• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KENIKIR DAN DAUN SIRIH SEBAGAI BIOFUNGISIDA TERHADAP PENYEBAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KENIKIR DAN DAUN SIRIH SEBAGAI BIOFUNGISIDA TERHADAP PENYEBAB "

Copied!
53
0
0

Teks penuh

“Efektivitas Ekstrak Kenikir dan Daun Sirih Sebagai Biofungisida Terhadap Penyebab Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Secara In Vitro”, beserta peralatan yang ada (jika diperlukan). Efektifitas Ekstraksi Daun Kenikir dan Daun Sirih Sebagai Biofungisida Penyebab Penyakit Antraknosa (Colletotricum capsici) pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum) secara In Vitro. Hasil penelitian penghambatan pertumbuhan diameter koloni dan persentase pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici pada seluruh perlakuan yang diuji dan diekstraksi dari daun kenikir dan daun sirih menunjukkan hasil yang sama.

'Efektivitas Ekstrak Kenikir dan Daun Sirih sebagai Biofungisida Terhadap Agen Penyebab Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum) Secara In Vitro'. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Medan Area pada bulan Mei – Juli 2018. Hasil penelitian mengenai penghambatan pertumbuhan diameter koloni dan laju pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici untuk semua perlakuan yang diberikan daun kenikir dan sirih. ekstrak daun yang diuji menunjukkan hasil yang sama.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada penulis atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Khasiat Ekstrak Daun Kenikir dan Daun Sirih Sebagai Biofungisida Terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) secara in vitro'' Tesis merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi agroteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Medan Area Syahbudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian , Universitas Medan Area Saya selaku pembimbing yang telah banyak mencurahkan waktunya membimbing dan memberikan masukan serta kritik penulis selama penyelesaian penyusunan skripsi.

Mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang turut serta membantu dan mendukung penulis dalam penulisan disertasi ini.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Hipotesis Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Salah satu alternatif pengendalian penyakit interacnose adalah penggunaan komponen alami sebagai biofungisida yaitu daun kenikiri dan daun sirih. Hal ini sesuai dengan penelitian Daulat dan Nikam (2013), bahwa ekstrak metanol daun kenikiri mengandung senyawa fenol, flavonoid dan tanin. Sesuai dengan penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis, ternyata penggunaan ekstrak kenikiri sebagai biofungisida pada jamur Colletotrichum capsici menunjukkan bahwa ekstrak daun kenikiri efektif dimulai pada konsentrasi 40.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah aplikasi ekstrak daun kenikir dan daun sirih efektif sebagai biofungisida terhadap penyebab penyakit antraknosa (Colletotrichum capsici) pada cabai merah (Capsicum annuumL.) secara in vitro. Untuk mengetahui khasiat ekstrak kenikir dan daun sirih sebagai biofungisida terhadap penyebab penyakit antraknosa (Colletotrichum capsici) pada cabai merah (Capsicum annuumL.) secara in vitro. Pemberian ekstrak daun kenikir dan daun sirih pada media PDA dalam cawan petri dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen (Colletothricum capsici penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) secara in vitro.

Konsentrasi ekstrak kenikiri dan daun sirih diperoleh sebagai biofungisida terhadap jamur patogen (Colletothricum capsici) penyebab antraknosa pada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.). Sebagai informasi bagi petani dalam penggunaan pestisida nabati dari daun kenikiri dan daun sirih terhadap penyakit antraknosa yang menyerang tanaman cabai merah.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kenikir 2.1 Tanaman Kenikir

Kandungan Senyawa Kenikir

Selain itu, beberapa penelitian gizi dan pengobatan menunjukkan bahwa kenikir kaya akan senyawa bioaktif antara lain fenol, flavonoid, karbohidrat, protein, mineral dan vitamin yang dapat meningkatkan nilai gizi (Abas, et al., 2003). Daun kenikir berpotensi sebagai sayuran berkhasiat obat karena mempunyai kemampuan menetralisir radikal bebas (Huda, dkk. 2009). Secara tradisional, daun ini juga digunakan sebagai obat untuk menambah nafsu makan, melemahkan jantung, menguatkan tulang, dan mengusir serangga.

Pada penelitian Chotiah (2015), ekstrak etanol daun kenikir (C.caudatus) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus epidermis. Penelitian Dwiyanti, dkk (2014), ekstrak daun kenikir berpotensi sebagai antibakteri terhadap Bacillus cereus, penelitian Safita, dkk (2015) juga menunjukkan hasil bahwa daun kenikir mempunyai aktivitas anti bakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Pasalnya, ekstrak daun kenikir mengandung beberapa kandungan kimia antara lain flavonoid, tanin, alkaloid, kuinion, dan polifenol.

Penelitian yang dilakukan oleh Lotulung et al, (2005) juga menunjukkan bahwa daun kenikir mengandung senyawa yang memiliki kekuatan antioksidan cukup tinggi, dengan nilai LC50 sebesar 70 mg/L.

Tanaman Sirih( Piper betle L.)

Rasa sirih hijau tua yang pedas sehingga banyak digunakan sebagai obat karena kandungan minyak atsirinya yang lebih tinggi. Sirih daun hitam biasanya digunakan sebagai obat.

Kandungan Senyawa Sirih

Minyak atsiri daun sirih berperan sebagai insektisida dan fungisida selain sebagai antiseptik. antioksidan). Minyak atsiri daun sirih terdiri dari kavicol, eugenol dan cineol yang jika dilihat dari strukturnya tidak atau kurang larut dalam pelarut polar, sehingga digunakan pelarut non polar dan semi polar dalam fraksinasi (Parwata et al. bahwa Ekstrak etanol daun sirih hijau mengandung senyawa tanin, steroid/triterpenoid dan flavonoid, menurut penelitian Serlahwaty (2011) menunjukkan bahwa ekstrak air dan etanol mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin dan senyawa steroid/triterpenoid.

Mekanisme saponin sebagai antijamur adalah terbentuknya kompleks antara saponin dan sterol pada membran plasma jamur, yang kemudian menghancurkan sel semipermeabel dan menyebabkan kematian sel jamur (Hoffmann 2003). Tanin sebagai agen antijamur memberikan kontribusi besar terhadap serangan tanaman terhadap jamur dan mikroorganisme lainnya (Daniel 2006). Mekanisme tanin sebagai antijamur adalah dengan menghambat sintesis kitin yang digunakan untuk pembentukan dinding sel pada jamur dan merusak membran sel sehingga pembentukan jamur terhambat (Watson dan Preedy 2007).

Senyawa golongan triterpenoid dan steroid diketahui memiliki aktivitas fisiologis tertentu seperti antijamur dan antibakteri. Aksi antimikroba terpenoid merupakan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan spora jamur akibat sifat toksik senyawa triterpenoid (Ismaini 2011).

Tanaman Cabai

Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai

Gejala penyakit antraknosa pada tanaman ditandai dengan bercak panjang, bulat, berwarna coklat kehitaman dengan bekas yang tertinggal di sepanjangnya. Menurut Rahman (2009), gejala awal penyakit antraknosa adalah bintik-bintik hitam kecil dan goresan tipis pada permukaan buah.

Tempat dan Waktu Penelitian

Bahan dan Alat

Metode Penelitian

2 kenikir dan sirih, percobaan terhadap ekstrak kenikir dan daun sirih disusun dalam rancangan acak lengkap non faktorial (Non Faktorial RAL) untuk kadar faktor konsentrasi ekstrak kenikir dan sirih sebagai berikut. Jumlah perlakuan : 33 perlakuan Jumlah sampel kultur Colletotrichum capsici : 33 cawan petri Jumlah cawan petri tambahan : 22 cawan petri.

Metode Analisa

Σijk = Kesalahan percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-k. Apabila hasil penelitian ini mempunyai pengaruh nyata maka akan dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan uji jarak Duncan, dan apabila penelitian ini tidak mempunyai pengaruh nyata maka tidak perlu dilakukan pengujian lebih lanjut (Montgomery, 2009).

Prosedur Kerja

  • Penyediaan Ekstrak Kenikir
  • Pengenceran Ekstrak Pada Perlakuan

Ekstrak daun sirih diperoleh dari tanaman sirih di Desa Sri Sumberjo, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Pembuatan ekstrak dimodifikasi dengan menyediakan 360 gram bahan yang telah dikeringkan dan digiling, kemudian direndam dalam 10 L pelarut metanol selama 3 x 24 jam. Cairan yang telah disaring digabungkan dan dituangkan ke dalam labu evaporator yang ditimbang, setelah itu metanol diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu (45-50)oC, kecepatan putaran (50-60) rpm dan tekanan rendah mm Hg.

Setelah penguapan selesai, labu yang berisi ekstrak ditimbang dan selisih dari kedua penimbangan tersebut adalah berat ekstrak sehingga diperoleh larutan ekstrak pekat yang kemudian ditambahkan akuades dengan perbandingan 1:1 setelahnya. yang. disimpan dalam lemari es (± 40C) untuk pengujian biologis. Potongan buah yang menunjukkan gejala antraknosa dipotong dengan ukuran ± 0,5 x 0,5 cm² dan direndam dalam alkohol 70% selama 2,5 menit untuk mengurangi kontaminasi organisme lain. Uji potensi daya hambat ekstrak daun kenikiri dan daun sirih terhadap jamur Colletotrichum capsici secara in vitro menggunakan metode kultur jamur.

Dengan mencampurkan ekstrak sesuai konsentrasi perlakuan pada media PDA kemudian disterilkan menggunakan autoklaf (pada kontrol negatif tidak ditambahkan ekstrak, sedangkan pada kontrol positif dicampurkan fungisida sintetik pada media PDA). Kemudian pada bagian tengah media PDA yang telah dibekukan, ditempatkan potongan kultur Colletotrichum capsici yang berdiameter 1,5 – 2 mm dengan menggunakan alat penggerek gabus.

Pemeriksaan Flavonoid

Pemeriksaan Saponin

Pemeriksaan Alkaloida

Muncul warna ungu atau merah yang kemudian berubah menjadi biru kehijauan yang menunjukkan adanya steroid/triterpenoid (Marjoni, 2016).

Pemeriksaan Glikosida

  • Diameter Koloni
  • Persentase Penghambatan

Efektivitas ekstrak daun mimba, mengkudu, jarak pagar, sirih dan serai sebagai biofungisida yang menginduksi penyakit antraknosa (Colletotrichum Gloeosporioides) pada jambu biji (Psidium Guajava) secara in vitro. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penerapan fungisida sistemik dan penggunaan Mikoriza dalam rangka pengendalian patogen tanah pada tanaman kedelai (Glycine max L.).

Pengaruh ekstrak berbagai bagian tanaman mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap perkembangan penyakit antraknosa pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Uji in vitro daya hambat ekstrak daun sirih (Piper betle l.) terhadap pertumbuhan jamur colletotrichum capsici penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai. Isolasi dan pengujian minyak atsiri antiradikal bebas pada daun sirih (Piper Betle Linn) menggunakan spektroskopi ultraviolet-visibel.

Aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun sirih (Piper betle Linn) terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Candida albicans. Pengujian beberapa konsentrasi ekstrak daun mimba (Azadirachata indica A. Juss) untuk mengendalikan penyakit antraknosa pasca panen pada buah cabai (Capsicum annum). Uji aktivitas antibakteri daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dan daun Sintrong (Crasephalum erepidiodes (Benth.) S. Moore.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

Uji pengaruh ekstrak etanol daun alpukat (Persa Americana Mill.) terhadap penyembuhan luka bakar pada punggung mencit putih jantan (Mus musculus). Aktivitas antioksidan 70% ekstrak air dan etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) dan sirih merah (Piper cf. Fragile Benth.) menggunakan metode reduksi radikal bebas DPPH. Pengendalian penyakit tular benih pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.) menggunakan agen biokontrol dan ekstrak tumbuhan.

Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kenikir dan Daun Sirih (3) Saponin dengan hasil positif (+) dan (4) Alkaloid dengan hasil positif.

Gambar 4.Teknik Pengukuran Diameter Koloni Fungi.
Gambar 4.Teknik Pengukuran Diameter Koloni Fungi.

Gambar

Gambar 1. Tumbuhan Kenikir  Spesies   : Cosmos caudatus Kunth.
Gambar 3. Gejala antraknosa Colletotrichum capsici, sumber : dokumentasi pribadi  Salah  satu  kendala  rendahnya  hasil  produksi  cabai  adalah  adanya  gangguan  dari  organisme  pengganggu  tanaman  (OPT),  salah  satu  diantaranya  menyebabkan  penyak
Gambar 4.Teknik Pengukuran Diameter Koloni Fungi.
Lampiran 2. Tabel data sidik ragam pengaruh pemberian ekstrak daun kenikir dan  daun  sirih  terhadap  pertumbuhan  diameter  koloni  jamur  Colletotrichum capsici secara In vitro 2 HSI
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab karena kasih dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,

KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Uji Efektifitas