• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawasan Kebangsaan untuk ASN

N/A
N/A
hani purwanti

Academic year: 2024

Membagikan "Wawasan Kebangsaan untuk ASN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Nama Lengkap : Hani Setia Purwanti

NIP : 198812282023212036

Jabatan : Ahli Pertama – Guru Geografi Instansi : Kementerian Agama

Rangkuman

Agenda 1

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

ASN sebagai abdi negara perlu memantapkan wawasannya tentang kebangsaan dan kenegaraan, dengan cara mengenali jati diri bangsa dan memiliki kesadaran terhadap sistem nasional, yang bersumber dari Pancasila,UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika. Hal ini demi mencapai tujuan nasional. Tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan.

Kepentingan bangsa dan Negara harus ditempatkan di atas kepentingan lainnya.

Langkah konkrit mengedepankan kepentingan bangsa dan negara:

1. Memantapkan wawasan kebangsaan

2. ASN harus mengaktualisasikan nilai dasar bela negara dalam kehidupan sehari- hari

3. Mengimplementasikan sistem administrasi NKRI

Wawasan kebangsaan bersifat pemahaman yang dapat diimplementasikan.

Kesadaran bela negara perlu diaktualisasikan dengan aksi dan tindakan nyata. Di lapangan, aksi bela negara para ASN dapat tersirat pengabdiannya sesuai profesi masing masing. Kompetensi menjadi awal dari terbentuknya kemampuan untuk membela negara menghadapi berbagai bentuk ancaman.

Saat ini, bangsa dan negara sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai perubahan lingkungan strategis. Akibat dari fenomena ini, berbagai isu permasalahan terjadi di negara kita dan mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai permasalahan tersebut selanjutnya disebut Isu strategis kontemporer diantaranya;

korupsi, narkoba, paham radikalisme/terorisme, money laundry, proxy war, dan

(2)

kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya.

Dalam konteks globalisasi ASN perlu memahami berbagai dampak positif maupun negatifnya. Sejalan dengan perkembangan zaman, proses globalisasi selain membawa dampak negatif, juga mengakibatkan munculnya fenomena baru yang dapat berdampak positif yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Dampak positif dari globalisasi seperti demokratisasi, penghormatan terhadap hak asasi manusia, tuntutan supremasi hukum, transparansi, dan akuntabilitas.

ASN dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena-fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap ASN mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan isu-isu strategis yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi. ASN harus mampu menangkal ancaman negatif, termasuk juga harus mampu beradaptasi dengan perubahan perubahan situasi akibat globalisasi.

ASN sebagai abdi negara maupun sebagai aparatur negara memiliki potensi dan lingkungan strategis yang dapat diaktualisasikan dalam menghadapi tantangan dan ancaman dari isu isu strategis kontemporer. UrieBrofenbrenner (Perron, N.C., 2017) dalam Modul Isu Kontemporer, ada empat level lingkungan strategis yang dapat memengaruhi kesiapan ASN dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).

Lingkungan strategis tersebut, mulai dari level terluas (global) hingga level miniatur (keluarga) secara langsung ataupun tidak langsung dapat memengaruhi cara pandang individu mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan faktor utama yang akan menambah wawasan ASN. Wawasan tersebut melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi, Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional.

Dengan memahami penjelasan di atas, maka yang perlu menjadi fokus perhatian adalah mulai membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan memperhatikan modal insani (manusia). Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal manusia (human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building. Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman

(3)

bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara.

Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan kondisi Warga Negara yang secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara kondisi psikis yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan raganya memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk menangkal faham-faham, ideologi, dan budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia, merupakan kesiapsiagaan yang terintegrasi guna menghadapi situasi kontijensi dan eskalasi ancaman sebagai dampak dari dinamika perkembangan lingkungan strategis yang juga memengaruhi kondisi dalam negeri yang dipicu oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.

Ketangguhan mental yang didasarkan pada nilai-nilai cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai ideologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan negara akan menjadi sumber energi yang luar biasa dalam pengabdian sebagai abdi negara dan abdi rakyat.

Cinta Tanah Air Kesadaran Berbangsa dan bernegara, misalnya yakin terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban untuk bangsa dan negara, ini adalah contoh awal kesediaan bela negara. Banyak contoh lain misalnya melestarikan budaya, mentaati aturan. Beberapa contoh lain diantaranya adalah kesadaran untuk melestarikan khasanah budaya bangsa yang adi luhung, terutama kebudayaan daerah dari sabang sampai merauke yang beraneka ragam. Hal lain yang bisa dicontohkan adalah adanya kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Hal ini sebagai bentuk ketaatan pada hukum yang berlaku akan menciptakan keamanan dan ketentraman bagi lingkungan serta mewujudkan rasa keadilan di tengah masyarakat.

Agenda 2

Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif. Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan tertentu dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and political development) serta melalui pembangunan ekonomi dan sosial (economic and social development) yang diarahkan pada meningkatkan

(4)

kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat. Selain itu, pembangunan sumber daya manusia ASN sebagai bagian dari upaya reformasi birokrasi, diharapkan mampu mengakselerasi pelaksanaan tugas, fungsi, dan peran ASN sebagaimana dimaksud dalam UU ASN

Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).

Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo meluncurkan Core Values dan Employer Branding ASN tersebut, yang bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian PANRB ke-62. Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai dasar operasional BerAkhlak secara sederhana dideskripsikan sebagai berikut.

1) Berorietnasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasaan masyarakat;

2) Akuntabel, yaitu bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;

3) Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas;

4) Harmonis, yaitu saling peduli dan mengharagai perbedaan;

5) Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara;

6) Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antuasias dalam menggerakkan serta menghadapi perubahan; dan

7) Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis

Pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan muara dari reformasi birokrasi, seperti tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 yang menyatakan bahwa visi reformasi birokrasi adalah pemerintahan berkelas dunia yang ditandai dengan pelayanan publik yang berkualitas. Tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggung-jawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017). Akuntabilitas merujuk pada

(5)

kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.

Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:

 Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi

 Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien

 Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi;

dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.

Loyal, dalam konteks ASN dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku: a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN. Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.

(6)

Kolaboratif seorang ASN dapat ditunjukkan dengan perilaku: memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi; terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah; menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

Agenda 3

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Konsep literasi digital pun semakin berkembang seiring zaman. Menurut definisi UNESCO dalam modul UNESCO Digital Literacy Framework (Law, dkk., 2018) literasi digital adalah “...kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.”

Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Literasi digital juga merupakan kemampuan untuk secara kreatif terlibat dalam praktik sosial tertentu, untuk mengasumsikan identitas sosial yang tepat, dan untuk membentuk atau mempertahankan berbagai hubungan sosial di ruang digital. Literasi digital juga mencakup kemampuan untuk menyesuaikan aspek keterjangkauan dan kendala yang muncul dalam bermedia digital dengan berbagai dengan keadaan tertentu.

Kominfo sendiri menjabarkan literasi digital ke dalam 4 kompetensi yaitu kecakapan menggunakan media digital (digital skills), budaya menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital ethics), dan aman menggunakan media digital (digital safety).

Bangsa yang sukses dan berkualitas adalah bangsa yang berbudaya dan bermartabat. Seyogyanya, saat dunia bertransformasi menjadi budaya digital, maka budaya baru yang terbentuk harus dapat menciptakan manusia yang berkarakter dan warga digital yang memiliki nilai-nilai kebangsaan untuk memperkuat bangsa dan negaranya. Kehadiran media dan teknologi digital, dengan kata lain, harus menjadi sarana memperkuat budaya bangsa dan karakter warganegara. Modul ini lahir dari sebuah cita-cita untuk menjadikan budaya digital yang tumbuh pesat, tidak lepas dari nilai-nilai kewarganegaraan dan budaya Indonesia.

Membahas tentang keamanan digital berarti membahas berbagai aspek keamanan, mulai dari menyiapkan perangkat yang aman hingga menyediakan panduan untuk berperilaku di media digital yang rendah risiko. Ada lima indikator atau kompetensi yang perlu ditingkatkan dalam membangun area kompetensi keamanan digital, yaitu:

(7)

 Pengamanan perangkat digital

 Pengamanan identitas digital

 Mewaspadai penipuan digital

 Memahami rekam jejak digital

 Memahami keamanan digital bagi anak

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumberdaya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.

Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan public yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.

Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latarbelakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jeniskelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan”. Merit sistem adalah salah satu strategi untuk mendorong produktivitas kerja lebih tinggi karena ASN dijamin obyektivitasnya dalam perjalanan kariernya. Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang menggambarkan diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja). Pengambilan keputusan dalam pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan dan kualifikasi seseorang dalam atau untuk melaksanakan pekerjaan dan tidak berdasarkan pertimbangan subyektif seperti afiliasi politik, etnis, dan gender. Obyektifitas dilaksanakan pada semua tahapan dalam pengelolaan SDM (rekruitmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi).

Jaminan system merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, di sisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.

(8)

Manajemen ASN, terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK, Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi, Organisasi dan Sistem Informasi. Manajemen PNS Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pension dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.

Keterkaitan Antar Agenda

Tujuan Nasional sebagaimana tercantum pada alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945 merupakan cita cita besar Bangsa Indonesia. Wawasan Kebangsaan menjadi kunci tercapainya tujuan nasional tersebut, karena merupakan pemahaman dan cara pandang Bangsa Indonesia yang bersifat universal (luas) dan tidak lekang oleh waktu. Wawasan kebangsaan berlaku untuk setiap warga negara dan akan berlaku hingga masa yang akan datang. Dalam menghadapi dampak negatif globalisasi sebagai konsekuensi dari perubahan lingkungan strategis, wawasan kebangsaan akan selalu menjadi jangkar dalam mengatasi berbagai permasalahan atau isu-isu lingkungan strategis yang dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sikap bela negara merupakan wujud aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.

ASN sebagai abdi negara menjadi barisan terdepan dalam mewujudkan cita cita bangsa. ASN mengemban tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Dalam melaksanakan tugasnya dan profesinya tersebut, ASN harus mengacu pada nilai nilai dasar atau core values ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga melayani Bangsa).

Perubahan lingkungan strategis, termasuk globalisasi bahkan COVID-19 telah membawa kita pada era baru dalam bidang informasi dan komunikasi. Saat ini kita dihadapkan pada era teknologi informasi. Segala bentuk perubahan dalam bidang informasi dan komunikasi menghampiri seluruh kalangan dan profesi, termasuk ASN. Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh peserta CPNS dan diharapkan para peserta mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan transformasi digital yang berlangsung sangat cepat.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam arti luas, wawasan adalah cara pandang yang lahir dari keseluruhan kepribadian kita terhadap lingkungan sekitarnya, dan bersumber pada falsafah hidup.. Bangsa adalah

Oleh karena itu, sosialisasi empat pilar Bangsa yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai Dasar Negara

mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman tentang: - Demokrasi dalam kerangka NKRI - Kedudukan Bhinneka Tunggal Ika untuk memperkokoh NKRI - Kesadaran berbangsa

Meningkatnya Pembinaan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional dalam Rangka Memantapkan pengamalan Pancasila, Pelaksanaan UUD Negara RI Tahun 1945, Pelestariaan

Sedangkan tingkat Pemahaman Siswa di kelas VIII C pada Pilar Pancasila sebesar 12,67%, pada pilar UUD 1945 sebesar 13,80%, pada pilar NKRI sebesar 13,54% dan pada pilar Bhinneka Tunggal

Kerusuhan, dan kerusakan di masyarakat sebagai akibat dari tindakan kekerasan yang disebabkan oleh kurangnya penerapan wawasan kebangsaan 2.4 Pentingnya Wawasan Kebangsaan Wawasan

Oleh karena itu kita harus mengamalkannya diantaranya empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia

Selanjutnya dakwah kebangsaan didasarkan pada pilar-pilar kebangsaan Indonesia, yakni berasaskan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI,