Terima kasih telah menjagaku sejak kecil hingga penulis bisa mencapai tahap ini, terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya sehingga penulis dapat maju dalam kehidupan setiap harinya. Psi., Psikolog sebagai pembimbing, terima kasih atas saran, masukan dan waktu yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih atas kerjasama yang telah terjalin dan terus terjalin dengan penulis hingga selesainya tugas ini.
Terima kasih atas saran dan masukan yang diberikan, terima kasih telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk memberikan ide-ide yang sangat membantu penulis menjadikan tugas ini lebih baik lagi. Sc selaku dosen pembimbing akademik mengucapkan terima kasih karena telah memberikan banyak saran kepada penulis selama perkuliahan.
Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah penulis dan selalu memberikan solusi agar penulis dapat melanjutkan studinya. Terima kasih atas segala sesuatu yang diberikan kepada penulis sampai pada tahap ini. Terima kasih telah memberikan banyak pembelajaran berharga selama proses bersama di prodi Psikologi Unhas.
Sahabat Kentang dan Kelompok Observasi antara lain Albi, Angie, Muflilha, Patricia dan Raudya terima kasih sudah berbagi cerita bersama, terima kasih atas solidaritas, suka dan duka yang kita alami bersama. Terima kasih atas waktu yang bisa kita manfaatkan, meski jarang kita bisa berkumpul. Terima kasih karena selalu mengajak penulis untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Saudara-saudara yang telah bekerjasama dengan penulis, kami ucapkan terima kasih atas kepercayaan dan semangatnya karena mau bekerja sama dengan penulis untuk mewujudkan kegiatan. Terima kasih telah meluangkan waktu bagi penulis untuk bekerja sama menciptakan kenangan yang akan selalu hidup dalam ingatan penulis selamanya. Terima kasih sudah mau bersama penulis dalam persahabatan selama kurang lebih 10 tahun, banyak hal yang penulis dapatkan dari setiap kebersamaan.
Kepada semua orang yang telah menjadi bagian dari SENA, terima kasih atas kenangan berharga dan kolaborasi yang telah kalian lakukan bersama. Kepada seluruh idola penulis, baik penyanyi, aktor, aktris, youtuber, dan lainnya, terima kasih karena selalu memberikan karya yang telah diberikan kepada penulis. Kepada kesayangan penulis, terima kasih sudah mau menjadi sahabat disaat penulis kesepian, terima kasih sudah bersedia menjadi sahabatnya.
Sekalipun tidak jelas, terima kasih telah mengantarkan penulis sampai pada titik ini.
Rumusan Penelitian
Pengungkapan diri remaja dalam hubungan percintaan dapat terjadi melalui media sosial. Remaja dapat menentukan calon pasangannya dan memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri hubungan dengan berlangsungnya proses keterbukaan diri. Keterbukaan diri yang tidak lagi sebatas tatap muka saja melainkan bisa dilakukan secara online, memberikan kebebasan bagi remaja untuk menentukan informasi apa saja yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada calon pasangannya. Keterbatasan pertemuan tatap muka dan kurangnya isyarat nonverbal membuat peneliti tertarik pada keterbukaan diri remaja saat menjalin hubungan romantis melalui media sosial.
Signifikansi dan Keunikan Penelitian
Penelitian Habibah et al (2021) mengungkapkan bahwa keterbukaan diri yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi kencan online akan meningkatkan komunikasi antara pengguna aplikasi satu sama lain. Keterbukaan diri yang dilakukan dalam proses saling menguntungkan antara satu sama lain memberikan suatu proses yang dimulai dari perkenalan hingga membangun hubungan yang akrab, dan jika dilakukan secara positif maka akan membuat hubungan menjadi semakin akrab dan erat. Keterbukaan diri juga memberikan kontribusi yang besar untuk dapat melihat potensi calon pasangan yang terlihat pada aplikasi kencan online, serta memprediksi potensi hubungan yang akan diupayakan.
Penelitian Ward (2016) menunjukkan bahwa aplikasi kencan online merupakan sarana seseorang untuk mengekspresikan diri. Keterbukaan diri terjadi dari foto atau profil yang terlihat pada masing-masing akun. Seseorang dapat memutuskan kepada siapa mereka akan mengungkapkan dirinya dengan memulai percakapan hanya dengan data pribadi yang terlihat. Pada fase dimana seseorang memperkenalkan diri dan memulai percakapan dengan informasi umum, seseorang akan mencari informasi lebih mendalam tentang pasangannya melalui media sosial lainnya. Hal ini dilakukan untuk membangun poin pembicaraan dalam keterbukaan diri yang dilakukan. dan mengenal pasangannya lebih baik.
Penelitian Murdiani dkk (2021) menemukan adanya kaitannya dengan keterbukaan diri yang dilakukan melalui aplikasi game online. Pemain memilih permainan yang ingin dimainkan dan membentuk kelompok, hal ini kemudian membuat pemain ingin bertemu dengan seseorang yang menurut mereka menarik atau mampu memainkan permainan tersebut. Sekelompok orang akan membuat ruang obrolan untuk berkomunikasi satu sama lain dari login di game yang ada, dan jika seseorang ingin mengenal orang tertentu, maka komunikasi pribadi akan dilanjutkan.
Fase semakin intim berlanjut dengan komunikasi melalui media sosial lain yang ingin mereka gunakan untuk saling mengekspresikan diri. Melalui aplikasi game online dapat menjadi sarana seseorang untuk melakukan keterbukaan diri, komunikasi yang terus menerus dapat membuat seseorang semakin menjalin hubungan bahkan sampai pada tahap romantis.
Maksud, Tujuan, dan Manfaat Penelitian
- Definisi Self-Disclosure
- Dimensi Self-Disclosure
- Motif Dasar Self-Disclosure
- Faktor yang Mempengaruhi Self-Disclosure
- Online Self-Discosure
- Self-Disclosure pada Remaja
Pengungkapan diri adalah pengungkapan informasi pribadi yang disengaja kepada orang lain (Interpersonal Communication Processes, 2016). Informasi yang diberikan kepada orang lain merupakan sesuatu yang belum diketahui sebelumnya, informasi tersebut merupakan pengetahuan baru yang perlu didiskusikan. Keterbukaan diri mencakup informasi tentang diri sendiri, pikiran, perasaan, dan perilaku, atau berkaitan dengan orang lain yang dekat dengannya.
Pengungkapan diri melibatkan setidaknya satu orang lain. Agar keterbukaan diri dapat terjadi, informasi harus diterima dan dipahami oleh orang lain (DeVito). Konsep keterbukaan diri adalah mengungkapkan informasi tentang orang lain, dan siapa pun. Dapat disimpulkan bahwa keterbukaan diri adalah suatu cara untuk memulai atau memperdalam suatu hubungan dengan mengungkapkan informasi yang ada dari pihak yang terlibat, dan suatu pendekatan yang setara dengan informasi yang disediakan.
Secara umum, semakin personal dan negatif suatu topik yang dibicarakan seseorang, semakin sulit bagi mereka untuk melakukan pengungkapan diri. Secara umum, keterbukaan diri yang dilakukan secara online difasilitasi oleh anonimitas, identitas dunia nyata tidak perlu disampaikan dalam ruang virtual. Hal yang membedakan keterbukaan diri yang dilakukan secara tatap muka dan di dunia maya adalah isyarat verbal.
Keterbukaan diri yang dilakukan melalui dunia maya menggantikan peran nonverbal di dunia nyata dengan pesan yang diberikan kepada orang lain. Namun hal ini kembali lagi kepada masing-masing orang dalam melakukan keterbukaan diri (Kim & Dindia, 2011; Van Golde, 2017). Pengungkapan diri yang dilakukan secara tatap muka atau di dunia maya, selain mempunyai perbedaan juga terdapat persamaan khususnya dalam keterbukaan diri.
Seseorang akan meninggalkan kesan positif saat pertama kali ingin menjalin hubungan dengan orang lain. Pengungkapan diri yang dilakukan secara online dipengaruhi oleh faktor pengirim, penerima, pesan, mediasi, dan umpan balik (Kim & Dindia, 2011). Hal ini mungkin berjalan seiring dengan proses perkembangan remaja mengenai kesesuaian perasaan, pikiran, dan perilaku yang mereka rasakan terhadap dirinya dalam proses pengungkapan diri.
Remaja akan sering melaporkan sendiri proses keterbukaan diri yang sedang berlangsung dan menjadikan komunikasi ini sebagai tujuan utama proses keterbukaan diri dalam pengembangan remaja. Tahapan masa remaja merupakan hal yang mendasar dalam proses perkembangan manusia, keterbukaan diri merupakan salah satu media agar perkembangan remaja tetap pada tahap-tahap esensialnya, seperti hubungan, identitas diri, harga diri dan kesejahteraan (Vijayakumar & Pfeifer, 2019).
Kerangka Konseptual