• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Sejarah dan Urgensi Wawasan Kebangsaan

N/A
N/A
Azka Ahyadi

Academic year: 2024

Membagikan "Dinamika Sejarah dan Urgensi Wawasan Kebangsaan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(DINAMIKA HISTORI DAN URGENSI WAWASAN KEBANGSAAN)

Disusun Oleh :

AGI SAHRAIN HIDAYAT 20520064

1C PJKR

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PASUNDAN CIMAHI 2020/2021

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Dinamika Histori Dan Urgensi Wawasan Kebangsaan” tepat pada

waktunya. Terimakasih pula kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga dapat tersusunnya makalah ini.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam makalah ini membahas tentang pengertian hak, pengertian

kewajiban, pengertian warga negara, asas kewarganegaraan dan hak kewajiban warga Negara berdasarkan UUD 1945. Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.

Cimahi, 29 juni 2021

(3)

Pendahuluan Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlikan masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003).

Pendidikan bertujuan tidak hanya menghasilkan generasi penerus yang cerdas saja, tapi tujuan pendidikan juga membentuk generasi penerus yang berkarakter dan bermoral.

Manusia yang cerdas tanpa mempunyai karakter dan moral yang baik akan membuat kepintaran mereka sia-sia. Apabila segi-segi tersebut tidak dihiraukan, akan membuat generasi penerus bangsa kita memiliki moral yang rusak, seperti masalah yang dihadapi bangsa kita, misalnya korupsi dimana-mana, dan tawuran atar pelajar meluas. Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses menuju kedewasaan berfikir peserta didik, sehingga ia dapat membangun dirinya, lingkungannya, bangsa serta negaranya.

Setiap bangsa mempunyai wawasan kebangsaan yang merupakan visi bangsa yang bersangkutan menuju ke masa depan. Kehidupan berbangsa dalam suatu negara memerlukan suatu konsep cara pandangan atau wawasan kebangsaan yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan keutuhan bangsa dan wilayahnya serta jati diri bangsa itu. Bangsa yang dimaksudkan adalah bangsa yang bernegara. Perkembangan pemikiran bangsa Indonesia mengenai wawasan yang akan dianut dalam kehidupan bernegara dapat diikuti dalam sejarah pergerakkan kemedekaan sejak tahun 1908, yaitu sejak kita sadar akan rasa kebangsaan. Inti dari wawasan nasional yang disebut wawasan nusantara adalah tekad untuk bersatu yang didasarkan pada cita-cita dan tujuan nasional.

(4)

Konsep Dan Urgensi Wawasan Kebangsaan

Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan” dan

“Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara etimologis istilah “wawasan” berarti hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan.

Wawasan kebangsaan merupakan jiwa, cita-cita, atau falsafah hidup yang tidak lahir dengan sendirinya. Ia sesungguhnya merupakan hasil konstruksi dari realitas sosial dan politik (sociallyand politicallyconstructed). Pidato Bung Karno atau perhatian Hatta mengenai wawasan kebangsaan adalah bagian penting dari konstruksi elit politik terhadap bangunan citra (image) bangsa Indonesia. Apa pun perbedaan pandangan elit tersebut, persepsi itu telah membentuk kerangka berpikir masyarakat tentang wawasan kebangsaan.

Setiap orang tentu memiliki rasa kebangsaan dan memiliki wawasan kebangsaan dalam perasaan atau pikiran, paling tidak di dalam hati nuraninya. Dalam realitas, rasa kebangsaan itu seperti sesuatu yang dapat dirasakan tetapi sulit dipahami. Namun ada getaran atau resonansi dan pikiran ketika rasa kebangsaan tersentuh. Rasa kebangsaan bisa timbul dan terpendam secara berbeda dari orang per orang dengan naluri kejuangannya masing-masing, tetapi bisa juga timbul dalam kelompok yang berpotensi dasyat luar biasa kekuatannya.

Rasa kebangsanaan adalah kesadaran berbangsa, yakni rasa yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas.

Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau semangat patriotisme.

Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa, tetapi ia merupakan perekat yang mempersatukan dan memberi dasar keberadaan (raison d’entre) bangsa-bangsa di dunia.

(5)

Dengan demikian rasa kebangsaan bukanlah sesuatu yang unik yang hanya ada dalam diri bangsa kita karena hal yang sama juga dialami bangsa-bangsa lain.

Perkembangan Wawasan Kebangsaan

Dilihat dari akar sejarahnya, embrio dari munculnya wawasan kebangsaan yang kemudian melahirkan Negara nasional adalah perkembangan ekonomi dan kehidupan keagamaan sejak selesainya Perang Salib, yang menyebabkan struktur politik feodalisme tidak mampu

menjawab dinamika sosial yang baru. Imperium Romawi secara bertahap runtuh, dan berdirilah berbagai kerajaan baru dengan rakyat yang relative lebih homogen serta punya kesadaran dan kepentingan nasionalnya masing-masing. Dalam bidang politik memang terdapat plurarisme, namun bangsa-bangsa baru dan Negara-negara nasional di Eropa mempunyai persamaan warisan kultural. Persamaan warisan kulturan telah memudahkan proses integrasi bangsanya masing-masing.

Wawasan kebangsaan merupakan kekuatan formatif pembentukan Negara nasional.

Pembentukan Negara nasional dalam arti modern terjadi tahun 1776, ketika 13 koloni Anglo Sakson di Amerika Utara menyatakan tidak terikat lagi dengan Ratu Inggris.

Dengan argument filsafati ( Declaration of Independence) bahwa Inggris telah berlaku sewenang-wenang, oleh karena itu telah kehilangan dasar legitimasinya untuk memerintah.

Momen sejarah yang penting lainnya berkaitan dengan perkembangan wawasan kebangsaan dan Negara nasional adalah pemberontakan terhadap rezim monarki absolute di bawah raja Louis XIV di Perancis tahun 1789.

Secara historis Negara nasional hampir selalu terbentuk sebagai puncak perjalanan panjang perlawanan terhadap 3 absolutisme dan kesewenang-wenangan seperti yang terjadi di

Amerika Utara dan Perancis. Setelah menengok sejarah perkembangan wawasan kebangsaan pada Negaranegara yang lebih tua dan lebih mantap kehidupan kenegaraannya, kita akan coba lihat bagaimana perkembangan wawasan kebangsaan di negara kita tercinta, Indonesia.

Suatu kenyataan sejarah, bahwa wawasan kebangsaan bukanlah suatu konsep politik yang pertama kali lahir di Indonesia. Kesadaran kebangsaan ini lahir dari persepsi pemimpin pergerakan kemerdekaan yang telah berpendidikan Barat dalam perjuangan menentang penjajahan Belanda. Sumbangan dari local genius bangsa Indonesia barangkali terletak pada kemampuan bangsa ini untuk mengadopsi serta mengadaptasi berbagai konsep yang datang dari luar dan menjadikannya sebagai bagian integral dari system nilai masyarakat

Proses penyatuan wilayah Nusantara ke dalam suatu kesatuan politik pada awalnya adalah suatu proses ekspansi Pemerintah Kolonial Belanda untuk memperluas wilayah jajahannya.

Wilayah jajahan Belanda di nusantara kemudian dijadikan klaim wilayah bagi wawasan kebangsaan di Indonesia. Wawasan Kebangsaan lahir sebagai kekuatan yang berhadapan dengan idiologi kolonial, di mana tujuannya untuk membebaskan diri dari belenggu

penjajahan. Wawasan kebangsaan di Indonesia memang baru dikenal setelah terjadi kontak di antara kaum terpelajar Indonesia dengan peradaban Eropa dan Amerika.

Dilihat dari perjalanan sejarahnya perkembangan wawasan kebangsaan dapat kita lihat dalam2 fase perkembangan. Fase pertama, tahun 1908-1928. Tanggal 20 Mei 1908 kita akui

(6)

sebagai hari Kebangkitan Nasional, karena Boedi Oetomo dapat kita pandang sebagai pelopor Kebangkitan Nasional meskipun dalam kenyataannya masih bertumpu pada ‘konsep Jawa” . Selama rentang waktu 20 tahun lahirlah organisasi-organisasi politik sebagai alat baru untuk merumuskan tujuan yang hendak dicapai6 . Para pemimpin politik dan golongan terpelajar mulai mengenal cara-cara bertukar pikiran yang baik untuk merumuskan tujuan. Dialog dilakukan dalam rangka mencapai konsensus atau kesepakatan bersama. Dalam fase pertama ini melahirkan kesepakatan menggunakan sebutan sebagai satu bangsa baru yaitu Indonesia.

Negara kesatuan adalah pilihan para faunding father.Republik Indonesia yang mendapat dukungan kuat oleh rakyat Indonesia. Bangsa Indonesia memang sudah tidak ragu dengan pilihan mereka tentang Negara kesatuan ini. Dasar-dasar wawasan kebangsaan cukup kuat karena bangsa Indonesia terbentuk lebih dulu dari Indonesia sehingga nasionalisme

berkembang wajar dan tanpa paksaan. Pernyataan bahwa perbedaan budaya dan etnis akan menjadi penghambat pembentukan nasionalisme tidak berlaku dalam membahas

nasionalisme di Indonesia.

Permasalahan Integrasi Nasional

Dalam usia yang ke 62 tahun, sebagai bangsa-bangsa yang merdeka dalam rangka melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasar atas kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

Integrasi bangsa yang selama ini dengan susah payah dibangun selalu dihadapkan pada faktor disintegratif yang ada dalam masyarakat. Faktor disintegratif barkait erat dengan sektor tradisional masyarakat yaitu Suku, Agama, Ras atau Etnik (SARA), masalah konflik terpendam antara umat Islam dan Kristen muncul kembali ke permukaan. Masalah yang relative tidak muncul pada masa melawan penjajah Belanda. Pada zaman kolonial karena menghadapi musuh yang sama, mereka dapat saling bahu membahu.

Menyangkut masalah etnisitas, Indonesia memiliki potensi disintegratif yang tinggi. Secara etnis, Indonesia terdiri atas lebih dari 300 kelompok etnis berbeda lengkap dengan identitas kulturalnya sendiri, yang berbicara dengan lebih dari 250 bahasa yang berbeda pula. Etnisitas juga tidak punya relevansi untuk diangkat sebagai tema politik. Gerakan Hassan Tiro di Aceh memang berusaha mengekplotasi sentiment etnisitas Aceh berhadapan dengan apa yang disebutnya kolonialisme Jawa. Bahkan kemudian mengangkat nasionalisme Sumatera dengan konsep Sumatera merdeka, yang tidak mendapat dukungan baik secara histories maupun sosiologis.

Masalah berikutnya yang sedang kita hadapi bersama adalah kecenderungan meningkatnya separatisme di daerah. Ada dua propinsi yang terang-terangan menyatakan ingin merdeka yaitu Aceh dan Riau. Kedua propinsi memang dikenal sebagai daerah kaya dan penghasil devisa Negara dengan minyak bumi dan gasnya. Di Aceh tuntutan telah sampai pada tingkat perlawanan bersenjata yang telah pula memakan banyak kurban. Di Riau baru pada tingkat pernyataan ingin merdeka oleh sekelompok kecil intelektual.

Untuk dapat mengatasi masalah sparatisme ini, pemerintah haruslah menghormati perbedaan- perbedaan yang ada di daerah serta memperhatikan kepentingan-kepentingan daerah dan rakyat yang hidup di sana. Kontrol yang kuat dari DPR, Pers, dan rakyat sangat perlu, agar pemerintah dan elite politik tidak menonjolkan kepentingannya sendiri yang dapat merugikan

(7)

daerah. Asas yang tercantum dalam Undang-undang No 22 dan 25 tahun 1999 mengenai hubungan dan pembagian wewenang antara Pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta perimbangan keuangan, mungkin merupakan salah satu bentuk formula yang dapat

membantu mewujudkan adanya persatuan dan kesatuan nasional, dengan memberi ruang gerak yang cukup bagi kemajemukan di Indonesia.

PENUTUP

Konsep Dan Urgensi Wawasan Kebangsaan

Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan” dan “Kebangsaan”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara etimologis istilah “wawasan” berarti hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti

konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan.

Pentingnya Wawasan Kebangsaan Bagi Generasi Muda

Wawasan kebangsaan sangat perlu kita sampaikan kepada generasi muda, agar mereka tahu dan paham kondisi wilayah Indonesia tang bertujuan menciptakan penerus negara akan mencintai dan bangga terhadap negara dan bangsa Indonesia ini. Wawasan kebangsaan menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan bangsa lain di dunia internasional.

Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan 1. Wadah

2. Isi 3. Tata laku

Fungsi Wawasan Kebangsaan

Fungsi dasarnya adalah sebagai fondasi. Fungsi lainnya mencakup panduan, motif, dan dorongan dalam kehidupan berbangsa. Di level pemerintahan, baik daerah maupun pusat, kita bisa pahami dalam konteks perumusan kebijakan dan relasinya dengan masyarakat.

Tujuan dan Argument Wawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan mengutamakan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan dan diharapkan manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa Indonesia. Sehubungan dengan itu, hendaknya dipupuk penghargaan terhadap martabat manusia, cinta kepada tanah air dan bangsa, demokrasi, dan

kesetiakawanan sosial.

(8)

DAFTAR PUSTAKA http://sosiologis.com/wawasan-kebangsaan

https://kesbangpol.bantenprov.go.id/id/read/bidang-bina-ideologi-dan- wawas.html#B______Definisi_Wawasan_Kebangsa

https://siedoo.com/berita-33414-pentingnya-implementasi-wawasan-kebangsaan-bagi- generasi-muda/#:~:text=Pentingnya%20Implementasi%20Wawasan%20Kebangsaan

%20Bagi%20Generasi%20Muda,-14%20Desember%202020&text=Wawasan

%20kebangsaan%20mengandung%20komitmen%20dan,mendatang%20serta%20berbagai

%20potensi%20bangsa.

Referensi

Dokumen terkait

Kata Kunci: Tri Wawasan (Wawasan Kejuangan, Wawasan Kebangsaan dan Wawasan Kebudayaan), Pembelajaran Karakter. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya beban beratLembaga

Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Karikatur untuk Meningkatkan Wawasan Kebangsaan (Studi di SMA N 2 Purwokerto). Leo Agung S, M.Pd. Program Studi

Tesis yang berjudul: “ Implementasi Wawasan Kebangsaan dalam Pembelajaran Sejarah di Pondok Pesantren (Studi Kasus di SMA Al- Muayyad Surakarta dan SMA

Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan

• Wawasan Nasional  “cara pandang” suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya.. Bangsa indonesia adalah bangsa yang terjajah dan terpecah. b. Memiliki wilayah yang

Hubungan Antara Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia dan Wawasan Kebangsaan Dengan Karakter Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Galuh

Wawasan kebangsaan harus mampu menjawab tantangan dan peluang yang terbuka dihadapan kita. Untuk menjawab berbagai tantangan yang timbul, bangsa Indonesia

Wawasan kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia dalam mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal