• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diskusi Tentang Hubungan Industrial

N/A
N/A
Nella April

Academic year: 2023

Membagikan "Diskusi Tentang Hubungan Industrial"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Silahkan kepada rekan mahasiswa untuk mendiskusikan pertanyaan berikut ini:

1. Deskripsikan konsep Serikat Pekerja dan kaitanya dengan produktivitas suatu perusahaan serta berikan contohnya!

2. Serikat Pekerja di Indonesia dijamin kebebasan berserikat dengan berbagai dasar hukum seperti UUD 1945, Konfensi ILO No. 87 dan No. 98, Keputusan Presiden No. 80 Tahun 1998, dan UU No. 21 Tahun 2000. Jelaskan perbedaan dari masing-masing dasar hukum tersebut dan efektifitas penerapannya di Indonesia!

*************************************************@@@***********************************************

Nama : Nellawaty Apritama NIM : 045287219

Prog.Studi : Manajemen UPBJJ : Samarinda

Ijin menjawab diskusi pada sesi 1 ini

Pembahasan:

1) Dalam modul 2 EKMA4367 dijelaskan pembahasan hubungan industrial memang tidak akan terlepas dari serikat pekerja yang mewadahi hubungan industrial tersebut. Tujuan pembentukan serikat pekerja adalah memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Serikat pekerja juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam pembentukan serta keputusan manajer dalam kegiatan strategi pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Setiap perusahaan memang seharusnya memiliki strategi memperkecil dan bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan kerja di kalangan karyawan sesuai dengan kondisi perusahaan. Namun intervensi dari Serikat Pekerja juga memiliki peran penting dalam penyusunan strategi tersebut.

Strategi yang perlu diterapkan perusahaan yang mendapat pengaruh dari serikat pekerja meliputi.

a) Serikat Pekerja membantu pihak manajemen dalam menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Misalnya karena alasan finansial, kesadaran karyawan tentang keselamatan kerja dan tanggung jawab perusahaan dan karyawan maka perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.

b) Serikat Pekerja memberi pendapat pada pihak manajemen untuk menentukan apakah peraturan tentang keselamatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap aturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan.

(2)

c) Serikat Pekerja memberi pendapat sekaligus membantu Pihak manajemen untuk proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti pihak manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana sesuai kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara arti reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.

Serikat pekerja dalam rangka membangun hubungan (kerja) industrial yang kondusif, serta proporsional dalam menjaga kepentingan pekerja sangat dibutuhkan karena mempunyai nilai strategis, yakni:

a) Serikat pekerja untuk melindungi pekerja dari ketidakmampuan dalam memperjuangkan aspirasinya secara individu, mengingat posisi pekerja sangat lemah.

b) Serikat pekerja dibutuhkan sebagai motivator dalam membangun demokrasi, negoisator perundingan dan pelaku dalam menjaga kualitas kerja, seperti kondisi kerja serta syarat- syarat kerja (pengupahan, kesejahteraan, jaminan sosial, keselamatan dan kecelakaan kerja).

c) Serikat pekerja sebagai sarana komunikasi. Hal ini untuk mengoptimalkan peranan serikat pekerja yang berbeda dengan ketika organisasi belum terbentuk, di mana aspirasi individu kurang mendapat perhatian pengusaha.

d) Peranan serikat pekerja untuk menciptakan ketenangan kerja, serta menetralisir anasir dari luar lingkungan perusahaan yang bisa mengganggu stabilitas produksi.

Setiap perusahaan selalu berkeinginan agar tenaga kerja yang dimiliki mampu meningkatkan produktivitas yang tinggi. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain, seperti tingkat pendidikan, keterampilan. Disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan kerja, iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen dan prestasi.

Peningkatan produktivitas berpengaruh terhadap berbagai bidang, misalnya: (1) Meningkatkan laba perusahaan, (2) Peningkatan pendapatan karyawan, (3) Meningkatkan pendapatan negara (pajak), (4) Harga pokok menjadi lebih rendah, (5) Harga jual dapat diturunkan, (6) Hasil produksi menjadi tersebar, (7) Lebih banyak kondumen yang dapat menikmati, (8) Perusahaan penghasil menjadi lebih kompetitif, dll.

Contoh: PT. Bukit Sunur Kota Bengkulu yang menjalankan kegiatan usaha dibidang pertambangan batubara mempunyai tenaga kerja yang berjumlah 39 orang pekerja. Upah sebagai salah satu komponen kompensasi memegang peran penting dalam upaya meningkatkan kinerja pekerja dan sebagai faktor perangsang dalam mendorong tercapainya tujuan, sehingga pemberian upah yang layak bagi pekerja harus diperhatikan. Tujuan utama pemberian kompensasi tampaknya sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi, yaitu untuk menarik pekerja yang berkualitas, mempertahankan pekerja, memotivasi kinerja, membangun komitmen pekerja, dan salah satu yang sering kali terlupakan adalah mendorong

(3)

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja dalam upaya kompetensi organisasi secara keseluruhan. Sehingga kompensasi dapat juga dilihat sebagai salah satu aspek pengembangan sumber daya manusia.

Dalam hal ini, semakin tinggi produk yang dihasilkan dalam waktu yang semakin singkat dapat dikatkan bahwa tingkat produktivitasnya mempunyai nilai yang tinggi begitupun sebaliknya. Dengan kata lain upah dan produktivitas saling berhubungan satu sama lain, dimana upah akan meningkat apabilah karyawan atau pekerja mampu untuk meningkatkan hasil produksi dari perusahaan. Begitupun sebaliknya, produktivitas kerja akan meningkat apabilah perusahaan mampu memberkan upah sesuai dengan prestasi kerja karyawan.

2) Dalam modul 1 EKMA4367 dijelaskan dasar hukum untuk menjamin kebebasan berserikat di Indonesia, yaitu:

✓ UUD 1945 Pasal 28 UUD 1945 menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Kemerdekaan atau kebebasan berserikat yang diamanatkan oleh UUD 1945 dimaksudkan untuk masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks karyawan, kebebasan berserikat ini merupakan kebebasan dalam membentuk serikat pekerja. Namun demikian, kebebasan tersebut tidak langsung penerapannya melainkan harus diatur terlebih dahulu dengan undang-undang.

✓ Lampiran TAP MPR II/1998 (Hak Asasi Manusia) Pasal 19 menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Rumusan ini merupakan arahan umum dari Pasal 28 UUD 1945.

✓ UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja Pasal 11 ayat (1) UU tersebut menyebutkan bahwa tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja. Ayat (2) pasal ini menyebutkan pembentukan perserikatan tenaga kerja dilakukan secara demokratis. Pasal 11 ini mengakui hak berserikat bagi karyawan tetapi pengaturannya masih sangat umum, baru menyangkut prinsip dasar. Oleh karena itu, pasal ini belum dianggap sebagai peraturan perundang- undangan sebagai pelaksanaan yang diamanatkan oleh Pasal 28 UUD 1945. Pasal 12 UU ini menyatakan bahwa perserikatan tenaga kerja berhak mengadakan perjanjian perburuhan dengan pemberi kerja. Hal ini memberikan penekanan bahwa perjanjian kerja bersama merupakan fungsi utama serikat pekerja di dalam melaksanakan perjuangan meningkatkan dan mempertahankan kepentingan karyawan. Perjanjian Kerja Bersama ini telah diatur dalam UU No. 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan. Dengan terbitnya UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, maka UU No. 14 Tahun 1969 dan UU No.

21 Tahun 1954 tersebut dicabut maka tentang hak berserikat dan pembuatan PKB diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 tersebut.

✓ UU No. 18 Tahun 1956 tentang Hak Berserikat dan Berunding Bersama merupakan ratifikasi konvensi ILO No. 98 Tahun 1949. Di samping itu hak berserikat juga ditegaskan

(4)

dalam Keppres No. 83 Tahun 1998 yang merupakan ratifikasi konvensi ILO No. 87 Tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Hak Berorganisasi. Kedua konvensi tersebut pada dasarnya memberi kebebasan bagi karyawan dan pengusaha untuk berorganisasi, dan tidak adanya campur tangan dari pihak mana pun atas hak tersebut. Kebebasan dan hak berserikat ini justru mendapatkan perlindungan.

✓ UU No. 21 Tahun 2000 Setelah 55 tahun Indonesia merdeka, baru pada tahun 2000 memiliki undang-undang tentang Serikat Pekerja, walaupun hal tersebut secara jelas telah diamanatkan dalam UUD 1945. Hak karyawan untuk menjadi anggota serikat pekerja juga merupakan salah satu sisi pelaksanaan hak asasi manusia. Undang-undang tentang keserikatpekerjaan senantiasa membawa kontroversi dalam masyarakat. Bahkan undang- undang semacam ini selalu memiliki muatan politik yang cukup besar. Di samping itu, materi yang termuat di dalamnya dapat bernuansa perbedaan kepentingan. Oleh karena itu, dalam proses pembuatannya mulai dari penyusunan rancangan sampai dengan pembahasan di DPR selalu terjadi berbagai protes dari kalangan karyawan atau kelompok lain. Setelah disahkan oleh DPR pun masih memperoleh protes dari beberapa kalangan masyarakat.

Sumber referensi:

Ariyani, Wahyu. 2022. Hubungan Industrial. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Jurnal Skripsi 2017: Hubungan Upah Dengan Produktivitas Kerja Buruh PT. Bukit Sunur Kota Bengkulu. FEBI IAIN: Bengkulu.

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Vol.5 No.2 Desember 2017

Referensi

Dokumen terkait

hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.. Dengan demikian UU No.2 tahun 2004 mengenal 4 jenis

serikat karyawan yang mencakup para pekerja trampil, tidak terampil dan setengah trampil dari suatu lokal tertentu tidak memandang dari industri mana. Bentuk serikat karyawan

Pekerja dalam satu perusahaan adalah perselisihan antara serikat buruh atau.. serikat Pekerja dengan serikat buruh atau serikat Pekerja lainya dalam

Baik Manajemen maupun serikat pekerja selalu menyadari bahwa kemitraan sosial yang baik hanya dapat terwujud apabila masing- masing pihak selalu mengedepankan penerapan

Bipartie merupakan langkah pertama yang wajib dilaksanakan dalam penyelesaian PHI oleh penguasa dan pekerja atau serikat pekerja adalah dengan melakukan penyelesaian dengan

Serikat pekerja pada perusahaan kemudian menuntut perusahan untuk tetap membayarkan hak-hak yang didapat pekerja sesuai ketentuan perudang-undangan selama pekerja dirumahkan. Pekerja

Selanjutnya mengenai permasalahan Kemitraan Sosial 9 dalam hubungan industrial telah dapat diimplementasikan dengan baik oleh pihak Manajemen dan Serikat Pekerja HERO Supermarket

• Secara umum, tindakan yang dapat dilakukan baik oleh pengusaha, pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dan pemerintah dalam upaya melakukan pencegahan mogok kerja baik