WISATA RELIGI MAKAM GUS DUR PERSPEKTIF PASAL 1 ANGKA 3 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
NOMOR 8 TAHUN 1999 DAN ETIKA BISNIS ISLAM
Anti Anfaul Lisani*
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas Agama Islam Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang
Email: [email protected]
Abstrak: This study intends to analyze the existence of the behavior of business actors in the religious tourism area of Gus Dur's tomb, to analyze the review of article 1 number 3 of the consumer protection law number 8 of 1999 against behavior business actors in the Gus Dur tomb tourism area, analyzing the review of Islamic business ethics on the behavior of business actors in the Gus Dur tomb religious tourism area There are two sources of data in this study, namely primary data sources and secondary data. Sclesu collects data, to analyze the author using deductive and descriptive methods. Analysis of the data obtained from this study aims to identify and describe the views of Article 1 number 3 number 8 of 1999 of the law on legal protection and Islamic business ethics on the behavior of business actors in the market area of Gus Daksiour's tomb so that business actors can carry out trading practices in accordance with Article 1 point 3 UUPK no. 8 of 1999 and Islamic business ethics
Keywords: Behavior of Business Actors, UUPK, Islamic Business Ethics
Abstrak: Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis eksistensi perilaku pelaku usaha di pasar kawasan wisata religi makam Gus Dur, menganalisis tinjauan pasal 1 angka 3 undang -undang perlindungan konsumen nomor 8 tahun 1999 terhadap perilaku pelaku usaha dikawasan wisata makam Gus Dur, menganalisis tinjauan etika bisnis Islam terhadap perilaku pelaku usaha dikawasan wisata religi makam Gus Dur. Terdapat dua sumber data dalam penelitian ini, yaitu sumber data p rimer dan data sekunder. Selesai mengumpulkan data, untuk menganalisis penulis menggunakan metode deduktif dan deskriptif. Analisis data yang diperoleh dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pandangan pasal 1 angka 3 nomor 8 tahun 1999 undang-undang perlindungan hukum dan etika bisnis Islam terhadap perilaku pelaku usaha di pasar kawasan makam Gus D aksiour agar pelaku usaha dapat menjalankan praktek perdagangan sesuai dengan pasal 1 angka 3 UUPK no. 8 tahun 1999 dan etika bisnis Islam.
Kata Kunci: Perilaku Pelaku Usaha, UUPK, Etika Bisnis Islam
Alumni S-1 Program Studi Hukum Ekonomi Syariah FAI Unhasy Tebuireng
Irtifaq, Vol. 10, No. 1, Maret 2023 19 PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di suatu Negara tentunya dipengaruhi oleh beberapa sistem aktivitas, salah satunya adalah perdagangan.
Tingkat kemajuan perkembangan dibidang ekonomi dapat dilihat dari kegiatan pada sektor perdagangan yang dimana perdagangannya harus berjalan dengan baik.
Pasar yang merupakan salah satu aktivitas perdagangan dunia sangat memicu perkembangan di bidang ekonomi. Pasar salah satu layanan publik yang sudah menyatu dan memiliki tempat yang paling penting dalam kehidupan dimasyarakat umum, pasar merupakan suatu tempat berlangsungnya kegiata ekonomi. Salah satu kegiatan ekonomi yang terjadi yakni jual beli suatu produk tertentu atau kelompok produk tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat1. Para ahli ekonomi mendeskripsikan sebuah pasar sebagai sekumpulan penjual dan pembeli yang melakukan transaksi atas suatu produk tertentu atau kelompok produk tertentu misalnya, pasar perumahan, pasar besar dan lain-lain.
Perilaku pelaku usaha adalah semua tindakan atau aktivitas produsen dalam tindakan berproduksi. Perilaku menjalankan kegiatan usaha dimaksudkan semua kegiatan pengusaha dalam menjalankan kegiatan usahanya baik dalam bidang investasi, produksi, distribusi, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan itu. Pada perkembangannya pasar di bagi dua, pasar tradisional dan pasar modern. Pasar dikawasan wisata religi makam Gus Dur termasuk dalam pasar tradisional. Dalam praktek persaingan pada pasar tradisional masih banyak terdapat manipulasi terhadap kualitas dan kuantitas barang, hal ini tentunya akan mengurangi kepercayaan dan ketertarikan konsumen.
Model perilaku pelaku usaha di kawasan wisata religi makam Gus Dur terdapat beberapa perilaku yang menyimpang antara lain saling menjatuhkan, sindir-menyindir, pengurangan takaran dari timbangan, pengoplosan barang kualitas bagus dengan yang buruk, dan penjualan barang haram Fenomena tersebut sangat bertentangan dengan nilai dasar dan prinsip umum terhadap etika bisnis Islam. Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin memakan harta sesamanya dengan cara yang bathil dan cara mencari keuntungan yang tidak sah dan melanggar syariat seperti riba, perjudian dan yang serupa dengan itu. Akan tetapi, Allah mengecualikan dari larangan ini pencaharian harta dengan jalan perdagangan (perniagaan) yang dilakukan atas aspek suka sama suka oleh kedua belah pihak yang bersangkutan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris. Data primer yang didapatkan dari wawancara dengan cara wawancara maupun observasi langsung dengan para pedagang di pasar kawasan wisata religi makam Gus Dur, serta informan yang terkait dengan penelitian ini dan data sekunder didapatkan
1 Nel Arianty, Analisis Perbedaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional ditinjau dari Strategi Tata Letak(LAY OUT) dan Kualitas Pelayanan untuk Meningkatkan Posisi Tawar Pasar Tradisional, Jurnal Manajemen& bisnis
Irtifaq, Vol. 10, No. 1, Maret 2023 20
melalui literature kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengelolaan datanya menggunakan analisis deduktif dan deskriptif Penelitian kualitatif adalah Penelitian yuridis empiris yang dimaksudkan kata lain yang merupakan jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebutkan dengan penelitian secara lapangan, yang mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta yang telah terjadi dalam kehidupan masyarakat2.
Penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang telah terjadi di masyarakat dengan maksud dengan mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan-data yang dibutuhkan, analisis data bersifat deduktif yang merupakan mengemukakan teori-teori, dalil-dalil atau generalisasi yang bersifat umum, untuk selanjutnya dikemukakan kenyataan yang bersifat khusus dari hasil penelitian dan deskriptif menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat populasi dan hubungan antara yang sedang diteliti.3 Jenis penelitian ini berupa penelitian pustaka (Library research) yaitu menggunakan buku-buku sebagai sumbernya. Dengan menekankan penelusuran literature yang sesuai dengan Efektifitas Metode Tanggung Renteng Dalam Strategi Mengatasi Kredit Macet di Bank Wakaf Mikro Denanyar Sumber Barokah Kabupaten Jombang.
Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Data yang didapatkan dari penulisan ini bersumber dari data primer (data yang bersumber dari tanya jawab langsung dilapangan) dan data sekunder (data yang didapat dari buku-buku bacaan, jurnal, atau dokumen).
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif (Describe). Analisis deskriptif dilakukan dengan cara memilih data yang penting, baru, unik dan terkait dengan rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Analisis didasarkan pada seluruh data yang terkumpul, melalui berbagai teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara mendalam, dokumentasi dan triangulasi.4 Metode deskriptif adalah metode yang melukiskan keadaan subyek (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain).5
HASIL PENELITIAN
Pesantren Tebuireng adalah salah satu pesantren tersebar di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pesantren ini didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1899. Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan kontribusi dan sumbangan kepada masyaraka luas, terutama dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia6.
2 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek (2002;Sinar Grafika;Jakarta).15
3 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Penelitian dan Tesis Bisnis. (Jakarta: Raja Grafindo Persada)
4 Ibid.,
5 Sokhi Huda. Kajian Praktis Proposal Penelitian Aneka Pendekatan. (Surabaya: IMTIYAZ, 2015), 291
6 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Hasyim Asya’ari Tebuireng Jombang, Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper, (Tebuireng Jombang: LPPM UNHASY, 2019), 211.
Irtifaq, Vol. 10, No. 1, Maret 2023 21 Selain menjadi rujukan pendidikan Islam masa kini Tebuireng menjadi salah satu objek wisata religi nasional, objek wisata religi di pesantren Tebuireng berawal dari adanya makam presiden Republik Indonesia yang ke-4 KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang disemayamkan dipesantren makam Tebuireng bersama kakek beliau KH. Hasyim Asy’ari dan ayahnya KH. Wahid Hasyim. Selain makam Gus Dur kini telah dibangun dengan megah Kawasan Wisata Religi Makam Gus Dur yang didalamnya terdapat Museum Islam Nasional Hasyim Asya’ari, Monumen At-Tauhid, Prasasti biografi Gus Dur dan era Parkir kendaraan baik roda dua, empat dan Bus.
Kawasan wisata religi makam Gus Dur dibangun oleh pemerintah untuk menghormati dan menghargai beliau presiden republik Indonesia yang ke-4 KH.
Abdurrahman (Gus Dur) yang terkenal sebagai bapak bangsa dan bapak pluralisme, pengunjung kawasan wisata religi makam Gus Dur ini terdiri dari masyarakat umum, lembaga (pendidikan, keagamaan, dll), pejabatan pemerintah (pusat, daerah, internasional).
Permasalahan sosial ekonomi yang dihadapkan pada Pasar kawasan makam Gus Dur persaingan yang ketat antara pedagang satu dengan yang lainnya yang satu jenis. Di sekitar pasar kawasan makam Gus Dur telah berdiri sejumlah pedagang yang satu jenis barang dagangannya seperti jajanan oleh-oleh, nasi &
gorengan, es & kopi, aksesoris, jam, baju atau pakaian. Kemudian pemahaman Pedagang Pasar terhadap tata tertib pasar dan aturan-aturan lainnya seperti parker, sampah, wilayah belanja dan dagang relative sangat rendah. Dan hubungan yang kurang harmonis antara pedagang satu dengan yang lainnya karena terdapat beberapa permasalahan yang terjadi.
Perilaku Pelaku Usaha di Pasar Kawasan Wisata Religi Makam Gus Dur yakni terdapat Pelaku usaha memberikan kebebasan penjual lain untuk berjualan di dekatnya dan dalam menetapkan harga sesuai dengan harga di pasaran, akan tetapi terdapat pelaku usaha menjual harga lebih rendah karena barang dagangannya cepat busuk. Maka beliau menawarkan harga yang lebih rendah, agar cepat habis. Kemudian menerima pengembalian barang apabila terdapat kecacatan barang atau kerusakan barang yang datangnya dari penjual. Dan terdapat ketidaktepatan janji yang dilakukan dalam hal pemenuhan janji para informan memastikan kepada pembeli bahwa barang yang di jual masih enak untuk di makan.
Kejujuran ada beberapa informan yang mengaku jujur dalam berdagang, namun pada prakteknya ada beberapa yang menyimpang dari kejujuran tersebut Terdapat pelaku usaha yang melakukan kewajibannya. Apabila adzan berkumandang akan segera meninggalkan dagangannya dan menitipkan dagangannya kepada pedagang sebelah atau ada yang menggantikan pada waktu sholat. Sikap tersebut merupakan sikap tanggung jawab orang muslim sebagai pedagang yakni mendahulukan kewajibannya sebelum mencari keuntungan duniawi. Kemudian dalam hal pemenuhan janji dengan pembeli. menerima pengembalian barang apabila terdapat kecacatan barang atau kerusakan barang yang datangnya dari penjual. Pada prinsip ini jujur hal yang sangat penting untuk pelaku bisnis. Kejujuran pelaku bisnis untuk tidak mengambil keuntungan hanya untuk dirinya sendiri (tidak suap/menimbun/
curang/menipu), kejujuran atas mutu barang yang dijual (tidak memalsu produk.
Prinsip tazkiyah meliputi kejujuran, keadilan, dan keterbukaan. Prinsip tazkiyah
Irtifaq, Vol. 10, No. 1, Maret 2023 22
dalam hal keterbukaan mengaku siap apabila ada seseorang menyampaikan saran dan masukan mengenai dalam berjual dengan baik.
Menurut nilai dasar dan prinsip aksioma etika bisnis Islam terkait teori khilafah dan teori tazkiyah, bentuk perilaku pelaku usaha di pasar kawasan makam Gus Dur terdapat beberapa bentuk perilaku pelaku usaha yang tidak sesuai dengan prinsip khilafah yakni tetap melayani pelanggan sholat seperti yang dilakukan yang lebih mementingkan melayani pembeli ketika mendengar suara adzan. Tidak bertanggung jawab atas ucapannya dalam menawarkan barang dagangannya.
Adapun perilaku tersebut dilakukan para informan memastikan kepada pembeli bahwa barang yang di jual masih enak untuk di makan. Saling menjatuhkan sesama pelaku usaha dengan cara menyindir bahkan terjadi pertengkaran. Pada prinsip ini terdapat beberapa informan yang mengaku jujur dalam berdagang, namun pada prakteknya ada beberapa yang menyimpang dari kejujuran tersebut. Dan seringkali hiperbola dalam memasarkan barang dagangannya seperti pada informan pedagang makanan. Tidak jujur dalam bahan - bahan yang dijual.
Pola Perilaku Pelaku Usaha
Teori perilaku produsen ialah suatu teori yang menjelaskan bagaimana tingkah laku/ perilaku produsen untuk menghasilkan produk secara efisien dalam kegiatan produksinya. Produsen berusaha untuk menghasilkan produk secara baik dengan mengatur penggunaan faktor produksi yang dimilikinya. Pembahasan tentang perilaku seorang produsen digunakan untuk melihat sejauh mana sebuah usaha yang dimiliki oleh perorangan atau perusahaan dalam memproduksi kebutuhan-kebutuhan konsumennya. Sehingga produsen dapat melakukan pengambilan keputusan mengenai seberapa banyak peralatan produksi dan jumlah tenaga kerja untuk memenuhi permintaan konsumen-konsumennya terhadap produk yang dihasilkan.7
1. Hak & Kewajiban Pelaku Usaha
Pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban. Pengaturan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pelaku usaha dapat bersumber pada peraturan perundangan yang bersifat umum dan juga perjanjian/kontrak yang bersifat khusus. Hak pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPK adalah:
a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan b.
Hak untuk mendapat perlindungan hukum
b. Hak untuk melakukan pembelaan diri d. Hak untuk rehabilitasi nama baik
c. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kewajiban-kewajiban pelaku usaha menurut ketentuan Pasal 7 UUPK adalah:
7 Iskandar Zulkarnain, Hestu Nugroho. Analisis Perilaku Produsen dalam Mengembangkan Produk Berbasis Kearifan Lokal Tangerang Selatan. Jurnal Ilmu Manajemen, 2005,75
Irtifaq, Vol. 10, No. 1, Maret 2023 23 a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Bila diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa hak dan kewajiban pelaku usaha bertimbal balik dengan hak dan kewajiban konsumen. Ini berarti hak bagi konsumen adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Demikian pula dengan kewajiban konsumen merupakan hak yang akan diterima pelaku usaha. Bila dibandingkan dengan ketentuan umum di Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tampak bahwa pengaturan UUPK lebih spesifik, karena di UUPK pelaku usaha selain harus melakukan kegiatan usaha dengan itikad baik, ia juga harus mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif, tanpa persaingan yang curang antar pelaku usaha. Kewajiban-kewajiban pelaku usaha juga sangat erat kaitannya dengan larangan dan tanggung jawab pelaku usaha.
2. Hukum Perlindungan Konsumen
a. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen
Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan, masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunaanya dalam bermasyarakat.8 Berdasarkan uraian tersebut, maka hukum perlindungan konsumen pada dasarnya merupakan bagian khusus dari hukum konsumen, di mana tujuan hukum perlindungan konsumen secara khusus mengatur dan melindungi kepentingan konsumen atas barang dan/atau jasa yang ada di masyarakat. Ketentuan-ketentuan hukum perlindungan konsumen tersebut terdapat dalam beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hukum perdata, hukum pidana, hukum administrasi9.
b. Asas-Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen
8 Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen: Problematika Kedudukan dan Kekuatan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), Universitas Brawijaya Press, 2011,4.2
9 Agus Suwandono, Ruang Lingkup Hukum Perlindungan Konsumen, 1.6
Irtifaq, Vol. 10, No. 1, Maret 2023 24
Adapun asas – asas perlindungan konsumen sebagaimana Pasal 2 Undang undang 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah asas manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas keamanan dan keselamatan konsumen, dan asas kepastian hukum. Selain itu Pasal 3 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen juga menjelaskan tentang tujuan dari Perlindungan Konsumen, yaitu meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri, mengangkat harkat dan martabat konsumen, meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
Pelaku usaha khususnya pada pelaku usaha harus memiliki sikap dalam berdagang antara lain adalah mampu mengayomi tipe konsumen agar mencapai tujuan penjualan pada pasar tradisional, memiliki keyakinan diri yang kuat dalam mengambil resiko dengan perhitungan untung rugi, mempunyai sifat yang antusias dan perhatian serta ramah tamah dalam bersikap, mampu memisahkan urusan pribadi dan bisnis, dan mampu m engendalikan diri dan tak mudah terombang ambing oleh perubahan pasar tradisional.10
3. Etika Bisnis Islam
Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin menjelaskan pengertian
“khuluq” (etika) adalah suatu sifat yang tetap dalam jiwa, yang timbul perbuatan- perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan pikiran.
Dengan demikian etika bisnis dalam syariah Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Sedangkan, Istilah bisnis dalam Al- Quran yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajranwatijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga.
Menurut ar-Raghib al-Ashfahani dalam al-mufradat fi gharib al-Quran, at- Tijarah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan. Bisnis secara Islam pada dasarnya sama dengan bisnis secara umum, hanya saja harus tunduk dan patuh atas dasar ajaran Al-Quran, As-Sunnah, Al- Ijma dan Qiyas (Ijtihad) serta memperhatikan batasan-batasan yang tertuang dalam sumber- sumbaer tersebut.
Etika bisnis Islam adalah norma-norma etika yang berbasiskan Al- Quran dan Hadist yag harus dijadikan acuan oleh siapapun dalam aktivitas bisnisnya. 14 Sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar.15 Nilai etik, moral, susila atau akhlak adalah nilai-nilai yang mendorong manusia menjadi pribadi yang utuh. Seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini dilaksanakan akan menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya.
10 Ninik, Azizah, Praktek Oligopoli dalam Sistem Pasar Tradisional. (Tebuireng: LPPM Unhasy Tebuireng Jombang, 2019), 31
Irtifaq, Vol. 10, No. 1, Maret 2023 25 Salah satu dasar hukum etika biisnis Islam yakni QS. Al-Nisa ayat 29:11
اَهُّيَأَٰٓ َي ٱ َنيِذَّل مُكَل َو ۡمَأ ْا َٰٓوُلُكۡأَت َلَ ْاوُنَماَء ِب مُكَنۡي َب
ِلِط َبۡل ٱ َر َجِت َنوُكَت نَأ َٰٓ َّلَِإ ٖضا َرَت نَع ًة
َّنِإ ۡۚۡمُكَسُفنَأ ْا َٰٓوُلُتۡقَت َلَ َو ۡۚۡمُكنِ م ََّللّ ٱ
ُكِب َناَك ا ٗمي ِح َر ۡم ٢٩
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu
Dilihat dari perspektif ajaran etika (akhlak) dalam Islam pada prinsipnya manusia dituntut untuk berbuat baik pada dirinya sendiri, disamping kepada sesama manusia, alam lingkungannya dan kepada Tuhan selaku pencipta-Nya.
Nilai dasar dan prinsip umum etika bisnsi Islam dalam perspektif dalam Islam, yaitu etika bisnis yang mengedepankan nilai-nilai al-Qur’an yang bertujuan menolak anggapan bahwa bisnis hanya merupakan aktivitas keduniaan yang terpisah dari persoalan etika dan pada sisi lain mengembangkan prinsip-prinsip etika bisnis al-Qur’an, sebagai upaya konseptualisasi sekaligus mencari landasan persoalan-persoalan prakrtek mal bisnis. Pengungkapan prinsip-prinsip mal- bisnis dalam al-Qur’an, dimaksudkan untuk mendapatkan landasan (sumber) praktek mal-bisnis yang dapat dijadikan tolak ukur etis-tidaknya suatu aktivitas bisnis. Oleh karena itu, berikut nilai dasar dan prinsip umum etika bisnis Islam adalah tauhid, khalifah, ibadahm tazkiyah, dan ihsan.
KESIMPULAN
Perilaku pelaku usaha di Pasar kawasan wisata religi makam Gus Dur tidak sesuai yakni tidak mempunyai sifat yang antuistis dan tidak perhatian serta tidak ramah dalam bersikap bahkan 80% dari total riset tidak sesuai. Pasar kawasan wisata religi makam Gus Dur pada zona dua belum ter-management sehingga kurang sesuai dengan pasal 1 angka 3 Undang-undang perlindungan konsumen no.
8 tahun 1999 sehingga menimbulkan kecurangan dan yang lainnya. Perilaku pelaku usaha di Pasar kawasan wisata religi makam Gus Dur tidak sesuai dengan etika bisnis Islam dalam konsep khilafah dan tazkiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Arianty, Nel, Analisis Perbedaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional ditinjau dari Strategi Tata Letak (LAY OUT) dan Kualitas Pelayanan untuk Meningkatkan Posisi Tawar Pasar Tradisional, Jurnal Manajemen& bisnis Huda, Sokhi. Kajian Praktis Proposal Penelitian Aneka Pendekatan. (Surabaya:
IMTIYAZ, 2015)
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
11 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,929
Irtifaq, Vol. 10, No. 1, Maret 2023 26
Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen: Problematika Kedudukan dan Kekuatan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), Universitas Brawijaya Press, 2011
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Hasyim Asya’ari Tebuireng Jombang, Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper, (Tebuireng Jombang: LPPM UNHASY, 2019)
Ninik, Azizah, Praktek Oligopoli dalam Sistem Pasar Tradisional. (Tebuireng:
LPPM Unhasy Tebuireng Jombang, 2019)
Suwandono, Agus, Ruang Lingkup Hukum Perlindungan Konsumen, 1.6
Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Penelitian dan Tesis Bisnis. (Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum dalam Praktek (2002; Sinar Grafika;
Jakarta).
Zulkarnain, Iskandar, Nugroho, Hestu. Analisis Perilaku Produsen dalam Mengembangkan Produk Berbasis Kearifan Lokal Tangerang Selatan.
Jurnal Ilmu Manajemen, 2005