• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) MELALUI MEDIA HANDOUT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) MELALUI MEDIA HANDOUT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Volume 01. Nomor 02. Desember 2020

58

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) MELALUI MEDIA HANDOUT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 NOSU

The Effectiveness Of Implementing The Core (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) Learning Model Through Media Handout On Prisma

And Limas Materials On Mathematics Learning Outcomes Of Class Viii Smpn 2 Nosu

Lina1, Jeranah2, Sitti Fatimah S. Sirate3 Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)

Email1: [email protected] Email2: [email protected]

Email3: [email protected]

Abstrak

This study aims to describe the effectiveness of the CORE learning model (Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending) through media handouts on student learning outcomes. The population in this study were all class VIII students of SMPN 2 Nosu for the 2019/2020 academic year with a total of 23 students. While the sample in this study was 23 from class VIII. Research data were analyzed using descriptive and inferential statistical data analysis. The results of the descriptive analysis show the results of student learning before being taught with the CORE learning model (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) through handout media. Very low category with an average value of 28.39 with a standard deviation of 11.093. And after being taught with the CORE learning model (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) through handout media, it is classified as a good category with an average of 56.5 with a standard deviation of 6.112. The results of this analysis illustrate that students' mathematics learning outcomes experienced a significant increase from pretest to posttest with a gain value of 0.83 in the high category. Student activity in the learning process is in the good category, student responses to the learning process are positive and the implementation of learning is good.

Keywords: mathematics learning outcomes, CORE models through media handouts

Pendahuluan

Tujuan Pendidikan Nasional di Negara Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, professional,

(Received: 03-06-2020; Reviewed: 30-07-2020; Revised: 03-08-2020; Accepted: 30-09-2020; Published: 01-12-2020)

(2)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

59 bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani (Ahmadi,2014: 49)

Tujuan pendidikan secara umum adalah untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki manusia agar manusia mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Ada beberapa factor yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan salah satunya adalah mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu komponen dari seangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sampai saat ini masih banyak siswa merasa matematika sebagai mata pelajaran yang yang rumit dan tidak menyenangkan, bahkan tak sedikit siswa yang menganggap matematika itu mata pelajaran yang menakutkan sehingga kadang membuat hasil belajar siswa rendah. Hal ini merupakan masalah bagi para guru. Jadi tugas guru dan siswa adalah memperbaikinya. Guru memiliki peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Mujtahid (Danim dan Khairil, 2011:44) mengemukakan bahwa guru berperan sebagai perancang, penggerak, evaluator, dan motivator. Guru sebagai perancang yaitu menyusun kegiatan akademik atau kurikulum dan pembelajaran, menyusun kegiatan kesiswaan, menyusun kebutuhan sarana- prasarana dan mengestimasi sumber-sumber pembiayaan operasional sekolah, serta menjalin hubungan dengan orangtua, masyarakat, pemangku kepentingan dan instansi terkait. Guru sebagai penggerak yaitu mobilisator yang mendorong dan menggerakkan system organisasi sekolah. Guru sebagai evaluator, yaitu melakukan evaluasi penilaian terhadap aktivitas yang telah dikerjakan dalam sistem sekolah.

Guru sebagai motivator yaitu sebagai penggerak dan pemberi arahan-arahan yang positif.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 20 Desember 2018 dengan salah seorang guru matematika di SMPN 2 Nosu mengatakan bahwa siswa tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran, tidak mampu mengkoneksikan informasi lama yang telah diterima dan informasi baru yang baru diterima, siswa juga tidak mampu merefleksikan materi-materi yang ditelah diterima dan siswa tidak mampu mengembangkan materi yang telah diterima.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut peneliti akan menggunakan model pembelajaran CORE. Dimana pembelajaran CORE ini terdiri dari 4 (empat) bagian : CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Dan Extending). Connecting yaitu siswa mengkoneksikan informasi lama dan baru antar topic atau materi. Organizing yaitu mengorganisasikan ide atau pengetahuan. Reflecting yaitu memikirkan kembali. Extending yaitu mengembangkan materi yang sudah di pelajari. Model pembelajaran CORE adalah model pembelajaran yang memiliki desain mengkontruksi kemampuan siswa dengan cara menghubungkan dan mengorganisasikan pengetahuan, kemudian memikirkan kembali konsep yang dipelajari. (Lestari dan Yudhanegara, 2015: 52).

Selain itu guru juga mengatakan bahwa adanya sumber belajar yang kurang memadai, dimana yang di sekolah tersebut sumber belajar yang ada hanyalah buku paket pegangan guru. Hal tersebut membuat siswa juga kurang aktif dalam kelas karena beberapa siswa tidak memiliki catatan materi yang diberikan oleh guru, bukan karena tak mendapat materi yang sama dari guru tetapi beberapa siswa malas mencatat apa yang disampaikana oleh guru. Oleh sebab itu, peneliti akan menggunakan media handout. Dimana menurut Sanaky (Septina,2016:881) handout merupakan sumber belajar tertulis yang didalamnya berisikan berbagai konsep penting dari suatu bagian dalam satu materi pembelajaran atau materi secara lengkap. Dengan adanya Model pembelajaran CORE melalui media Handout akan membantu guru dalam mengatasi masalah- masalah siswa yang telah dikemukakan diatas.

Keefektivan pemebelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar (Trianto 2015:21).

Trianto (Afandi, 2013:15) menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembealajaran mengacu pada pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembealajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

(3)

60 Model pembelajaran CORE adalah model pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir siswa

untuk menghubungkan, mengorganisasikan, mendalami, mengelola, dan mengembangkan informasi yang didapat Lestari dan Yudhanegara (2015:52).

Media berdasarkan asal katanya dar bahasa Latin, medium, yang berarti perantara. Media oleh karenanya dapat diartikan sebagai perantara antara pengirim informasi yang berfungsi sebagai sumber atau resources dan penerima informasi atau receiver (Benny, 2017:15)

Menurut Hans Freudental (Amir dan Risnawati, 2016: 9), matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, matematika merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut.

Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs (Jamil, 2016:37) adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance).

Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain penelitian yang digunakan yaitu pre experimental design karena desain ini belum merupakan eksperimen yang sungguh-sungguh.

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Nosu pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Nosu. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Nosu. Karena efektivitas merupakan standar tercapainya suatu tujuan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya maka perlu ditetapkan kriteria keefektivan dalam penelitian ini.

Data yang merupakan hasil belajar dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistic deskriptif, statistic inferensial dan uji gain

Hasil Dan Pembahasan Hasil

Deskripsi Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum Menerapkan Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Dan Extending) Melalui Media Handout. Skor hasil belajar 23 orang siswa sebelum diajar dengan menggunakan model CORE melalui media handout diperoleh skor terendah 8 dan skor tertinggi 65 dengan rentang nilai 57. Skor yang mewakili hasil belajar siswa dengan perolehan rata-rata yaitu 28,39 dan standar deviasi adalah 11,093 artinya penyebaran datanya dominan berada pada 17,279 sampai 39,483 yang berkisaran antara 17 sampai 40 dari skor ideal 100. Variansi 123,067 yang artinya tingkat kemampuan siswa cukup bervariasi. Median 25 yang berarti 50% dari jumlah siswa memperoleh skor diatas 25 dan 50% siswa memperoleh skor dibawah 25. Modus 20 yang berarti skor terbanyak yang diperoleh siswa adalah 20.

Dapat diketahui bahwa dari 23 orang siswa kelas VIII SMPN 2 Nosu sebelum penerapan model CORE melalui media handout dengan semua skor hasil belajar <75 dan skor rata-rata 28,39 sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa sebelum penerapan model CORE melalui media handout berada pada kategori Kurang.

Deskripsi Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Menerapkan Model CORE Melalui Media Handout.

Nilai dari 23 orang siswa yang diajar dengan menggunakan model CORE melalui media handout diperoleh skor terendah 75 dan skor tertinggi 100 dengan rentang nilai 25. Skor yang mewakili hasil belajar siswa dengan perolehan rata- rata yaitu 88,48 dan standar deviasi adalah 6,112 artinya penyebaran datanya dominan berada pada 82,368 sampai 94,592 yang berkisaran antara 82 sampai 95 dari skor ideal 100. variansi 37,352 yang artinya tingkat kemampuan siswa cukup bervariasi

(4)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

61 (Nurhusain, 2016:19). Median 90 yang berarti 50% dari jumlah siswa memperoleh skor diatas 90 dan

50% siswa memperoleh skor dibawah 90. Modus 90 yang berarti skor terbanyak yang diperoleh siswa adalah 90.

Dapat diketahui bahwa dari 23 orang siswa kelas VIII SMPN 2 Nosu, pada umumnya mewakili tingkat hasil belajar matematika dalam kategori Baik setelah penerapan model CORE melalui media handout skor rata-rata 88,48 dari skor ideal 100. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa setelah penerapan model CORE melalui media handout berada pada kategori Baik

Deskripsi Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Model CORE Melalui media handout. Dapat diketahui bahwa deskripsi perbandingan persentase rata-rata hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan model CORE melalui media handout mengalami peningkatan. Dimana sebelum diterapkan model CORE melalui media handout hasil belajar siswa 100% berada pada kategori kurang dan setelah penerapan model CORE melalui media handout, hasil belajar siswa berada pada kategori baik dengan perolehan persentase 56,5%. Selain itu, sebelum penerapan model CORE melalui media handout sebanyak 23 siswa tidak mencapai KKM yang ditetapkan disekolah yaitu 70. Namun setelah penerapan model model CORE melalui media handout semua siswa telah mencapai KKM yang ditetapkan.

Analisis Deskriptif Aktivitas Siswa Pada Penerapan Model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Dan Extending) melalui Media Handout. Diketahui bahwa perolehan rata-rata aktivitas siswa dengan penerapan model CORE melalui media handout menunjukkan rata-rata persentase aktivitas siswa yaitu 89,85%. Hasil analisis aktivitas siswa menunjukkan bahwa partisipasi dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung berada pada kategori baik.

Deskriptif Keterlaksanaan Pembelajaran Terhadap Model Pembelajaran CORE melalui Media Handout. Diketahui bahwa perolehan rata-rata keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model CORE melalui media handout menunjukkan rata-rata persentase 82,02%. Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung berada pada kategori baik.

Analisis Deskriptif Respon Siswa dengan Penerapan Model Pemebelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Dan Extending) melalui Media Handout. Diketahui bahwa perolehan rata-rata persentase angket respon siswa yang diberikan kepada 23 orang siswa dengan jumlah pernyataan sebanyak 8 pernyataan yang bersifat positif setelah mengikuti pelajaran dengan menerapkan model CORE melalui media handout diperoleh rata-rata sebesar 85,32%. Hal ini menunjukkan bahwa respon siswa terhadap proses pembelajaran berada pada kategori positif.

Uji gain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa sebelum (Pretest) dan setelah (Posttest) penerapan model CORE melalui media handout. Dari analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai gain adalah 0,83

Uji Normalitas. Dari hasil analisis untuk menguji normalitas data dengan menggunakan chi square terhadap kedua variabel penelitian tersebut maka diperoleh: (1) hasil uji data sebelum penerapan model CORE melalui media handout yaitu 𝑥2"i𝑡𝑢𝑛g = 11,087 pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk

= 15, diperoleh 𝑥2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 25. (2) hasil uji data sebelum penerapan model CORE melalui media handout yaitu 𝑥2"i𝑡𝑢𝑛g = 1,609 pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk = 5, diperoleh 𝑥2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 11,1 .

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dilihat 𝑥2"i𝑡𝑢𝑛g < 𝑥2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 11,087 < 25 untuk variabel pretest dan 1,609 < 11,1 untuk variabel Posttest, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua variabel tersebut berdistribusi normal.

Untuk menguji hipotesis rata-rata skor hasil belajar matematika siswa setelah menerapkan model CORE melalui media handout melebihi KKM sebesar 70, peneliti menggunakan uji-t perbandingan rata-rata. Dari hasil perhitungan diperoleh 𝑡"i𝑡𝑢𝑛g =14,182 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = 22 diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,717 dengan kriteria pengujian menurut (Lestari

(5)

62 dan Yudhanegara 2015:257) adalah jika 𝑡"i𝑡𝑢𝑛g ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf nyata dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 diperoleh dari

distribusi t pada taraf α = 0,05 maka 𝐻- diterima dan dalam keadaan hal lain 𝐻- ditolak. Karena diproleh 𝑡"i𝑡𝑢𝑛g = 14,182 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,717 maka diketahui 𝑡"i𝑡𝑢𝑛g > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Nosu setelah penerapan model CORE melalui media handout lebih tinggi dari kriteria ketuntasan minimal yaitu 70, dapat diterima dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk menguji hipotesis rata-rata skor hasil belajar matematika siswa setelah menerapkan model CORE melalui media handout melebihi nilai N-gain, peneliti menggunakan uji-t perbandingan rata- rata. Dari hasil perhitungan diperoleh 𝑡"i𝑡𝑢𝑛g = 67,674 pada taraf signifikan α = 0,30 dengan derajat kebebasan (dk) = 22 diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,717 dengan kriteria pengujian menurut (Lestari dan Yudhanegara, 2015:257) adalah jika 𝑡"i𝑡𝑢𝑛g ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf nyata dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 diperoleh dari distribusi t pada taraf α = 0,30 maka 𝐻- diterima dan dalam keadaan hal lain 𝐻- ditolak. Karena diproleh 𝑡"i𝑡𝑢𝑛g = 67,674 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,717 maka diketahui 𝑡"i𝑡𝑢𝑛g > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Nosu setelah penerapan model CORE melalui media handout lebih tinggi dari kriteria ketuntasan minimal yaitu 70, dapat diterima dengan tingkat kepercayaan 95%.

Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Nosu dan yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 23 orang siswa. Penelitian terdiri dari 6 pertemuan. Pertemuan awal peneliti memberikan tes (Pretest) berupa soal uraian berjumlah 5 butir soal pada materi limas dan prisma.

Pada pertemuan kedua, ketiga dan keempat peneliti menerapkan model CORE melalui media handout , pada pertemuan kelima peneliti membagikan angket dan pada pertemuan keenam peneliti tes (posttest). Penerapan model CORE melalui media handout telah memberikan hasil positif dengan terjadinya peningkatan hasil belajar matematika selama penelitian berlangsung siswa kelas VIII lebih termotivasi, dan dengan adanya siswa media handout siswa lebih aktif diamana siswa tak lagi mencatat.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model CORE melalui media handout efektif digunakan dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Nosu adalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika setelah penerapan model pembelajaran CORE melalui media handout dalam pembelajaran matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Nosu mencapai KKM yaitu 70.

2. Peningkatan hasil belajar sebelum dan setalah penerapan model pembelajaran CORE melalui media handout dalam pembelajaran matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Nosu mencapai kategori tinggi, yaitu rata-rata Gain sebesar 0,83.

3. Aktivitas siswa selama pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran CORE melalui media handout pada kategori baik dengan rata- rata persentase aktivitas siswa yaitu 89,85%.

4. Respon siswa setelah pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran CORE melalui media handout pada kategori positif dengan rata-rata 85,32%.

5. Keterlaksanaan pembelajaran berada pada kategori baik rata-rata persentase 82,02%..

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis mengajukan saran :

1. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat menggunakan model dalam CORE melalui media handout proses pembelajaran khususnya untuk pelajaran matematika

2. Penelitian ini sangat terbatas baik dari segi jumlah variabel maupun dari segi populasinya.

Sehingga disarankan kepada para peneliti dibidang pendidikan. Khususnya pendidikan

(6)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

63 matematika penelitian lebih lanjut guna memperluas hasil-hasil penelitian ini dan memperbaiki

lembar observasi dan angket yang digunakan.

Ucapan terima kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian maupun penulisan artikel ini.

Referensi

Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar pendidikan,Yogyakarta:Ar-ruzz

Danim,Sudarnawan dan Khairil,H .2011 .Profesi Kependidikan. Bandung: ALFABETA,Cv Gunawan, Muh.Ali. 2013. Statistik untuk Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Dazama Publishing

Lesrari,K.E dan Yudhanegara,M.R. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Pt Refika Aditama.

Pribadi, Benny.A. 2017. Media dan Teknologi dalam Pembelajaran .Jakarta: Kencana

Sonda, dkk. 2016 Efektifitas Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Setting Kooperatif Tipe NHT Pada Materi Kesebangunan Siswa Kelas IX SMP NEGERI 1 Simbunag. Vol.4 No.1

Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi pembelajaran teori dan aplikasi, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Tiro, M.A. 2015. Dasar-Dasar Statistik. Makassar: Andira Publisher.

Info lebih lanjut

Hubungi

LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah motivasi dan hasil belajar belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Sawahlunto setelah menggunakan mind