ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...iii
BAB 1 ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.2 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ... 2
BAB 2 ... 3
PEMBAHASAN ... 3
2.1 Pengertian Dinamika Kependudukan ... 3
2.2 Sumber Data Kependudukan ... 4
2.3 Komposisi Dan Distribusi Penduduk ... 10
2.4 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Dinamika Penduduk ... 11
1. Kelahiran (Fertilitas/Natalitas) ... 11
2. Mortalitas Penduduk ... 15
3. Migrasi (Perpindahan) ... 17
BAB III ... 21
PENUTUP ... 23
3.1Kesimpulan ... 23
3.2 Saran ... 23
DAFTAR PUSTAKA ... 24
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang Masalah
Kependudukan merupakan salah satu aspek yang sangat vital dalam dinamika suatu negara. Perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai sektor kehidupan, seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai dinamika kependudukan sangatlah penting.
Dalam rangka mendalami topik ini, makalah ini akan membahas berbagai aspek yang relevan dengan dinamika kependudukan. Mulai dari pengertian dasar tentang dinamika kependudukan itu sendiri hingga sumber data yang digunakan untuk menganalisis fenomena ini. Selain itu, akan dibahas pula mengenai komposisi dan distribusi penduduk suatu wilayah serta faktor-faktor yang memengaruhi dinamika penduduk, seperti kelahiran, mortalitas, dan migrasi.
Pemahaman yang baik tentang dinamika kependudukan menjadi landasan penting bagi perencanaan pembangunan dan kebijakan publik di berbagai tingkatan pemerintahan. Dengan memahami karakteristik dan dinamika kependudukan, diharapkan dapat dirancang kebijakan yang tepat sasaran untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengatasi berbagai permasalahan sosial, dan mencapai pembangunan berkelanjutan.
Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai dinamika kependudukan serta pentingnya pengelolaan kependudukan yang berkelanjutan bagi perkembangan suatu negara.
Dengan demikian, makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai masalah kependudukan di tengah- tengah masyarakat.
2 1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang dinamika kependudukan?
2. Bagaimana penjelasan tentang sumber data kependudukan?
3. Bagaimana penjelasan tentang komposisi dan distribusi penduduk?
4. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi dinamika penduduk?
5. Bagaimana penjelasan tentang kelahiran (fertilitas/natalitas)?
6. Bagaimana penjelasan tentang mortalitas penduduk?
7. Bagaimana penjelasan tentang migrasi (perpindahan)?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Mampu menjelaskan bagaimana penjelasan tentang dinamika kependudukan.
2. Mampu menjelaskan tentang sumber data kependudukan.
3. Mampu menjelaskan tentang komposisi dan distribusi penduduk.
4. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi dinamika penduduk.
5. Mampu menjelaskan tentang kelahiran (fertilitas/natalitas).
6. Mampu menjelaskan tentang mortalitas penduduk.
7. Mampu menjelaskan tentang migrasi (perpindahan).
3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dinamika Kependudukan
Dinamika penduduk berasal dari dua kata yaitu dinamika dan penduduk.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dinamika adalah gerak (dari dalam) atau tenaga yang menggerakkan atau semangat. Sedangkan penduduk menurut KBBI berarti orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dan sebagainya). Jadi dinamika penduduk adalah suatu pergerakan dan pertumbuhan orang atau orang-orang yang dipengaruhi berbagai macam hal yang terjadi di suatu wilayah dan terjadi dari waktu ke waktu.
Dalam pertumbuhannya, penduduk di suatu wilayah akan berbeda dengan wilayah lainnya. Ada wilayah yang mengalami pertumbuhan penduduk dengan cepat, sehingga menyebabkan kepadatan penduduk dan ada juga wilayah yang pertumbuhan penduduknya tidak begitu cepat, sehingga bisa menyebabkan kekurangan penduduk.
Kepadatan penduduk atau kekurangan penduduk akan sangat memengaruhi pertumbuhan suatu wilayah, baik itu dari segi kesehatan, segi ekonomi, segi pendidikan, segi pendapatan, dan lain-lain. Oleh karena itu, setiap wilayah sudah seharusnya memiliki data kependudukan yang baik dan jelas agar pertumbuhan suatu wilayah bisa berjalan dengan optimal dan mudah untuk menemukan solusi dari permasalahan yang sedang terjadi.
Dinamika penduduk tersebut dapat memengaruhi pembangunan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, Ketika jumlah penduduk semakin besar maka perlu diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai sehingga dapat menjadi modal bagi pertumbuhan ekonomi. Namun, sebaliknya akan menjadi beban bagi suatu negara jika kualitas penduduknya rendah dan menghambat pembangunan.
Pertumbuhan penduduk menurut Lucas, Donald & Young (1990) dipengaruhi oleh tiga elemen utama yaitu fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi.
4
Tingkat fertilitas memberikan pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan penduduk atau menambah jumlah penduduk, sedangkan tingkat mortalitas memberikan pengaruh negatif atau factor pengurang terhadap laju pertumbuhan penduduk.
Migrasi penduduk yang telah mencapai pendidikan tersier mungkin akan meninggalkan negara dan menggunakan keterampilan dan kecerdasan mereka untuk membantu pengembangan negara lain yang berdampak terhadap penurunan perekonomian di suatu negara (Stephen, et al 2003).
2.2 Sumber Data Kependudukan
Dalam konteks analisis kondisi kependudukan di berbagai tingkatan, baik di tingkat negara, provinsi, maupun kabupaten, keberadaan sumber data kependudukan menjadi suatu keharusan mutlak. Tanpa adanya data yang memadai, analisis terhadap dinamika populasi akan menjadi tidak mungkin dilakukan. Sebagai hasilnya, evaluasi terhadap keberhasilan atau kegagalan pembangunan di sektor kependudukan akan terhambat. Data dan informasi yang diperoleh dari sumber kependudukan menjadi landasan penting dalam pembuatan kebijakan dan perencanaan pembangunan di berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari bidang sosial, ekonomi, politik, hingga lingkungan. Namun, terdapat tantangan serius terkait dengan perubahan cepat dalam kondisi kependudukan, yang menuntut ketersediaan data yang berkualitas tinggi dengan kecepatan yang sepadan.
Pentingnya kualitas data kependudukan sangat terkait dengan keakuratan, validitas, dan cakupannya, yang pada gilirannya memengaruhi kualitas pengambilan keputusan serta efektivitas perencanaan pembangunan. Oleh karena itu, pemahaman akan sumber-sumber data dan penilaian terhadap keunggulan serta kelemahan masing-masing menjadi kunci dalam pemilihan data yang tepat untuk keperluan analisis dan perencanaan pembangunan di bidang kependudukan.
Secara umum ada 3 sumber data kependudukan dari data sekunder yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti atau oleh ahli kependudukan yaitu Sensus Penduduk (SP), Survai, dan Registrasi Penduduk (Shryock and Siegel, 1970). Selain itu ada juga data
5
dari sumber lainnya seperti data/catatan-catatan di sekolah-sekolah, kantor polisi, data di KPU, data yang berasal dari berbagai instansi dan sebagainya. Namun demikian sumber data yang paling banyak digunakan dalam analisis demografi atau kependudukan adalah dari ketiga sumber data tersebut.
1. Sensus Penduduk (SP)
Sensus penduduk adalah keseluruhan proses mengumpulkan, menghimpun, menyusun, dan menerbitkan data demografi, serta ekonomi dan sosial yang menyangkut semua orang dalam kurun waktu tertentu. Di Indonesia, sensus penduduk dilakukan setiap 10 tahun sekali. Tujuan diadakannya sensus penduduk adalah untuk:
a) Mengetahui perubahan penduduk dari waktu ke waktu dalam satu periode pengambilan data sensus.
b) Mengetahui jumlah, sebaran, dan kepadatan penduduk di setiap daerah.
c) Mengetahui beragam informasi seperti angka kelahiran, kematian, migrasi, dan faktor yang mempengaruhinya.
Ada dua jenis sensus penduduk yaitu sensus berdasarkan tempat tinggal dan metode pengisian sensus.
Sensus penduduk berdasarkan tempat tinggal dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
a) De facto: Menghitung jumlah penduduk terhadap warga uang ditemukan saat pencacahan (sensus) berlangsung, meskipun orang tersebut bukan warga asli suatu wilayah saat sensus berlangsung.
b) De jure: Menghitung jumlah penduduk asli dari suatu wilayah saat sensus berlangsung. Jenis ini menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) untuk membedakan warga asli dan bukan.
Sedangkan jenis sensus penduduk berdasarkan metode pengisiannya dibendakan menjadi:
6
a) Metode Canvasser: Petugas akan mendatangi tempat tinggal penduduk dan mengisi daftar pertanyaan. Metode ini memiliki keunggulan yaitu data yang didapat bisa lengkap dan asli. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan waktu lebih lama karena petugas yang terbatas namun wilayah sensus luas.
b) Metode Householder: Pengisian data sensus dilakukan oleh penduduk secara pribadi. Keuntungan dari metode ini adalah data bisa didapat dengan cepat kemudian data tersebut bisa dikirimkan kepada aparat desa. Namun metode ini kurang menjamin kebenaran data.
Tahap-tahap Pelaksanaan SP di Indonesia secara rinci diuraikan sebagai berikut.
1. Tahap persiapan yang dilakukan oleh BPS sebagai badan yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan SP tersebut.
2. Melatih petugas sensus atau pewawancara.
3. Membagi wilayah dalam wilayah-wilayah pencacahan (Wilcah). Wilayah pencacahan ini dibagi kedalam Blok Sensus-Blok sensus, dimana satu wilcah dapat terdiri atas satu blok sensus atau ada juga lebih dari satu blok sensus.
4. Wilayah pencacahan dibagi kedalam wilcah perkotaan dan wilcah perdesaan.
5. Pencacahan dilaksanakan dengan sistem aktif, yang berarti petugas yang datang ke setiap rumah tangga untuk menanyakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya, seperti data demografi, sosial, ekonomi
6. Melakukan pencatatan potensi desa (podes) bersamaan dengan pemetaan.
7. Pengolahan data hasil sensus penduduk oleh BPS, kemudian sebagian datanya diterbitkan. Ini berarti tidak semua data dari SP diterbitkan, ada yang dalam bentuk soft copy dimana masyarakat dapat menggunakannya dengan jalan mengajukan permohonan ke BPS.
8. Diantara 2 sensus penduduk tersebut, pemerintah melakukan survai tersebut yang dikenal dengan nama SUPAS (Survai Penduduk Antar Sensus).
2. Survei Penduduk
7
Survei penduduk Merupakan salah satu metode pengumpulan data kependudukan dengan cara menarik sampel daerah dari berbagai kawasan yang bisa mewakili karakteristik negara tersebut. Kawasan-kawasan tersebut terlebih dahulu perlu ditetapkan sebagai kawasan yang bisa mewakili suatu negara sebelum dilakukannya perhitungan data kependudukan.
Hasil sensus penduduk dan registrasi penduduk mempunyai keterbatasan.
Data itu hanya menyediakan data kependudukan dan kurang memberikan informasi tentang sifat dan perilaku penduduk setempat. Selain itu data yang tersedia dari hasil SP jangka waktunya sangat panjang umumnya 10 tahun sekali. Untuk mengatasi hal tersebut dilaksanakanlah survai penduduk yang sifatnya lebih terbatas dan informasi yang dikumpulkan lebih luas dan mendalam. Survei ini dilaksanakan dengan mengambil sampel, dengan penekanan atau topik yang berbeda-beda sesuai dengan keperluannya. Hal inilah yang membedakan sensus dengan survai.
Contoh survei yang umum dilakukan oleh BPS adalah Survei Sosial dan Ekonomi Nasional atau Susenas. Survei ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang keadaan sosial dan ekonomi penduduk Indonesia secara keseluruhan. Sampel penelitian diambil dari beberapa daerah yang bisa mewakili karakteristik rakyat Indonesia. Ada pula jenis-jenis survei demografi dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
a. Survei tahap tunggal (single round survey)
Survei untuk mendapatkan data berbagai peristiwa demografi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden tentang beragam kejadian demografi dalam periode tertentu.
b. Survei tahap ganda (multi surveys)
Survei dilakukan dengan mengunjungi beberapa responden secara berulang untuk mencatat peristiwa demografi dalam kurun waktu tertentu.
c. Survei tipe kombinasi
Menggabungkan cara survei tahap tunggal atau ganda dengan cara registrasi.
Beberapa kebaikan/keuntungan dari sumber data Survai Penduduk 1. Menghemat biaya
8
2. Pertanyaan dalam survai dapat lebih mendetail dan spesifik 3. Dilaksanakan pada saat diperlukan
4. Hasil lebih cepat didapat dan lebih intensif
Selain kebaikan/keuntungan, Survai juga memiliki beberapa kelemahan, seperti:
1. Memiliki sampling error
2. Data umumnya sangat khusus, sehingga datanya tidak dapat dipakai untuk keperluan lain
3. Daerah/cakupan wilayahnya terbatas
Beberapa contoh survai penduduk seperti SUPAS, SUSENAS, SAKERNAS, SDKI, SPI, secara umum dilaksanakan beberapa kali secara periodik dengan topik sesuai dengan kebutuhan pada saat tertentu. Berikut disampaikan secara lebih rinci tentang beberapa contoh survai yang telah dilaksanakan di Indonesia.
Supas (Survai Penduduk Antar Sensus)
Supas telah dilaksanakan berkali-kali di Indonesia, dengan Supas yang terakhir adalah tahun 2015. Supas pertama dilaksanakan pada tahun 1976 yang dilaksanakan oleh BPS yang merupakan pertengahan antara SP 1971 dengan SP 1980 untuk menyediakan data sebagai penghubung antara kedua sensus tersebut. Supas tahun 1976 ini dimaksudkan sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki dan melengkapi statistik kependudukan di Indonesia. Survai ini mengumpulkan informasi yang lebih luas daripada informasi yang dikumpulkan dari sensus penduduk, dengan beberapa tujuan sebagai berikut.
1. Memperoleh keterangan sosial ekonomi penduduk untuk perbandingan antar daerah.
2. Memperkirakan keadaan angkatan kerja dan penggunaannya
3. Membantu memperkirakan garis perkembangan penduduk beserta ciri-cirinya 4. Memperkirakan tingkat fertilitas dan mortalitas
5. Mengukur tingkat penggunaan cara-cara ber KB
9
6. Ikut serta dalam usaha World fertility survey untuk memperkirakan garis perkembangan fertilitas dunia.
3. Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk Sumber data kependudukan bisa didapatkan dengan cara terakhir yaitu registrasi penduduk. Cara ini adalah mengumpulkan berbagai keterangan tentang kejadian penting yang dialami oleh manusia, seperti data perkawinan, perceraian, perpindahan penduduk, dan kejadian lain yang tertulis.
Data-data tersebut kemudian dikumpulkan dan digunakan sebagai sumber data resmi untuk menghitung semua peristiwa demografi. Cakupan data yang didapat dengan cara registrasi penduduk sangat tergantung dengan kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian penting dalam keluarga mereka. Berbeda dengan registrasi penduduk di negara maju, metode pengumpulan data kependudukan ini umumnya menemui beberapa masalah di Indonesia. Biasanya data yang didapat kurang lengkap karena banyak peristiwa yang tidak dilaporkan oleh masyarakat atau kurang rinci.
Di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, umumnya sumber data dari registrasi penduduk masih jauh dari memuaskan karena berbagai sebab. Oleh karenanya sumber data yang lebih banyak digunakan dalam membuat berbagai kebijakan umumnya berasal dari data Sensus Penduduk (SP) atau Survai.
Bagi negara-negara yang belum memiliki sistem pencatatan registrasi yang baik dan memadai maka SP dan Survai merupakan sumber data yang sangat berharga dalam membuat perencanaan atau berbagai kebijakan yang diperlukan.
Registrasi penduduk ini dilaksanakan oleh Kantor Pemerintahan Dalam Negeri, dengan ujung tombak pelaksanaannya adalah kepala desa. Berbeda dengan sensus penduduk yang pelaksanaannya dengan sistem aktif, registrasi penduduk dilakukan dengan sistem pasif. Jika seorang ibu baru saja melahirkan maka keluarganya harus melaporkan secepatnya ke kantor desa, begitu pula untuk peristiwa-peristiwa yang lainnya. Penduduk yang boleh mencatatkan peristiwa- peristiwa demografi atau peristiwa vital adalah penduduk de jure saja, itulah sebabnya jumlah penduduk di suatu wilayah yang didapatkan dari hasil sensus
10
penduduk jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk dari hasil registrasi.
2.3 Komposisi Dan Distribusi Penduduk
Komposisi penduduk adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan distribusi dan karakteristik populasi suatu wilayah. Istilah ini mencakup berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan etnis.
Berikut adalah beberapa aspek penting terkait komposisi dan distribusi penduduk:
1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin:
Usia penduduk dikelompokkan menjadi tiga kategori:
Usia muda/usia belum produktif (0–14 tahun).
Usia dewasa/usia kerja/usia produktif (15–64 tahun).
Usia tua/usia tak produktif/usia jompo (65 tahun ke atas).
Struktur penduduk berdasarkan usia ini memengaruhi tingkat kelahiran dan tingkat kematian di suatu wilayah.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin juga berpengaruh terhadap tingkat kelahiran. Misalnya, jika sebagian besar penduduk suatu negara terdiri dari wanita usia subur (15–44 tahun), maka tingkat kelahiran akan cenderung tinggi.
Grafik yang menggambarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin disebut piramida penduduk.
2. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan:
Pengelompokan penduduk berdasarkan pekerjaan membantu memahami struktur ekonomi suatu wilayah.
Jenis pekerjaan yang dominan, seperti sektor pertanian, industri, atau jasa, memengaruhi perekonomian dan ketahanan sosial.
3. Distribusi Penduduk:
Distribusi penduduk mengacu pada penyebaran geografis populasi di suatu wilayah.
11
Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi membutuhkan lebih banyak sumber daya dan memiliki dampak lingkungan yang lebih besar.
Distribusi penduduk juga memengaruhi penggunaan dan manajemen sumber daya alam.
2.4 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Dinamika Penduduk 1. Kelahiran (Fertilitas/Natalitas)
Fertilitas ini berhubungan dengan kelahiran penduduk yang menyangkut jumlah bayi yang lahir hidup. Namun bisa juga fertilitas diukur dari jumlah anak per pasangan.
Fertilitas diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Konsep ini memberikan makna fertilitas menyangkut jumlah kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita atau sekelompok wanita. Suatu kelahiran disebut sebagai lahir hidup apabila pada waktu lahir terdapat tanda-tanda kehidupan seperti berteriak, bernafas, jantung berdenyut. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda seperti itu, maka disebut sebagai lahir mati yang didalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Dengan demikian fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.
Pengukuran dan Pola Fertilitas
Ada 2 macam pengukuran fertilitas yaitu pengukuran fertilitas tahunan dan fertilitas kumulatif.
1. Fertilitas Tahunan
Tingkat fertilitas kasar (Crude Birth Rate/CBR)
CBR adalah banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
CBR = B/Pm x k
CBR = Crude Birth Rate
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
12 Pm = Penduduk pertengahan tahun
k = bilangan konstan yang biasanya bernilai 1000
Contoh: Pada tahun 2015 jumlah penduduk pertengahan tahun sebanyak 136 juta orang. Jumlah kelahiran pada tahun tersebut 5.834.400 jiwa, maka CBR pada tahun tersebut adalah: (5.834.400: 136.000.000) x 1000 = 42,9. Angka tersebut berarti bahwa pada tahun 2015 tiap
1000 penduduk terdapat 42,9 kelahiran bayi.
General Fertility Rate/GFR (Tingkat Fertilitas Umum).
CBR sebagai ukuran fertilitas dianggap terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Penduduk yang mempunyai resiko hamil adalah wanita usia reproduksi yaitu 15-49 tahun. Dengan demikian ukuran fertilitas perlu direvisi/dilakukan penyempurnaan.
GFR = B /(Pf (15-49)) x k
Pf (15-49) = jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun.
Contoh: Jumlah penduduk wanita 15-49 tahun pada pertengahan tahun 2010 adalah 30.351 dengan jumlah kelahiran 2.982 kelahiran, maka nilai GFR adalah:
2.982/30351 x 1000 = 98,25, ini berarti pada tahun 2010 setiap 1000 wanita umur 15- 49 tahun, terdapat kelahiran sebanyak 98,25
Age specific fertility rate (ASFR)
Di antara kelompok wanita usia reproduksi 15-49 tahun terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas wanita pada tiap-tiap kelompok umur tersebut.
ASFRi = Bi/Pfi x k
ASFRi =Tingkat fertilitas menurut kelompok umur tertentu Bi = Jumlah kelahiran pada kelompok umur i
Pfi = Jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun Tabel 6.1: Contoh perhitungan ASFR
Data perhitungan ASFR menunjukkan bahwa angka ASFR sangat bervariasi menurut kelompok umur. Pola yang terlihat dapat dikatakan seperti huruf U terbalik,
13
yaitu angka ASFR meningkat dengan meningkatnya umur wanita, sampai pada titik tertinggi yaitu pada kelompok umur 25-29 tahun, kemudian terus menurun sampai terendah pada kelompok umur 45-49 tahun.
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran (birth order specific fertility rate/BOSFR)
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahirannya sangat tergantung dari jumlah anak yang telah dilahirkannya.
BOSFR = Jumlah kelahiran urutan ke i (Boi) x k Jumlah perempuan 15-49 tahun mid year
k = bilangan konstan yang nilainya 1000
Total dari BOSFR pada seluruh kelompok umur perempuan sama dengan GFR (General Fertility Rate)
2. Pengukuran Fertilitas Kumulatif
Pengukuran fertilitas kumulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita hingga mencapai umur tertentu (usia subur), hingga mengakhiri masa reproduksinya (Mantra, 2003; Nilakusmawati, 2009).
Total Fertility Rate (TFR)
TFR adalah jumlah kelahiran hidup tiap 1000 wanita hingga akhir masa reproduksinya. TFR = 5 ∑ ASFRi
Dengan melihat hasil pada perhitungan ASFR sebesar 1.016,1 maka nilai TFR = 5 x 1.016,1 = 5.080,5
Ini berarti tiap 1000 wanita setelah melewati masa suburnya akan melahirkan bayi laki-laki dan perempuan sebanyak 5.080,5 atau setiap wanita akan melahirkan 5,08 bayi
Gross Reproduction Rate (GRR)
GRR adalah mencerminkan jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 wanita sepanjang masa reproduksinya , dengan asumsi tidak ada seorangpun wanita yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
14 GRR = 5 ∑ ASFRfi
ASFRfi = jumlah kelahiran bayi perempuan menurut kelompok umur wanita 15-49 tahun GRR = Gross Reproduction Rate
Net Reproduction Rate (NRR)
NRR adalah jumlah kelahiran bayi wanita oleh 1000 wanita dengan telah memperhitungkan kemungkinan si bayi wanita tersebut meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fertilitas
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan kelamin pada usia reproduksi
Umur memulai hubungan kelamin
Selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin
Lamanya masa reproduksi yang hilang karena: a. perceraian, perpisahan, atau ditinggal pergi oleh suami; b. suami meninggal dunia
Abstinensi sukarela
Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tidak dapat dihindari)
Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk abstinensi) 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi
Kesuburan dan kemandulan biologis (fekunditas dan infekunditas) yang disengaju
Menggunakan atau tidak menggunakan alat-alat kontrasepsi baik dengan cara kimiawi dan cara mekanis atau cara-cara lain
Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disengaja, misalnya sterilisasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi selama kehamilan dan kelahiran
Kematian janin karena faktor-faktor yang tidak disengaja
15
Kematian janin karena faktor-faktor yang disengaja.
2. Mortalitas Penduduk
Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu wilayah tidak hanya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, namun juga menjadi sebuah barometer tentang kesehatan dan kesejahteraan penduduk di wilayah yang bersangkutan. Mortalitas atau kematian penduduk adalah salah satu dari variabel demografi yang penting. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi jumlah penduduk,tetapi juga mencerminkan kualitas SDM yang ada ditempat tersebut, yang sekaligus juga mencerminkan bagaimana kondisi ekonomi di wilayah tersebut.
Pengukuran mortalitas
Angka Kematian Kasar/Crude Death Rate (CDR)
Angka Kematian adalah banyaknya kematian pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
CDR = D/Pm x k
D = banyaknya kematian dalam tahun tertentu
Pm = Penduduk pertengahan tahun dalam tahun tersebut K = bilangan konstan yang bernilai 1000
Contoh: Jumlah penduduk suatu daerah pada pertengahan tahun 136.000 jiwa.
Jumlah kematian sepanjang tahun tersebut 2.298 jiwa. CDR = 2.298/136.000 x 1000 = 16,9. Ini berarti pada tahun tersebut setiap 1000 penduduk terdapat kematian sebanyak 16,9 jiwa.
Age Specific Death rate (ASDR)/Tingkat Kematian Menurut Umur
Pengukuran CDR yang telah disampaikan sebelumnya masih sangat kasar, karena tingkat kematian akan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
ASDR = (Jumlah kematian pada kelompok umur i x 1000) / Jumlah penduduk kelompok umur i
16 ASDRi = Di/Pmix 1000
Infant Mortality rate (IMR)/Tingkat Kematian Bayi
IMR menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat kondisi kesejahteraan suatu kelompok masyarakat. Jika IMR tinggi, maka kondisi kesejahteraan atau kesehatan masyarakat tersebut rendah, demikian sebaliknya. Salah satu indikator dibidang kesehatan yang selalu diprogramkan untuk diturunkan secara terus menerus adalah tingkat kematian bayi/IMR.
IMR = D0/B x 1000 (k)
Do = Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu (di bawah 1 tahun)
B = jumlah kelahiran pada tahun tertentu k = bilangan konstan yang bernilai 1000 Contoh: Di suatu daerah pada tahun tertentu terdapat jumlah kematian bayi sebanyak 263.000 dan jumlah kelahiran pada tahun yang sama sebanyak 1.594.000. Jadi besarnya IMR pada tahun tersebut adalah:
134.000/1.367.000 x 1000 = 98
Ini berarti pada tahun tersebut dari 1000 bayi yang lahir terdapat 98 kematian bayi sebelum bayi mencapai umur 1 tahun. Tingkat kematian bayi sangat bervariasi baik menurut daerah tempat tinggal (desa-kota), golongan sosial ekonomi, maupun antar provinsi. Tingkat kematian bayi merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Mortalitas Faktor-faktor yang memengaruhi mortalitas antara lain:
1. Usia, Tingkat kematian cenderung lebih tinggi pada usia tua dan lebih rendah pada usia muda. Orang yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit dan kondisi kesehatan tertentu.
2. Jenis Kelamin, Terdapat perbedaan dalam tingkat kematian antara pria dan wanita. Misalnya, pada beberapa kelompok usia, pria memiliki angka kematian yang lebih tinggi daripada wanita.
17
3. Penyakit, Penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker, diabetes, dan gangguan pernapasan dapat memengaruhi tingkat kematian. Pencegahan, pengobatan, dan manajemen penyakit ini berperan dalam mengurangi mortalitas.
4. Gaya Hidup, Kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko kematian.
5. Lingkungan, Faktor lingkungan seperti polusi udara, sanitasi yang buruk, dan akses terhadap air bersih memengaruhi mortalitas.
6. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan, Ketersediaan dan aksesibilitas layanan kesehatan memainkan peran penting dalam mengurangi angka kematian.
7. Faktor Genetik, Beberapa kondisi kesehatan memiliki komponen genetik yang memengaruhi risiko kematian.
3. Migrasi (Perpindahan)
Menurut Mulyadi (2003), migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu daerah ke daerah lain yang melampaui batas-batas administrasi, politik/negara, yang sering juga diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Migrasi adalah peristiwa perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan menetap dalam jangka waktu yang cenderung lama atau permanen. Faktor-faktor yang menyebabkan migrasi penduduk sangat beragam, mulai dari faktor ekonomi, sosial, politik, hingga lingkungan.
Menurut Mantra (2012), secara umum migrasi dibagi menjadi dua bentuk, yaitu sebagai berikut:
1. Migrasi penduduk vertikal, yang sering disebut dengan perubahan status.
Contohnya adalah perubahan status pekerjaan, dimana seseorang semula bekerja dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam sektor non-pertanian.
18
2. Migrasi penduduk horizontal, yaitu migrasi penduduk geografis, yang merupakan gerak (movement) penduduk yang melewati batas wilayah menuju wilayah lain dalam periode waktu tertentu.
Pengukuran Migrasi
Terdapat beberapa perhitungan yang biasa digunakan dalam pengukuran migrasi atau perpindahan penduduk, antara lain yaitu sebagai berikut:
Angka Mobilitas
Angka mobilitas adalah rasio dari banyaknya penduduk yang pindah secara lokal (mover) dalam suatu jangka waktu tertentu dengan jumlah penduduk. Angka mobilitas dirumuskan sebagai berikut:
m = M/P x k Keterangan:
m = angka mobilitas M = Jumlah Mover P = Penduduk K = 1.000
Angka Migrasi Keluar
Angka migrasi keluar disebut juga dengan Tingkat Migrasi Keluar Secara Kasar (The Crude Out Migration Rate), yaitu angka yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar per 1.000 orang penduduk daerah asal dalam waktu satu tahun. Angka migrasi keluar dirumuskan sebagai berikut.
Mo = O/P x 1000 Keterangan:
Mo = Angka migrasi keluar O = Jumlah migrasi Keluar
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun K = 1.000
Angka Migrasi Masuk
19
Selanjutnya ada angka migrasi keluar yang disebut juga dengan Tingkat Migrasi Masuk Secara Kasar (The Crude Imigration Rate), yaitu angka yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1.000 orang penduduk daerah tujuan dalam waktu satu tahun. Angka migrasi masuk dirumuskan sebagai berikut:
Mo = I/P x 1000 Keterangan:
Mi = Angka migrasi masuk O = Jumlah migrasi masuk
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun k = 1.000
Angka Migrasi Netto
Angka migrasi netto disebut juga dengan Tingkat Migrasi Netto (The Net Migration Rate), yaitu selisih banyaknya migran yang masuk dan keluar ke dan dari suatu daerah per 1.000 penduduk dalam satu tahun. Angka migrasi netto dirumuskan sebagai berikut:
Angka Migrasi Netto Keterangan:
Mn = Angka migrasi netto I = Jumlah migrasi masuk O = Jumlah migrasi keluar
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun k = 1.000
Angka Migrasi Bruto
Angka migrasi bruto disebut juga dengan Tingkat Migrasi Bruto (The Gross Migration Rate), yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar dibagi jumlah penduduk tempat asal
20
dan jumlah penduduk tempat tujuan. Angka migrasi bruto dirumuskan sebagai berikut:
Angka Migrasi Bruto Keterangan:
Mg = Angka migrasi bruto I = Jumlah migrasi masuk O = Jumlah migrasi keluar
P = Jumlah penduduk tempat tujuan + Jumlah penduduk di tempat asal k = 1.000
21
STUDI KASUS
Latar Belakang
Latar belakang masalah pada studi kasus tersebut adalah tingginya angka kematian ibu (AKI) di Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes, yang mencapai 73 kasus pada tahun 2014. Angka kematian ibu ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk faktor medis dan non-medis seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi,
22
dan kesehatan lingkungan, serta kemiskinan. Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi, dan kesehatan lingkungan serta kemiskinan mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat. Tingginya angka kematian maternal yang terjadi di suatu negara mencerminkan rendahnya kualitas hidup masyarakat dan kondisi sosial ekonomi mereka. Hal ini sesuai dengan Schultz (1997) yang berpendapat bahwa terjadinya penurunan angka kematian ibu dan bayi erat kaitannya dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada studi kasus tersebut menunjukkan bahwa variabel usia, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, serta jenis tempat tinggal dapat menjelaskan variabel kematian ibu sebesar 67,5 persen. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap tingginya angka kematian ibu di Kabupaten Brebes. Namun, sisanya sebesar 32,5 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.
Solusi
Solusi yang ditawarkan dalam penelitian tersebut adalah meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, gizi, dan kesehatan lingkungan, serta meningkatkan kemampuan ekonomi dan pendidikan individu dan keluarga. Hal ini dapat dilakukan melalui program-program yang lebih efektif dan terarah, serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas kesehatan dan pelayanan medis yang berkualitas. Selain itu, penelitian juga menyarankan perlu adanya perbaikan infrastruktur dan pelayanan kesehatan di wilayah-wilayah terpencil dan memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, seperti Kabupaten Brebes.
23 BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dinamika kependudukan merupakan fenomena kompleks yang mencakup pergerakan dan pertumbuhan penduduk suatu wilayah dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi. Untuk memahami dinamika ini, diperlukan sumber data yang akurat dan terpercaya. Sensus Penduduk, Survei, dan Registrasi Penduduk adalah sumber data utama yang memberikan informasi penting mengenai komposisi dan distribusi penduduk.
Komposisi penduduk mencakup berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, dan pekerjaan, sementara distribusi penduduk merujuk pada penyebaran geografis populasi. Faktor-faktor seperti usia awal hubungan seks, penggunaan kontrasepsi, dan kesehatan ibu memengaruhi fertilitas, sedangkan tingkat kematian bayi, umur harapan hidup, dan tingkat kematian umum memengaruhi mortalitas. Dengan memahami dinamika kependudukan dan faktor-faktor yang memengaruhinya, pembuat kebijakan dapat merencanakan pembangunan yang lebih efektif dan berkelanjutan.
3.2 Saran
Untuk mengelola dinamika kependudukan, langkah-langkah yang dapat diambil meliputi peningkatan pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perencanaan keluarga, mendorong program kesehatan masyarakat guna memperbaiki kualitas hidup, memperkuat pembangunan ekonomi inklusif untuk mengurangi tekanan pada sumber daya, dan memperkuat regulasi terkait imigrasi dan emigrasi untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan populasi dan sumber daya yang tersedia.
24
DAFTAR PUSTAKA
’Adriana, R. (2015). Dampak Mobilitas Penduduk Terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Penelitian Akuntansi, 8(2), 96–109.
https://doi.org/10.58431/jumpa.v8i2.11
Dinamika Penduduk: Pengertian, Faktor, Unsur - Gramedia Literasi. (n.d.).
https://www.gramedia.com/literasi/dinamika-penduduk/
Fadli, Z., Santi Diwyarthi, N., Suwarni, E., Imtihan, Rijal, S., Hatta, M., & Bilgies, A.
F. (2023). Ekonomi Kependudukan. www.globaleksekutifteknologi.co.id Moshinsky, M. (1959). Buku Pegangan Pengantar Kependudukan. In Nucl. Phys.
(Vol. 13, Issue 1).
Suharto, R. B., & Mulawarman, U. (2020). Buku Teori Kependudukan ( Rahcmad Budi Suharto , 2020 ) (Issue December).
https://journal.unnes.ac.id/sju/edaj/article/view/22297