BAB I PENDAHULUAN
Beberapa hari belakangan kita dikejutkan oleh suatu fenomena demonstrasi serentak mahasiswa yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta dan lain-lain. Demonstrasi merupakan suatu fenomena pergerakan massa hal ini berhubungan erat oleh aspek sosiologi dan psikologi. Menurut Mennicke, seorang psikolog sosial mengungkapkan bahwa ada dua macam massa yaitu massa abstrak dan konkret. Massa abstrak merupakan sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya persamaan minat, persamaan perhatian, kepentingan, tujuan, strukturnya tidak jelas, dan tidak terorganisasi.
Sementara massa konkret merupakan sekumpulan orang yang mempunyai ikatan batin, persamaan norma, dan struktur yang jelas. Berbeda dengan Mennicke. Park dan Burges, ahli sosiologi, membagi massa menjadi dua jenis, yaitu massa aktif dan massa pasif. Massa aktif disebut dengan mob karena bentuk massanya telah melakukan tindakan yang nyata.
Sementara massa pasif disebut dengan audience yaitu sekumpulan orang-orang yang belum melakukan tindakan nyata. Dan demonstrasi merupakan salah satu bentuk massa aktif.
Menurut Neil Smelser, salah seorang sosiolog, mengemukakan ada beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya massa, yaitu kegagalan kontrol sosial, struktur sosial, ketegangan dalam masyarakat, dan kejadian yang memicu munculnya massa.
Ahli dalam perilaku massa lainnya, Gustave Le Bon, mengatakan bahwa massa memiliki sifat-sifat psikologis. Seperti orang tersebut mau dan mampu melakukan sesuatu yang tidak akan dilakukannya jika tidak tergabung dalam suatu massa. Sebab sifat massa itu lebih impulsif, mudah tersinggung, ingin bertindak dengan segera dan nyata, kurang rasional, lebih mudah dipengaruhi, dan lebih mudah mengimitasi. Gustave Le Bon juga menambahkan bahwa dalam massa terdapat hukum bernama law mental unity, yaitu massa merupakan kesatuan pikiran dan jiwa.
Perilaku yang ditunjukkan oleh Massa seperti Histeria, Fade dan Audience. Virus Corona yang akhir-akhir ini menjadi momok yang menakutkan di seluruh dunia. tak tanggung-tanggung puluhan ribu jiwa melayang dikarenakan virus yang berasal dari negeri Tiongkok tersebut. Virus yang telah memasuki puluhan negara tersebut menjangkiti semua orang tanpa mengenal umur, mulai dari anak kecil hingga lansia. Virus Corona telah berlipat
ganda melalui berita hoax dan narasi yang berlebihan yang berujung pada kepanikan massal yang terjadi di seluruh dunia dan berakibat lebih berbahaya ketimbang virus Corona itu sendiri. Kepanikan massal yang diakibatkan informasi yang simpang siur mengenai virus Corona menyebabkan virus corona menjadi lebih berbahaya. Banyak dari pengguna internet yang menyebarkan informasi yang tidak teruji kebenarannya dan memperkeruh keadaan dengan pengguna internet lain yang langsung menyebarkan berita tersebut tanpa Apa yang menyebabkan kepanikan menjadikan suatu kejadian menjadi lebih berbahaya ketimbang kejadian tersebut?
BAB II PENGERTIAN 2.1 Histeria
Histeria massa mengacu pada ketakutan yang meluas dan intens terhadap bahaya yang ternyata palsu atau sangat dibesar-besarkan. Episode histeria massa relatif jarang. Salah satu yang sering dikutip adalah episode "War of the Worlds" (Miller, 2000). Miller, D. L.
(2000). Introduction to collective behavior and collective action (2nd ed.). Springfield, IL:
Waveland Press. Pada 30 Oktober 1938, aktor dan sutradara Orson Welles menayangkan adaptasi radio dari cerita terkenal ini oleh H. G. Wells, yang melibatkan invasi Mars ke Bumi. Acara ini menggambarkan invasi yang terjadi di New Jersey dan New York, dan ribuan pendengar dilaporkan berpikir bahwa invasi benar-benar terjadi. Ini adalah dekade sebelum Internet, sehingga mereka memanggil polisi, Garda Nasional, rumah sakit, dan sumber informasi lainnya dan menghubungi teman dan anggota keluarga untuk berbagi ketakutan mereka. Meskipun keesokan harinya surat kabar memuat banyak kisah cap di teater, serangan jantung, bunuh diri, dan reaksi keras lainnya terhadap acara radio, kisah-kisah ini ternyata salah.
Panik adalah bentuk perilaku kolektif lokal dimana orang bereaksi terhadap beberapa rangsangan dengan emosi, perilaku irasional, dan sering merusak diri sendiri. Secara umum beberapa ancaman memicu kepanikan, seperti dalam kasus kebakaran gedung teater yang ramai. Histeria massa adalah suatu bentuk perilaku kolektif yang tersebar di mana orang merespons sesuatu yang nyata atau membayangkan peristiwa dengan perilaku irasional.. (Imhonopi, Onifade, & Urim, 2013)
2.2 Fads
Fads, suatu keasyikan nontradisional oleh kolektivitas yang tersebar pada objek atau proses yang dibatas, terkadang dikategorikan sebagai perilaku massa, namun studi mengenai fads tersebut sangat minim. Meskipun diskusi khusus tentang fads berlimpah, tidak ada yang menyajikan pernyataan konseptual dan teoretis yang sistematis tentang mereka (Aguirre, Quarantelli, & Mendoza, 1988).
Fads muncul secara tiba-tiba dan tidak terduga. Mereka dikatakan sebagai hasil dari dorongan hati dan dianggap tidak melibatkan tindakan yang diperhitungkan atau adopsi yang disengaja, tetapi sebagai caprice spontan. Fads juga menyebar dengan cepat dan, tidak seperti fashion yang menyebar ke bawah, fads dapat bermula dari strata sosial apa pun. Fads hanya terbatas pada proporsi populasi yang lebih kecil daripada fashion.
Beberapa penulis percaya remaja sangat rentan untuk terlibat dalam fads, meskipun kebanyakan menekankan bahwa fads hanya akan menyebar di segmen tertentu dari
populasi. Dan yang terakhir, fads mendapatkan penerimaan dan popularitas dengan cepat.
Generalisasi yang paling sering ada tentang fads adalah bahwa mereka berumur pendek.
Begitu fads tersebut lewat, mereka akan hilang selamanya (Aguirre, Quarantelli, &
Mendoza, 1988).
Ada juga beberapa karakteristik deskriptif dari fads itu sendiri, diantaranya adalah (Aguirre, Quarantelli, & Mendoza, 1988):
a. Homogeneity : Sering dikutip sebagai fitur utama sebuah fads adalah gagasan bahwa perilaku tersebut homogen di waktu dan tempat yang berbeda
b. Novelty : Fads dianggap sebagai hal baru dan perilaku baru yang berbeda dari rutinitas yang ada.
c. Oddness : Fads tampaknya aneh dengan norma budaya yang ada. Mereka membangkitkan ketidaksetujuan sosial karena mereka yang tidak terlibat di dalamnya menganggap fads sebagai konyol, berbahaya, tidak bermoral, aneh, jika bukan perilaku menyimpang.
2.3 Audience
Ketika sekelompok orang bertemu di tempat tertentu pada waktu tertentu dengan objek tertentu, ia dikenal sebagai audiens (penonton). Mereka yang pergi ke taman bermain untuk melihat pertandingan kriket atau mereka yang pergi ke ruang publik untuk mendengarkan ceramah termasuk dalam kategori ini. Tetapi mereka yang menyaksikan pertandingan atau mendengarkan dosen di layar televisi di rumah tidak membentuk audiens. Menurut (Long and Wall, 2009) audiens adalah sekelompok individu yang sementara waktu ditentukan oleh pengalaman atau peristiwa. Kesalahpahaman tentang audiensi adalah bahwa mereka harus berada di tempat yang sama, audiens tidak harus disatukan oleh ruang fisik tetapi tindakan mengkonsumsi teks dan "literal dan kualitas menjadi 'dalam tindakan' mengonsumsi produk media”.
Karakteristik pertama audiens adalah bahwa orang berkumpul di tempat tertentu dengan minat yang sama atau serupa. Karakteristik kedua dari audiens adalah bahwa mereka diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan kode perilaku yang diterima secara universal. Sebagai contoh, ini adalah kode yang diterima bahwa pembicara tidak boleh
diganggu atau ditanyai pertanyaan saat dia berbicara. Demikian juga, itu adalah norma yang diterima bahwa seseorang tidak boleh bertepuk tangan di tengah-tengah orkestra simfoni. Kode etik bervariasi sesuai dengan audiens yang berbeda. Prinsip yang menentukan secara luas kode-kode semacam itu adalah bahwa audiens tidak boleh diizinkan untuk melakukan sesuatu atau bertindak dengan cara yang merugikan tujuan atau tujuan yang dikumpulkan audiens.
Awalnya, istilah "audience" berarti "orang-orang" istilah tersebut telah mengalami perubahan terkait dengan peserta dalam suatu acara, individu-individu yang menerima pesan tertentu yang mereka tanggapi dengan sikap persetujuan atau ketidaksetujuan.
Modernisasi telah mengubah crowds (orang banyak) menjadi audience (penonton).
Audience berfokus pada suatu masalah yang diperdebatkan. Audiens (penonton) adalah perkumpulan orang secara sementara , berbeda dengan kelompok yang lebih tahan lama.
Sementara kelompok memiliki struktur hierarkis, tidak ada struktur seperti itu dalam audiens (penonton). Meskipun bersifat sementara dan tanpa struktur, audiens sangat penting dalam kehidupan sosial. Audiens (penonton) berbeda dari crowds (kerumunan) karena penonton dalam pertemuan, pertemuan umum, gedung bioskop, dll., masuk dalam urutan yang telah ditentukan dan diatur sesuai dengan beberapa prinsip seleksi, sedangkan crowds (kerumunan), di tengah orang banyak, tidak ada urutan seperti itu.
Audiens menurut Brown (1954) termasuk ke dalam bagian crowds (kerumunan) bersama mobs (massa).
Audiens terbagi menjadi dua yaitu casual (santai) dan intentional (disengaja). Intentional audience dibagi menjadi dua yaitu; recreational dan information seeking. Mereka yang berkumpul untuk mencari informasi atau pengetahuan termasuk dalam kategori
intentional information seeking audiens. Tipe kedua disebut penonton yang mencari rekreasi. Mereka yang pergi ke taman bermain untuk menonton pertandingan atau ke bioskop untuk melihat film termasuk dalam kategori ini (recreational intentional audience). Jenis ketiga disebut audiens percakapan (Young, 1930).
BAB III KESIMPULAN
Histeria adalah perilaku massa yang panik berlebihan terhadap kenyataan yang ada.Fads merupakan sesuatu yang secara spontanitas kolektif yang kemunculannya tidak dilihat dari strata sosial tertentu. Fads berbeda dengan fashion, ketika fads telah usai maka ia akan hilang. Audience termasuk kedalam bagian crowds (kerumunan) dan bersifat sementara.
Audience memiliki karakteristik : individu yang ada didalamnya memiliki minat/tujuan yang sama dan terdapat kode etik yang harus diterima secara universal.
DAFTAR PUSTAKA
Aguirre, B. E., Quarantelli, E. L., & Mendoza, J. L. (1988). The Collective Behavior of Fads:
The Characteristics, Effects, and Career of Streaking. American Sociological Review, 53(4), 569-584.
Imhonopi, D., Onifade, C. A., & Urim, U. M. (2013). Collective Behaviour and Social Movements:a Conceptual Review. Research on Humanities and Social Sciences , Vol.3, No.10, 76 - 86.
Long, P. and Wall, T. (2009) Media Studies: Texts, Production, and Context. United Kingdom: Pearson Longman.
Matulessy, Andik. 2006. Massa, Kerusuhan dan Konflik Sosial: Suatu Telaah Psikologi Sosial.Diakses pada tanggal 23 Februari 2020 dari
http://andikmatulessy.untag-sby.ac.id/tulisan/karya-ilmiah/88-massa-kerusuhan-dan-k onflik-sosial-suatu-telaah-psikologi-sosial
Young, K. (1930). Crowd Behavior and Personality. In A. A. Knopf, Social Psychology : An Analysis of Social Behavior (pp. 522-536). New York.