• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Militer dari Perang Dunia Pertama ke Kedua

N/A
N/A
Widan Fauzan

Academic year: 2024

Membagikan "Perubahan Militer dari Perang Dunia Pertama ke Kedua"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pertanyaan

1. Setiap generasi perang perang mencirikan perubahan perubahan sesuai dengan perkembangan pada masa itu, Apa perubahan yang signifikan dari perang Generasi ke -2 dengan Perang Generasi ke -3, dan Mengapa pada Perang generasi ke 3 Jerman yakin akan kemenangan dalam menyerang polandia, dan Bagaimana Jerman bisa kalah melawan rusia dalam operasi Barbarosa ?

Apa perubahan yang signifikan dari perang Generasi ke -2 dengan Perang Generasi ke -3 ?

Perang Dunia Pertama (Perang Generasi ke-2) dan Perang Dunia Kedua (Perang Generasi ke-3) merupakan dua konflik besar yang melibatkan banyak negara di seluruh dunia. Meskipun kedua perang ini terjadi dalam jangka waktu yang relatif dekat, yaitu sekitar 20 tahun, tetapi ada beberapa perubahan signifikan antara keduanya. Beberapa perubahan utama antara Perang Generasi ke-2 dan Perang Generasi ke-3 adalah sebagai berikut :

a. Pemicu Konflik: Penyebab perang Generasi ke-2 adalah perselisihan antara negara-negara besar Eropa tentang wilayah dan kekuasaan di seluruh dunia. Di sisi lain, penyebab Perang Generasi ke-3 adalah ambisi agresif Nazi Jerman untuk memperluas wilayahnya di Eropa dan memperoleh kekuasaan atas seluruh benua.

b. Ukuran dan intensitas: Perang Generasi ke-3 jauh lebih besar dan lebih intensif daripada Perang Generasi ke-2 . Ini adalah konflik global yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, dengan lebih dari 100 juta orang yang terlibat secara langsung atau tidak langsung.

c. Perkembangan teknologi militer: Perang Generasi ke-3 menandai kemajuan teknologi militer yang signifikan, terutama dalam pengembangan senjata nuklir dan teknologi misil balistik antarbenua (ICBM). Selain itu, teknologi komunikasi dan pengintaian juga berkembang pesat, memungkinkan pengiriman informasi dan koordinasi yang lebih cepat dan efektif.

b. Perubahan dalam taktik perang: Perang Generasi ke-3 melihat perubahan dalam taktik perang, di mana konflik semakin didominasi oleh pertempuran jarak jauh dan operasi militer khusus. Operasi gabungan dan serangan udara presisi menjadi lebih penting daripada pertempuran darat besar-besaran.

c. Perubahan dalam struktur dan organisasi militer: Pasukan menjadi lebih mobil dan modular, dengan kemampuan untuk cepat disebarkan dan dioperasikan di berbagai medan perang. Pasukan khusus dan pasukan anti-terorisme menjadi lebih penting dalam konflik modern.

(2)

Mengapa pada Perang generasi ke 3 Jerman yakin akan kemenangan dalam menyerang polandia ?

Ada beberapa alasan mengapa Jerman yakin akan memenangkan perang saat menyerang Polandia pada Perang Dunia ke-2 (Perang Generasi ke-3) :

a. Kekuatan Militer: Jerman telah mengembangkan kekuatan militer yang kuat dan modern di bawah pimpinan Adolf Hitler. Mereka memiliki pasukan yang terlatih dengan baik, dilengkapi dengan peralatan dan senjata canggih, dan memiliki strategi perang yang baik.

b. Kelemahan Polandia: Polandia adalah negara yang relatif lemah pada saat itu. Mereka memiliki pasukan yang tidak sebanyak pasukan Jerman, dengan peralatan yang kurang modern dan pasukan yang kurang terlatih. Selain itu, Polandia juga memiliki konflik internal yang memperlemah pertahanan mereka.

c. Pakta Molotov-Ribbentrop: Jerman telah menandatangani Pakta Molotov- Ribbentrop dengan Uni Soviet pada Agustus 1939, yang memberikan jaminan kepada Jerman bahwa mereka tidak akan diserang oleh Uni Soviet jika menyerang Polandia. Ini memberikan kepercayaan diri pada Jerman bahwa mereka bisa fokus pada penyerangan terhadap Polandia tanpa khawatir diserang dari arah timur.

d. Pengalaman Perang Sebelumnya: Jerman juga telah berhasil memenangkan beberapa konflik militer sebelumnya seperti Perang Spanyol, Perang Austria, dan Perang Czechoslovakia. Ini memberikan keyakinan pada pimpinan Jerman bahwa mereka akan memenangkan perang dengan mudah.

Namun, walaupun Jerman yakin akan memenangkan perang dengan mudah, mereka akhirnya menghadapi perlawanan sengit dari pasukan Polandia, serta intervensi dari Inggris dan Perancis, yang akhirnya membuat Jerman harus terlibat dalam perang besar melawan aliansi kekuatan besar.

Bagaimana Jerman bisa kalah melawan rusia dalam operasi Barbarosa ? Operasi Barbarossa adalah serangan besar-besaran Jerman ke Uni Soviet selama Perang Dunia II yang dimulai pada 22 Juni 1941. Meskipun Jerman memulai operasi dengan beberapa keberhasilan awal, mereka akhirnya kalah dalam perang ini karena beberapa alasan.

a. Jerman menghadapi masalah logistik yang besar selama operasi. Mereka tidak siap untuk memasok dan mempertahankan pasukan mereka di wilayah yang sangat luas dari Uni Soviet yang sangat besar. Selain itu, mereka tidak memiliki cadangan logistik yang memadai untuk menggantikan perlengkapan dan pasukan

(3)

yang hilang dalam pertempuran.

b. Pasukan Jerman menghadapi perlawanan sengit dari pasukan Uni Soviet yang menunjukkan keberanian dan kegigihan yang luar biasa dalam menghadapi serangan Jerman. Selain itu, Uni Soviet berhasil mempertahankan garis pertahanan mereka di wilayah yang penting seperti Leningrad, Moskow, dan Stalingrad, sehingga membuat serangan Jerman terhenti dan tidak bisa menembus garis pertahanan mereka.

c. Keputusan militer dan strategi yang buruk juga merupakan penyebab kekalahan Jerman. Salah satu contoh adalah pengepungan Stalingrad, di mana Jerman memilih untuk mengepung kota daripada mengambil alih garis Sungai Volga yang strategis. Ini menghasilkan perang terbuka dan pertempuran yang sangat mematikan bagi kedua belah pihak.

d. Kekurangan personel dan kelemahan industri Jerman menjadi faktor utama dalam kekalahan mereka. Kekurangan sumber daya dan personel menyebabkan Jerman tidak dapat mempertahankan pertempuran dan merebut wilayah Uni Soviet, sehingga memperburuk situasi mereka.

e. Operasi 'Barbarossa' jelas telah gagal. Terlepas dari kerugian serius yang menimpa Tentara Merah dan perolehan teritorial yang luas, misi untuk sepenuhnya menghancurkan kekuatan tempur Soviet dan memaksa penyerahan tidak tercapai.

f. Salah satu alasan terpenting untuk ini adalah perencanaan strategis yang buruk. Jerman tidak memiliki rencana invasi jangka panjang yang memuaskan.

Mereka secara keliru berasumsi bahwa kampanye itu akan singkat, dan bahwa Soviet akan menyerah setelah mengalami kekalahan besar di awal. Hitler telah meyakinkan Komando Tinggi bahwa 'Kita hanya perlu waktu ke depan dan seluruh pasukan akan runtuh'. Tetapi Rusia bukanlah Prancis. Nilai kejutan Blitzkrieg awal dihamburkan oleh jarak yang sangat jauh, kesulitan logistik, dan jumlah pasukan Soviet, yang semuanya menyebabkan hilangnya kekuatan Jerman yang tidak dapat dipertahankan.

f. Secara keseluruhan, kombinasi dari masalah logistik, perlawanan sengit dari pasukan Uni Soviet, keputusan militer dan strategi yang buruk, serta kekurangan personel dan industri membuat Jerman kalah dalam operasi Barbarossa melawan Uni Soviet.

(4)

2. Dalam sejarah perang pada tahun 1648, bangsa-bangsa yang berperang bersepakat untuk berdamai. Perjanjian perdamaian itu disebut sebagai perjanjian westphalia, walaupun perjanjian sudah ditandatangani nyatanya perang masih berlanjut bahkan perang semakin meluas dan berkembang dan melahirrkan perang generasi-1 sampai perang generasi selanjutnya. Apa penyebab perjanjian westphalia tidak diindahkan oleh pihak yang berperang terutama jerman, dan bagaimana perkembangan generasi perang selanjutnya khususnya generasi perang 3 dan 4?

Apa penyebab perjanjian westphalia tidak diindahkan oleh pihak yang berperang terutama jerman ?

Perjanjian Westphalia adalah serangkaian perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1648 untuk mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa. Perjanjian ini menetapkan prinsip kedaulatan negara, di mana setiap negara memiliki hak untuk mengatur urusan dalam negerinya tanpa campur tangan dari negara lain. Prinsip ini sangat penting dalam hubungan internasional modern. Namun, meskipun Perjanjian Westphalia telah ditandatangani oleh banyak negara di Eropa, tidak selalu diindahkan oleh semua pihak, termasuk Jerman. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini antara lain:

a. Ambisi dan persaingan antar negara: meskipun prinsip kedaulatan negara telah diakui, negara-negara tetap bersaing untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka. Hal ini seringkali mengakibatkan campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain, yang bertentangan dengan prinsip kedaulatan.

b. Perjanjian Westphalia adalah serangkaian perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1648 di kota Westphalia, Jerman, yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun. Perjanjian ini menetapkan prinsip dasar kemerdekaan negara dan menegaskan prinsip-prinsip dasar hukum internasional yang masih berlaku hingga saat ini. Namun, meskipun perjanjian ini penting dalam sejarah hukum internasional, beberapa pihak tidak mematuhinya, termasuk Jerman. Penyebabnya sangat kompleks dan dapat dilihat dari berbagai perspektif, termasuk politik, ekonomi, dan sosial. Salah satu penyebabnya adalah bahwa perjanjian ini memberikan kemerdekaan kepada negara-negara kecil di Eropa, termasuk Swiss dan Belanda, yang dapat mengancam kekuasaan negara-negara besar seperti Jerman. Selain itu, beberapa pihak merasa bahwa ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini tidak menguntungkan mereka dan merugikan kepentingan mereka.

c. Perubahan Sosial dan Politik: Seiring dengan berjalannya waktu, situasi sosial dan politik di Eropa terus berubah dan mengakibatkan kepentingan negara- negara bergeser dari waktu ke waktu. Hal ini mengakibatkan beberapa negara

(5)

merasa tidak perlu mematuhi perjanjian yang sudah lama dan tidak sesuai dengan kepentingan mereka saat ini.

d. Perang Dunia: Pada abad ke-20, perang dunia menyebabkan perubahan besar dalam tatanan politik internasional, termasuk di Eropa. Perjanjian Westphalia tidak lagi dianggap relevan oleh beberapa negara yang ingin memperluas kekuasaan mereka di Eropa.

Bagaimana perkembangan generasi perang selanjutnya khususnya generasi perang 3 dan 4 ?

Perkembangan generasi perang selanjutnya, khususnya Perang Dunia II (Perang Genearsi ke-3) dan Perang Dingin (Perang Generasi ke-4), merupakan periode penting dalam sejarah militer dan politik dunia. Berikut ini adalah beberapa perkembangan penting yang terjadi selama periode ini:

a. Perang Generasi ke-3 : Perang Generasi ke-3 dimulai pada tahun 1939 dan berakhir pada tahun 1945. Konflik ini melibatkan kekuatan besar seperti Jerman, Jepang, Uni Soviet, Inggris, dan Amerika Serikat. Perang Generasi ke-3 dianggap sebagai perang paling mematikan dalam sejarah manusia, dengan lebih dari 70 juta jiwa hilang.

Selama Perang Generasi ke-3, ada beberapa perkembangan penting dalam teknologi militer, termasuk pengembangan pesawat jet, rudal balistik, dan bom atom. Kekuatan angkatan laut juga berkembang pesat selama periode ini, dengan kapal selam dan kapal induk menjadi kunci dalam pertempuran laut.

b. Perang Generasi ke-4 : Perang Generasi ke-4 dimulai setelah Perang Dunia II dan berlangsung hingga tahun 1991. Ini adalah konflik ideologi antara Barat (terutama Amerika Serikat) dan Uni Soviet. Kedua belah pihak saling mencurigai dan mempersenjatai diri, tetapi tidak ada konflik langsung antara kedua belah pihak.

Selama Perang Dingin (Perang Generasi ke-4), ada beberapa perkembangan penting dalam teknologi militer, termasuk pengembangan senjata nuklir, peluncur rudal balistik, dan satelit mata-mata. Kekuatan angkatan udara dan angkatan laut juga terus berkembang, dengan teknologi canggih seperti pesawat tempur siluman dan kapal selam nuklir.

(6)

Secara keseluruhan, perkembangan teknologi militer selama periode ini sangat penting dalam mempengaruhi strategi dan taktik dalam konflik selanjutnya. Selain itu, Perang Dunia II (Perang Generasi ke-3) dan Perang Dingin (Perang Generasi ke-4) juga memberikan pengaruh besar pada politik internasional dan hubungan antar negara di masa sekarang.

3. Perang generasi ke tiga adalah produk dari perang dunia-I yang dikembangkan oleh militer jerman dalam perang dunia ke-II dan dikenal dengan sebutan “blitzkrieg”. Apa yang Pasis ketahui Tentang blitzkrieg dan yang melatar belakangi Jerman mengembangkannya, pada Perang Generasi ke-3 juga memunculkan strategi baru dalam perang, yang disebut”, Introperability Strategy”. Bagaimana strategi tersebut digunakan.

Apa yang Pasis ketahui Tentang blitzkrieg ?

Blitzkrieg merupakan salah satu metode peperangan yang digunakan dalam Perang Dunia II (1939-1945). Strategi Perang Dunia II ini diperkenalkan oleh Jerman sejak awal pertempuran. Blitzkrieg adalah serangan kilat dan terfokus menggunakan gabungan pasukan yang terus bergerak dan didukung oleh mesin-mesin perang. Perang kilat terbukti mampu menggilas lawan-lawan Jerman tanpa kehilangan banyak tentara ataupun artileri.

Kecepatan dan ketepatan Blitzkrieg sempat membuat Polandia, Norwegia, Belgia, Belanda, juga Perancis, tercengang dan tidak dapat berkutik. Terlepas dari kehebatan Blitzkrieg, strategi ini tidak cukup membawa Jerman memenangi Perang Dunia II.

Yang melatar belakangi Jerman mengembangkannya adalah :

a. Strategi Blitzkrieg in yang digunakan Jerman untuk menghindari perang panjang pada awal Perang Dunia II. Belajar dari kekalahan pada Perang Dunia I (1914-1918), para petinggi militer Jerman menyusun strategi peperangan yang baru. Blitzkrieg adalah taktik militer baru yang belum pernah dipraktikkan sebelumnya. Strategi ini terinspirasi dari pemikiran jenderal Prusia abad ke-19, Carl von Clausewitz. Clausewitz menginisiasi "prinsip konsentrasi", yang berarti memusatkan kekuatan melawan musuh dan melakukan serangan terhadap target yang dipilih dengan penuh perhitungan. Strategi ini dirasa lebih efektif daripada membagi pasukan ke beberapa target sekaligus.

b. Bliztkrieg digunakan oleh Jerman dalam menginvasi Polandia pada 1939, yang secara praktis memulai Perang Dunia II. Jerman menerapkan gabungan serangan udara-darat dan penggunaan divisi tank Panzer untuk menghancurkan pasukan Polandia yang kurang perlengkapan dengan cepat. Taktik Blitzkrieg

(7)

membutuhkan mesin-mesin perang seperti tank, pesawat tempur, dan artileri yang terus bergerak. Mesin-mesin perang tersebut digunakan untuk menerobos garis pertahanan musuh yang akan mengejutkan dan membuat pertahanan musuh kacau. Di udara, pesawat perang Jerman akan mencegah musuh memasok pasukan dan mengirim bala bantuan. Dengan begitu, pasukan Jerman dapat dengan mudah mengepung pasukan lawan yang telah terpojok dan memaksa mereka menyerah. Serangan secepat kilat Bliztkrieg membuat Jerman amat perkasa di dua tahun awal Perang Dunia II.

Pada Perang Generasi ke-3 juga memunculkan strategi baru dalam perang, yang disebut”, Introperability Strategy”

Ciri perang generasi ke tiga ini ialah mengutamakan kecepatan, spontanitas, kekuatan mental serta fisik prajurit. Dalam strategi ini, kedisiplinan prajurit dalam bertempur akan menentukan hasil yang dicapai dan bukan menentukan cara bertempur. Maka pada perang generasi ke tiga ini, insiatif prajurit mau pun komandan lapangan menjadi lebih penting dari pada ketaatan kepada komando atas. Selanjutnya desentralisasi dan insiatif yang berasal dari perang generasi ke tiga memunculkan strategi baru dalam perang, yaitu interoperability strategy dalam membangun sinergitas dan komunikasi pertempuran dengan dukungan perangkat teknologi modern.

Perang Generasi ke-3 (Third Generation Warfare) juga memunculkan strategi baru dalam perang yang disebut ”Introperability Strategy” yang merujuk pada bentuk perang modern yang berkembang pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. "Interoperability strategy" atau strategi interoperabilitas merujuk pada kemampuan berbagai jenis pasukan atau elemen militer yang berbeda untuk bekerja sama secara efektif dan efisien dalam suatu operasi militer. Hal ini meliputi koordinasi komunikasi, penggunaan peralatan dan teknologi yang serupa, dan standar pelatihan yang seragam.

Strategi interoperabilitas menjadi semakin penting dalam operasi militer modern yang melibatkan banyak negara atau koalisi, seperti dalam konflik global seperti Perang Melawan Terorisme dan Operasi Perdamaian PBB. Negara-negara anggota NATO dan sekutu-sekutunya, misalnya, telah berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan interoperabilitas dalam rangka meningkatkan efektivitas operasi militer lintas-batas.

(8)

Bagaimana strategi tersebut digunakan ?

Strategi Interoperability dalam Perang Dunia II digunakan untuk meningkatkan kerjasama antara pasukan militer dari berbagai negara yang berperang bersama. Strategi ini dilakukan dengan mengintegrasikan taktik dan teknologi dari setiap negara anggota koalisi untuk mencapai tujuan bersama.

Pada awal Perang Dunia II, ketidakserasian dalam taktik, teknologi, dan logistik antara pasukan koalisi dapat menghambat kemajuan perang. Untuk mengatasi masalah ini, strategi interoperability diterapkan dengan mengintegrasikan komunikasi, koordinasi, dan taktik dari setiap negara anggota koalisi. Hal ini memungkinkan pasukan koalisi untuk bergerak secara efektif dan efisien dalam memerangi musuh bersama-sama.

Contoh penggunaan strategi interoperability dalam Perang Dunia II (Peang Generasi III) adalah dalam operasi Normandia pada tahun 1944. Pasukan Sekutu terdiri dari prajurit dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Prancis. Untuk menghindari ketidakserasian dalam taktik dan strategi, pasukan tersebut menggunakan sistem komunikasi terpadu dan taktik yang seragam dalam melancarkan serangan terhadap pasukan Jerman.

Dalam konteks militer modern, strategi interoperability masih digunakan sebagai cara untuk meningkatkan kerjasama antara pasukan dari berbagai negara yang berpartisipasi dalam operasi militer multinasional. Strategi ini juga dapat diterapkan dalam pengembangan sistem senjata, komunikasi, dan teknologi militer untuk memastikan bahwa pasukan dari berbagai negara dapat bekerja sama dengan efektif dan efisien.

4. Berakhirnya Perang Dunia ke dua maka berakhirlah konflik bersenjata di sebagian kawasan eropa dan asia pasifik. Selanjutnya satu dekade kemudian, maka berlanjutlah perang dingin (cold war) atau perang intelijen dan spionase. Karena pasca perang dunia ke dua itu, meskipun sudah ditandatangani kesepakatan perdamaian dunia, tetapi negara- negara yang lebih maju ekonomi dan teknologinya masih melakukan pengembangan teknologi persenjataannya untuk perang yang melahirkan perang generasi ke empat, dengan istilah Perang Simetris atau Asymetric warfare, Apa yang Pasis ketahui tentang perang Asimetris dan mengapa kecenderungan negara negara di Dunia menggunakan perang Asimetris, serta bagaimana Negara Indonesia mengantisipasi ancaman perang tersebut.

Apa yang Pasis ketahui tentang perang Asimetris ?

a. Dewan Riset Nasional (DRN), 2008, Suatu Pemikiran tentang Perang Asimetris (Asymmetric Warfare), Jakarta, menerbitkan definisi bahwa perang

(9)

asimetris adalah suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara berpikir yang tidak lazim, dan di luar aturan peperangan yang berlaku, dengan spektrum perang yang sangat luas dan mencakup aspek-aspek astagatra (perpaduan antara trigatra: geografi, demografi, dan sumber daya alam/SDA; dan pancagatra: ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya). Perang asimetri selalu melibatkan peperangan antara dua aktor atau lebih, dengan ciri menonjol dari kekuatan yang tidak seimbang.

b. US Army War College menyatakan : Peperangan asimetris dapat dideskripsikan sebagai sebuah konflik dimana dari dua pihak yang bertikai berbeda sumber daya inti dan perjuangannya, cara berinteraksi dan upaya untuk saling mengeksploitasi karakteristik kelemahan-kelemahan lawannya. Perjuangan tersebut sering berhubungan dengan strategi dan taktik perang unconvensional.

Pejuang yang lebih lemah berupaya untuk menggunakan strategi dalam rangka mengimbangi kekurangan yang dimiliki dalam hal kualitas atau kuantitas.” (Tomes, Robert, Spring 2004, Relearning Counterin surgency Warfare, Parameter, US Army War College).

c. Definisi versi Australia’s Department of Defence adalah : “Konflik selalu melibatkan satu pihak yang mencari celah keuntungan asimetris atas pihak lainnya dengan cara memperbesar pendadakan, penggunaan teknologi atau metode operasi baru secara kreatif. Sisi asimetri dicari dengan menggunakan pasukan konvensional, khusus dan tidak biasa dalam rangka menghindari kekuatan- kekuatan musuh dan memaksimalkan keunggulan yang dimilikinya. Semua perang kontemporer didasarkan pada pencarian keunggulan asimetris. Asimetri muncul pada saat diketahui adanya perbedaan perbandingan antara dua hal. Asimetri militer dapat diartikan dengan perbedaan tujuan, komposisi pasukan, kultur, teknologi dan jumlah.” (Land Warfare Doctrine 1, 2008, The Fundamentals of Land Warfare, Australia’s Department of Defence).

d. Menurut Pasis Perang asimetris adalah jenis konflik di mana dua pihak yang terlibat dalam konflik memiliki kekuatan dan kemampuan yang sangat tidak seimbang. Biasanya, pihak yang lebih lemah tidak mampu melawan pihak yang lebih kuat secara langsung dan terbuka, sehingga mereka menggunakan strategi dan taktik yang tidak konvensional dan tidak terduga untuk memperoleh keuntungan.

(10)

Contohnya, perang asimetris dapat terjadi ketika kelompok pemberontak atau teroris menggunakan serangan bom bunuh diri atau serangan sniper untuk menargetkan tentara atau warga sipil. Mereka juga dapat menggunakan taktik gerilya atau perang gerilya untuk menghindari pertempuran terbuka dan mengganggu pasukan musuh dengan serangan kecil dan terus-menerus.

Perang asimetris dapat menjadi sangat sulit untuk dimenangkan oleh pihak yang lebih kuat karena mereka mungkin tidak dapat menemukan dan menghancurkan musuh mereka secara efektif, dan mereka mungkin juga terbuka terhadap serangan balasan yang tidak terduga.

Mengapa kecenderungan negara negara di Dunia menggunakan perang Asimetris ?

Kecenderungan negara-negara di dunia menggunakan perang asimetris dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:

a. Keunggulan teknologi dan militer: Negara-negara yang memiliki teknologi dan kekuatan militer yang lebih kuat cenderung menghindari perang simetris, di mana mereka harus berhadapan secara langsung dengan musuh yang sama kuatnya. Sebaliknya, mereka lebih cenderung menggunakan taktik perang asimetris yang memanfaatkan kelemahan musuh untuk memenangkan pertempuran.

b. Faktor ekonomi: Perang simetris cenderung lebih mahal dan memakan waktu, sehingga negara-negara dengan anggaran yang terbatas cenderung lebih memilih perang asimetris yang lebih efisien dan lebih murah.

c. Ideologi dan tujuan politik: Beberapa negara menggunakan perang asimetris sebagai alat untuk mencapai tujuan politik atau ideologi mereka. Taktik ini memungkinkan mereka untuk memenangkan pertempuran tanpa harus secara langsung melawan musuh yang lebih kuat.

d. Kebijakan luar negeri dan diplomasi: Perang asimetris juga dapat digunakan sebagai alat diplomasi atau kebijakan luar negeri, terutama jika negara tersebut ingin mempertahankan pengaruhnya di kawasan tertentu.

e. Perubahan taktik perang: Perang asimetris telah menjadi taktik yang semakin populer sejak akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, terutama dalam perang melawan terorisme dan gerakan separatis.

(11)

Dengan demikian, kecenderungan negara-negara di dunia untuk menggunakan perang asimetris dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk keunggulan teknologi dan militer, faktor ekonomi, ideologi dan tujuan politik, kebijakan luar negeri dan diplomasi, serta perubahan taktik perang.

Bagaimana Negara Indonesia mengantisipasi ancaman perang tersebut ? Ancaman perang asimetris merupakan ancaman yang cukup serius bagi Indonesia, karena Indonesia adalah negara kepulauan dengan wilayah yang sangat luas. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk mengantisipasi ancaman perang asimetris, di antaranya:

a. Meningkatkan kewaspadaan di perbatasan dan wilayah yang rawan terhadap ancaman asimetris seperti terorisme dan pemberontakan.

b. Membangun kerja sama dengan negara lain dalam bidang pertahanan untuk mengembangkan kemampuan militer yang lebih baik dan mencegah masuknya kelompok-kelompok teroris atau pemberontak dari negara tetangga.

c. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan intelijen dalam mengumpulkan informasi tentang ancaman perang asimetris.

d. Membangun infrastruktur pertahanan yang lebih baik dan memperkuat keamanan wilayah perbatasan seperti pembangunan pos-pos pengamanan, pengawasan, dan patroli maritim.

e. Meningkatkan kemampuan dalam mengelola krisis dan bencana alam yang dapat menjadi celah bagi kelompok-kelompok teroris atau pemberontak.

f. Melakukan kampanye edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang ancaman perang asimetris dan cara mengantisipasinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Naskah Hanjar BK. Sejarah Perang, 30 Desember 2022.

2. https://www.iwm.org.uk/history/operation-barbarossa-and-germanys-failure-in-the- soviet-union

3. https://www.kompas.com/stori/read/2023/01/20/190000479/blitzkrieg-kejutan-dari- jerman-semasa-perang-dunia-ii?page=all

4. http://abnri.com/2021/06/09/mengenal-perang-asimetris-sifat-bentuk-pola-dan- sumbernya-bagian-1-seri-perang-asimetris/

5. https://politik.rmol.id/read/2017/05/25/292658/perang-dari-generasi-ke-generas.

Referensi

Dokumen terkait

Perang Dunia II terjadi pada tahun 1939 - 1945, sebagai lanjutan dari Perang Dunia I. Perang ini jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan Perang Dunia I. Perang Dunia II

dengan sejarah Perang Dunia Kedua yang pernah berlangsung di Jepang pada. tahun 1941 hingga tahun 1945, maka penulis mencoba untuk

Senarai berikut merujuk kawasan yang ditakluki oleh Jerman semasa Perang Dunia Kedua.. Bagaimanakah Jerman berjaya mengusai

Situasi Eropa menjelang Perang Dunia II tidak jauh berbeda dengan situasi menjelang Perang Dunia I. Suasana diliputi ketegangan dan keinginan balas dendam, terutama negara- negara

Situasi Eropa menjelang Perang Dunia II tidak jauh berbeda dengan situasi menjelang Perang Dunia I. Suasana diliputi ketegangan dan keinginan balas dendam, terutama negara-negara

Pada awal perang dunia II Amerika Serikat bersikap netral. Sikap netral Amerika berubah setelah Jepang mengebom pangkalan militer Amerika serikat di Pearl Harbour.

Melalui video game seri Medal of Honor: European Assault peserta didik dapat mempelajari dan meraakan secara langsung berbagai hal, serta pengalaman mengenai Perang Dunia Kedua

Baca juga : Dunkirk, Perang Besar Pertama Pesawat Tempur Spitfire Solusinya adalah mengembangkan teknologi radio dan untuk pertama kalinya digunakan para pilot tempur di Perang