Doktrin Manusia
Doktrin manusia" adalah istilah yang dapat merujuk pada berbagai konsep atau pandangan tentang manusia, yang seringkali menjadi dasar atau landasan bagi pemahaman dan tindakan dalam berbagai bidang, termasuk filsafat, agama, psikologi, dan ilmu sosial. Ini adalah suatu pandangan atau keyakinan tentang sifat, peran, dan hakikat manusia. Berikut adalah beberapa contoh "doktrin manusia" yang berbeda dalam berbagai konteks
1. Pikiran
Kalau dikatakan bahwa pikiran manusia itu sudah rusak / dirusak oleh dosa, itu tidak berarti bahwa manusia itu tidak bisa berpikir lagi. Dalam hal jasmani / duniawi, pikirannya masih berjalan dengan baik, dan karena itu tidak perlu heran kalau melihat ada orang dunia yang luar biasa pandainya. Tetapi dalam hal rohani, pikirannya sangat bodoh dan terus mengarah kepada dosa
Maz 10:4 - “Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: ‘Allah tidak akan menuntut!
Tidak ada Allah!’, itulah seluruh pikirannya”. Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
Contoh-contoh pikiran yang bodoh dan mengarah kepada dosa:
· anggapan bahwa surga / neraka itu tidak ada, atau sikap yang meremehkan keberadaan surga / neraka.
· anggapan bahwa Kitab Suci / Firman Tuhan itu tidak penting.
· anggapan bahwa manusia bisa menyelamatkan dirinya sendiri tanpa pengorbanan / penebusan Yesus Kristus.
· anggapan bahwa dosa itu adalah hal yang remeh.
· kepercayaan terhadap takhyul atau kepercayaan-kepercayaan lain yang salah.
2. Perasaan yang rusak.
Ini wujudnya bermacam-macam, seperti:
· tidak adanya sukacita dan damai.
Yes 48:22 - “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.
· perasaaan ragu-ragu / tidak yakin terhadap kebenaran, baik tentang Allah, Yesus, Kitab Suci, surga / neraka, dsb.
· perasaan iri hati, benci, tidak kasih, sombong, dsb.
· perasaan tidak enak, seperti sumpek dsb, justru pada waktu melakukan hal yang benar (misalnya memarahi / mendisiplin anak yang salah).
· perasaan enak justru setelah melakukan dosa. Misalnya merasa lega setelah membalas kejahatan seseorang.
dengan selalu terarahnya kehendak manusia itu pada hal-hal yang jahat.
3. Doktrin Manusia dalam Agama: Dalam konteks agama, "doktrin manusia" merujuk pada pemahaman agama tertentu tentang penciptaan, tujuan, dan nasib manusia. Misalnya, dalam Kekristenan, doktrin manusia sering mencakup pandangan tentang manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, memiliki dosa asal, dan memerlukan keselamatan melalui Yesus Kristus.
4. Doktrin Manusia dalam Filsafat: Dalam filsafat, konsep manusia juga menjadi subjek
perdebatan yang mendalam. Beberapa pandangan filosofis tentang manusia mencakup dualisme (pemisahan antara tubuh dan pikiran), materialisme (pandangan bahwa hanya materi yang nyata), dan eksistensialisme (penekanan pada kebebasan individu dan eksistensi yang otonom).
5. Doktrin Manusia dalam Psikologi: Dalam psikologi, ada berbagai teori dan pandangan tentang sifat manusia, termasuk psikoanalisis, behaviorisme, kognitif, dan humanistik. Setiap pendekatan ini memiliki pemahaman yang berbeda tentang bagaimana manusia berperilaku, berpikir, dan merasa.
6. Doktrin Manusia dalam Ilmu Sosial: Dalam ilmu sosial, konsep manusia juga menjadi subjek penelitian yang penting. Berbagai disiplin ilmu, seperti sosiologi, antropologi, dan ekonomi, memiliki pandangan yang berbeda tentang peran dan perilaku manusia dalam masyarakat.
Kesimpulan.
Kesimpulan tentang kesalahan dari dalam hal ini adalah:
a) Kesombongan / kebersandaran pada diri sendiri.
Sedikit banyak mereka beranggapan bahwa diri mereka sendiri mempunyai jasa dalam keselamatan mereka, yaitu mereka mau percaya.
b) Konsekwensinya, dalam penyelamatan diri mereka, Allah bukan satu-satunya pihak yang berjasa. Karena itu bukan Allah semata-mata yang harus dihargai / dipuji dalam persoalan keselamatan mereka, tetapi juga diri mereka sendiri.
Bandingkan pandangan Arminianisme yang sombong dan kurang menghargai anugerah Allah itu dengan:
· Ef 2:8-9 - “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
· Ro 11:5-6 - “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.
· kata-kata Archbishop William Temple yang dikutip oleh John Stott sebagai berikut: “All is of God. The only thing of my very own which I contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah. Satu-satunya hal dari diriku sendiri yang aku
sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari mana aku perlu ditebus) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 44-45.
Inilah pandangan, yang betul-betul menghancur-leburkan kesombongan manusia, dan mengarahkan seluruh penghargaan tentang penyelamatan kita hanya kepada Allah!