• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menganalisis, Mengkritisi, dan Menyusun Program Bimbingan dan Konseling (BK) yang Efektif dan Efisien

N/A
N/A
Mohammad Abdillah

Academic year: 2024

Membagikan "Menganalisis, Mengkritisi, dan Menyusun Program Bimbingan dan Konseling (BK) yang Efektif dan Efisien"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Menganalisis, Mengkritisi, dan Menyusun Program Bimbingan dan Konseling (BK) yang Efektif dan Efisien". Makalah ini disusun sebagai bagian dari upaya untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai pentingnya program BK dalam mendukung perkembangan siswa di lingkungan pendidikan.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis struktur organisasi BK, mengkritisi program serta komponen yang ada, menjelaskan ciri- ciri program BK yang baik, dan memberikan panduan dalam menyusun program BK yang terencana selama satu tahun. Melalui makalah ini, kami berharap dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan BK di sekolah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Harapan kami, makalah ini dapat memberikan manfaat dan menjadi referensi yang berguna bagi pembaca, khususnya para pendidik, konselor, dan pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam proses penyusunan makalah ini.Terutama kepada Dosen Pembimbing kami, Dr.

Wafi ali Hajjaj S.Pd.I., M.Pd.I atas bimbingan dan arahannya.

Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu langkah kecil menuju peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Bondowoso, 26 November 2024

Penyusun

ii

(3)

DAFTAR ISI

Cover

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penulisan...2

BAB II...3

LANDASAN TEORI...3

2.1 Pengertian dan Fungsi Organisasi BK...3

2.2 Komponen dalam Program BK...3

2.3 Karakteristik Program BK yang Efektif dan Efisien...4

BAB III...6

PEMBAHASAN...6

3.1 Menganalisis Organisasi BK...6

A. Struktur Organisasi BK di Sekolah...6

B. Evaluasi Keefektifan Organisasi BK...7

3.2 Mengkritisi Program dan Komponen BK...7

A. Komponen Program Bimbingan dan Konseling...7

iii

(4)

B. Identifikasi Kelemahan dalam Pelaksanaan Program BK Saat Ini...9

C. Kritik terhadap Komponen yang Kurang Relevan...11

3.3 Ciri-Ciri Program BK yang Baik...12

3.4 Penyusunan Program BK Selama Satu Tahun ...15

A. Prosedur Penyusunan Program Tahunan dan Semesteran BK...15

B. Proses Pembuatan Program...16

C. Langkah-Langkah Penyusunan Program BK...17

D. Identifikasi Program... 18

E. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Rencana Program...18

F. Penjadwalan Rencana Program...19

BAB IV... 20

PENUTUP...20

4.1 Kesimpulan...20

4.2 Saran...21

DAFTAR PUSTAKA...22

iv

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling (BK) adalah bagian integral dari sistem pendidikan yang berfungsi untuk membantu siswa mengembangkan potensi mereka secara optimal, baik dalam aspek akademik, sosial, emosional, maupun karier. Di sekolah, BK memainkan peran strategis sebagai penghubung antara kebutuhan siswa dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter dan keterampilan hidup yang mumpuni. Dalam hal ini, keberadaan organisasi BK menjadi kunci utama untuk memastikan bahwa semua program BK dapat berjalan secara terstruktur dan terarah.1

Namun, pelaksanaan program BK di sekolah sering kali menghadapi berbagai kendala. Salah satunya adalah kurangnya evaluasi terhadap organisasi dan program BK itu sendiri. Struktur organisasi yang tidak jelas atau koordinasi yang lemah antara anggota tim BK sering menjadi penghambat efektivitas layanan yang diberikan. Selain itu, program BK yang kurang terencana, tidak berbasis kebutuhan siswa, atau hanya bersifat administratif sering kali membuat BK kehilangan esensi utamanya sebagai layanan yang memberikan dampak langsung kepada siswa.2

Di sisi lain, lingkungan pendidikan yang dinamis dan tantangan yang semakin kompleks memerlukan program BK yang responsif terhadap kebutuhan nyata siswa. Program yang dirancang harus tidak hanya mencakup kegiatan rutin, tetapi juga mampu beradaptasi dengan isu-isu aktual yang memengaruhi siswa, seperti tekanan akademik, masalah kesehatan mental, dan perkembangan teknologi.

1 Susanto, A. (2018). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Prenada Media.

2 Sunaryo, T. (2017). *Profesionalisme Konselor dalam Pendidikan*. Bandung: Alfabeta.

1

(6)

2

Oleh karena itu, penyusunan program BK yang efektif dan efisien, berbasis pada analisis kebutuhan siswa dan evaluasi program yang menyeluruh, menjadi kebutuhan yang tidak bisa diabaikan3

Dalam hal ini, penting untuk menganalisis organisasi BK secara mendalam untuk memahami sejauh mana struktur dan fungsinya mendukung tercapainya tujuan program. Selain itu, kritik terhadap program dan komponen BK yang ada juga perlu dilakukan sebagai upaya refleksi dan peningkatan kualitas. Dengan begitu, penyusunan program BK selama satu tahun dapat dirancang dengan lebih matang, berbasis prioritas, dan berorientasi pada kebutuhan siswa yang beragam.

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini berusaha menjawab beberapa pertanyaan berikut:

a. Bagaimana cara menganalisis organisasi BK?

b. Apa saja kritik yang dapat diberikan terhadap program dan komponen BK saat ini?

c. Apa ciri-ciri program BK yang baik?

d. Bagaimana menyusun program BK selama satu tahun?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah ini bertujuan untuk:

a. Menganalisis struktur dan fungsi organisasi BK di sekolah.

b. Mengkritisi program dan komponen BK yang ada.

c. Menjelaskan ciri-ciri program BK yang baik.

d. Menyusun program BK selama satu tahun yang efektif dan efisien.

Dengan pembahasan ini, diharapkan makalah dapat memberikan wawasan praktis dan teoretis bagi para pendidik, konselor, dan pihak terkait dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan BK di sekolah atau madrasah.

3 Prayitno, E. (2020). *Manajemen Program Bimbingan dan Konseling*. Malang: UMM Press.

(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian dan Fungsi Organisasi BK

Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan bagian penting dari sistem pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami, menerima, dan mengembangkan potensi diri mereka. Organisasi BK didefinisikan sebagai struktur yang dibentuk di sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi layanan BK. Susanto (2018) menyatakan bahwa organisasi BK adalah lembaga fungsional yang memiliki peran strategis dalam membantu siswa mengatasi masalah dan mengembangkan potensi mereka.4

Fungsi utama organisasi BK meliputi fungsi pencegahan, pengembangan, dan pemeliharaan. Fungsi pencegahan membantu siswa menghindari permasalahan yang dapat menghambat perkembangan mereka. Fungsi pengembangan berfokus pada memfasilitasi siswa dalam mengoptimalkan potensi diri, sedangkan fungsi pemeliharaan bertujuan memastikan kesejahteraan mental dan emosional siswa tetap terjaga.5 Dengan demikian, organisasi BK tidak hanya berfungsi sebagai penyedia layanan individual tetapi juga sebagai pendukung terciptanya lingkungan belajar yang kondusif.

2.2 Komponen dalam Program BK

Program BK terdiri atas beberapa komponen utama yang saling melengkapi dalam mencapai tujuan layanan. Menurut Prayitno (2020), komponen utama program BK meliputi:

1. Layanan Orientasi

Memberikan pengenalan kepada siswa tentang lingkungan baru, seperti sekolah atau kelas, untuk membantu ereka beradaptasi dengan baik.

2. Layanan Informasi

4Susanto, A. (2018). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Prenada Media.

5 Prayitno, E. (2020). Manajemen Program Bimbingan dan Konseling. Malang: UMM Press.

3

(8)

4

Bertujuan memberikan informasi yang relevan, seperti pilihan karier, program studi, atau kegiatan ekstra kurikuler, yang dapat membantu siswa dalam pengambilan keputusan.

3. Layanan Konseling

Berfokus pada membantu siswa menghadapi masalah personal, sosial, atau akademik melalui konseling individual atau kelompok.

4. Layanan Mediasi

Berfungsi sebagai sarana penyelesaian konflik antar siswa atau antara siswa dan pihak lain di sekolah dengan pendekatan yang damai dan saling menghormati.

5. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Membantu siswa menentukan posisi atau peran yang sesuai dengan potensi mereka, baik dalam lingkup pendidikan maupun karier.6

Komponen ini saling terintegrasi untuk menciptakan layanan BK yang komprehensif dan relevan dengan kebutuhan siswa.

2.3 Karakteristik Program BK yang Efektif dan Efisien

Program BK yang efektif dan efisien memiliki beberapa karakteristik utama. Susanto (2018) menjelaskan bahwa program BK yang baik harus memenuhi kriteria berikut:

1. Berbasis Kebutuhan Siswa

Program dirancang berdasarkan asesmen kebutuhan siswa sehingga setiap layanan yang diberikan memiliki dampak langsung pada permasalahan siswa.

2. Fleksibel dan Realistis

Program harus dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dinamis, serta memiliki tujuan yang ideal namun realistis dalam pelaksanaannya.

6 Sukardi. (2019). Peningkatan Layanan Bimbingan dan Konseling di Era Digital. Yogyakarta:

Kencana.

(9)

5

3. Berkesinambungan

Program dirancang untuk dilaksanakan secara berkelanjutan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Kolaboratif

Melibatkan berbagai pihak seperti guru, wali kelas, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan sinergi dalam pelaksanaan program.

5. Evaluatif

Selalu disertai dengan proses evaluasi untuk menilai efektivitas layanan yang telah diberikan dan memberikan masukan untuk perbaikan di masa depan.7

Program BK yang memiliki karakteristik tersebut mampu memenuhi kebutuhan siswa secara optimal, mendukung pencapaian tujuan pendidikan, serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan siswa.

7 Sunaryo, T. (2017). *Profesionalisme Konselor dalam Pendidikan*. Bandung: Alfabeta.

(10)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Menganalisis Organisasi BK

A. Struktur Organisasi BK di Sekolah

Organisasi BK di sekolah biasanya terdiri dari seorang koordinator BK, guru BK, dan staf pendukung. Koordinator BK bertanggung jawab dalam mengelola dan memimpin seluruh program BK, termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Guru BK menjalankan layanan secara langsung kepada siswa, baik dalam bentuk konseling individual maupun kelompok. Sementara itu, staf pendukung membantu tugas administratif dan pengelolaan data.8

Peran dan Tanggung Jawab Masing-Masing Anggota Tim BK 1. Koordinator BK

 Memimpin perencanaan program BK.

 Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan layanan BK.

 Berkoordinasi dengan kepala sekolah dan guru lainnya.

2. Guru BK

 Memberikan layanan konseling dan bimbingan sesuai kebutuhan siswa.

 Melakukan asesmen terhadap siswa untuk memahami kebutuhan mereka.

 Menyusun laporan perkembangan siswa yang dibimbing.

3. Staf Pendukung BK

 Mengelola data siswa terkait BK.

 Membantu dalam pelaksanaan kegiatan BK, seperti seminar atau pelatihan.

B. Evaluasi Keefektifan Organisasi BK

8 Prayitno, E. (2020). Manajemen Program Bimbingan dan Konseling. Malang: UMM Press.

6

(11)

7

Keefektifan organisasi BK dapat diukur melalui tiga aspek:

1. Struktur.

Apakah struktur organisasi mendukung pelaksanaan program BK yang komprehensif?

2. Fungsi

Apakah peran masing-masing anggota tim BK berjalan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya?

3. Hasil

Sejauh mana program BK membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal?

3.2 Mengkritisi Program dan Komponen BK

A. Komponen Program Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan dan konseling (BK) terdiri atas empat komponen utama, yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan peminatan dan perencanaan individual, serta dukungan sistem. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing komponen : 9

1. Layanan Dasar

Layanan dasar bertujuan untuk membantu semua siswa atau konseli dalam mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan di bidang pribadi, sosial, akademik, serta karir yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Layanan ini menjadi inti pendekatan pengembangan, mencakup pemahaman diri, orang lain, pengembangan pembelajaran, serta perencanaan dan eksplorasi karir.

Pada tingkat sekolah dasar, layanan dasar dilakukan melalui bimbingan kelompok, bimbingan klasikal, serta lintas kelas. Selain itu, media seperti papan informasi, leaflet, dan alat bantu inovatif lainnya juga digunakan untuk mendukung layanan ini.

2. Layanan Responsif

9 https://id.scribd.com/document/460380591/KOMPONEN-PROGRAM

(12)

8

Layanan responsif dirancang untuk menangani kebutuhan atau masalah jangka pendek yang dihadapi siswa atau konseli. Masalah tersebut dapat berasal dari aspek pribadi, sosial, akademik, atau karir.

Bentuk layanan responsif meliputi konseling individual, konseling kelompok, konsultasi, konferensi kasus, rujukan, dan advokasi.

Media elektronik dan kotak masalah juga dimanfaatkan untuk mendukung layanan ini. Salah satu fokus layanan responsif adalah advokasi, yang bertujuan untuk memastikan setiap siswa memiliki kesempatan yang setara dalam menyelesaikan tugas perkembangan mereka. Konselor diharapkan dapat membantu siswa yang menghadapi hambatan karena berbagai faktor, seperti disabilitas, gender, etnis, bahasa, status sosial ekonomi, atau pengaruh keluarga, agar mereka memperoleh perlakuan yang adil selama menjalani pendidikan.

3. Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual

Layanan ini membantu siswa atau konseli merancang dan mengimplementasikan rencana dalam aspek pribadi, sosial, akademik, dan karir mereka. Tujuannya adalah agar siswa mampu memantau dan memahami pertumbuhan mereka serta mengambil langkah proaktif berdasarkan informasi tersebut.

Rencana yang dibuat oleh siswa akan diperbarui secara berkala dan didokumentasikan, misalnya dalam bentuk profil grafik. Layanan ini melibatkan berbagai aktivitas, seperti bimbingan klasikal, konseling individual, konseling kelompok, bimbingan lintas kelas, konsultasi, dan kolaborasi.

Di perguruan tinggi, layanan peminatan ini sering terintegrasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Pemilihan UKM mencerminkan minat siswa pada bidang tertentu. Konselor dapat memberikan panduan tentang perencanaan pribadi, akademik, atau karir dalam proses seleksi UKM.

4. Dukungan Sistem

(13)

9

Dukungan sistem meliputi berbagai kegiatan manajerial, infrastruktur, dan pengembangan profesional konselor yang secara tidak langsung mendukung siswa. Beberapa aktivitas dalam dukungan sistem meliputi:

a. Administrasi:

b. Pelaksanaan dan tindak lanjut asesmen.

c. Kunjungan rumah.

d. Penyusunan program BK dan pelaporannya.

e. Evaluasi dan dokumentasi administrasi.

f. Pengembangan Profesional:

g. Melalui pelatihan dan lokakarya yang meningkatkan kompetensi konselor.

h. Mendukung konselor agar lebih profesional dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Dengan pengelolaan yang baik, dukungan sistem menjadi komponen penting yang memastikan layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan secara efektif dan efisien, serta mendukung perkembangan siswa secara optimal.

B. Identifikasi Kelemahan dalam Pelaksanaan Program BK Saat Ini Program bimbingan dan konseling (BK) memiliki peran penting dalam membantu perkembangan siswa. Namun, dalam pelaksanaannya sering kali ditemukan beberapa kelemahan yang menghambat tercapainya tujuan program. Berikut penjabaran atas kelemahan yang umum terjadi:

4. Kurangnya Pemetaan Kebutuhan Siswa Secara Menyeluruh

Salah satu kelemahan utama adalah tidak adanya asesmen yang komprehensif terhadap kebutuhan siswa. Guru BK sering kali hanya mengandalkan data umum tanpa memperhatikan perbedaan individu, seperti latar belakang keluarga, kemampuan akademik, dan minat

(14)

10

karier. Akibatnya, program yang dirancang tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan nyata siswa. 10

Contohnya siswa dengan masalah emosional mungkin tidak mendapatkan intervensi yang tepat karena kurangnya data spesifik terkait kondisi mereka. Solusi yang bisa dilakukan dengan melaksanakan asesmen rutin dengan metode yang beragam, seperti wawancara, observasi, atau kuesioner yang dirancang khusus.

5. Program yang Bersifat Monoton dan Tidak Relevan dengan Kebutuhan Siswa

Banyak program BK yang bersifat generik dan diulang-ulang setiap tahun tanpa ada inovasi atau penyesuaian terhadap kebutuhan siswa saat ini. Hal ini menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang termotivasi untuk terlibat dalam program tersebut.11

Contohnya, kegiatan bimbingan klasikal yang membahas tema sama setiap tahun, seperti "motivasi belajar," tanpa ada pembaruan materi. Sehingga perlu mengembangkan program yang lebih kreatif dan interaktif, seperti menggunakan teknologi digital, studi kasus, atau simulasi. Melibatkan siswa dalam perencanaan program juga dapat meningkatkan relevansi.

6. Minimnya Koordinasi antara Guru BK dengan Pihak Lain di Sekolah Kelemahan lain adalah rendahnya tingkat kolaborasi antara guru BK dengan guru mata pelajaran, wali kelas, dan pihak manajemen sekolah. Padahal, koordinasi yang baik sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan program BK.12

Misal Guru mata pelajaran tidak dilibatkan dalam pembahasan masalah belajar siswa, sehingga strategi yang diterapkan oleh guru BK tidak sejalan dengan pendekatan pengajaran di kelas. Solusinya ialah

10 Hidayat, M. A. (2019). Asesmen dalam Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Deepublish

11Sudjana, N. (2020). Evaluasi Program BK. Bandung: Alfabeta.

12 Hakim, L. (2017). Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

(15)

11

membentuk tim kerja lintas fungsi di sekolah yang terdiri dari guru BK, guru mata pelajaran, dan wali kelas untuk menyelaraskan program.

Pertemuan rutin antar-stakeholder juga dapat meningkatkan sinergi.

C. Kritik terhadap Komponen yang Kurang Relevan

Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling (BK), sering kali ditemukan komponen yang tidak relevan dengan kebutuhan aktual siswa.

Ketidaksesuaian ini dapat mengurangi efektivitas program dan menimbulkan kesenjangan antara tujuan layanan dengan hasil yang diharapkan. Berikut adalah kritik terhadap beberapa komponen yang kurang relevan:

1. Fokus Layanan Konseling yang Terbatas pada Siswa Bermasalah Program BK sering kali lebih menitikberatkan pada penanganan masalah siswa daripada pengembangan potensi mereka. Hal ini menyebabkan layanan konseling terkesan hanya untuk siswa dengan masalah serius, sedangkan siswa lain yang mungkin membutuhkan bimbingan tidak terlayani.13

a. Contoh : Konselor hanya memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar atau konflik sosial, sementara siswa yang membutuhkan arahan pengembangan karir atau peningkatan keterampilan tidak mendapatkan bimbingan.

b. Dampak : Potensi siswa yang seharusnya dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi terabaikan, dan program BK kehilangan kesempatan untuk memberikan dampak menyeluruh pada perkembangan siswa.

c. Saran Perbaikan :

 Memperluas cakupan layanan konseling untuk mencakup pengembangan bakat, minat, dan potensi siswa di berbagai bidang.

13 Winkel, W. S. (2021). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Media Abadi.

(16)

12

 Mengintegrasikan layanan konseling dengan program peminatan dan kegiatan ekstrakurikuler untuk mendukung pengembangan diri siswa secara optimal.

2. Layanan yang Tidak Adaptif terhadap Perkembangan Teknologi dan Kebutuhan Modern

Beberapa layanan BK masih menggunakan pendekatan tradisional yang kurang menarik bagi siswa di era digital. Misalnya, layanan bimbingan klasikal dengan ceramah panjang tanpa menggunakan media interaktif atau digital. 14

a. Contoh: Siswa lebih memilih mencari informasi melalui internet atau media sosial daripada mendengarkan paparan yang disampaikan konselor secara konvensional.

b. Dampak:Layanan BK menjadi kurang relevan dan tidak menarik perhatian siswa, sehingga informasi atau bimbingan yang diberikan kurang efektif.

c. Saran Perbaikan:

 Memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi bimbingan, portal online, atau platform komunikasi digital, untuk menyampaikan layanan BK yang lebih menarik dan mudah diakses.

 Mengintegrasikan media sosial sebagai alat untuk memberikan informasi bimbingan secara efektif.

3.3 Ciri-Ciri Program BK yang Baik

Ciri-ciri program bimbingan dan konseling (BK) yang efektif dan efisien itu sendiri ada beberapa dan disebutkan dalam bukunya Susanto (2018: 7) antara lain yaitu : 15

14 Hakim, L. (2017). *Teknologi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling*. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

15Susanto, Ahmad. 2018. Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Konsep, Teori, dan Aplikasinya.

Jakarta: Prenadamedia

(17)

13

1. Berdasarkan Kebutuhan Nyata Siswa

Program BK yang efektif dirancang berdasarkan kebutuhan nyata siswa, baik kebutuhan kolektif maupun individu. Hal ini mensyaratkan adanya asesmen mendalam oleh guru BK atau konselor untuk memahami permasalahan, potensi, dan kebutuhan siswa. Contohnya, jika mayoritas siswa menghadapi stres akibat tekanan akademik, program harus dirancang untuk membantu siswa mengelola stres.

2. Disusun Berdasarkan Skala Prioritas

Kegiatan BK disusun dengan mempertimbangkan tingkat urgensi dan pentingnya kebutuhan siswa. Kasus yang memerlukan perhatian khusus, seperti masalah bullying atau gangguan emosional, harus diprioritaskan. Namun, program-program lain yang mendukung pengembangan siswa secara keseluruhan tetap harus berjalan sesuai jadwal.

3. Pengembangan Bertahap dengan Melibatkan Semua Tenaga Pendidikan Penyusunan program tidak dilakukan secara instan, melainkan melalui proses bertahap dengan partisipasi aktif dari berbagai pihak di sekolah, termasuk guru mata pelajaran, wali kelas, dan tenaga pendidikan lainnya. Hal ini penting untuk menciptakan sinergi dan keselarasan dalam penerapan program.

4. Tujuan yang Ideal dan Realistis

Program BK dirancang dengan tujuan yang tinggi, seperti membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka. Namun, tujuan tersebut harus tetap realistis dengan mempertimbangkan sumber daya dan waktu yang tersedia.

5. Komunikasi yang Berkesinambungan

Efektivitas program BK sangat bergantung pada komunikasi yang baik antara semua pihak yang terlibat, termasuk konselor, guru, siswa, dan orang tua. Dengan komunikasi yang lancar, koordinasi dalam pelaksanaan program dapat terjamin.

(18)

14

6. Penyediaan Fasilitas yang Memadai

Program BK memerlukan fasilitas yang mendukung, seperti ruang konseling yang nyaman, materi pembelajaran, dan akses ke teknologi.

Fasilitas ini membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa.

7. Disesuaikan dengan Program Pendidikan

Penyusunan program BK harus selaras dengan kurikulum dan kebijakan pendidikan di lingkungan sekolah. Hal ini memastikan program BK mendukung tujuan pendidikan secara keseluruhan.

8. Pelayanan untuk Semua Siswa

Program BK harus inklusif, memberikan pelayanan kepada semua siswa tanpa diskriminasi. Setiap siswa, terlepas dari latar belakang atau kemampuan, harus mendapatkan akses yang sama terhadap layanan BK.

9. Memadukan Sekolah dan Masyarakat

Program BK yang baik juga berperan sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat, seperti orang tua, lembaga pemerintah, dan organisasi sosial. Hal ini memperluas dukungan bagi siswa di luar lingkungan sekolah.

10. Evaluasi Berkelanjutan

Program BK harus disertai dengan proses evaluasi yang teratur.

Evaluasi ini mencakup penilaian terhadap efektivitas program, kemajuan siswa, dan kinerja petugas BK. Hasil evaluasi digunakan untuk mengembangkan program lebih lanjut.

(19)

15

3.4 Penyusunan Program BK Selama Satu Tahun 16

A. Prosedur Penyusunan Program Tahunan dan Semesteran BK

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling (BK) yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan siswa memerlukan sistem pengelolaan yang terorganisir dengan baik. Tanpa adanya manajemen yang jelas, program BK tidak akan dapat berjalan dengan efektif. Penyusunan program BK merupakan langkah penting yang akan menentukan keberhasilan pelaksanaan layanan tersebut di sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, program BK harus disusun berdasarkan masalah dan kebutuhan siswa untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan, yaitu perkembangan siswa secara holistik.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan program BK:

a. Studi Kelayakan

Studi kelayakan adalah langkah pertama dalam menentukan alasan-alasan mengapa program BK diperlukan. Hal ini juga mencakup analisis untuk memilih program yang paling layak untuk dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, program yang disusun dapat memberikan manfaat maksimal.

b. Penyediaan Sarana Fisik dan Teknik

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program BK, diperlukan sarana fisik dan teknis yang memadai. Sarana fisik meliputi ruang kerja konselor, peralatan administrasi, ruang konsultasi, serta perlengkapan lainnya. Sarana teknis seperti alat asesmen, tes baku, angket, dan format evaluasi juga penting untuk mendukung pelaksanaan layanan bimbingan.

c. Penentuan Personil dan Pembagian Tugas

Penyusunan program BK juga melibatkan penentuan personil yang terlibat dalam program tersebut. Setiap individu perlu diberi tugas yang jelas sesuai dengan peran mereka dalam layanan BK. Pembagian tugas yang efektif

16 https://www.scribd.com/document/425927925/Penyusunan-Program-Tahunan-Semesteran-Bk

(20)

16

akan memastikan bahwa program dapat dilaksanakan secara terstruktur dan efisien.

d. Kegiatan-Kegiatan Penunjang

Perencanaan program BK juga melibatkan kegiatan pendukung, seperti pertemuan antara komponen-komponen yang terlibat dalam program untuk membahas dan merencanakan detail implementasi program. Kegiatan ini akan memastikan bahwa setiap elemen dalam program memiliki pemahaman yang sama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

B. Proses Pembuatan Program

Dalam penyusunan program BK, beberapa langkah yang harus diperhatikan adalah:

NO LANGKAH KETERANGAN

1 Berdasarkan Fakta yang Objektif dan Rasional

Program harus didasarkan pada data dan fakta yang objektif terkait dengan kebutuhan siswa.

2 Menetapkan Sasaran yang Jelas

Sasaran dari program BK harus ditentukan dengan jelas agar kegiatan yang dilakukan memiliki arah yang jelas dan terukur.

3 Menggunakan Pendekatan 5W + H

Penentuan program harus melibatkan pertanyaan dasar seperti: Apa yang akan dilakukan? Mengapa program ini dibutuhkan? Siapa yang terlibat? Di mana kegiatan akan dilakukan? Kapan

dilaksanakan? Bagaimana cara

(21)

17

melaksanakannya?

4 Mempertimbangkan Kebijakan Organisasi

Penyusunan program harus sejalan dengan kebijakan yang berlaku di sekolah atau

lembaga pendidikan terkait.

5 Integrasi Kegiatan Setiap kegiatan dalam program harus saling berhubungan dan mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

6 Fleksibilitas Program Program harus tetap dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lapangan, baik itu perubahan dalam kebutuhan siswa atau dalam kebijakan pendidikan.

7 Mudah Dipahami oleh Pelaksana

Rencana program harus disusun dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya.

C. Langkah-Langkah Penyusunan Program BK

Penyusunan program BK umumnya melibatkan empat langkah utama:

1. Identifikasi Kebutuhan

Program BK yang efektif harus didasarkan pada kebutuhan aktual siswa.

Kebutuhan ini mencakup berbagai aspek, seperti pengembangan diri, harga diri, kebutuhan sosial, keamanan, serta kebutuhan fisiologis siswa.

Menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan ini menjadi langkah pertama dalam penyusunan program.

(22)

18

2. Penyusunan Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan BK disusun berdasarkan prioritas kebutuhan siswa.

Setiap kegiatan perlu direncanakan secara spesifik dan realistis, dengan mempertimbangkan keterkaitan antar kegiatan yang satu dengan yang lainnya.

3. Pelaksanaan Kegiatan

Setelah rencana disusun, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan. Kegiatan BK yang telah direncanakan harus direalisasikan dengan baik. Proses pelaksanaan ini dapat dipantau menggunakan format monitoring yang berguna untuk mencatat perkembangan setiap kegiatan.

4. Penilaian Kegiatan

Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Hasil penilaian memberikan gambaran tentang pencapaian tujuan program dan dapat dijadikan bahan untuk perbaikan atau tindak lanjut kegiatan selanjutnya.

D. Identifikasi Program

Dalam menyusun program BK, setiap bidang kegiatan perlu diidentifikasi dengan jelas. Ini meliputi:

 Bidang Kegiatan : Pendidikan dan Penalaran

 Jenis Kegiatan : Pendidikan dan Penalaran

 Sub-jenis Kegiatan : Diklat, Seminar, Lokakarya, dan lainnya

 Bentuk Kegiatan : Sesi bimbingan, pelatihan, atau diskusi kelompok

E. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Rencana Program

(23)

19

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana program BK adalah:

1. Menetapkan Sasaran

Sasaran program harus jelas dan terukur untuk memastikan hasil yang diinginkan tercapai.

2. Mengumpulkan Data dan Informasi

Data yang relevan dengan kebutuhan siswa perlu dikumpulkan untuk mendukung perencanaan program.

3. Analisis Data dan Informasi

Data yang dikumpulkan harus dianalisis untuk menentukan prioritas kegiatan yang harus dilakukan.

4. Identifikasi Penghambat dan Penunjang

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program, baik yang menghambat maupun yang mendukung, harus diidentifikasi.

5. Menyusun Alternatif Program

Beberapa alternatif program harus dipertimbangkan, dan yang terbaik harus dipilih untuk dilaksanakan.

6. Rencana Program yang Terperinci

Rencana program harus mencakup waktu pelaksanaan, pendanaan, dan mekanisme evaluasi.

F. Penjadwalan Rencana Program

Penjadwalan adalah aspek penting dalam perencanaan program. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penjadwalan program adalah:

Identifikasi Semua Kegiatan yang Direncanakan

Semua kegiatan yang akan dilakukan harus diidentifikasi dengan jelas.

Prioritaskan Kegiatan

Kegiatan yang paling mendesak atau penting harus diprioritaskan.

Tentukan Waktu Pelaksanaan

Setiap kegiatan harus memiliki waktu pelaksanaan yang jelas dan sesuai dengan jadwal akademik atau anggaran.

Evaluasi Jadwal yang Disusun

(24)

20

Penjadwalan harus dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa semua kegiatan berjalan sesuai dengan rencana.

(25)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa organisasi Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan siswa secara holistik. Struktur organisasi BK yang terdiri dari koordinator BK, guru BK, dan staf pendukung berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi layanan BK. Keefektifan organisasi BK dapat diukur melalui aspek struktur, fungsi, dan hasil, yang menunjukkan sejauh mana program BK mendukung perkembangan siswa.

Program BK yang baik harus berbasis pada kebutuhan nyata siswa, disusun berdasarkan skala prioritas, dan melibatkan semua tenaga pendidik. Namun, ditemukan beberapa kelemahan dalam pelaksanaan program BK, seperti kurangnya pemetaan kebutuhan siswa secara menyeluruh, program yang monoton, dan rendahnya koordinasi antar pihak terkait. Selain itu, beberapa komponen program, seperti layanan konseling yang hanya fokus pada siswa bermasalah, perlu diperbaiki agar lebih inklusif dan relevan dengan perkembangan zaman, seperti memanfaatkan teknologi untuk memperkaya layanan.

Ciri-ciri program BK yang baik meliputi pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan siswa, tujuan yang realistis, serta fasilitas yang memadai.

Penyusunan program BK juga memerlukan perencanaan yang matang, mulai dari studi kelayakan, penentuan personel, hingga kegiatan penunjang untuk memastikan pelaksanaan program berjalan efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

21

(26)

22

4.2 Saran

Berdasarkan analisis di atas, terdapat beberapa rekomendasi untuk pengembangan organisasi dan program BK di sekolah agar lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa:

1. Pemetaan Kebutuhan Siswa

Lakukan asesmen menyeluruh dengan berbagai metode (wawancara, observasi, kuesioner) agar program BK lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.

2. Inovasi Program BK

Untuk menghindari kebosanan siswa, perbarui bentuk dan materi program dengan teknologi seperti aplikasi konseling atau portal online.

3. Peningkatan KoordinasPerkuat koordinasi antara guru BK, guru mata pelajaran, wali kelas, dan manajemen sekolah untuk memastikan sinergi yang lebih baik.

4. Program yang Fleksibel dan Adaptif

Rancang program BK yang fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan siswa dan perkembangan teknologi, termasuk mengintegrasikan kegiatan ekstrakurikuler yang lebih bervariasi.

5. Evaluasi dan Pengembangan Profesionalisme

Lakukan evaluasi berkala untuk menilai efektivitas program dan tingkatkan kompetensi guru BK melalui pelatihan atau lokakarya.

6. Peningkatan Fasilitas

Pastikan fasilitas pendukung seperti ruang konseling yang nyaman dan akses teknologi yang memadai untuk meningkatkan efektivitas program BK.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan organisasi dan program BK dapat berkembang lebih baik, memberikan dampak positif bagi perkembangan siswa, dan mendukung tercapainya tujuan pendidikan secara lebih holistik dan inklusif.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, M. A. (2019). Asesmen dalam Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta:

Deepublish.

Suryabrata, S. (2018). Metodologi Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rajawali Press.

Sudjana, N. (2020). Evaluasi Program BK. Bandung: Alfabeta.

Hakim, L. (2017). Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Winkel, W. S. (2021). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Media Abadi.

Hakim, L. (2017). Teknologi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Susanto, Ahmad. 2018. Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Konsep, Teori, dan Aplikasinya. Jakarta: Prenadamedia

https://www.scribd.com/document/425927925/Penyusunan-Program-Tahunan- Semesteran-Bk

23

Referensi

Dokumen terkait

PEMBAGIAN TUGAS BIMBINGAN KONSELING TAHUN PELAJARAN 2010-2011N. o Nama Tugas BK

Peranan komunikasi antarpribadi guru Bimbingan Konseling (BK) terhadap ketaatan siswa kelas VIII SMPN 19 Bandar Lampung, terlihat dari upaya guru bimbingan dan konseling

Guru BK melakukan Need assessment terhadap siswa Wawancara, angket, studi dokumen Guru BK, kepsek Tujuan bimbingan klasikal dalam program BK Wawancara, angket, studi dokumen

Tujuan penelitian adalah 1) menentukan komitmen mahasiswa sebagai guru bimbingan dan konseling (BK); 2) menentukan persepsi mahasiswa terhadap pekerjaan sebagai guru

Dokumen ini berisi laporan layanan bimbingan konseling yang diterapkan oleh BK bidang di SD GMIM 1 Langowan Timur untuk siswa kelas 3 hingga kelas

Dokumen ini membahas tentang proses pengidentifikasi kebutuhan dan penyusunan instrumen untuk mengetahui kebutuhan siswa dalam program Bimbingan dan

Rencana Kegiatan Bimbingan dan Konseling Program Umum untuk memfasilitasi perkembangan individu secara optimal melalui pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan keberfungsian individu dalam

Makalah ini membahas tentang hakikat kelompok dan dinamika kelompok dalam konteks pendidikan dan bimbingan konseling di Universitas Ahmad