• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS) SISWA PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT KELAS IX SMP GAJAH MADA T.A. 2022/2023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS) SISWA PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT KELAS IX SMP GAJAH MADA T.A. 2022/2023"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana efektivitas model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada persamaan kuadrat kelas IX di SMP Gajah Mada. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Keefektifan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada persamaan kuadrat kelas IX di SMP Gajah Mada. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmiah tentang keefektifan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada persamaan kuadrat kelas IX di SMP Gajah Mada.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembaca khususnya mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada persamaan kuadrat kelas IX di SMP Gajah Mada. Model pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan masalah kontekstual (Afifah, Wahyudi, & Setiawan, 2019:98). Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan memecahkan suatu masalah, namun untuk menyelesaikan masalah tersebut siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya (Suyadi, 2015:129).

Karakteristik model PBL

Namun guru harus selalu memantau kemajuan aktivitas siswa dan mendorongnya mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Tahapan Model Pembelajaran

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah pilihannya. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan percobaan, mendapatkan penjelasan untuk memecahkan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka dalam berbagai tugas bersama kelompoknya.

Guru membantu siswa merefleksikan atau mengevaluasi penelitiannya dalam proses yang digunakan.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran PBL

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat menunjukkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya adalah cara berpikir, dan merupakan sesuatu yang perlu dipahami siswa, bukan hanya belajar dari guru atau buku. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam dunia nyata. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat mengembangkan minat siswa untuk belajar terus menerus, meskipun pendidikan formal telah berakhir.

Siswa yang tidak berminat atau tidak yakin bahwa permasalahan yang diselidiki sulit dipecahkan akan merasa enggan untuk mencoba. Tanpa memahami mengapa mereka mencoba memecahkan masalah yang diteliti, mereka tidak akan mempelajari apa yang ingin mereka pelajari.

Model Pembelajaran Biasa

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Pencapaian kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut definisi yang dimaksud dalam penelitian ini dapat dicapai dengan menyajikan permasalahan matematika yang tidak rutin. Merupakan kemampuan siswa untuk memecah informasi menjadi bagian-bagian, mencari tahu keterkaitan informasi tersebut, dan menyatakan alasan yang menghubungkan bagian-bagian yang diperoleh. Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan didukung oleh logika dan bukti-bukti pendukung a) Menyatukan berbagai hal dengan cara yang baru.

Kemampuan siswa untuk menyatukan berbagai hal dengan menggunakan cara baru atau menata ulang informasi yang ada untuk menciptakan sesuatu yang baru. Penalaran merupakan kemampuan siswa dalam menilai kebenaran suatu informasi, sedangkan logika merupakan suatu keputusan yang bersumber dari penalaran. a) Membuat atau mengevaluasi kesimpulan deduktif. Kemampuan siswa dalam menarik atau mengevaluasi kesimpulan deduktif dengan memberikan pernyataan-pernyataan yang mereka yakini benar dan satu atau lebih kesimpulan yang secara logika benar dan salah.

Kemampuan siswa dalam menarik atau mengevaluasi kesimpulan induktif, dan memberikan pernyataan, kejadian atau informasi kepada siswa dalam bentuk grafik, tabel atau daftar. Kemampuan siswa dalam mengambil keputusan membuat semacam penilaian kritis yang diperoleh dari peristiwa, pidato atau sumber lain. a) Menilai kredibilitas suatu sumber. Kemampuan siswa untuk mengevaluasi kredibilitas suatu sumber dengan memberikan kepada siswa peristiwa, pidato, iklan, atau sumber informasi lainnya.

Kemampuan siswa untuk mengidentifikasi strategi komunikasi yang digunakan untuk membujuk, konsekuensi yang diperlukan dari strategi tersebut, atau untuk mengidentifikasi pernyataan atau strategi apa pun yang sengaja menyesatkan. Kemampuan siswa untuk mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi strategi atau mengevaluasi solusi yang paling efisien. a) Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah: kemampuan siswa mengajukan pertanyaan tentang masalah yang harus dijawab untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa kemudian menjelaskan mengapa permasalahan tersebut sulit diselesaikan dan menjelaskan kendalanya. f) Penjelasan dengan data Kemampuan siswa dalam menjelaskan dengan menggunakan data dan memecahkan masalah yang dihadapinya. g) Penggunaan analogi Kemampuan siswa dalam menerapkan strategi penyelesaian suatu masalah dengan masalah lain yang sejenis. h) Pemecahan Masalah Terbalik Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, merencanakan strategi untuk memperoleh keadaan akhir dari rumusan masalah atau menguraikan cara menyelesaikan suatu masalah secara terbalik.

Kemampuan siswa untuk menghasilkan lebih banyak ide-ide baru atau produk baru, meminta siswa untuk menyusun ulang ide-ide yang ada dengan menggunakan cara-cara baru, atau menyusun ulang pertanyaan atau masalah dengan cara yang berbeda.

Materi Pelajaran

Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah (PBL) pada bilangan bulat dan pecahan dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa kelas VII SMPN 6 Salatiga tahun pelajaran 2019/2020. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa hasil uji satu sampel menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (MCC) yaitu 77,11 untuk tingkat kemampuan berpikir. tinggi dan rata-rata nilai N- Gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,40 lebih besar dibandingkan rata-rata siswa pada kelas kontrol sebesar 0,28. Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan literasi matematika berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) di sekolah menengah YPK 2 Urmboridori Kabupaten Supiori Provinsi Papua.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan matematika siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi berarti dapat berpikir kritis dan kreatif, memecahkan masalah, mengambil keputusan dan mempunyai karakter yang baik. Untuk menjamin siswa memiliki kemampuan berpikir yang tinggi, proses pembelajaran juga memberikan ruang untuk mengeksplorasi konsep-konsep pengetahuan berbasis aktivitas.

Alasan pemilihan model pembelajaran berbasis masalah karena model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan mengolah berbagai masalah kontekstual yang menghasilkan karya yang nantinya akan dipresentasikan di kelas. Jelas terlihat bahwa model pembelajaran berbasis masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi karena ketika mengerjakan tugas, siswa diinstruksikan untuk memecahkan masalah yang kontekstual. Namun pembelajaran biasa lebih terfokus pada informasi langsung dan demonstrasi keterampilan yang dilakukan oleh guru, sedangkan siswa hanya mendengarkan apa yang dikatakan guru tanpa melibatkan siswa dalam pelaksanaannya.

Model pembelajaran ini tidak memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, melainkan belajar hanya untuk tujuan yang singkat dan proses pembelajaran hanya berpusat pada guru. Jadi, untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran biasa. Berdasarkan rumusan masalah dan penelusuran teori, maka peneliti membuat hipotesis penelitian yaitu: “Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah efektif terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi persamaan kelas II di SMP Gajah Mada.”

METODOLOGI PENELITIAN

  • Tempat dan waktu penelitian
  • Variabel Penelitian
    • Variabel Bebas (X)
    • Variabel Terikat (Y)
  • Teknik Pengumpulan Data
    • Observasi
  • Instrumen Penelitian
    • Uji Validitas
    • Tingkat Kesukaran Soal
    • Daya Pembeda Soal
  • Teknik Analisis Data
    • Kualitas Tingkat Pembelajaran
    • Menghitung Rata-rata dan simpangan baku
    • Menghitung Standar Deviasi
    • Uji Persyaratan Analisis Data
  • Uji Normalitas
  • Uji Homogenitas
    • Menghitung Gain Ternormalisasi
    • Pengujian Hipotesis
    • Kesesuaian Tingkat Pembelajaran
    • Waktu

Siswa kelompok pertama akan diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan siswa kelompok kedua akan menggunakan model pembelajaran reguler. Untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, siswa akan diberikan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test), baik kelas yang pembelajarannya menggunakan Model Pembelajaran problem based learning maupun pembelajaran terstruktur. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX kelas IX-A dan kelas IX-B.

Tes ini dirancang untuk mengumpulkan data dan mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa setelah diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Oleh karena itu, tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk esai (deskripsi) dengan 6 soal yang disajikan kepada siswa. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keterampilan berpikir berkualitas tinggi siswa dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah. model. dengan menyerahkan post test. Klik Analisis → Korelasi → Bivariat, maka akan muncul situs Korelasi Bivariat, masukkan “skor respons dan skor total” pada Koefisien Korelasi, klik Orang, dan klik “dua sisi” pada Uji Signifikansi → klik opsi untuk mengisi statistik.

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah: 1) teknik analisis inferensial yaitu melihat kualitas pembelajaran, dimana kualitas pembelajaran dilihat dari perbedaan model. Dimana kesesuaian tingkat pembelajaran dilihat dari hasil observasi 3 orang pengamat mengenai kesesuaian kegiatan mengajar guru dengan model pembelajaran yang digunakan dan waktu dilihat dari hasil observasi 3 orang pengamat mengenai seberapa baik waktu yang digunakan oleh guru. guru. digunakan ketika pengajaran menggunakan model pembelajaran dibandingkan dengan waktu ideal yang ditetapkan dalam kurikulum atau silabus yang ada. Melihat kualitas tingkat pembelajaran dalam penelitian ini terdapat perbedaan antara model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran reguler terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran reguler terhadap kemampuan berpikir tinggi siswa, telah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Skor diperoleh dari nilai tes siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan cara membandingkan skor yang diperoleh dari nilai tes siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan pembelajaran normal. Rerata nilai ujian siswa dengan media pembelajaran berbasis masalah: Rerata nilai hasil belajar siswa dengan pembelajaran konvensional S: Variansi gabungan.

Kesesuaian materi dengan model, penyampaian materi pembelajaran dan komunikasi guru dengan siswa terlihat dari lembar observasi kemampuan guru dalam mengajar dan menggunakan alat bantu pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang digunakannya untuk mencapai pembelajaran. sasaran. Data hasil observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran menurut model PBL dianalisis dengan mencari rata-rata penilaian kemampuan guru mengelola pembelajaran yang terdiri dari 5 kriteria; kurang baik (skor 1), kurang baik (skor 2), cukup baik (skor 3), baik (skor 4), sangat baik (skor 5). Pembagian waktu dalam penelitian ini dapat dilihat dari lembar observasi dengan pengamatan waktu antara waktu normal dan waktu prestasi di lapangan.Data tersebut diperoleh dari hasil observasi kemampuan guru dalam mengatur waktu mengajar. model PBL dianalisis.

Tabel 3. 2 Kriteria pengukuran validitas tes
Tabel 3. 2 Kriteria pengukuran validitas tes

Gambar

Tabel 2. 1 Tahapan model Pembelajaran PBL
Tabel 3. 1 Desain Penelitian
Tabel 3. 2 Kriteria pengukuran validitas tes
Tabel 3. 4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1 Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Problem Based