ririn., P. Adirestuti., dan R. Menawati. 2013.

Khasiat Umbi Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) Sebagai Herbal Anti- mikroba Kulit. Jurnal Ilmiah Farmasi: Vol. 1 (1): 5-7.

Rundengan, C. H., Fatimawali., Simbala H. 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol biji Pinang Yaki (Areca vestiaria) Terhadap bakteri Stapyhlo- coccus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa.

Jurnal Ilmiah Farmasi: Vol. 6 (1) : 38.

Saraswati, D. 2011. Pengaruh Kon- sentrasi Ekstrak Daun Sirih Terhadap Daya Hambat Es- cherichia coli. Jurnal Health dan Sport: Vol. 3 (2): 333.

Supriadi. 2011. Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacea- rum): Dampak, Bioekologi dan Peranan Teknologi Pengendali- annya. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian: Vol. 4 (4):

279-293.

Tarman, Pasetriyani E. 2010. Efikasi Antibiotik Tetracycline HCl Terhadap Pertumbuhan Penya- kit Bakteri Layu (Ralstonia solancearum) in vitro.

Composite Majalah Imiah Faperta Unbar: Vol. 1 (1): 5.

Utami P., Mardiana L. 2013. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan khasiat atau kegunaan dari bawang dayak yang mampu menurunkan kadar gula darah dengan diujikan pada tikus