SKRIPSI
UJI EFEKTIFITAS DAUN LIDAH MERTUA “SANSEVIERIA TRIFASCIATA PRAIN” SEBAGAI BAHAN PENYERAP LOGAM BERAT
TIMBAL (Pb)
Disusun Oleh :
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR 2019
AGUS SETIAWAN TAKDIR 45 13 044 030
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, atas berkat rahmat dan nikmat kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul Uji Efektifitas Sansevieria Trifasciata Prain sebagai bahan penyerap logam berat Timbal (Pb). Tugas Akhir ini dikerjakan sebagai syarat untuk kelulusan dalam bidang sarjana.
Selama penulis mengerjakan tugas Akhir ini banyak sekali pihak yang membantu dalam proses mengerjakan tuga akhir ini. Maka dari itu penulis banyak mengucapkakn terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ridwan, ST., M.Si Selaku dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa
2. Bapak M. Tang, ST., M.Pkim Selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Bosowa sekaligus dosen pembimbing 2 penulis
3. Ibu Dr. Hamsina, ST., M.Si dan Bapak M. Tang., S.T., M.Pkim selaku dosen pembimbing penulis yang telah membantu penulis dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini
4. Ayunda Nurmiaty, ST selaku laboran yang selalu membantu dalam setiap kegiatan penelitian yang penulis laksanakan
5. Dan yang paling istimewa orang yang paling berharga bagi penulis yaitu kedua orang tua Bapak Takdir Syar dan Ibu Husnaeni yang tidak pernah berhenti untuk terus memberikan doa, semangat, motivasi dan materi kepada penulis 6. Dan juga segenap keluarga besar Maiseng Tombong yang selalu memberikan
motivasi kepada penulis
7. Seluruh dosen pengajar program studi teknik kimia yang telah memberikan ilmu kepada penulis untuk menyelesaikan studi
8. Pegawai-pegawai Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik.
9. Rekan sejawat angkatan 2013 yang selalu membantu semua keperluan penulis dalam melakukan penelitian
iv
10. Teruntuk Rosa Paembonan, perempuan yang sangat hebat dan sangat berjasa untuk penulis. Mengorbankan waktunya untuk selalu menemani penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini.
11. Handini Saraswati BS., S.Psi dan juga Nanda Arina Manasikana., S.Psi dua sahabat penulis yang selalu mampu menularkan semangat melalui kata-kata bijaknya.
v DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ...i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
INTISARI ...ix
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II ... 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Timbal (Pb) ... 5
2.1.1. Sifat Fisika ... 6
2.1.2. Sifat Kimia ... 6
2.2. Adsorbsi ... 10
2.2.1 Pengertian Adsorpsi ... 10
2.3. Adsorben ... 10
2.4 Sansevieria Trifasciata Prain ... 11
2.4.1 Morfologi Lidah Mertua (anonim, 2011) ... 13
2.4.2 Manfaat Sansevieria ... 14
2.4.3 Serat Sansevieria Trifasciata Prain ... 15
2.4.5 Sifat fisik serat Sansevieria Trifasciata Prain... 16
2.4.6 Komposisi Sansevieria Trifasciata Prain ... 17
vi
BAB III ... 18
METODE PENELITIAN ... 18
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 18
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 18
3.3 Pengamatan Penelitian ... 18
3.4 Metode Penelitian ... 19
BAB IV ... 21
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1 Hasil Penelitian ... 21
4.2 Pembahasan ... 22
BAB V ... 26
KESIMPULAN ... 26
9.1 Kesimpulan ... 26
9.2 Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27
LAMPIRAN ... 29
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi Kimia Snsevieria ... 17 Tabel 2. Pengaruh massa adsorben terhadap kadar timbal yang teradsorb ... 21 Tabel 3. Penentuan waktu optimum adsorben dapat menyerap timbal ... 22
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Logam Timbal (Pb) (Temple, 2007) ... 5
Gambar 2. Alur Pb dalam lingkungan... 9
Gambar 3. Sansevieria Trifasciata Prain... 12
Gambar 5 Peningkatan timbal yang terjerap berdasarkan massa adsorben ... 23
Gambar 6 waktu optimum adsorben menjerap timbal ... 24
Gambar L. 1 Proses Daun lidah mertua dipotong-potong kecil ... 30
Gambar L. 2 Bahan utama diblender untuk mempermudah proses pengeringan . 30 Gambar L. 3 Bahan baku ditimbang untuk membuat sampel S1 sampai S4 ... 31
Gambar L. 4 Bahan baku dikeringkan dengan oven dengan suhu 100OC dengan waktu pengeringan 80 menit. ... 31
Gambar L. 5 Sampel S1 ... 32
Gambar L. 6 Sampel S2 ... 32
Gambar L. 7 Sampel S3 ... 33
Gambar L. 8 Sampel S4 ... 33
Gambar L. 9 Proses destruksi sampel untuk kemudian dianalisa di Spektrofometri ... 34
Gambar L. 10 Laporan pengujian sampel S1 ... 35
Gambar L. 11 Laporan pengujian sampel S2 ... 36
Gambar L. 12 Laporan pengujian sampel S3 ... 37
Gambar L. 13 Laporan pengujian sampel S4 ... 38
ix INTISARI
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas tanaman Sansevieria Trifasciata Prain sebagai bahan penyerap logam berat timbal (Pb) di dalam air dengan metode preparasi yaitu dengan menghancurkan bahan Sansevieria Trifasciata Prain kemudian dikeringkan pada suhu 100oC kemudian bahan dibagi menjadi 4 variasi massa yaitu 10 gram, 20 gram, 30 gram dan 40 gram lalu diberikan perlakuan dengan variasi waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Hasil penelitian pengaruh massa adsorben terhadap jumlah kadar timbal yang terserap pada adsorben telah diketahui bahwa jumlah adsorben yang terserap paling banyak terdapat pada sampel (S4) dimana massa adsorben 40 gram yang dikeringkan dengan suhu 100oC dan waktu perlakuan 60 menit dengan jumlah 413,070 mg/kg. Hasil penelitian untuk pengaruh waktu terhadap konstrasi timbal yang teradsorbsi, konsentrasi tertinggi terdapat pada variasi waktu 60 menit.
Kata kunci: Adsorben, Sansevieria Trifasciata Prain, Pregnane glikosid, timbal, polusi.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk segera diselesaikan karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia.
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor, namun sayangnya kita tidak dapat memilih udara yang kita hirup. Jika terjadi pencemaran udara yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara maka sejak itulah manusia akan menerima dampak yang ditimbulkan oleh pencemar udara tersebut.
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan no.4 tahun 1982). Pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh pembuangan limbah industri. Belakangan ini industri terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman guna meningkatkan kesejahteraan manusia. Perkembangan industri yang sangat pesat menyebabkan jumlah limbah yang dihasilkan juga meningkat.Hal ini disebabkan oleh limbah yang tidak dikelola dengan baik.
Polusi di udara ada yang berupa gas dan juga logam berat, salah satu logam berat yang ada di udara dan dapar membahayakan kesehatan manusia adalah logam berat Timbal (Pb). Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% logam berat Timbal (Pb) tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas buangan tetap akan menimbulkan
pencemaran udara dimanapun kendaraan itu berada, tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi dalam radius kurang dari 100 m, 5%
akan mencemari lokasi dalam radius 20 km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh (Surani, 2002). Logam Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan.
Logam Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segera dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Logam Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5- 10% dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30% dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya (BPLHD, 2009). Melihat kondisi tersebut maka diperlukan sebuah teknologi yang dapat menyerap logam berat (Pb) agar tidak terlalu banyak terhirup oleh tubuh manusia dan makhluk hidup yang lain.
Saat ini di Indonesia banyak dibudidayakan Sansevieria. Sansevieria merupakan tanaman purba yang dikenal sebagai tanaman perintis yaitu tanaman yang mampu bertahan dalam kondisi ekstrim yang bahkan tanaman lain tidak dapat hidup pada kondisi tersebut. Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan lidah mertua.
Selain indah, Tanaman lidah mertua mempunyai banyak kelebihan, seperti mampu bertahan hidup pada rentang waktu suhu dan cahaya yang sangat luas sehingga mudah untuk dibudidayakan, sangat resisten terhadap polutan, dan mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok diantaranya, limbah perak (Ag) dan timbal (Pb). Berdasarkan data yang dirilis Kompensasi, ada banyak manfaat lain dari Sansevieria. Di dalam tiap helai daun Sansevieria terdapat kandungan pregnane glycoside yang mampu mengurai zat beracun menjadi senyawa organik, gula, dan asam amino.
3
Zat beracun lain yang bisa diurai seperti karbondioksida, benzen, xilen, formaldehid, koloroform, dan triklorotilen. Di dalam ruangan, Sansevieria bisa menangani sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas korbondioksida, timbal (Pb) dari rokok dan penggunaan AC. Satu tanaman sansevieria trifasciata lorentii dewasa berdaun 4/5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis maka rumusan masalah pada penelitian ini ialah :
1. Bagaimana pengaruh massa adsorben terhadap kadar timbal yang teradsorb 2. Bagaimana pengaruh waktu perlakuan/kontak terhadap kadar timbal yang
teradsorb 1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh massa adsorben terhadap kadar timbal yang teradsorb
2. Mengetahui pengaruh waktu kontak/perlakuan terhadap jumlah logam berat timbal (Pb) yang teradsorb
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan :
1. Memberi kesempatan bagi setiap orang untuk hidup sehat tanpa perlu khawatir bahaya timbal
2. Memberi informasi mengenai bahan alami yang mampu menyerap timbal 3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Timbal (Pb)
Timbal atau disebut juga sebagai timah hitam merupakan salah satu logam berat beracun dan berbahaya. Timbal banyak ditemukan sebagai pencemar dan cenderung mengganggu kelangsungan hidup organisme perairan. Timbal yang masuk ke dalam perairan dapat berasal dari limbah industri kimia, industri percetakan serta industri yang menghasilkan logam dan cat. Sehingga akibat dari pencemaran perairan ini dapat mengakibatkan timbal terakumulasi pada ikan. Disisi lain, ikan merupakan salah satu dari makanan manusia sehingga timbal yang terakumulasi pada ikan dapat terdistribusi ke tubuh manusia.(Aunurohim, Yulaipi S, 2013) Sehingga, sekitar 65% timbal dapat masuk ketubuh manusia melalui makanan, 20% melalui air, serta 15% melalui udara.(Batubara I, Latifah K D, Lela M Y, 2014)
Gambar 1. Logam Timbal (Pb) (Temple, 2007)
Kriteria diagnosis peningkatan kadar timbal dalam darah untuk orang dewasa (³16 tahun) menurut Clinical Laboratory Improvement Amendments
(CLIA) adalah ³5mg/dL (0,24 mmol/L).3CDC, 2016 Kadar timbal yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dapat menyebabkan gangguan pada tubuh manusia, salah satunya gangguan pada hemoglobin. Selain itu, timbal di dalam darah merupakan radikal bebas yang mengakibatkan kadar ROS (Reative Oxygen Species) meningkat sehingga dapat merusak membran sel yang mengandung lipid salah satunya sel darah merah. Pada kerusakan membran sel darah merah dapat menyebabkan hemolisis dan penurunan kadar Hb.4 Djokomoejanto, Ag S, Iswari S et al, 2012 Selain itu, timbal juga dapat menghambat enzim ALAD (Asam ä- Aminolevulinat Dehidrase) dan ferrochelase pada proses pembentukan heme.
(Hashemian A H, Haji A Y, 2013,Lubis B, Flora M P, Nelly R et al, 2013)
Tindakan medis untuk mengurangi efek toksik dari timbal adalah dengan terapi kelasi. Agen kelasi hingga saat ini memiliki harga yang sangat mahal, tidak tersedia secara kontinyu, tidak dapat diperoleh tanpa resep dokter, dan dalam jumlah yang mencukupi. Berdasarkan kendala tersebut, terapi kelasi pada manusia yang mengalami keracunan timbal tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Sehingga penundaan terapi dapat berakibat fatal bahkan sampai terjadi kematian.(Andriyanto, Aulia A M, Ietje W et al, 2014).
2.1.1. Sifat Fisika
- Fasa pada suhu kamar : padatan - Densitas : 11,34 g/cm3 - Titik leleh : 327,5 0C - Titik didih : 1749 0C - Panas Fusi : 4,77 kJ/mol - Panas Penguapan : 179,5 kJ/mol - Kalor jenis : 26,650 J/molK 2.1.2. Sifat Kimia
- Bilangan oksidasi : 4,2,-4
- Elektronegativitas : 2,33 (skala pauli) - Energi ionisasi1 : 715,6 kJ/mol - Energi ionisasi2 : 1450,5 kJ/mol
7
- Energi ionisasi 3 : 3081,5 kJ/mol - Jari-jari atom : 175 pm
- Radius ikatan kovalen : 146 pm - Jari-jari Van Der Waals : 202 pm
- Struktur Krista l : kubik berpusat muka - Sifat kemagnetan : diamagnetic
- Resistifitas termal : 208 nohm.m - Konduktifitas termal : 35,3 W/mK - Timbal larut dalam beberapa asam
- Bereaksi secara cepat dengan halogen
- Bereaksi lambat dengan alkali dingin tetapi bereaksi cepat dengan alkali panas menghasilkan plumbit.
Timbal sebagai logam berat merupakan unsur yang terbanyak di dunia.
Istilah logam berat digunakan pada timbal karena mempunyai kerapatan (massa jenis) yang sangat tinggi yaitu 11,34 gram/cm3, jauh lebih tinggi dari pada kerapatan tertinggi bagi logam transisi pertama yaitu 8,92 gram/cm3 untuk tembaga. Timbal bersifat lembek-lemah dengan titik leburnya 327,46 oC. Timbal akan nampak mengkilat-berkilauan ketika baru dipotong, tetapi segera menjadi pudar (buram) ketika terjadi kontak dengan udara terbuka. Hal ini karena terjadi pembentukan lapisan timbal-oksida atau – karbonat yang melapisi secara kuat sehingga mencegah terjadinya reaksi lebih lanjut. Lempengan timbal banyak dipakai sebagai pelindung bahan radioaktif karena sifatnya yang mempunyai kemampuan yang sangat tinggi dalam menahan sinar X dan sinar Y. Harga potensial elektroda timbal adalah -0,13V. Kereaktifannya yang rendah ini dapat dikaitkan dengan overvoltage yang tinggi terhadap hidrogen. Jadi, timbal tidak terlarutkan oleh H2SO4 encer dan HCl pekat.
2.1.3. Penggunaan Timbal dalam kehidupan sehari-hari
Timbal (Pb) termasuk dalam kelompok logam berat golongan IVA dalam Sistem Periodik Unsur kimia, mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,2, berbentuk padat pada suhu kamar, bertitik lebur 327,4 oC dan memiliki berat jenis
sebesar 11,4/l. Pb jarang ditemukan di alam dalam keadaan bebas melainkan dalam bentuk senyawa dengan molekul lain,misalnya dalam bentuk PbBr2 dan PbCl2.
Logam Pb banyak digunakan sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat rumah tangga dan hiasan. Dalam bentuk oksida timbal digunakan sebagai pigmen/zat warna dalam industri kosmetik dan glace serta indusri keramik yang sebagian diantaranya digunakan dalam peralatan rumah tangga. Dalam bentuk aerosol anorganik dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara yang dihirup atau makanan seperti sayuran dan buah-buahan. Logam Pb tersebut dalam jangka waktu panjang dapat terakumulasi dalam tubuh karena proses eliminasinya yang lambat.
Setiap liter bensin dalam angka oktan 87 dan 98 mengandung 0,70g senyawa Pb Tetraetil dan 0,84g Tetrametil Pb. Setiap satu liter bensin yang dibakar jika dikonversi akan mengemisikan 0,56g Pb yang dibuang ke udara (Librawati, 2005).
2.1.4. Bahaya Logam Berat Timbal (Pb)
Logam Pb yang terkandung dalam bensin ini sangatlah berbahaya, sebab pembakaran bensin akan mengemisikan 0,09 gram timbal tiap 1 km. Bila di Jakarta, setiap harinya 1 juta unit kendaraan bermotor yang bergerak sejauh 15 km akan mengemisikan 1,35 ton Pb/hari. Efek yang ditimbulkan tidak main-main. Salah satunya yaitu kemunduran IQ dan kerusakan otak yang ditimbulkan dari emisi timbal ini. Pada orang dewasa umumnya ciri -ciri keracunan timbal adalah pusing, kehilangan selera, sakit kepala, anemia, sukar tidur, lemah, dan keguguran kandungan. Selain itu timbal berbahaya karena dapat mengakibatkan perubahan bentuk dan ukuran sel darah merah yang mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Logam Pb yang mencemari udara terdapat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk gas dan partikel-partikel. Gas timbal terutama berasal dari pembakaran bahan aditif bensin dari kendaraan bermotor yang terdiri dari tetraetil Pb dan tetrametil Pb. Partikel-partikel Pb di udara berasal dari sumber-sumber lain seperti pabrik-pabrik alkil Pb dan Pb-oksida, pembakaran arang dan sebagai-nya. Polusi Pb yang terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai komponen Pb, terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO (Fardiaz, 1992).
9
2.1.5 Paparan Timbal pada lingkungan
Emisi Pb ke udara dapat berupa gas atau partikel sebagai hasil samping pembakaran yang kurang sempurna dalam mesin kendaraan bermotor. Semakin kurang sempurna proses pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor, maka semakin banyak jumlah Pb yang akan di emisikan ke udara. Senyawa yang terdapat dalam kendaraan bermotor yaitu PbBrCl, PbBrCl.2PbO, PbCl2, Pb(OH)Cl, PbBr2, dan PbCO3.2PbO,
diantara senyawa tersebut PbCO3.PbO merupakan senyawa yang berbahaya bagi
kesehatan. Gambar 2-1 menunjuk-kan alur pajanan Pb dalam lingkungan.
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Tetraethyl lead (TEL), yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.Selain itu mangan pada MMT dan karsiogenik pada MTBE (bahan aditif pada bensin selain TEL yang menghasilkan zat berbahaya bagi tubuh) (Anonim, 2010).
Gambar 2. Alur Pb dalam lingkungan
Sumber: http://mathusen.wordpress.com/2019/02/28
2.1.6 Dampak Timbal (Pb) pada Kesehatan Manusia
Menurut Winarno (1993), Pb merupakan racun syaraf (neuro toxin) yang bersifat kumulatif, destruktif dan kontinu pada sistem haemofilik, kardio-vaskuler dan ginjal. Anak yang telah menderita tokisisitas timbal cenderung menunjukkan gejala hiperaktif, mudah bosan, mudah terpengaruh, sulit ber-konsentrasi terhadap lingkungannya termasuk pada pelajaran, serta akan mengalami gangguan pada masa dewasanya nanti yaitu anak menjadi lamban dalam berfikir, biasanya orang akan mengalami keracunan timbal bila ia mengonsumsi timbal sekitar 0,2 sampai 2mg/hari.
2.2. Adsorbsi
2.2.1 Pengertian Adsorpsi
Adsorbsi adalah proses dimana molekul molekul fluida menyentuh dan melekat pada permukaan padatan (Nastuddin, 2005). Adsorbsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul-molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut (Suryawan, Bambang 2004). Walaupun adsorpsi biasanya dikaitkan dengan perpindahan dari suatu gas ke suatu permukaan padatan, perpindahan dari suatu gas.
2.3. Adsorben
Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan oleh permukaan zat atau benda penyerap di mana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, di mana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
11
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu)
2.4
Sansevieria Trifasciata PrainTanaman Sansevieria ini di Indonesia dikenal dengan nama lidah mertua atau tanaman ular, karena tekstur daunnya mirip kulit ular, warna daun ada yang hijau muda dengan corak bersisik seperti ular. Tanaman Sansevieria termasuk tanaman yang bersifat sukulen, karena secara morfologi Sansevieria dicirikan dengan daun yang tebal dan memiliki kandungan air yang tinggi (Arnold, 2004).
Keunggulan sansevieria adalah tanaman yang mudah beradaptasi dan tumbuh dengan baik disegala tempat. Mulai dari dataran rendah, sedang dan tinggi. Indonesia secara geografis merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan sansevieria. Iklimnya yang tropis menyebabkan dataran di Indonesia mendapatkan pancaran sinar matahari sepanjang tahun. Secara alami, sansevieria akan tumbuh subur jika paparan sinar matahari dan sirkulasi udara baik. Tetapi pada kenyataannya sansevieria mampu tumbuh diruangan yang sangat minim cahaya sekalipun. Sansevieria tetap tumbuh pada kondisi kering sehingga jika tidak disirampun tanaman ini masih mampu bertahan.
Tanaman Sansevieria merupakan sejenis herba tidak berbatang dan mempunyai rimpang yang kuat dan tegak. Daun sansevieria berwarna hijau atau berbarik-barik kuning. Panjang daun dari tanaman ini dapat mencapai 1,75 m.
lidah mertua berasal dari Afrika tropis dibagian Nigeria timur dan menyebar hingga ke Indonesia, terutama di pulau Jawa. Tanaman ini dapat ditemui dari dataran rendah hingga ketinggian 1-1.000 meter di atas permukaan laut. Daun dari tanaman ini mengandung serat yang mempunyai sifat kenyal dan kuat.
Selama ini serat daun sansevieria digunakan sebagai tanaman hias, namun setelah diteliti serat sansevieria mengandung selulosa, lignin dan polisakarida
(M. Kanimozhi,2011). Serat tersebut disebut sebagai bowstringhemp dan banyak digunakan sebagai bahan membuat kain dan pulp (Heyne, 1987).
Gambar 3. Sansevieria Trifasciata Prain
Menurut sistematikanya, Sansevieria diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu atau monokotil) Sub-kelas : Liliidae
Ordo : Liliales Familia : Agavaceae Genus : Sansevieria
Sansevieria memiliki organ yang mudah dikenali. Tumbuhan ini termasuk kedalam jenis rerumputan (herbaceous), karna tangkainya yang lunak dan tidak berkayu. Akar Sansevieria berbentuk serabut. Akar berwarna putih ini tumbuh dari bagian pangkal daun dan menyebar ke segala arah di dalam tanah.
Tanaman Sansevieria mudah di kenali dari daunnya yang tebal dan
13
banyak mengandung air. Daun tumbuh di sekeliling batang semu diatas permukaan tanah. Bentuk daunnya panjang dan meruncing pada bagian ujungnya. Daun Sansevieria mempunyai lapisan luar yang terdiri dari lapisan atas dan bawah, diantara lapisan tersebut terdapat banyak ikatan atau helai-helai serat.
Perbanyakan generatif pada Sansevieria dilakukan melalui persilangan benang sari ke kepala putik. Jika penyerbukan berhasil, selanjutnya akan terjadi pembuahan dan pembentukan biji. Biji tersebut disemaikan untuk mendapatkan generasi baru Sansevieria. Biasanya daun akan tumbuh sejak 1-3 bulan sejak penyemaian dan tergantung dari jenis tanaman Sansevieria.
Pemanenan Lidah Mertua (sansevieria) dilakukan terhadap tanaman yang sudah cukup umur sekitar 4-9 bulan atau sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Biasanya tanaman lidah mertua ini siap dipanen jika tingginya sudah mencapai 40-75 cm.
2.4.1 Morfologi Lidah Mertua (anonim, 2011) a. Akar
Lazimnya tumbuhan berbiji tunggal (monokotil), akar sansevieria berbentuk serabut. Akar berwarna putih ini tumbuh dari bagian pangkal daun dan menyebar ke segala arah di dalam tanah.
b. Rimpang (Rhizoma)
Selain terdapat akar juga terdapat organ yang menyerupai batang, orang menyebut organ ini sebagai rimpang atau rhizoma yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sari-sari makanan hasil fotosintesis. Rimpang juga berperan dalam perkembang biakan. Rimpang menjalar di bawah tanah dan kadang-kadang di atas permukaan tanah. Ujung organ ini merupakan jaringan meristem yang selalu tumbuh memanjang.
c. Daun
Tanaman sansevieria mudah dikenal dari daunnya yang tebal dan banyak mengandung air (fleshy dan succulent) sehingga dengan struktur daun
seperti ini membuat sansevieria tahan terhadap kekeringan karena proses penguapan air dan laju transpirasi dapat ditekan. Daun tumbuh di sekeliling batang semu di atas permukaan tanah. Bentuk daun panjang dan meruncing pada bagian ujungnya. Tulang daun sejajar.
d. Bunga
Bunga sansevieria terdapat dalam malai yang tumbuh tegak dari pangkal batang. Bunga sansevieria termasuk bunga berumah dua, putik dan serbuk sari tidak berada dalam satu kuntum bunga. Bunga yang memiliki putik disebut bunga betina, sedangkan yang memiliki serbuk sari disebut bunga jantan. Bunga ini mengeluarkan aroma wangi, terutama pada malam hari.
e. Biji
Biji dihasilkan dari pembuahan serbuk sari pada kepala putik. Biji memilki peran penting dalam perkembangbiakan tanaman. Biji sansevieria berkeping tunggal seperti tumbuhan monokotil lainnya. Bagian paling luar dari biji berupa kulit tebal yang berfungsi sebagai lapisan pelindung. Di sebelah dalam kulit terdapat embrio yang merupakan bakal calon tanaman.
2.4.2 Manfaat Sansevieria
Beberapa manfaat Sansevieria adalah tanamn hias di dalam ruangan (indoor) dan di pekarangan (outdoor), sebagai tanaman obat yang telah teruji secara klinis berefek positif terhadap penyakit diabetes. Beberapa Sansevieria dapat diambil seratnya untuk bahan baku tekstil terutama di Negara China dan New Zealand.
Hanley et al. (2006) menyatakan bahwa Sansevieria dapat tumbuh pada rentang suhu yang luas dan dapat bertahan hidup didaerah panas seperti gurun, pertumbuhan optimal dicapai pada siang hari dengan temperatur 24-29 oC dan pada malam hari 18-21 oC. Sansevieria dapat beradaptasi pada ruangan dengan suhu dan kelembaban yang rendah seperti pada ruangan berpendingin (Air Conditioner).
15
Selain sebagai penghias taman, Sansevieria mampu menyerap polusi di lingkungan sekitar. Selain itu rimpang Sansevieria berkhasiat untuk obat batuk.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Badan Penerbangan Antariksa Amerika Serikat, Sansevieria merupakan salah satu tanaman penyerap gas beracun, misalnya timbal yang terkandung dalam air dan udara (Anonim, 2001).
Selain sebagai penyerap racun, Sansevieria mampu menyerap beragam unsur berbahaya di udara seperti timbal, kholoform, benzene, xylene, dan trichloroethylene. Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid dalam mereduksi (Adidaya, 2005). Purwanto (2006) pada bukunya mengemukakan riset yang dilakukan Wolverton Environmental Service yang menyebutkan bahwa sehelai daun Sansevieria mampu menyerap formaldehid sebanyak 0,938 μg per jam.
Setiap helai daun Sansevieria terdapat senyawa aktif pregnane glykoside, yaitu zat yang mampu menguraikan zat beracun menjadi senyawa asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino. Mekanisme Sansevieria dalm menyerap adalah tanaman bernapas, akan menyerap seperti karbon dioksida dan gas beracun lainnya. Sansevieria menggunakan stomata sebagai vacum cleaner untuk menyedot atau gas beracun dan akan memasuki sistem metabolisme dalam tubuh tanaman.
yang telah diserap kemudian dikirim ke akar, pada bagian akar, mikroba melakukan proses detoksifikasi. Melalui proses ini, mikroba akan menghasilkan suatu zat yang diperlukan oleh tanaman. Dalam proses pernapasan tersebut dihasilkan gas yang bermanfaat bagi manusia yaitu berupa oksigen. Proses ini berlangsung terus menerus selama tanaman masih hidup.
2.4.3 Serat Sansevieria Trifasciata Prain
Serat lidah Sansevieria digunakan sebagai bahan pembuat beragam tali, ditenun sebagai pakaian, komponen alat musik, bahan baku kertas hingga pada penelitian terbaru menyebutkan sebagai antiseptik dan antikanker. Jenis
sansevieria penghasil serat adalah Sansevieria angolensis, Sansevieria trifasciata, Sansevieria cylindrica, Sansevieria intermedia, Sansevieria enherbergii dan Sansevieria hyacinthoides. Jenis Sansevieria yang sering digunakan untuk membuat pulp adalah Sansevieria trifasciata yang dikenal sebagai sumber serat komersial karena memiliki serat yang lembut, liat dan sangat elastis.
Serat Sansevieria sebagai bahan baku tekstil dimana serat Sansevieria memiliki karakteristik serat yang tidak mudah rapuh, mengkilat, dan panjang sehingga memudahkan penataan pada pembuatan benang. Berdasarkan keunggulan tersebut Sansevieria berpotensi sekali untuk keperluan industri yang berbasis serat, agar dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan benang.
Pengambilan serat tanaman melalui beberapa tahapan yaitu proses ekstraksi serat, bleaching.
2.4.4 Komposisi kimia serat Sansevieria Trifasciata Prain
Penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang pulp telah banyak dilakukan dengan tujuan menjawab permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh industri ini, baik teknologi pulp maupun pemutihan pulp. Fungsi dari industri kertas (pulp) adalah mengkonversi bahan-bahan dasar selulosa menjadi bahan kertas. Terdapat tiga komponen kimia pada bubur kertas yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Salah satu tanaman yang dapat digunakan adalah Sansevieria, karena Sansevieria memiliki jumlah selulosa yang hampir sama dengan nanas (anonim.,2008).
2.4.5 Sifat fisik serat Sansevieria Trifasciata Prain
Lidah mertua atau yang lebih dikenal dengan Sansevieria merupakan salah satu tanaman berpotensi yang menghasilkan serat yang selama ini pemanfaatannya masih sebatas tanaman hias. Jenis serat Sansevieria memiliki karakteristik serat yang tidak mudah rapuh, mengkilat, dan panjang.
17
2.4.6 Komposisi Sansevieria Trifasciata Prain
Komposisi yang terkandung dalam tanaman sansevieria secara umum dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Snsevieria
Komposisi Kimia %
Selulosa 50 – 60
Lignin 5 – 10
ruscogenin 1 – 2,5
4-0 methyl glucoronic acid 3 – 5
beta siti sterol 2 - 5
d-xylose 0,1 – 1
n butyl 4 OL propylphthalate 1 – 5
neoruscogenin 0,1 – 1
sanseverigenin 4 – 7
pregnane glikosid 1 – 4
(Sumbet : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-shomyalina- babii.pdf)
18 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Februari sampai dengan maret 2019 di laboratorium Universitas Bosowa Makassar.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah daun tanaman sansevieria. Bahan baku tersebut diperoleh di Kota Belopa, Kabupaten Luwu.
Alat dan bahan yang akan digunakan adalah : 1. Daun lidah mertua
2. Timbal (Pb) granular ukuran 7 mesh 3. Aquades
4. Blender 5. Cawan Petri 6. Oven
7. Ayakan 60 mesh 8. Spatula
9. Spektrofotometri AAS 3.3 Pengamatan Penelitian
1. Lama pengeringan dengan suhu 100oC - 80 menit
2. Ukuran butiran Adsorben - 60 mesh
3. Waktu papar sampel terhadap - 15 menit
- 30 menit - 45 menit
19
- 60 menit 3.4 Metode Penelitian
Tahapan metode penelitian adalah sebagai berikut :
1. Persiapan bahan baku Lidah mertua dan daun lidah mertua
Bahan baku yang berasal dari desa Belopa kemudian dipotong akarnya dan dicuci pada air mengalir untuk menghilangkan kotoran pada bahan baku setelah bahan baku dicuci akan dipotong-potong menjadi kecil-kecil.
Kemudian diangin-anginkan namun tidak terkena sinar matahari.
2. Proses pengeringan
Proses pengeringan ini akan menggunakan oven dengan suhu oven 100o C dengan lama waktu oven bahan baku 80 menit sampai bahan terlihat sudah kering. Bahan baku yang telah kering akan diblender mejadi serbuk kemudian diayak menggunakan ukuran 60 mesh.
3. Tahap Uji penyerapan bahan terhadap Timbal (Pb)
Pada tahap pengujian bahan baku akan direndam bersama dengan massa timbal (Pb) tiap sampel sebanyak 2 gram dengan ukuran 7 mesh dan massa serbuk daun lidah mertua (Sansevieria Trifasciata Prain) 10 gram, 20 gram, 30 gram dan 40 gram selama 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 menit dengan aquades. Kemudian sansevieria yang sudah diberi perlakuan terhadap timbal (Pb) akan dianalisa kadar timbal (Pb) yang berhasil terarsobsi menggunakan alat spektrofotometri.
3.5 Diagram Alir Proses
Persiapan daun Lidah Mertua
1
Tahap Preparasi bahan baku
2
Tahap perlakuan Sampel
3
Analisa Kadar Timbal (Pb)
4
21 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Proses uji efektifitas pada penelitian daun lidah mertua sebagai adsorben ini di dasarkan atas dua parameter uji yaitu parameter pengaruh massa simplisia serbuk lidah mertua terhadap kadar timbal (Pb) yang terserap dan pengaruh waktu perlakuan terhadap jumlah kadar timbal (Pb) yang terserap.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan kadar timbal (Pb) yang teradsorb. Penambahan massa mempengaruhi banyaknya timbal (Pb) yang teradsorb. Proses adsorbsi juga dipengaruhi oleh waktu. Diketahui bahwa semakin lama waktu kontak adsorben terhadap logam berat timbal akan meningkatkan jumlah logam berat timbal yang teradsorb.
Tabel 2. Pengaruh massa adsorben terhadap kadar timbal yang teradsorb Nama
Sampel
Massa Sampel
Massa Timbal (Pb)
Hasil Uji kadar Timbal (Pb)
S1 10 gram
2 gram
41,5691 mg/kg
S2 20 gram 78,8785 mg/kg
S3 30 gram 327,985 mg/kg
S4 40 gram 413,070 mg/kg
Pada tabel 3 diketahui bahwa kadar timbal yang teradsorb pada sampel S1 dengan massa serbuk daun lidah mertua 10 gram dan massa timbal yang dikontakkan sebanyak 2 gram diketahui hasilnya 41,5691 mg/kg. Pada sampel S2 dengan massa serbuk daun lidah mertua 20 gram dan massa timbal 2 gram ditemukan hasil kadar timbal yang terjerap adalah 78,8785 mg/kg. Pada massa.
Pada sampel S3 dengan massa serbuk daun lidah mertua sebanyak 30 gram dan massa timbal yang dikontakkan sebanyak 2 gram ditemukan hasil 327,985 mg/kg.
Pada sampel S4 dengan massa serbuk daun lidah mertua sebanyak 40 gram dan massa timbal yang dikontakkan sebanyak 2 gram ditemukan kadar timbal yang paling banyak dengan jumlah 413,070 mg/kg.
Tabel 3. Penentuan waktu optimum adsorben dapat menyerap timbal Nama Sampel Waktu kontak Hasil Uji kadar Timbal (Pb)
S1 15 menit 41,5691 mg/kg
S2 30 menit 78,8785 mg/kg
S3 45 menit 327,985 mg/kg
S4 60 menit 413,070 mg/kg
Melihat tabel 4 diketahui bahwa pada waktu kontak 15 menit serbuk lidah mertua berhasil menjerap 41,5691 mg/kg logam timbal. Pada waktu kontak 30 menit sampel dapat menjerap timbal sebanyak 78,8785 mg/kg. Pada waktu kontak 45 menit sampel mampu menjerap timbal 327,985 mg/kg. Pada waktu kontak 60 menit sampel sebuk daun lidah mertua dapat menjerap logam berat timbal sebanyak 413,070 mg/kg. Pada penelitian ini diketahui bahwa dengan menambahkan variasi waktu terhadap perlakuan/kontak terhadap logam berat timbal akan membuat jumlah kadar timbal (Pb) yang teradsorb bertambah dan pada penelitian ini ditemukan pada sampel S4 dengan waktu kontak selama 60 menit memiliki jumlah kadar timbal yang teradsorb dengan jumlah tertinggi yaitu sebanyak 413,070 mg/kg.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini memanfaatkan daun lidah mertua (Sansevieria Trifasciata Prain) yang dijadikan adsorben dalam bentuk serbuk yang kemudian akan digunakan untuk menjerap logam berat timbal (Pb). Daun lidah mertua dibersihkan dari kotoran dan dihaluskan menggunakan blender. Setelah halus, daun lidah mertua dikeringkan dalam oven. Tujuan pengeringan di dalam oven yaitu untuk menghilangkan uap air yang terkandung dalam daun lidah mertua dengan menggunakan suhu 100OC. Digunakan suhu 100OC karena jika menggunakan suhu
23
di atas 100OC akan menyebabkan kerusakan pada adsorben sehingga adsorben tidak dapat digunakan untuk mengadsorbsi.
Gambar 4 Peningkatan timbal yang terjerap berdasarkan massa adsorben Dari gambar 4 terlihat bahwa Berdasarkan konsentrasi timbal yang teradsorpsi meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah massa adsorben. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak massa adsorben maka jumlah timbal (Pb) yang terjerap semakin besar, terlihat pada massa 10 gr sampai 40 gr massa adsorben pada saat keadaan tersebut terus mengalami peningkatan kadar timbal (Pb) dikarena semakin banyak massa adsorben maka penyerapan timbal (Pb) akan semakin besar.
Pada penelitian ini massa adsorben optimum adalah 40 gram dengan kadar timbal (Pb) yang teradsorp 413,070 mg/kg.
41,5691
78,8785
327,985
413,07
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
10 gram 20 gram 30 gram 40 gram
Timbal yang terjerap
Massa Adsorben
Gambar 5 waktu optimum adsorben menjerap timbal
Parameter penting lain yang perlu dikaji adalah pengaruh waktu terhadap kadar logam berat timbal (Pb) yang teradsorpsi.
Berdasarkan Gambar 5 dapat terlihat bahwa konsentrasi timbal yang teradsorpsi meningkat seiring dengan bertambahnya lama kontak. Pada lama perlakuan/kontak 15 menit dengan sampel yang telah dioven pada suhu 100oC, pemberian timbal (Pb) sebanyak 2 gram dengan ukuran timbal (Pb) 7 mesh, Aquades sebanyak 20 ml diketahui konsentrasi timbal (Pb) yang teradsorb sebanyak 41,5691 mg/kg. Pada lama perlakuan/kontak 30 menit dengan sampel yang telah dioven pada suhu 100oC, pemberian timbal (Pb) sebanyak 2 gram dengan ukuran timbal (Pb) 7 mesh, Aquades sebanyak 20 ml diketahui konsentrasi timbal (Pb) yang teradsorb sebanyak 78,8785 mg/kg. Pada lama perlakuan/kontak 45 menit dengan sampel yang telah dioven pada suhu 100oC, pemberian timbal (Pb) sebanyak 2 gram dengan ukuran timbal (Pb) 7 mesh, Aquades sebanyak 20 ml diketahui konsentrasi timbal (Pb) yang teradsorb sebanyak 327,985 mg/kg. Pada lama perlakuan/kontak 15 menit dengan sampel yang telah dioven pada suhu 100oC, pemberian timbal (Pb) sebanyak 2 gram dengan ukuran timbal (Pb) 7 mesh, Aquades sebanyak 20 ml diketahui konsentrasi timbal (Pb) yang teradsorb sebanyak 413,07 mg/kg. Pada penelitian ini diketahui bahwa jumlah konsentrasi
41,5691
78,8785
327,985
413,07
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
15 menit 30 menit 45 menit 60 menit
Timbal yang terjerap
Waktu optimum
25
timbal (Pb) yang teradsorbsi paling banyak terdapat pada lama waktu kontak 60 menit.
Pada penelitian membuktikan bahwa Sansevieria mampu menyerap beragam unsur berbahaya di udara seperti timbal, seperti penelitian yang dilakukan badan antariksa nasional amerika serikat karena setiap helai daun sansevieria mengandung senyawa aktif pregnane glikosiid. Selain logam berat timbal, sansevieria trifasciata prain juga mampu menyerap kholoform, benzene, xylene, dan trichloroethylene. Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid dalam mereduksi (Adidaya, 2005).
26 BAB V KESIMPULAN 9.1 Kesimpulan
1. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa jumlah massa adsorben yang bervariasi dapat mempengaruhi konsentrasi timbal yang teradsorbsi.
Dimana diketahui konsentrasi timbal tertinggi terdapat pada sampel S4.
2. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa penambahan variasi waktu kontak dapat mempengaruhi jumlah konsentrasi timbal (Pb) yang teradsorbsi dan pada penelitian ini kosentrasi timbal (Pb) paling banyak terdapat pada lama waktu kontak 60 menit.
9.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini, ada beberapa saran yang akan dikemukakan, yaitu :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai struktur kimia Sansevieria Trifasciata Prain dalam menjerap timbal (Pb).
2. Membuat bentuk lain dari adsorben Sansevieria Trifasciata Prain seperti membentuknya menjadi lembaran yang kemudian akan digunakan menjadi pelapis masker yang dapat menyerap timbal (Pb).
27
DAFTAR PUSTAKA
Amien, H. M. 2007. Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Seng (Zn) pada Air, Sedimen, dan Makrozoobenthos di Perairan Waduk Cirata, Provinsi Jawa Barat. [Tesis]. Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Adawiyah A R, Nia D A, Raisha S et al, 2013, Panda Sansevieria (Pengharum Ruangan Anti Debu dan Asap Rokok dengan Sistem Penetralsir Sirkulasi Udara), Jurnal Ilmiah Mahasiswa, vol. 3 no. 1, hal. 35 – 38.
Connell, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Fardiaz, S., 1992, Polusi Air dan udara, Kanisius, Yogyakarta.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta Purwanto, A. ( 2006), Sanseviera flora cantik penyerap racun. Yogyakarta :
Kanisius PP No. 81, 199
Praveena, Jasmine R. Estherlydia, D 2014. Comparative Study of Phytochemical Screening and Antioxidant Capacities of Vinegar Made From Peel and Fruit Of Pineapple (Ananas Comosus L.). Food Chemistry and Food Processing, Loyola College, Chennai. International Journal of Pharma and Bio
Sciences, 5(4):394-403.
Sembiring, M.T., dan Tuti Sarma S. 2003. Arang Aktif Pengenalan dan Proses Pembuatannya. Sumatera : Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Jurnal Online.
Sunoko, HR., Hadiyarto, A. dan Santoso, B., 2011. Dampak Aktivitas Trans-portasi Terhadap Kandungan Timbal (Pb) Dalam Udara Ambient Di Kota Semarang. Bioma, Vol. 1, No. 2, Oktober, Semarang.
Tahir, M.I. & M. Sitanggang.2010,” sanseviera ekslusif”. Yogja : agromedia pustaka.
Yusriani sapta dewi dan Indra haptari. 2012, ” kajian efektifitas daun puring (
cadieum variegatum) dan Lidah mertua ( Sanseviera trispasciata) dalam menyerap timbale di udara ambient”, jurnal ilmiah satya Negara indonesia vol 5 no 2 desember 2012 hal 1-7. Universitas Satya Indonesia Jurusan Teknik Lingkungan.
29 LAMPIRAN
Sebelum sampel dianalisa di dalam alat Spektrofotometri AAS perlu dilakukan metode destruksi terhadap sampel. Karena metode destruksi sangat penting dilakukan didalam menganasilis suatu materi atau bahan. Metode destruksi bertujuan untuk merubah sampel menjadi bahan yang dapat diukur. Metode ini seakan sangat sederhana, namun apabila kurang sempurna dalam melakukan teknik destruksi, maka hasil analisis yang diharapkan tidak akurat.
Dikarenakan sampel yang digunakan pada penelitian ini bersifat padat makan akan dilakukan metode destruksi sampel padat. Adapun prosedur destruksi sampel padat yaitu :
1. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram sebagai contoh 2. Ditambahkan 50 ml aquades
3. Penambahan 10 ml HNO3 p.a
4. Kemudian panaskan di atas hotplate pada mesin asam dan tutup dengan kaca arloji sampai volume 20 ml
5. Setelah proses di atas dilakukan penyaringan larutan dan encerkan dalam labu ukur 50 ml.
Gambar L. 1 Proses Daun lidah mertua dipotong-potong kecil
Gambar L. 2 Bahan utama diblender untuk mempermudah proses pengeringan
31
Gambar L. 3 Bahan baku ditimbang untuk membuat sampel S1 sampai S4
Gambar L. 4 Bahan baku dikeringkan dengan oven dengan suhu 100OC dengan waktu pengeringan 80 menit.
Gambar L. 5 Sampel S1
Gambar L. 6 Sampel S2
33
Gambar L. 7 Sampel S3
Gambar L. 8 Sampel S4
Gambar L. 9 Proses destruksi sampel untuk kemudian dianalisa di Spektrofometri
35
Gambar L. 10 Laporan pengujian sampel S1
Gambar L. 11 Laporan pengujian sampel S2
37
Gambar L. 12 Laporan pengujian sampel S3
Gambar L. 13 Laporan pengujian sampel S4