BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A. Bab I Pengertian dan Tujuan Evaluasi Supervisi
Bab I menjelaskan tentang pengertian dan tujuan dari evaluasi dan supervisi dalam program bimbingan dan konseling (BK), serta peran pentingnya dalam pendidikan. Evaluasi dan supervisi tidak hanya memastikan bahwa program BK berjalan sesuai rencana, tetapi juga bahwa program tersebut efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya dan memenuhi kebutuhan siswa.
1. Pengertian Evaluasi dalam Program BK
Evaluasi adalah proses sistematis yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan program BK dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks BK, evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah layanan dan kegiatan yang diberikan mampu membantu siswa dalam menghadapi berbagai tantangan, baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Evaluasi ini mencakup penilaian terhadap berbagai aspek, seperti efektivitas program, tingkat kepuasan siswa, serta relevansi kegiatan dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Evaluasi bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari program BK yang sedang berlangsung, sehingga perbaikan dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan di masa mendatang.
Evaluasi dalam program BK memiliki berbagai fungsi penting, seperti membantu pihak sekolah dalam menentukan apakah suatu program masih layak dilanjutkan atau perlu dihentikan dan diperbaiki. Dengan demikian, hasil evaluasi menjadi dasar pengambilan keputusan yang strategis. Evaluasi juga dapat memberikan gambaran yang objektif mengenai keberhasilan layanan BK, memberikan umpan balik (feedback) yang konkret bagi konselor, serta memberikan wawasan bagi pemangku kepentingan, seperti kepala sekolah dan guru lain, mengenai peran layanan BK dalam mendukung perkembangan siswa.
Pengertian Supervisi dalam Program BK
Supervisi dalam konteks program BK adalah kegiatan yang bertujuan untuk membimbing dan membantu konselor atau guru BK agar mereka mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara lebih baik. Supervisi ini melibatkan berbagai bentuk dukungan, seperti pendampingan, pelatihan, dan pemberian saran untuk meningkatkan kompetensi konselor dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan BK. Supervisi dilakukan secara teratur dan berkelanjutan dengan prinsip-prinsip seperti keobjektifan, demokrasi, konstruktif, serta berdasarkan hubungan kerja sama antara supervisor dan konselor.
Prinsip-prinsip dalam supervisi bertujuan untuk menciptakan hubungan yang positif dan kooperatif antara supervisor (seperti kepala sekolah atau koordinator BK) dan konselor, sehingga proses supervisi tidak hanya bersifat instruktif tetapi juga mendukung perkembangan profesional konselor. Dengan adanya supervisi yang efektif, konselor dapat mengidentifikasi dan mengatasi kendala yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan program, sehingga program BK dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Perbedaan Antara Evaluasi dan Supervisi
Meskipun evaluasi dan supervisi saling berkaitan, keduanya memiliki perbedaan mendasar. Evaluasi lebih berfokus pada pengukuran keberhasilan dan efektivitas program BK secara keseluruhan, sementara supervisi lebih berfokus pada proses pembimbingan dan pendampingan konselor dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Evaluasi biasanya dilakukan pada akhir periode tertentu untuk menilai apakah tujuan akhir program BK telah tercapai, sedangkan supervisi dilakukan secara rutin untuk memastikan bahwa program tetap berjalan pada jalur yang benar.
Evaluasi bertujuan untuk memberikan laporan yang bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan, sementara supervisi lebih bersifat mendukung dan membina kemampuan konselor agar selalu optimal.
Tujuan dari Evaluasi dan Supervisi dalam Program BK
Tujuan utama evaluasi dan supervisi dalam program BK adalah untuk memastikan bahwa program BK memberikan manfaat yang nyata bagi perkembangan siswa. Evaluasi dan supervisi dapat membantu konselor dalam mengidentifikasi apakah layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa, apakah metode yang digunakan efektif, serta apakah hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan kata lain, evaluasi dan supervisi berfungsi sebagai kontrol kualitas untuk meningkatkan efektivitas program BK.
Evaluasi dan supervisi juga bertujuan untuk memberikan umpan balik yang konstruktif bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program BK. Umpan balik ini berguna untuk penyesuaian program, baik dalam hal materi, metode, maupun pendekatan layanan. Selain itu, tujuan dari evaluasi dan supervisi adalah untuk membantu sekolah dalam merencanakan program-program BK di masa mendatang, sesuai dengan kebutuhan siswa yang terus berkembang.
Manfaat Evaluasi dan Supervisi dalam Program BK
Manfaat dari adanya evaluasi dan supervisi dalam program BK sangat besar, baik bagi siswa, konselor, maupun sekolah secara keseluruhan. Bagi siswa, evaluasi dan supervisi memastikan bahwa mereka mendapatkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan mereka, baik dari aspek akademik, sosial, maupun emosional. Bagi konselor, evaluasi dan supervisi berfungsi sebagai panduan dan dorongan untuk terus meningkatkan kompetensi serta profesionalisme dalam menjalankan tugas. Sedangkan bagi sekolah, evaluasi dan supervisi berperan sebagai alat untuk mengukur dampak program BK terhadap tujuan pendidikan sekolah secara keseluruhan, dan untuk memastikan bahwa program tersebut berkontribusi positif dalam mendukung misi sekolah.
Secara keseluruhan, Bab I ini menekankan pentingnya evaluasi dan supervisi sebagai bagian dari manajemen program BK yang efektif.
B. Bab II Model dan Pendekatan Evaluasi BK
Bab II membahas model dan pendekatan evaluasi dalam program bimbingan konseling (BK) di sekolah, dimulai dengan jenis-jenis evaluasi yang digunakan sebagai berikut :
a. Jenis Evaluasi Program BK 1. Evaluasi Peserta Didik (Input)
Evaluasi ini mencakup pemahaman mendalam terhadap peserta didik yang menerima layanan BK. Dilakukan sejak peserta didik masuk ke sekolah, evaluasi mengumpulkan data penting terkait kemampuan skolastik, bakat, minat, kepribadian, prestasi, riwayat hidup, serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Data ini penting untuk memastikan layanan BK sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik.
2. Evaluasi Program
Evaluasi ini berfokus pada peningkatan kualitas program BK secara keseluruhan, termasuk layanan kepada peserta didik, guru/konselor, kepala sekolah, dan orang tua atau masyarakat. Kegiatan ini disusun dalam sistematika tertentu, menggunakan alat-alat evaluasi yang baik untuk menilai setiap aspek layanan BK secara menyeluruh.
3. Evaluasi Proses
Evaluasi proses mencakup keseluruhan layanan BK, dari perencanaan hingga pelaksanaan.
Evaluasi ini bertujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas proses, serta kualitas layanan BK. Faktor-faktor seperti organisasi program, personal, fasilitas, kegiatan, partisipasi guru/konselor, anggaran, dan evaluasi hasil dinilai dalam evaluasi proses ini. Efektivitas program akan tercermin dalam diri klien yang mendapat manfaat dari layanan BK tersebut.
b. Subjek Evaluasi
Evaluasi harus terprogram secara sistematis untuk mendapatkan data yang akurat mengenai proses dan hasil BK. Data ini digunakan untuk pertanggungjawaban pelaksanaan program BK. Subjek evaluasi
mencakup:
1. Evaluasi Prestasi Belajar
Dilakukan untuk menilai sejauh mana tujuan pendidikan tercapai, khususnya dalam kaitannya dengan mencerdaskan peserta didik.
2. Evaluasi Sikap
Meliputi evaluasi perasaan, kepercayaan, dan kecenderungan perilaku peserta didik terhadap objek tertentu. Sikap dievaluasi melalui komponen afektif (perasaan), kognitif (keyakinan), dan konatif (kecenderungan untuk bertindak).
3. Evaluasi Kepribadian
Evaluasi ini dilakukan menggunakan tes kepribadian yang standar, yang membutuhkan psikolog untuk interpretasinya karena sifat instrumen yang bersifat rahasia dan teknis.
c. Prosedur Evaluasi Pelaksanaan Program BK di Sekolah Evaluasi pelaksanaan program BK terdiri dari beberapa fase:
1. Fase Persiapan
Meliputi penyusunan kisi-kisi evaluasi, penetapan aspek yang dievaluasi (tujuan, program kegiatan, personel, fasilitas, pembiayaan, partisipasi personel, dan efek sampingan), kriteria keberhasilan, alat evaluasi yang sesuai (seperti check list, observasi, wawancara, dan angket), serta prosedur evaluasi dan tim evaluasi.
2. Fase Persiapan Alat atau Instrumen Evaluasi
Menyusun, memilih, dan menggandakan instrumen evaluasi yang akan digunakan untuk kegiatan.
3. Fase Pelaksanaan Evaluasi
Evaluator mempersiapkan dan menjalankan kegiatan evaluasi sesuai jadwal yang telah ditentukan.
4. Fase Menganalisis Hasil Evaluasi
Data yang diperoleh dianalisis, baik melalui statistik maupun metode non-statistik, untuk menilai hasil evaluasi.
5. Fase Penafsiran dan Pelaporan Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi dibandingkan dengan kriteria keberhasilan, diinterpretasikan, dan disusun dalam laporan yang digunakan untuk pengembangan program BK.
d. Prinsip Melakukan Evaluasi
Beberapa prinsip penting yang harus dipegang dalam evaluasi meliputi objektivitas (tanpa tendensi), transparansi (terbuka), partisipasi (melibatkan pihak terkait), akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan), ketepatan waktu, dan berkesinambungan, yaitu hasil evaluasi harus menjadi umpan balik untuk kebijakan selanjutnya.
Secara keseluruhan, Bab II ini menjelaskan berbagai jenis dan prosedur evaluasi yang diterapkan dalam program BK di sekolah, serta prinsip-prinsip yang memastikan evaluasi dilakukan secara efektif dan memberikan manfaat bagi pengembangan layanan BK.
C. Bab III: Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah A. Hambatan-Hambatan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Terdapat beberapa hambatan yang dirasakan dalam melakukan evaluasi program bimbingan dan konseling (BK) di sekolah, antara lain:
1. Pelaksana bimbingan di sekolah tidak memiliki waktu yang memadai untuk melaksanakan evaluasi program BK.
2. Latar belakang pendidikan pelaksana bimbingan dan konseling yang bervariasi, baik dari segi jenjang maupun program, sehingga kemampuan dalam mengevaluasi program BK juga bervariasi, termasuk dalam menyusun, membakukan, dan mengembangkan instrumen evaluasi.
3. Belum tersedianya alat-alat atau instrumen evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah yang valid, reliabel, dan objektif.
4. Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan, atau pelatihan khusus yang berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling pada umumnya, serta penyusunan dan pengembangan instrumen evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
5. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan biaya yang cukup mahal.
6. Belum adanya guru, konselor, konselor-konselor inti, atau instruktur BK yang ahli dalam bidang evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah.
7. Belum ada perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan bimbingan yang tegas dan baku.
B. Pendekatan Evaluasi
Terdapat tiga pendekatan dalam melakukan evaluasi program atau kebijakan, yaitu:
1. Pendekatan Berdasarkan Sistem Nilai yang Diacu a. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation) b.
Evaluasi Teori Keputusan (Decision Theoretic Evaluation/DTE) c. Evaluasi Formal (Formal Evaluation)
2. Pendekatan Berdasarkan Dasar Evaluasi a. Before vs after comparisons b. With vs without comparisons c. Actual vs planned performance comparisons d. Experimental (controlled) models e. Quasi experimental (uncontrolled) models f. Cost oriented approach
3. Pendekatan Berdasarkan Kriteria Evaluasi a. Efektivitas b. Efisiensi c. Adequacy (ketepatan dalam menjawab masalah) d. Equity (pemerataan) e. Responsiveness f.
Appropriateness (ketepatgunaan)
C. Sumber Data Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Sumber data yang dapat dihubungi untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat dalam program evaluasi bimbingan dan konseling, antara lain:
1. Kepala sekolah 2. Wakil kepala sekolah
3. Koordinator bimbingan dan konseling 4. Konselor sekolah
5. Guru mata pelajaran (konselor) 6. Personel sekolah lainnya 7. Klien dan teman terdekatnya 8. Orang tua dan masyarakat
9. Para ahli atau lembaga-lembaga yang terkait D. Aspek-Aspek yang Dievaluasi
Terdapat dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu:
1. Penilaian proses, untuk mengetahui sejauh mana keefektifan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya.
2. Penilaian hasil, untuk memperoleh informasi keefektifan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
Aspek yang dinilai, baik proses maupun hasil, antara lain:
1. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
2. Keterlaksanaan program
3. Hambatan-hambatan yang dijumpai
4. Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar-mengajar
5. Respons klien, personel sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan 6. Perubahan dan kemajuan klien dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan,
pencapaian tugas-tugas perkembangan dan hasil belajar, serta keberhasilan klien setelah menamatkan sekolah
E. Metode atau Pendekatan Evaluasi Bimbingan Konseling di Sekolah
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, antara lain:
1. Metode Survei Metode survei berguna untuk mendapatkan data tentang lingkungan, pengelolaan sikap dan pandangan personel sekolah lainnya, serta sikap dan pandangan klien terhadap program bimbingan.
2. Metode Observasi Metode observasi dilakukan dengan perencanaan yang rinci, pembuatan pedoman atau kriteria, dan keterlibatan lebih dari satu orang pengamat untuk memperoleh data yang lebih terarah, tepat, dan objektif.
3. Metode Eksperimental Metode eksperimental paling tepat jika klien dibentuk dalam dua kelompok, di mana salah satu di antaranya dijadikan sebagai kelompok eksperimental.
D. Bab IV Teknik-Teknik Evaluasi dalam Bimbingan Konseling
A. Teknik-Teknik Evaluasi Bimbingan Konseling di Sekolah Kegiatan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi banyak aspek, baik yang menyangkut sumber daya manusia maupun instrumen pendukung kegiatan lainnya. Beberapa aspek yang dapat dievaluasi, antara lain:
1. Lingkungan bimbingan, sarana yang ada, dan situasi daerah 2. Program kegiatan bimbingan
3. Personal atau ketenagaan
4. Fasilitas teknik dan fisik
5. Pengelolaan dan administrasi bimbingan 6. Pembiayaan
7. Partisipasi personal 8. Proses kegiatan 9. Akibat sampingan
Untuk mengevaluasi aspek-aspek tersebut, dapat digunakan berbagai instrumen, seperti:
 Check list
 Observasi kegiatan
 Tes situasi
 Wawancara
 Angket
Dengan demikian, metode atau pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang dapat digunakan antara lain:
1. Metode survei 2. Metode observasi 3. Metode eksperimental 4. Metode studi kasus
B. Langkah-Langkah Evaluasi Bimbingan Konseling di Sekolah Dalam melaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah, terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh, yaitu:
1. Merumuskan Masalah atau Beberapa Pertanyaan Karena tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan hal-hal yang akan dievaluasi.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus jelas dan spesifik, agar data yang dikumpulkan relevan dan bermanfaat.
2. Menyusun Rencana Evaluasi Langkah ini mencakup penentuan tujuan evaluasi, identifikasi data yang diperlukan, pemilihan metode dan instrumen evaluasi, serta penentuan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan.
3. Mengumpulkan Data Pada tahap ini, konselor menggunakan metode dan instrumen evaluasi yang telah dipilih untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
4. Menganalisis Data Setelah data terkumpul, konselor melakukan analisis untuk menginterpretasikan data dan menarik kesimpulan.
5. Menyusun Laporan Evaluasi Hasil analisis data kemudian disusun dalam bentuk laporan evaluasi yang berisi temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.
6. Menggunakan Hasil Evaluasi Laporan evaluasi yang telah disusun digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk memperbaiki, mempertahankan, atau mengembangkan program bimbingan dan konseling selanjutnya.
Evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk memperbaiki, mempertahankan, atau mengembangkan program bimbingan dan konseling selanjutnya.
E. Bab V Evaluasi Peserta Didik A. Pentingnya Evaluasi bagi Peserta Didik
Evaluasi dalam pembelajaran memberikan peluang kepada siswa untuk memahami tujuan belajar dan kriteria keberhasilan. Evaluasi yang melibatkan siswa membuat mereka lebih sadar akan kemajuan mereka, serta mendorong mereka untuk melakukan evaluasi mandiri dan bahkan membuat pertanyaan tes sendiri, sehingga pemahaman mereka dapat dinilai melalui hasil karya tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan pengumpulan informasi untuk pengambilan keputusan yang tepat, sementara Djudju menyatakan evaluasi menguji tingkat kecakapan seseorang. Tyler juga mendefinisikan evaluasi sebagai upaya menentukan pencapaian
tujuan pendidikan.
Evaluasi berperan penting bagi guru dan siswa sebagai motivasi untuk meningkatkan pembelajaran. Bagi siswa, evaluasi memberikan umpan balik yang membangun serta dapat meningkatkan motivasi mereka. Self-assessment juga merupakan metode evaluasi yang membantu siswa lebih memahami kelebihan dan kekurangan mereka, sekaligus memotivasi untuk berkembang lebih baik lagi. Evaluasi diri maupun peer-assessment dapat menumbuhkan rasa malu dan mendorong siswa untuk meningkatkan usaha belajar mereka.
Cara evaluasi yang efektif meliputi memberi umpan balik, menyampaikan hasil secara objektif, memberikan kesempatan bagi siswa untuk evaluasi diri, dan melakukan evaluasi antar siswa. Evaluasi bukan sekadar langkah akhir dalam proses belajar, tetapi bagian dari siklus yang terus mendorong pembelajaran.
B. Mengenal Kepribadian Diri
Setiap individu memiliki temperamen unik yang membentuk kepribadiannya. Empat tipe dasar kepribadian adalah sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis. Sanguinis cenderung periang, optimis, dan penuh energi, tetapi kurang disiplin dan mudah lupa. Melankolis adalah pribadi yang perfeksionis, teliti, dan idealis, namun seringkali murung dan kaku. Koleris memiliki jiwa pemimpin, percaya diri, dan kuat kemauan, tetapi cenderung keras dan dominan. Sementara plegmatis setia, tenang, dan dapat diandalkan, tetapi terkadang kikir dan kurang motivasi.
Mengenali tipe kepribadian membantu individu memahami diri sendiri dan memperbaiki interaksi dengan orang lain.
C. Mengenal Sikap Diri
Sikap mencerminkan perasaan atau kecenderungan seseorang terhadap sesuatu, baik positif maupun negatif. Sikap terbentuk dari pengalaman pribadi, budaya, pandangan orang penting, media massa, lembaga pendidikan dan agama, serta emosi. Sikap juga berperan penting dalam menentukan perilaku seseorang dan dapat diukur secara ilmiah melalui metode seperti self-report (polling atau skala sikap) dan observasi involuntary behavior, yaitu pengamatan terhadap reaksi fisik yang tidak disadari individu. Sikap dapat diperoleh melalui respons kognitif, afektif, dan
konatif.
D. Mengenal Minat Siswa
Minat adalah kesadaran individu terhadap objek, situasi, atau masalah yang relevan dengan dirinya. Minat erat kaitannya dengan perhatian, di mana individu memilih stimulus yang dianggap paling menarik dari berbagai rangsangan yang ada. Menurut H.C. Witherington, minat adalah bagian penting yang mempengaruhi fokus dan konsentrasi individu pada hal-hal yang dianggap memiliki keterkaitan atau kepentingan baginya.
Bab ini menekankan bahwa evaluasi, pemahaman kepribadian, sikap, dan minat merupakan elemen kunci dalam mendukung proses pembelajaran yang lebih baik bagi siswa.
F. Bab VI Pentingnya Evaluasi Dalam Program Bimbingan Konseling Di Sekolah Bab 6 membahas tentang pentingnya evaluasi dalam program bimbingan konseling di sekolah. Evaluasi diperlukan untuk memastikan bahwa program memiliki tujuan yang jelas, indikator keberhasilan, dan target spesifik, yang akan memberikan arahan yang tepat dalam pelaksanaannya. Shertzer & Stone mengidentifikasi lima kategori indikator keberhasilan dalam program bimbingan: penurunan kegagalan akademis, penurunan masalah disiplin, peningkatan pemanfaatan layanan konseling, pengurangan perubahan program di tengah jalan, dan pemilihan tujuan karier yang sesuai dengan potensi pribadi siswa.
Evaluasi bertujuan untuk melihat apakah program mencapai tujuan pendidikan sekolah dengan efektif dan untuk memantau keberhasilan serta kelemahan layanan yang diberikan.
Evaluasi dalam bimbingan berbeda dari evaluasi pengajaran, karena tujuannya adalah melihat perubahan perilaku siswa pasca-layanan, bukan hanya mencapai tujuan kurikulum. Evaluasi bimbingan dibagi menjadi evaluasi proses (formatif) dan hasil (sumatif), dengan tahapan yang meliputi perumusan tujuan, penetapan kriteria, pengumpulan data, dan analisis kecocokan antara hasil dengan kriteria.
Penyusunan program bimbingan konseling dimulai dari pemetaan kebutuhan dan masalah yang melibatkan assessment konteks lingkungan program dan assessment kebutuhan peserta didik.
Pemetaan ini mencakup aspek fisik, intelektual, motivasi, serta masalah yang dihadapi siswa, dan bertujuan untuk menyusun program yang relevan dan sesuai konteks. Kegiatan assessment
dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, dan hasilnya diolah untuk identifikasi kebutuhan dan masalah.
Desain program bimbingan mencakup rencana aksi yang dirancang dengan prinsip 5W + 1H (apa, mengapa, di mana, siapa, kapan, dan bagaimana). Dalam pelaksanaannya, program bimbingan meliputi kontak langsung dan tidak langsung dengan siswa, seperti kegiatan di kelas, kunjungan rumah, atau media komunikasi lainnya. Pengalokasian waktu untuk layanan juga perlu diperhatikan sesuai jenjang pendidikan, misalnya layanan dasar, responsif, perencanaan individu, dan dukungan sistem yang dialokasikan berbeda antara SD, SMP, dan SMA.
Evaluasi program bimbingan konseling dilakukan untuk memastikan bahwa program tertulis diterapkan sesuai standar. Evaluasi melibatkan pengumpulan dan analisis data yang relevan, seperti tingkat pelaksanaan dan capaian program, serta tindak lanjut untuk perbaikan program. Langkah-langkah evaluasi dimulai dari perumusan masalah, pembuatan instrumen, pengumpulan data, analisis, dan tindak lanjut hasil evaluasi. Evaluasi yang dilakukan dengan baik akan membantu konselor mengidentifikasi hambatan dan merancang layanan yang lebih efektif, dengan tujuan akhir perbaikan kualitas layanan bimbingan di sekolah.
Evaluasi bimbingan konseling memiliki nilai penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa melalui siklus perbaikan program yang berkelanjutan.
G. Bab VII Evaluasi Proses untuk konselor A. Pentingnya Evaluasi Proses
Evaluasi proses bertujuan meningkatkan profesionalitas konselor yang berperan penting dalam mencerdaskan bangsa. Dengan evaluasi proses, konselor dapat menjalankan tugas bimbingan secara optimal dan meningkatkan kualitas layanan profesional. Evaluasi juga membantu konselor memperbaiki pengetahuan dan keterampilan, berkontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran, serta pengembangan karier.
B. Konsep Evaluasi Proses
Evaluasi proses diatur dalam peraturan pemerintah, seperti PermenPAN-RB No. 16 Tahun 2009 dan Permendiknas No. 16 Tahun 2007. Evaluasi dilakukan melalui PK GURU untuk
mengidentifikasi kompetensi konselor dalam pelaksanaan tugasnya. Tujuan evaluasi adalah menilai kemampuan konselor dalam kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian, serta menghitung angka kredit untuk pengembangan karier dan jabatan.
C. Prinsip Pelaksanaan Evaluasi Proses
Pelaksanaan evaluasi harus sesuai ketentuan dan berdasarkan kinerja nyata. Prinsipnya meliputi objektivitas, keadilan, akuntabilitas, transparansi, kemudahan, berorientasi pada tujuan dan proses, berkelanjutan, dan menjaga kerahasiaan hasil evaluasi. Evaluasi dilakukan setiap tahun, diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan sumatif di akhir tahun.
D. Aspek yang Dievaluasi
Aspek utama evaluasi kinerja konselor meliputi:
1. Merencanakan dan melaksanakan bimbingan.
2. Mengevaluasi dan menilai hasil bimbingan.
3. Menganalisis hasil evaluasi.
4. Melaksanakan tindak lanjut dari hasil bimbingan.
Evaluasi ini membantu konselor meningkatkan kualitas layanan serta mendukung pengembangan karier sesuai dengan tugas-tugas tambahan yang relevan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan nasional nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, terdapat empat ranah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru BK atau konselor. Dan, penilaian kinerja guru BK atau konselor mengacu pada keempat domain kompetensi tersebut yaitu terdapat pada tabel berikut ini :
H. Bab VIII Supervisi Bimbingan Konseling
Supervisi Bimbingan Konseling merupakan aspek penting dalam sistem pendidikan yang berfungsi sebagai kontrol mutu terhadap proses pendidikan. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah memiliki peran krusial yang dikenal dengan istilah "Emaslim" - mencakup fungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab untuk mengoordinasi program sekolah dan membina guru/konselor untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dalam menjalankan peran supervisi, kepala sekolah harus memiliki kompetensi khusus.
Kompetensi ini meliputi kemampuan melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik yang tepat, termasuk perencanaan supervisi sesuai kebutuhan, penggunaan teknik supervisi yang sesuai, serta tindak lanjut hasil supervisi. Selain itu, kepala sekolah juga harus mampu melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan program pendidikan dengan standar yang terukur.
Dalam pelaksanaan supervisi, terdapat tiga pendekatan utama yang dapat digunakan.
Pendekatan langsung (direktif) melibatkan arahan langsung dari supervisor dengan perilaku yang lebih dominan, seperti menjelaskan, mengarahkan, dan memberi contoh. Pendekatan tidak langsung (nondirektif) lebih menekankan pada mendengarkan secara aktif permasalahan yang dikemukakan konselor, dengan supervisor berperan sebagai fasilitator. Pendekatan kolaboratif menggabungkan kedua pendekatan tersebut, dimana supervisor dan konselor bersama-sama menetapkan struktur dan proses supervisi.
Materi supervisi BK mencakup dua aspek utama. Yang pertama adalah layanan dan orientasi pokok, meliputi layanan orientasi, informasi, bimbingan penempatan, bimbingan belajar,
serta konseling kelompok dan perorangan. Aspek kedua adalah kegiatan pendukung bimbingan yang mencakup aplikasi instrumentasi, penyelenggaraan himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.
Guru pembimbing atau konselor sebagai pelaksana utama memiliki tugas yang kompleks.
Mereka bertanggung jawab untuk memasyarakatkan pelayanan bimbingan, merencanakan dan melaksanakan program, mengevaluasi proses dan hasil, serta melakukan tindak lanjut. Mereka juga bertugas mengadministrasikan layanan dan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan dalam pelayanan bimbingan.
Fungsi supervisi BK sendiri tidak hanya sebatas memonitor dan mencatat, tetapi juga memberi dukungan, mengukur dan menilai kinerja, serta mendorong refleksi. Fungsi-fungsi ini diwujudkan dalam kegiatan pengontrolan terhadap pelaksanaan tugas personel bimbingan, identifikasi hambatan yang mungkin ditemui, pencarian solusi terhadap permasalahan, serta memastikan program bimbingan berjalan lancar menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan aspek supervisi BK ini menunjukkan betapa pentingnya peran pengawasan dan pembinaan dalam menciptakan layanan bimbingan konseling yang efektif dan berkualitas di lingkungan sekolah.
I. Bab IX Metode Supervisi BK
Supervisi Bimbingan dan Konseling merupakan hubungan antara supervisor (konselor senior) dengan konselor (supervisee) yang bertujuan memberikan dukungan dan bantuan untuk meningkatkan mutu kinerja profesional. Pengertian ini mencakup pengawasan, penilikan, dan pembinaan yang diberikan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
Dalam pelaksanaannya, supervisi BK memiliki dua aspek utama yaitu supervisi akademis yang fokus pada kegiatan konseling, dan supervisi manajerial yang menitikberatkan pada aspek pengelolaan dan administrasi. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kompetensi profesional konselor, mengembangkan kesadaran dan identitas profesional, serta menjamin mutu praktik konseling.
Supervisi BK berlandaskan pada prinsip umum dan khusus. Prinsip umum menekankan
bahwa supervisi harus bersifat praktis, berfungsi sebagai sumber informasi, dan mendukung kurikulum yang berlaku. Sedangkan prinsip khusus menggariskan bahwa supervisi harus dilaksanakan secara sistematis, objektif, realistis, antisipatif, konstruktif, dan kreatif.
Dalam pelaksanaannya, supervisi BK menggunakan dua metode utama. Metode individual diterapkan untuk konselor dengan masalah khusus dan bersifat perorangan. Metode kelompok digunakan untuk dua atau lebih konselor yang memiliki masalah atau kebutuhan yang sama.
Teknik supervisi dapat dibagi menjadi teknik individual dan kelompok. Teknik individual meliputi kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan penilaian diri. Sedangkan teknik kelompok mencakup berbagai aktivitas seperti kepanitiaan, kerja kelompok, demonstrasi bimbingan, dan lokakarya.
Supervisi yang efektif memberikan dampak positif melalui enam level operasi, mulai dari refleksi terhadap muatan sesi konseling hingga pemahaman hubungan supervisor-supervisee.
Sebaliknya, supervisi yang tidak efektif dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti ketinggalan IPTEK, kehilangan identitas profesi, kejenuhan profesional, dan pelanggaran kode etik yang merugikan siswa sebagai penerima layanan BK.
Keberhasilan supervisi BK sangat bergantung pada kemampuan kepala sekolah dalam memilih dan menerapkan teknik yang sesuai dengan karakteristik konselor dan aspek keterampilan yang akan dibina. Hal ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang berbagai teknik supervisi dan kepribadian konselor yang dibina.
J. Bab X Proses dan Pengembangan Instrumen Supervisi 1. Jenis-Jenis Instrumen Supervisi:
 Supervisi Klinis: Fokus pada peningkatan keterampilan profesional dan fungsi etis konselor
 Supervisi Pengembangan: Bertujuan meningkatkan program bimbingan konseling
 Supervisi Administrasi: Memastikan kepatuhan terhadap prosedur kerja dan kebijakan
2. Proses Pengembangan Instrumen Supervisi (5 Langkah Utama):
a. Menetapkan tolok ukur sebagai pedoman b. Mengadakan penilaian terhadap hasil kerja
c. Membandingkan hasil penilaian dengan tolok ukur d. Menginventarisasi penyimpangan yang terjadi e. Melakukan tindakan korektif
3. Cara Mengembangkan Instrumen:
 Mengembangkan sendiri
 Menyadur (adaptation)
4. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen:
a. Merumuskan tujuan instrumen
b. Membuat kisi-kisi dan perincian variabel c. Menyusun butir-butir instrumen
d. Melakukan penyuntingan, meliputi:
 Mengurutkan butir secara sistematis
 Menulis petunjuk pengisian dan identitas
 Membuat pengantar permohonan pengisian 5. Proses Supervisi Akademik:
a. Pertemuan Prapengamatan: Diskusi awal dengan guru/konselor b. Pengamatan: Observasi kegiatan dan mencatat temuan
c. Analisis Hasil Pengamatan: Evaluasi komprehensif data
d. Pertemuan Pasca Pengamatan: Pemberian umpan balik e. Evaluasi Hasil: Penentuan tindak lanjut dan strategi perbaikan
Penting untuk dicatat bahwa supervisi bukan sekadar mengukur kinerja, tetapi lebih pada membantu pengembangan kemampuan profesional guru/konselor. Kualitas instrumen yang digunakan sangat mempengaruhi validitas data yang terkumpul.
K. Bab XI Pengaruh Aliran Konseling pada Supervisi Konseling
Materi ini membahas pengaruh aliran konseling dalam supervisi konseling dan bagaimana pendekatan-pendekatan konseling yang berbeda memperkaya kemampuan seorang konselor. Ada beberapa pandangan mengenai perbedaan aliran konseling; sebagian menyarankan konselor memilih satu aliran yang paling sesuai, sementara yang lain mengizinkan fleksibilitas dan penggunaan berbagai metode sesuai kebutuhan klien.
1. Aliran Psikologi Gestalt
Pendekatan Gestalt berfokus pada kesatuan individu sebagai totalitas yang aktif, yang terdorong untuk mencapai integritas pemikiran, perasaan, dan tindakan. Konseling ini menekankan pentingnya hidup di masa sekarang; kecemasan muncul ketika individu terjebak dalam pikiran tentang masa depan. Konsep
"unfinished business" mengacu pada perasaan yang belum terselesaikan seperti dendam dan kemarahan, yang dapat menghambat hubungan seseorang dengan orang lain. Tujuan Gestalt adalah membantu klien menghadapi tantangan hidup dan meningkatkan kesadaran pribadi.
2. Aliran Psikologi Behavior
Pendekatan behavior melihat manusia sebagai makhluk reaktif yang perilakunya dikendalikan oleh pengaruh eksternal. Tingkah laku dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan, dengan teknik seperti pembiasaan klasik dan operan. Konseling ini berfokus pada perubahan perilaku yang tampak melalui prinsip belajar, dengan tujuan memperbaiki perilaku yang tidak adaptif atau maladaptif yang mungkin disebabkan oleh pengalaman lingkungan.
3. Aliran Psikologi Trait and Factor
Pendekatan ini bersifat kognitif dan rasional, berusaha menyelesaikan masalah klien dengan cara intelektual dan logis. Konseling ini bersifat direktif, dengan konselor memberikan arahan untuk membantu
klien mencapai solusi. Pendekatan ini juga dikenal sebagai “clinical counseling” dan lebih terarah dibandingkan dengan pendekatan yang berpusat pada klien.
4. Aliran Psikologi Rational Emotive Therapy (RET)
Dikembangkan oleh Albert Ellis, RET berlandaskan pada pemikiran bahwa manusia memiliki kecenderungan berpikir rasional dan irasional. Gangguan emosional disebabkan oleh pemikiran irasional, yang sering kali berasal dari pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya. Melalui reorganisasi persepsi, pemikiran irasional dapat diubah menjadi logis. RET bertujuan untuk membantu klien mengatasi pemikiran irasional yang merusak dan menggantinya dengan perspektif yang lebih sehat dan realistis.
Secara keseluruhan, pengetahuan berbagai aliran konseling ini sangat penting bagi seorang supervisor konseling untuk memberikan bimbingan yang sesuai bagi konselor yang mereka supervisi.
L. Bab XI Tahapan Konseling dan Instrumen Supervisi dalam Pendekatan Behavior, Trait and Factor, serta RET
1. Konseling Behavior dan Supervisinya
Konseling behavior bertujuan mengubah perilaku melalui proses belajar. Prosesnya terdiri dari empat tahap:
 Assessment: Konselor mengidentifikasi perilaku yang akan diubah dan metode yang sesuai.
 Goal Setting: Konselor dan konseli menetapkan tujuan yang realistis, bermanfaat, dan diinginkan konseli.
 Technique Implementation: Setelah tujuan dirumuskan, konselor membantu konseli dengan strategi yang efektif. Teknik implementasi dievaluasi berdasarkan perubahan perilaku.
 Evaluasi dan Pengakhiran: Evaluasi dilakukan terus-menerus untuk menilai efektivitas teknik dan durasi intervensi sampai perilaku stabil.
2. Konseling Trait and Factor dan Supervisinya
Pendekatan ini fokus pada analisis rasional untuk memecahkan masalah klien.
Tahapannya:
 Analisis: Pengumpulan data tentang klien dan lingkungan menggunakan tes psikologis.
 Sintesis: Konselor mengintegrasikan data untuk pemahaman yang menyeluruh.
 Diagnosis: Konselor merumuskan masalah dan latar belakangnya, serta mengidentifikasi penyebab.
 Prognosis: Konselor memprediksi keberhasilan konseling berdasarkan upaya klien.
 Treatment: Meliputi penerapan metode untuk membantu klien, menafsirkan data, memberi saran, dan mendukung rencana kegiatan.
 Tindak Lanjut: Evaluasi efektivitas konseling melalui keberhasilan rencana dan revisi jika diperlukan.
3. Konseling RET dan Supervisinya
RET fokus pada perubahan pola pikir klien yang tidak rasional. Tahapannya:
 Langkah Pertama: Konselor membantu klien mengenali bahwa masalah emosionalnya disebabkan oleh pemikiran yang tidak logis.
 Langkah Kedua: Klien disadarkan bahwa tanggung jawab pemecahan masalah ada pada dirinya.
 Langkah Ketiga: Konselor mendorong klien menghilangkan pemikiran yang tidak rasional.
 Langkah Keempat: Konselor mengembangkan pemikiran realistis pada klien, menghindarkan pandangan yang tidak logis.
Setiap pendekatan memiliki tahapan sistematis yang disupervisi untuk memastikan konselor menerapkan teknik yang tepat dan evaluasi yang berkesinambungan terhadap efektivitas proses konseling.