Judul : Epidemiologi Bencana Kebakaran Pengertian Kebakaran :
Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsur segitiga api (bahan bakar, oksigen, dan panas) yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera hingga kematian (NFPA, 1992).
Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), kebakaran adalah peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak dikehendaki dan dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (berupa harta benda, bangunan fisik, deposit atau asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, serta lainnya) maupun kerugian non materi (rasa takut, shock, dan lainnya) hingga kehilangan nyawa atau cacat tubuh yang ditimbulkan akibat peristiwa kebakaran tersebut.
Distribusi Kebakaran
Distribusi kebakaran dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti frekuensi kejadian, penyebab, dan dampak yang ditimbulkan. Data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta pada periode Januari hingga Maret 2017 mencatat total kejadian kebakaran sebanyak 242 kasus, dengan 555 unit rumah terbakar dan area terdampak seluas 38.919 m². Jumlah keluarga terdampak sebanyak 21.462 jiwa dengan total kerugian diperkirakan mencapai Rp 146,5 miliar. Pada tahun 2016, total kejadian kebakaran terjadi di seluruh wilayah DKI Jakarta sebanyak 1.163 kali, dengan jumlah kejadian terbanyak terjadi di Jakarta Barat (319 kali), disusul Jakarta Selatan (314 kali), Jakarta Utara (217 kali), dan Jakarta Pusat. Jakarta (156 kali), Jakarta Timur (156 kali), dan Kepulauan Seribu (1 kali). Penyebab utama kebakaran ini adalah korsleting listrik akibat ketidakpatuhan terhadap standar instalasi listrik dan penggunaan listrik yang berlebihan pada gedung. Kerugian yang ditimbulkan akibat kebakaran ini menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang signifikan. Faktor-faktor seperti padatnya bangunan, terbatasnya akses lokasi, sulitnya mengakses sumber air, dan kemacetan lalu lintas berkontribusi terhadap parahnya kebakaran. Dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat bencana kebakaran meliputi luka bakar, keracunan gas beracun, gangguan pernapasan, dan masalah kesehatan lainnya.
Determinan Kebakaran:
Berikut adalah faktor-faktor penyebab terjadinya kebakaran:
Faktor terjadinya kebakaran karena alam:
Petir (misal: sambaran petir pada bahan mudah terbakar).
Gempa bumi (misal: gempa bumi yang mengakibatkan terputusnya jalur gas bahan bakar).
Gunung meletus (dikarenakan lava pijar yang panas membakar tumbuhan kering disekitarnya).
Panas matahari (misal: panas matahari yang memantul dari kaca cembung ke dedaunan kering di sekitarnya).
Musim kemarau yang terlampau panjang (terutama kebakaran yang terjadi di hutan, biasanya akan sangat sulit dikendalikan).
Faktor terjadinya kebakaran karena manusia:
Disengaja (pembakaran liar, balas dendam)
Kelalaian (lupa mematikan tungku pembakaran saat akan meninggalkan rumah)
Kurang pengertian (membuang punting rokok sembarangan, merokok di dekat tempat pengisian bahan bakar).
Kebocoran tabung/kompor gas.
Faktor lainnya:
Bahan bakar (benda padat, cair, atau logam yang mudah terbakar)
Sumber panas (lingkungan yang memiliki suhu tinggi berpotensi lebih besar menimbulkan kebakaran).
Frekuensi Kebakaran :
Frekuensi kebakaran dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor. Di Jakarta misalnya, data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta mencatat total 242 kejadian kebakaran pada periode Januari hingga Maret 2017 . Pada tahun 2016, total terjadi 1.163 kejadian kebakaran di seluruh wilayah DKI Jakarta . Jumlah kejadian kebakaran terbanyak terjadi di Jakarta Barat (319 kali), disusul Jakarta Selatan (314 kali), Jakarta Utara (217 kali), Jakarta Pusat (156 kali), Jakarta Timur (156 kali), dan Kepulauan Seribu (1 waktu).
Upaya Pencegahan Bencana Kebakaran Prabencana Kebakaran:
1. Jangan otak-atik materi listrik sendiri
2. Cek instalasi arus listrik maksimal 10 tahun sekali, misal kabel rusak karena panas atau kabel listrik yg digidit oleh tikus.
3. Jangan meletakkan stecker secara berlebihan, dalam artian lain mencolokkin barang-barang eletronik terlalu banyak.
4. Jauhi peralatan listrik dari benda yang mudah terbakar.
5. Hindari kontak perlatan listrik dalam waktu yg lama, seperti mengecas hp terlalu lama, seterika yg menetap terlalu lama.
Saat Bencana :
Selama kebakaran, penting untuk mengikuti pedoman tertentu untuk memastikan keselamatan pribadi. Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran:
1. Tetap tenang dan waspada: Pertahankan pola pikir yang tenang dan waspada terhadap lingkungan sekitar.
2. Segera evakuasi: Jika api menyebar atau jika Anda diperintahkan untuk mengungsi, segera tinggalkan gedung menggunakan pintu keluar terdekat dan teraman.
3. Peringatkan orang lain: Jika memungkinkan, beri tahu orang lain di sekitar tentang kebakaran dan perlunya evakuasi .
4. Merangkak rendah di bawah asap: Jika ada asap, tetaplah dekat dengan tanah dan merangkaklah untuk menghindari menghirup asap beracun.
5. Rasakan pintu sebelum dibuka: Sebelum membuka pintu, gunakan punggung tangan Anda untuk merasakan apakah panas. Jika ya, jangan dibuka karena dapat menimbulkan lebih banyak api atau asap.
6. Gunakan alat pemadam api jika terlatih: Jika Anda terlatih dalam menggunakan alat pemadam api dan apinya kecil, cobalah untuk memadamkannya. Arahkan ke dasar api dan sapu dari sisi ke sisi .
7. angan gunakan elevator: Hindari menggunakan elevator saat terjadi kebakaran karena dapat menyebabkan kegagalan fungsi atau menjebak kita.
8. Ikuti jalur evakuasi yang telah ditentukan: Gunakan jalur evakuasi yang telah ditentukan dan jangan menggunakan jalan pintas atau jalan keluar alternatif yang mungkin tidak aman.
9. Jangan masuk kembali ke dalam gedung: Setelah Anda berhasil mengungsi dengan aman, jangan masuk kembali ke dalam gedung sampai gedung tersebut dinyatakan aman oleh pihak berwenang.
Pasca Bencana
Pasca bencana kebakaran, ada beberapa tindakan dan tindakan pasca kebakaran yang perlu dilakukan. Ini termasuk:
1. Operasi pencarian dan penyelamatan: Segera setelah kebakaran, tim pencarian dan penyelamatan bekerja untuk menemukan dan menyelamatkan setiap individu yang mungkin terjebak atau terluka.
2. Tempat penampungan dan dukungan sementara: Individu dan keluarga pengungsi diberikan tempat tinggal sementara, makanan, air, dan persediaan penting lainnya untuk memenuhi kebutuhan mendesak mereka.
3. Rehabilitasi dan rekonstruksi: Upaya dilakukan untuk membangun kembali dan merehabilitasi daerah yang terkena dampak, termasuk memperbaiki atau membangun kembali bangunan dan infrastruktur yang rusak.
4. Dukungan psikologis: Layanan konseling dan dukungan ditawarkan kepada individu dan komunitas yang terkena dampak kebakaran untuk membantu mereka mengatasi trauma dan tekanan emosional.
5. Tinjauan dan peningkatan langkah-langkah keselamatan kebakaran: Pihak berwenang meninjau langkah-langkah keselamatan kebakaran yang ada dan mengidentifikasi kesenjangan atau kekurangan yang perlu diatasi untuk mencegah insiden di masa depan.
6. Kesadaran dan pendidikan masyarakat: Kampanye kesadaran masyarakat dan program pendidikan dilakukan untuk mempromosikan praktik keselamatan kebakaran dan tindakan pencegahan di masyarakat.
Penyakit yang Timbul Akibat Terjadiny Bencana Kebakaran:
Beberapa penyakit dan kondisi kesehatan yang dapat timbul pada saat atau setelah kebakaran antara lain:
1. Masalah pernafasan: Menghirup asap, gas beracun, dan partikel halus dapat menyebabkan gangguan pernafasan seperti batuk, mengi, sesak nafas, dan eksaserbasi asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
2. Luka bakar dan cedera: Paparan langsung terhadap api atau permukaan panas dapat menyebabkan luka bakar, yang tingkat keparahannya bervariasi, mulai dari ringan hingga mengancam jiwa.
3. Keracunan karbon monoksida: Pembakaran bahan yang tidak sempurna selama kebakaran dapat melepaskan gas karbon monoksida, yang bila terhirup dapat menyebabkan keracunan karbon monoksida. Gejalanya meliputi sakit kepala, pusing, mual, kebingungan, dan dalam kasus yang parah, kehilangan kesadaran atau kematian.
4. Iritasi mata dan kulit: Asap dan bahan kimia yang dikeluarkan selama kebakaran dapat menyebabkan iritasi mata, kemerahan, dan gatal-gatal. Kontak kulit dengan permukaan panas atau bahan kimia dapat menyebabkan luka bakar, iritasi, atau reaksi alergi.
5. Efek psikologis: Mengalami kebakaran dapat menimbulkan trauma dan dapat menyebabkan tekanan psikologis, termasuk gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kecemasan, depresi, atau gangguan tidur.
Kebijakan Kebakaran:
Kebijakan penanggulangan dan pencegahan bahaya kebakaran di Kota Administrasi Jakarta Selatan yang tertuang dalam Perda Provinsi DKI Jakarta nomor 8 tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran diharapkan agar masyarakat menyadari dan taat hukum, baik masyarakat pemukiman, masyarakat bangunan Gedung. Peraturan ini merupakan bagian dari bentuk pencegahan, jika masyarakat sadar dengan aturan, diharapkan frekuensi kejadian kebakaran baik di lingkungan hunian atau bangunan gedung dapat diminimalisir.
Dampak Kebakaran : 1. Cederanya Orang:
Kebakaran dapat menyebabkan cedera fisik atau kematian pada orang yang berada di dalam gedung yang terbakar. Asap panas dan gas beracun yang dihasilkan oleh kebakaran dapat mengancam nyawa.
2. Kerugian Properti:
Gedung yang terbakar mengalami kerusakan struktural dan kerugian materiil. Isi gedung, seperti perabotan, peralatan, dan barang berharga, juga bisa hancur atau rusak.
3. Kerugian Ekonomi:
Kebakaran dapat memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Perusahaan dan bisnis yang mengalami kebakaran dapat menghadapi kerugian finansial yang besar, seperti kehilangan pendapatan, biaya perbaikan, dan klaim asuransi.
4. Kerugian Lingkungan:
Kebakaran dapat merusak lingkungan sekitarnya. Asap dan polusi yang dihasilkan oleh kebakaran dapat meracuni tanah, air, dan udara, serta membahayakan hewan dan tumbuhan di sekitarnya.