Nomor : 553/DPN/1.4/2C/XI/23 Jakarta, 24 November 2023 Perihal : Himbauan Terkait Rencana Mogok Nasional
Kepada Yth.
DPP & DPK APINDO di Seluruh Indonesia Di Tempat.
Dengan Hormat,
Menanggapi berbagai pemberitaan di media massa tentang ancaman Mogok Nasional menjelang akhir tahun 2023 yang disampaikan oleh Serikat Pekerja / Buruh (SP/SB) terkait tuntutan kenaikan Upah Minimum (UM) 2024, maka DPN APINDO menyatakan hal hal sebagai berikut :
1. Penetapan Upah Minimum baik di tingkat provinsi maupun kota/kabupaten, tidak bisa dijadikan alasan untuk mengkoordinasikan aksi mogok kerja pada tingkat perusahaan apalagi dengan istilah mogok nasional. Tidak disepakatinya penetapan Upah Minimum atau tidak diperolehnya kesepakatan atas rekomendasi dari tim perunding upah minimum bukan termasuk dalam lingkup ketentuan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang membenarkan dilakukan aksi mogok kerja.
Gagalnya perundingan yang dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang- undangan ketenagakerjaan yang berlaku apabila pelaku perundingan hanya pengusaha dan pekerja/serikat pekerja. Sedangkan dalam perundingan terkait upah minimum melibatkan unsur-unsur pemerintah, pengusaha/organisasi pengusaha, pekerja/serikat pekerja dan akademisi dan produknya berupa rekomendasi yang kemudian ditetapkan dalam bentuk keputusan dari kepala daerah atau merupakan keputusan tata usaha negara.
2. Mogok Nasional yang dilakukan oleh SP/SB termasuk dalam aksi unjuk rasa sebagai tercantum dalam pasal 9 UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Berpendapat di Muka Umum. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak boleh memaksakan kehendak dengan meminta pekerja menghentikan pekerjaannya, melakukan sweeping ke perusahaan atau tindakan lainnya yang mengancam bagi keamanan dan kenyamanan pihak lain.
3. Selanjutnya, berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 butir 23, mogok kerja yang diartikan sebagai “tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja/buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan” Selanjutnya dalam pasal 137 disebutkan bahwa mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan/ atau
serikat pekerja/serikat buruh yang dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat dari gagalnya perundingan.
Dalam pasal 4 Kepmenakertrans No. 232/2003 tentang Akibat Hukum Mogok Kerja yang Tidak Sah dijelaskan tentang sebab sebab gagalnya perundingan yaitu
“pengusaha tidak mau meelakukan perundingan walaupun serikat pekerja/serikat buruh atau pekerja/buruh telah meminta secara tertulis kepada pengusaha 2 (dua) kali dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari kerja atau perundingan-perundingan yang dilakukan mengalami jalan buntu yang dinyatakan oleh para pihak dalam risalah perundingan”.
Dengan penjelasan yang secara gamblang dimuat dalam keputusan menteri diatas, maka sudah nyata-nyata bahwa himbauan-himbauan untuk mogok nasional yang dikumandangkan akhir-akhir ini merupakan hal yang tidak memiliki dasar hukum.
4. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku saat ini tidak memberikan ruang adanya mogok kerja karena ketidaksepakatan atas penetapan upah minimum atau proses yang mendahuluinya. Oleh karena itu, apabila aksi tersebut tetap dilaksanakan oleh para pekerja baik atas kesadaran sendiri maupun ajakan dari organisasi serikat pekerja, apapun tingkatannya, dan karenanya mengganggu kegiatan perusahaan tempatnya bekerja maka tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai aksi pelanggaran yang dapat diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau peraturan yang berlaku di perusahaan.
Sehubungan dengan hal diatas, DPN APINDO berpandangan:
1. Menyatakan bahwa mogok kerja yang dilakukan bukan akibat gagalnya perundingan adalah mogok kerja yang tidak sah, sebagaimana dinyatakan secara tegas dalam pasal 3 Kepmenakertrans No 232/2003.
2. DPN APINDO mendorong agar DPP & DPKab/Kota APINDO memberikan arahan kepada anggotanya di perusahaan masing-masing terkait dengan ketentuan tentang mogok kerja termasuk sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap pelanggarannya, sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku, khususnya UU no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berikut peraturan pelaksanaannya.
3. DPP & DPK APINDO menghimbau Perusahaan untuk enjaga kondusivitas area kerja dengan melakukan sosial dialog bersama SP/SB di perusahaan masing-masing agar tidak terpancing jika terdapat tindakan anarkis di lingkungan kerja dan mendokumentasikan semua tindakan-tindakan anarkis untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
4. Berkoordinasi dengan aparat penegak hukum setempat untuk mencegah kemungkinan- kemungkinan yang dapat terjadi dan meminimalisir bahaya atau ancaman dari dampak mogok nasional yang dilakukan.
Demikian himbauan ini kami sampaikan untuk dapat dilaksanakan di daerah masing- masing. Atas pehatiannya, kami mengucapkan terimakasih.
Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia
Shinta W. Kamdani Aloysius Budi Santoso
Ketua Umum Sekretaris Umum