PROPOSAL PENELITIAN
Evaluasi Kondisi Jembatan menggunakan Metode Bridge Menejemen Sistem (BMS) di Jl. Orinunggu-Jl. Dewi Sartika, Kota. Kendaari
DISUSUN OLEH:
JUDIL VERON JUSTIN (P3A1 20 023)
PROGRAM STUDI DIII-TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALUOLEO
TAHUN 2025
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 2
DAFTAR ISI ... 3
BAB I ... 7
LATAR BELAKANG ... 7
1.1 Belakang ... 7
1.2 Rumusan masalah ... 8
1.3 T`ujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Batasan Penelitian ... 9
1.6 Sistematika Penulisan ... 10
BAB II ... 12
TINJAUAN PUSTAKA... 12
2.1 Penelitian Terdahulu ... 12
2.2 Pengertian Jembatan ... 14
2.3 Klasifikasi Jembatan ... 14
2.4 Struktur Jembatan ... 15
2.4.1 Struktur Atas ... 16
2.4.2 Struktur Bawah... 17
2.5 Pengumpulan data Jembatan ... 18
2.5.1 Penomoran Komponen dan Elemen Jembatan ... 18
2.5.2 Lokasi Komponen dan Elemen Utama ... 19
2.6 Hirarki dan Kode Elemen Jembatan ... 20
2.8. Pemeriksaan Investarisi ... 21
2.9 Pemeriksaan Detail ... 23
2.10 Pemeriksaan Rutin ... 23
2.11 Pemeriksaan Khusus ... 24
2.12 Kode Kerusakan Bahan dan Elemen Jembatan ... 24
2.13 Sistem Penilaian Kondisi Jembatan... 30
2.14 Prediksi Sisa Umur Jembatan ... 31
2.15 Bright Management System (BMS) ... 33
BAB III... 34
METODOLOGI PENELITIAN ... 34
3.1 Jenis Penelitian ... 34
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
3.3 Data dan Sumber Data ... 35
3.3.1 Data Primer ... 35
3.3.2 Data Sekunder ... 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.4.1 Observasi Lapangan ... 36
3.4.2 Pengukuran dan Pemetaan Dimensi Struktur ... 37
3.4.3 Dokumentasi ... 37
3.5 Metode Evaluasi Kondisi Jembatan (BMS) ... 37
3.6 Analisa Data ... 38
3.7 Bagan Alir Penelitian ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
LAMPIRAN ... 43
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Belakang
Jembatan merupakan bagian integral dari sistem jaringan jalan yang memiliki fungsi vital sebagai penghubung antara dua wilayah yang terpisah oleh rintangan alam seperti sungai, lembah, maupun saluran irigasi. Keberadaan jembatan memungkinkan aktivitas ekonomi, sosial, dan mobilitas masyarakat berjalan secara efisien dan berkelanjutan. Namun demikian, seiring waktu, struktur jembatan mengalami degradasi kondisi akibat beban lalu lintas yang terus meningkat, faktor cuaca, serta kurangnya perawatan berkala. Kondisi ini dapat menimbulkan potensi kerusakan struktural yang berdampak pada penurunan fungsi jembatan, bahkan berisiko terhadap keselamatan pengguna jalan.
Di Indonesia, banyak jembatan yang dibangun sejak beberapa dekade lalu kini mengalami penurunan kinerja karena umur struktur yang sudah melewati usia rancang dan tidak diimbangi dengan program pemeliharaan yang memadai. Data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menunjukkan bahwa lebih dari 40% jembatan di Indonesia berstatus memerlukan perbaikan atau rehabilitasi dalam berbagai tingkat keparahan (PUPR, 2021).
Salah satu metode yang digunakan dalam menilai dan mengelola kondisi jembatan secara sistematis adalah Bridge Management System (BMS). BMS merupakan sistem manajemen berbasis data yang bertujuan untuk memantau kondisi jembatan, mengevaluasi tingkat kerusakan, serta memberikan rekomendasi pemeliharaan dan rehabilitasi secara terstruktur (Nasution & Siregar, 2020).
Metode ini menjadi dasar pengambilan keputusan teknis dan anggaran dalam pengelolaan jembatan oleh instansi pemerintah maupun pengelola infrastruktur.
Di Kota Kendari, ruas jalan Jl. Orinunggu – Jl. Dewi Sartika merupakan salah satu jalur penting yang banyak dilalui kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun angkutan barang. Jembatan pada ruas ini memiliki peran krusial dalam mendukung aktivitas masyarakat setempat. Namun, berdasarkan observasi awal di lapangan, jembatan pada ruas ini menunjukkan indikasi kerusakan ringan hingga
sedang, seperti retak rambut, pelapukan pada permukaan beton, dan potensi deformasi pada struktur. Jika tidak segera dievaluasi dan ditangani, kerusakan ini dapat berkembang lebih parah dan mengancam keselamatan pengguna jalan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi jembatan dengan menggunakan metode Bridge Management System (BMS). Evaluasi ini bertujuan tidak hanya untuk mengetahui kondisi aktual jembatan, tetapi juga untuk merencanakan tindakan pengamanan dan penanganan yang tepat berdasarkan tingkat kerusakan yang ada. Dengan adanya hasil evaluasi ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi instansi terkait dalam melakukan perencanaan program pemeliharaan yang efektif dan efisien, guna menjaga keberlanjutan fungsi jembatan dan keselamatan masyarakat.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi jembatan pada ruas jalan Jl. Orinunggu – Jl. Dewi Sartika di Kota Kendari berdasarkan hasil evaluasi menggunakan metode Bridge Management System (BMS)?
2. Bagaimana perencanaan pengamanan terhadap jembatan yang mengalami kerusakan berdasarkan hasil evaluasi kondisi?
3. Begaimana analisis biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan jembatan?
1.3 T`ujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi jembatan pada ruas jalan Jl. Orinunggu – Jl.
Dewi Sartika di Kota Kendari melalui evaluasi menggunakan metode Bridge Management System (BMS).
2. Untuk merencanakan tindakan pengamanan terhadap jembatan yang mengalami kerusakan berdasarkan hasil evaluasi kondisi.
3. Mengetahui biaya yang akan diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan Jembatan ?
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat setelah di lakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang teknik sipil, khususnya dalam penerapan metode Bridge Management System (BMS) untuk evaluasi kondisi jembatan.
2. Menambah wawasan tentang teknik penilaian kondisi jembatan dengan pendekatan berbasis data dan sistematis.
3. Menyediakan informasi yang berguna bagi instansi terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Kendari, dalam membuat keputusan yang tepat untuk pemeliharaan, perbaikan, atau penggantian jembatan yang mengalami kerusakan.
4. Memberikan rekomendasi pengamanan atau rehabilitasi yang dapat membantu mengurangi risiko kecelakaan yang disebabkan oleh kerusakan jembatan.
5. Sebagai referensi bagi penelitian berikutnya yang menggunakan metode BMS dalam mengevaluasi jembatan di wilayah yang berbeda atau pada elemen infrastruktur lainnya.
6. Menjadi dasar bagi studi lanjutan mengenai perencanaan pengamanan infrastruktur jalan dan jembatan di wilayah perkotaan.
1.5 Batasan Penelitian
Adapun batasan dalam penelitian ini agar pembahasan tidak meluas dan tetap fokus pada tujuan serta rumusan masalah yang telah ditetapkan, adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya akan membahas evaluasi kondisi jembatan pada ruas jalan Jl. Orinunggu – Jl. Dewi Sartika, Kota Kendari, dan tidak mencakup ruas jalan atau jembatan lainnya di wilayah tersebut.
2 Evaluasi kondisi jembatan hanya dilakukan berdasarkan parameter yang terdapat dalam metode Bridge Management System (BMS), yang mencakup penilaian terhadap elemen-elemen struktural jembatan, seperti lantai, gelagar, penopang, dan pondasi.
3 Penelitian ini terbatas pada identifikasi kerusakan struktural yang terjadi pada jembatan, dan tidak mencakup analisis terhadap faktor-faktor non- struktural seperti kepadatan lalu lintas atau faktor lingkungan eksternal lainnya.
4 Pengamanan atau tindakan rehabilitasi yang direncanakan dalam penelitian ini hanya berdasarkan hasil evaluasi kondisi jembatan dan tidak mencakup perencanaan pembangunan jembatan baru atau penggantian total jembatan.
5 Penelitian ini tidak mencakup analisis biaya yang terlibat dalam pemeliharaan atau rehabilitasi jembatan, fokus utama adalah pada evaluasi kondisi dan rekomendasi pengamanan.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun penelitian ini disusun dalam lima bab utama dengan uraian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini memberikan gambaran umum mengenai arah dan ruang lingkup penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Memuat kajian teori-teori yang mendasari penelitian, studi terdahulu yang relevan, serta penjelasan mengenai konsep Bridge Management System (BMS) dan evaluasi kondisi jembatan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, lokasi serta waktu pelaksanaan, metode pengumpulan data, dan teknik analisis yang diterapkan sesuai metode BMS.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Menyajikan data hasil evaluasi kondisi jembatan berdasarkan pengamatan di lapangan dan metode BMS, serta analisis terhadap kerusakan dan usulan pengamanannya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi rangkuman hasil penelitian dan saran yang dapat diberikan untuk pihak terkait serta sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
1. “Evaluasi dan Program Pemeliharaan Jembatan dengan Metode Bridge Management System (BMS) (Studi Kasus: Empat Jembatan Provinsi D.I. Yogyakarta)”, Penelitian ini dilakukan pada empat jembatan provinsi di D.I.
Yogyakarta, yaitu Jembatan Srandakan, Kebon Agung, Glagah, dan Tinalah.
Tujuan utama penelitian tersebut adalah untuk mengevaluasi kondisi fisik jembatan berdasarkan sistem manajemen jembatan (BMS) dan menentukan strategi penanganan yang tepat, baik berupa pemeliharaan, rehabilitasi, maupun penggantian, serta menyusun skala prioritas berdasarkan hasil evaluasi teknis dan ekonomi. Penilaian kondisi dilakukan melalui pemeriksaan visual dengan menggunakan lima parameter, yaitu struktur (S), tingkat kerusakan (R), kuantitas kerusakan (K), fungsi elemen (F), dan pengaruh terhadap elemen lain (P). Nilai kondisi jembatan ditentukan berdasarkan skor kumulatif dari lima parameter tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jembatan Srandakan berada dalam kondisi kritis (nilai kondisi 4) dan direkomendasikan untuk penggantian dengan prioritas tertinggi. Sementara itu, Jembatan Kebon Agung, Glagah, dan Tinalah berada dalam kategori rusak berat (nilai kondisi 3) dan direkomendasikan untuk direhabilitasi dengan prioritas masing-masing 16, 23, dan 36 dari total 48 jembatan yang dianalisis. Penelitian ini membuktikan bahwa metode BMS sangat efektif dalam mengevaluasi kondisi jembatan secara sistematis dan objektif, serta dapat menjadi alat bantu penting dalam perencanaan program pemeliharaan jembatan yang berkelanjutan. (Kondisi & Lama, 1915)
2. “Evaluasi Kerusakan Jembatan Menggunakan Metode Bridge Management System (BMS) – Studi Kasus: Jembatan Bengkalis”, Penelitian yang dilakukan oleh Benget Rio Sanses Simanjunta, dkk bertujuan untuk mengevaluasi kerusakan struktur Jembatan Bengkalis dengan menggunakan metode Bridge Management System (BMS). Penilaian dilakukan melalui inspeksi visual dan pengujian Non-Destructive Test (NDT) menggunakan Hammer Test
pada elemen struktur jembatan seperti slab, balok, dan pilar. Dalam metode BMS, setiap kerusakan diklasifikasikan dalam lima tingkatan dengan skala nilai kondisi (NK) antara 0 sampai 5. Berdasarkan hasil evaluasi, Jembatan Bengkalis mendapatkan nilai NK sebesar 3, yang dikategorikan sebagai kondisi rusak berat dan membutuhkan tindakan rehabilitasi segera. Elemen paling kritis adalah pilar jembatan dengan nilai NK tertinggi, menunjukkan adanya retakan besar dan kerusakan struktural yang signifikan. Selain itu, penelitian ini juga menghitung usia sisa jembatan dengan hasil estimasi tinggal 8 tahun dari umur rencana 50 tahun.
Penelitian ini membuktikan bahwa metode BMS dapat memberikan gambaran yang sistematis mengenai kondisi fisik jembatan serta menjadi dasar dalam pengambilan keputusan teknis untuk pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur jembatan secara akurat.(Rio et al., 2024)
3. “Bridge Management System dan Bridge Condition Rating pada Evaluasi Kondisi Jembatan Girder Baja Komposit di Kabupaten Tapin”, Penelitian oleh Pratiwi et al. (2023) bertujuan untuk mengevaluasi kondisi Jembatan Girder Baja Komposit dengan pendekatan metode Bridge Management System (BMS) dan Bridge Condition Rating (BCR). Penilaian dilakukan melalui inventarisasi, pemeriksaan detail, dan penghitungan nilai kondisi struktur. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa berdasarkan metode BMS, jembatan memiliki nilai kondisi 2,42, yang berarti memerlukan perbaikan segera, sedangkan berdasarkan metode BCR, diperoleh nilai 4,308, yang mengindikasikan kondisi sedang dan memerlukan rehabilitasi. Prediksi umur jembatan berdasarkan BMS adalah 35,8 tahun, dan berdasarkan BCR adalah 33,9 tahun, dari umur rencana 50 tahun. Sisa umur jembatan diperkirakan 16,1 tahun. Penelitian ini juga menekankan bahwa metode BMS lebih rinci karena membagi struktur ke dalam beberapa level elemen dengan bobot kepentingan yang spesifik, sementara BCR lebih ringkas namun efektif dalam memberikan rekomendasi penanganan berdasarkan rating komponen.
Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa jembatan telah memasuki fase perkembangan kerusakan dan memerlukan penanganan segera terutama pada elemen girder, diafragma, dan siar muai.(Pratiwi et al., 2023)
2.2 Pengertian Jembatan
Jembatan merupakan bagian dari sistem jaringan jalan yang peranannya tidak kalah penting dari jalan itu sendiri. Sebagai salah satu infrastruktur vital, jembatan ikut berperan dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial dan budaya agar tercapainya keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah. (Anna Elvaria & Hidayat Saputra, 2023)
Tidak seperti jalan, jembatan adalah bagian dari jaringan jalan. Jembatan adalah infrastruktur penting yang mendukung aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya untuk mencapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah . Selaku struktur yang menghubungkan 2 (dua) medan yang dipisahkan suatu rintangan ataupun penghalang kemudian lintas semacam sungai, jurang serta penghalang kemudian lintas yang lain, hingga kehancuran jembatan bisa kurangi keahlian jembatan dalam menahan beban kemudian lintas, yang bisa menimbulkan kendala kelancaran transportasi di atasnya.(Rio et al., 2024)
Menurut (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018) Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi menghubungkan lalu lintas yang terputus pada kedua ujung ruas jalan akibat adanya hambatan atau rintangan.
2.3 Klasifikasi Jembatan
Jembatan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsi, bahan konstruksi, dan tipe struktur.
1. Klasifikasi jembatan berdasarkan fungsi sebagai berikut:
a. Jembatan jalan raya (highway bridge), b. Jembatan pejalan kaki (foot path), c. Jembatan jalan rel (railway bridge), d. Jembatan untuk talang air, dan
e. Jembatan untuk menyeberangkan pipa-pipa air, minyak, dan gas.
2. Klasifikasi jembatan berdasarkan material yang digunakan sebagai berikut:
a. Jembatan kayu, b. Jembatan baja,
c. Jembatan beton bertulang (konvensional, prategang), dan
d. Jembatan komposit.
3. Klasifikasi jembatan berdasarkan jenis strukturnya sebagai berikut:
a. Jembatan dengan tumpuan sederhana (simply supported bridge), b. Jembatan menerus (continuous bridge),
c. Jembatan kantilever (cantilever bridge), d. Jembatan integral (integral bridge),
e. Jembatan semi integral (semi integral bridge), f. Jembatan pelengkung tiga sendi (arches bridge), g. Jembatan rangka (trusses bridge),
h. Jembatan gantung (suspension bridge), i. Jembatan kabel (cabled-stayed bridge), dan j. Jembatan urung-urung (culverts bridge).
2.4 Struktur Jembatan
Jembatan terbagi menjadi 3 bagian utama struktur, yaitu struktur atas (superstruktur) dan struktur bawah (substruktur) dan pondasi jembatan. Bangunan atas dan bangunan bawah saling menunjang satu sama lainnya dalam menahan beban dan meneruskannya ke tanah dasar melalui fondasi. Di samping struktur utama tersebut, terdapat bangunan lainnya Bagian–bagian superstruktur terdiri dari perletakan sampai ke bagian atas struktur jembatan seperti rangka, gelagar, lantai.
Superstruktur adalah bagian dari jembatan yang langsung 2 berhubungan dengan beban yang bekerja di atasnya yaitu kendaraan yang melewatinya. Sedangkan bagian–bagian dari substruktur adalah mulai dari perletakan ke bagian bawah jembatan yaitu kepala dan pilar jembatan yang ditahan oleh fondasi. Bagian–bagian tersebut adalah bagian–bagian yang langsung berhubungan dengan tanah dasar sebagai penerus gaya– gaya yang bekerja pada jembatan. (BPSDM PUPR, 2018)
Gambar 2.1 Bagian-Bagian Jembatan
(Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021) 2.4.1 Struktur Atas
Struktur atas jembatan (Upperstructure) adalah bagian dari struktur jembatan yang berfungsi memikul langsung beban lalulintas serta melimpahkannya ke bangunan bawah melalui struktur perletakan. Bagian-bagian bangunan atas terdiri dari:
1. Gelagar utama (rangka, balok, masif, box, girder) 2. Gelagar memanjang
3. Ikatan angin 4. Sandaran 5. Lantai jembatan 6. Expansion joint
Bangunan atas jembatan (Upperstructure) terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
2. Standar a. Rangka Kayu b. Rangka Baja
c. Rangka Beton (Prestressed, beton bertulang) d. Gelagar Kayu
e. Gelagar Baja
f. Gelagar Beton Bertulang g. Gelagar Beton Prategang h. Komposit
3. Non-standar
a. Gantung (Suspension Bridge) b. Cable Stayed
c. Pelengkung
2.4.2 Struktur Bawah
Struktur Bawah Adalah bagian dari struktur jembatan yang berfungsi memikul bangunan atas dan semua beban yang bekerja pada struktur atas jembatan kemudian menyalurkannya ke pondasi.
Jenis bangunan bawah terdiri dari:
1. Pilar (pier)
2. Abutment (kepala jembatan)
3. Sedangkan untuk jembatan gantung, bangunan bawah terdiri dari:
4. Pilar
5. Kabel penggantung 6. Blok angker
Kepala jembatan (abutment), adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung pilar–pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (angin, kendaraan, dll.) dan mati (beban gelagar, dll.), serta berfungsi sebagai tembok penahan tanah yaitu menahan tekanan tanah aktif. Sedangkan Pilar di gunakan untuk memberikan tekanan terhadap beban-beban yang bekerja pada pada bangunan atas, tidak terbatas hanya beban vertikal saja tetapi:
1. Gaya gesekan
2. Gaya aliran dan benda hanyutan 3. Gaya rem
4. Gempa
Pemilihan konstruksi bawah jembatan harus memperhatikan kondisi tanah setempat dan pola aliran sungai. Konstruksi ditetapkan berdasarkan pertimbangan kekuatan, biaya, serta kemudahan dalam pelaksanaan.
Gambar 2.2 Konstruksi Bangunan Bawah Jembatan
(Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021) 2.5 Pengumpulan data Jembatan
2.5.1 Penomoran Komponen dan Elemen Jembatan 1. Penomoran Komponen Utama
Sistem penomoran pada komponen dan elemen utama jembatan diperlukan untuk mencatat kondisi komponen dan elemen utama suatu jembatan serta lokasi komponen dan elemen jembatan yang mengalami kerusakan. Komponen utama jembatan diberi kode huruf dan angka.
Untuk mencatat kondisi komponen dan elemen utama suatu jembatan atau mencatat lokasi setiap elemen utama atau elemen yang rusak/ cacat, mutlak diperlukan suatu sistem penomoran pada komponen dan elemen utama atau elemen jembatan sebagaimana yang terlihat pada gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3 Identifikasi penomoran elemen
(Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021)
2.5.2 Lokasi Komponen dan Elemen Utama
Pencatatan lokasi komponen dan elemen utama digunakan hanya untuk menandai komponen dan elemen utama atau elemen yang rusak sesuai dengan ketentuan. Secara individual elemen seperti gelagar, kolom, dan bagian dari sistem rangka seperti batang tepi atas, batang tepi bawah dan batang diagonal diberi nomor secara memanjang, melintang, dan vertikal. Elemen ini diberi nomor lokasi sesuai dengan sumbu X, Y, dan Z seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.4 Penomoran lokasi elemen utama dan elemen.
(Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021)
Gambar 2.5 Penomoran lokasi elemen arah memanjang
(Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021)
Gambar 2.6 Penomoran elemen arah melintang
(Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021)
Penomoran elemen dalam arah vertikal hanya berlaku pada bagian-bagian dari suatu komponen atau elemen secara individual, misalnya dalam suatu struktur elemen rangka baja seperti terlihat pada gambar 2.7 berikut:
Gambar 2.7 Penomoran komponen atau elemen arah vertikal (Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021) 2.6 Hirarki dan Kode Elemen Jembatan
Jembatan didefinisikan terbagi menjadi lima level hierarki elemen. Masing masing level terdiri dari komponen dan elemen, yang masing-masing dalam suatu kode unik.((PDF FINAL 25.01.22) BUKU 2 - ELEMEN-ELEMEN JEMBATAN (1) - Raga Adiyaksa _ PDF Online _ FlipHTML5.Pdf, n.d.)
1. Level 1 struktur jembatan
Level 1 terdiri atas jembatan secara keseluruhan dan lintasan basah.
2. Level 2 komponen jembatan
Level 2 terdiri atas komponen jembatan yang merupakan bagian utama dari struktur jembatan seperti jalan pendekat, aliran sungai, bangunan atas, bangunan bawah, perlengkapan, gorong-gorong, dan struktur lintasan basah.
3. Level 3 elemen utama jembatan
Level 3 terdiri atas uraian dari komponen utama menjadi elemen utama jembatan, seperti misalnya pada jalan pendekat diuraikan menjadi perkerasan jalan pendekat, tanah timbunan, struktur penahan tanah, dan pengaman lalu lintas.
4. Level 4 elemen jembatan
Level 4 terdiri atas uraian dari elemen utama dalam bentuk kumpulan elemen individual atau klaster elemen seperti misalnya elemen utama pada sistem gelagar pada bangunan atas jembatan terdiri atas gelagar utama, diafragma,
pengaku gelagar baja, perkuatan gelagar, dan sambungan gelagar merupakan elemen jembatan.
5. Level 5 sub elemen jembatan
Level 5 merupakan elemen level 4 dengan lokasi yang berbeda sesuai dengan sistem referensi pemeriksaan jembatan dengan tujuan untuk membedakan lokasi elemen.
Kode elemen digunakan untuk memudahkan pemeriksaan dan pengklasifikasian data sehingga data hasil pemeriksaan tersusun secara runtut.
Uraian kode elemen dapat dilihat pada tabel 2.3.
2.8. Pemeriksaan Investarisi
Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan pada saat awal Sistem Manajemen Jembatan untuk mendaftarkan setiap jembatan ke dalam database Sistem Manajemen Jembatan. Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan juga pada jembatan yang tertinggal pada waktu database pertama kali dibuat atau belum tercatat dalam database jembatan. Kegiatan pemeriksaan inventarisasi dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan detail pada jembatan dan goronggorong, tetapi pada perlintasan (kereta api, sungai/basah, fery) hanya dilakukan pemeriksaan inventarisasi. Pemeriksaan Inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, geometri, material dan data tambahan lainnya di setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan panjang bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang dan sifat karakteristik sungai dan data pelebaran jembatan. (Murtosidi et al., 2021)
Tujuan dari pemeriksaan jembatan adalah untuk memastikan bahwa kondisi jembatan memenuhi semua ketentuan pelayanan, dipantau secara sistematis untuk memastikan kondisi yang mengakibatkan kerusakan atau keruntuhan struktural dapat diidentifikasi sesegera mungkin agar intervensi atau tindakan perbaikan yang tepat dapat dilakukan. Selain itu, data yang dikumpulkan dari pemeriksaan- pemeriksaan dapat digunakan untuk:
4. Mengembangkan program pemeriksaan dan penanganan Jembatan.
2. Melakukan penilaian kapasitas beban.
3. Memberikan umpan balik untuk proses perancangan struktur jembatan;
4. Memantau keefektifan penanganan jembatan.
5. Mengevaluasi permasalahan pelayanan jembatan dengan berbagai penyebab.
Gambar 2.8 Tipikal alur pemeriksaan jembatan non- kompleks/khusus (Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021)
Selama Pemeriksaan Inventarisasi, Detail, dan Rutin berlangsung, inspektur harus mengambil foto seluruh dan setiap bentang jembatan dan jembatan pendekat yang memperlihatkan hal-hal di bawah ini:
1. Tampak masuk dan tampak keluar jembatan dari kota asal
2. Tampak samping jembatan (ketinggian sisi jembatan) minimal 45o dari titik pusat jalan termasuk apabila ada juga tampak samping yangmemperlihatkan bentuk pelebaran jembatan.
3. Tampak bawah jembatan yang memperlihatkan jenis tipe bangunan atas termasuk apabila ada tampak bawah bentuk pelebaran jembatan.
4. Papan nama atau prasasti.
5. Bagian Bangunan atas (perletakan dan siar-muai), bangunan bawah, dan perlengkapan jembatan (termasuk sistem monitoring kesehatan struktur jembatan, penerangan, dan lain sebagainya), dan bagian, sub-bagian, dan komponen jembatan lainnya.
6. Jenis kendaraan ringan dan berat yang lewat di atas jembatan dan kepadatan lalu-lintas yang terjadi di atas jembatan.
7. Tampak situasi sekitar jembatan atau foto udara yang memperlihatka salah- satu terkait:
• kondisi sungai,
• kondisi perlintasan dan aktivitas perlintasan,
• aktivitas konstruksi dan operasionalisasi bangunan di sekitar jembatan,
• aktivitas pertambangan di sekitar jembatan, dan sebagainya.
8. Tampak atas lantai jembatan dari as jalan.
9. Foto drone jembatan terutama jembatan yang masuk dalam kategori yang diatur dalam Permen PUPR No. 41 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan.
2.9 Pemeriksaan Detail
Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya dalam rangka mempersiapkan strategi penanganan untuk masing- masing jembatan dan menentukan urutan prioritas penanganan jembatan.
Pemeriksaan detail dilakukan maksimal sekali dalam lima tahun atau dengan interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi jembatan. Pemeriksaan Detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi (pekerjaan perbaikan besar), perkuatan jembatan, pembangunan jembatan baru, guna mencatat data yang baru ke dalam Sistem Manajemen Data. Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang ada pada elemen jembatan, dan menetapkan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen, elemen utama, dan komponen utama jembatan. Nilai kondisi untuk jembatan secara keseluruhan merupakan nilai kondisi maksimum elemen struktural dari level dibawahnya. ((PDF FINAL 25.01.22) BUKU 2 - ELEMEN-ELEMEN JEMBATAN (1) - Raga Adiyaksa _ PDF Online _ FlipHTML5.Pdf, n.d.)
2.10 Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun untuk memeriksa apakah elemen utama struktur jembatan berfungsi dengan baik dan jembatan berada dalam kondisi aman, selamat, dan nyaman serta apakah penanganan jembatan termasuk yang
paling penting pemeliharaan rutin telah dilaksanakan dengan baik atau apakah diperlukan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan.
Pemeriksaan Rutin dilaksanakan setiap tahun di antara Pemeriksaan Detail.
(Murtosidi et al., 2021) 2.11 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus umumnya disarankan untuk dilakukan oleh inspektur jembatan yang mampu dan kompeten menggunakan peralatan khusus bila dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk mengidentifikasi tingkat keparahan dan kuantitas kerusakan yang berpotensi untuk mengubah nilai kondisi jembatan secara signifikan untuk elemenelemen structural. (Murtosidi et al., 2021)
Pemeriksaan khusus merupakan pengamatan/pengujian yang dilakukan lebih cermat dan mendetail yang merupakan tindak lanjut dari pengamatan kerusakan secara visual atau ketika inspektur kekurangan sumber daya, pelatihan atau pengalaman untuk menilai kondisi jembatan secara tepat. Pemeriksaan khusus dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus untuk memperoleh data yang lebih akurat dari kerusakan yang terjadi pada elemen-elemen jembatan, khususnya elemen struktural sesuai dengan kondisi kerusakannya. (Murtosidi et al., 2021) Secara umum pemeriksaan khusus dilakukan untuk :
a. Menganalisa material atau memantau kinerja komponenkomponen tertentu yang terdeteksi memiliki kerusakan atau pergerakan, dengan menggunakan peralatan khusus;
b. Akses lokasi yang biasanya tidak dapat diperiksa oleh inspektur dengan metode visual atau metode normal yang tersedia;
c. Melengkapi suatu Pemeriksaan Detail, salah satu contoh misalnya seperti mengukur kedalam retak yang tidak bisa dilakukan pada saat pemeriksaan detail.
2.12 Kode Kerusakan Bahan dan Elemen Jembatan
Jembatan harus diperiksa secara sistematis dan setiap elemen yang rusak harus dicatat pada Formulir Pemeriksaan Detail, sesuai dengan kode elemen dan
kode kerusakan bahan dan elemen. Bila perlu, uraian me-ngenai elemen dan kerusakan dicatat. Contoh elemen yang rusak dapat dilihat pada tabel 2.2. ((PDF FINAL 25.01.22) BUKU 2 - ELEMEN-ELEMEN JEMBATAN (1) - Raga Adiyaksa _ PDF Online _ FlipHTML5.Pdf, n.d.)
Kode kerusakan diidentifikasi dalam 3 karakter angka pada system pemeriksaan berdasarkan Pedoman Pemeriksaan Jembatan (2022). Kode kerusakan bahan dan elemen digunakan untuk mempermudah pengklasifikasian data.
1. Kode Kerusakan Bahan
Uraian kode kerusakan bahan yang digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan komponen dan elemen jembatan pada pemeriksaan jembatan ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Kode Kerusakan Bahan
Kode Uraian Kerusakan
Elemen Pasangan Batu/Bata 101 Penurunan mutu batu/bata atau keretakan
102 Dinding pasangan yang menggembung
103 Bagian yang pecah atau hilang (mortar dan batu)
Elemen Beton (termasuk baja tulangan)
201
Cacat pada beton termasuk rontok, keropos, berongga, dan beton yang rendah kualitas
202 Retak elemen beton 203 Karat baja tulangan
204 Kotor, berlumut, penuaan atau pelapukan beton, rembesan 205 Pecah atau hilangnya bahan (delaminasi, abrasi, dan aus)
Elemen Baja
301 Penurunan mutu/kinerja proteksi korosi (lapisan pelindung/cat) 302 Karat
303 Perubahan bentuk pada komponen 304 Retak (elemen baja dan las) 305 Komponen yang rusak/hilang
306 Elemen yang salah pemasangan 307 Kabel jembatan rusak
308 Sambungan yang longgar
Elemen Kayu
401
Cacat pada kayu akibat lapuk, serangan serangga, pecah/belah melengkung, serat yang miring, dan mata kayu kayu,
402 Komponen yang rusak/hilang (termasuk retak dan delaminasi) 403 Penyusutan
404 Penurunan mutu pelindung permukaan 405 Sambungan yang longgar
(Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021) 2. Kode Kerusakan Elemen
Uraian kode kerusakan elemen yang digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan komponen dan elemen jembatan pada pemeriksaan jembatan ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.2 Kode Kerusakan Elemen
Kode Uraian Kerusakan Elemen
Aliran Sungai dan Bangunan Pengaman 501 Pendangkalan sungai akibat endapan (agradasi)
502 Penumpukan debris dan hambatan aliran sungai utama 503 Pengikisan di sepanjang aliran sungai (contraction scour)
504
Air sungai macet yang mengakibatkan terjadinya banjir (excess afflux)
Tanah Timbunan, Bangunan Pengaman, dan Fondasi 511 Bagian yang hilang
521 Pengikisan (local scour)
522 Retak/penurunan/penggembungan
Tanah Bertulang
531 Penggembungan dinding panel
532 Retak, rontok, atau pecah dari panel tanah bertulang
Sistem Penahan Kabel Jembatan Beruji Kabel dan Sistem Kabel Jembatan Gantung Penahan
541 Tidak stabil
Kepala Jembatan/Pilar
551 Kepala jembatan/pilar berdeformasi (settlement/tilt/movement) 561 Elemen longgar/hilang/tidak berfungsi
Perletakan
601 Tidak cukup tempat bergerak
602 Kedudukan landasan tidak sempurna 603 Mortar dasar retak/rontok
604 Perpindahan dan perubahan berlebihan
605 Aus disebabkan oleh umur, landasan pecah, sobek/retak (elastomer) 606 Bagian yang hilang/rusak/tidak berfungsi
607 Kurangnya pelumas pada landasan
Jembatan Pelat dan Sistem Lantai 701 Pergerakan lebih arah memanjang sambungan 702 Lendutan yang berlebihan
711 Pipa cucuran atau drainase tersumbat
712 Bagian yang hilang/tidak sesuai/kurang panjang 721 Permukaan licin
722 Permukaan kasar, retak, berlubang (debonding, aus) 723 Lapis permukaan yang berlebihan
Trotoar dan Kerb
731 Permukaan licin 732 Lubang
733 Bagian yang hilang atau rusak atau tidak sesuai
Sambungan/Siar Muai
801 Kerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggi 802 Kehilangan kemampuan gerak
803 Bagian yang longgar
804 Lekatan yang lepas 805 Bagian yang hilang/rusak
806 Retak aspal akibat pergerakan sambungan (asphaltic plug joint)
Penerangan
921 Penurunan mutu bahan/deteriorasi 922 Bagian yang hilang
Pengaman Jembatan dan Utilitas 931 Bagian yang tidak berfungsi/tidak sesuai penempatannya 941 Bagian yang hilang/lepas
(Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021)
Tabel 2.3 Contoh elemen yang rusak.
Elemen Kerusakan Level 5 Level 4
Kode Uraian
(Pilihan) Kode Uraian (Pilihan) Lokasi Kondisi Kondisi
A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK
4.453 b
BATANG TEPI
BAWAH 302 KARAT 4.453 a
BATANG
TEPI ATAS 303 KARAT 4.453 c
BATANG
DIAGONAL 303 KARAT
4.6111 LANDASAN 601
TIDAK CUKUPNYA TEMPAT UNTUK
BERGERAK
3.21
ALIRAN
SUNGAI 503
PENURUNAN DASAR
SUNGAI
(DEGRADASI) (Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021)
2.13 Sistem Penilaian Kondisi Jembatan
Dasar dari sistem pemeriksaan detail adalah penilaian kondisi komponen jembatan dan elemen jembatan berdasarkan nilai kerusakannya. Setiap elemen yang mengalami kerusakan dilakukan penilaian kerusakan berdasarkan nilai struktur, kerusakan, kuantitas, fungsi, dan pengaruh dengan uraian sebagai berikut:
1. Struktur dengan kode huruf S yang mendefinisikan apakah struktur kerusakan dikategorikan sebagai kerusakan yang berbahaya atau kerusakan
yang tidak berbahaya,
2. Kerusakan dengan kode huruf R yang mendefinisikan apakah tingkat
`kerusakan dikategorikan sebagai kerusakan yang parah atau kerusakan yang tidak parah,
3. Kuantitas dengan kode huruf K volume kerusakan dalam satuan ukur tertentu yang mendefinisikan apakah rasio antara kuantitas kerusakan di suatu elemen dengan kuantitas elemen tersebut lebih dari 50% atau kurang dari 50%, 4. Fungsi dengan kode huruf F yang mendefinisikan apakah elemen yang mengalami kerusakan masih berfungsi atau tidak berfungsi dengan adanya kerusakan yang ada, dan
5. Pengaruh dengan kode huruf P yang mendefinisikan apakah kerusakan mempunyai pengaruh terhadap elemen lain atau tidak memengaruhi elemen lain.
Nilai 1 atau 0 diberikan kepada elemen yang rusak seperti pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Sistem Penilaian
Nilai Kriteria Nilai Kondisi
Struktur ( S ) Berbahaya 1
Tidak Berbahaya 0
Kerusakan ( R ) Parah 1
Tidak Parah 0
Kuantitas ( K ) Lebih Dari 50% 1
Kurang Dari 50% 0
Fungsi ( F ) Elemen Tidak Berfungsi 1
Elemen Berfungsi 0
Pengaruh ( P ) Mempengaruhi elemen lain 1
Tidak mempengaruhi elemen
lain 0
Nilai Kondisi ( NK ) NK = S + R + K + F + P 0-5 (Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021)
Kriteria penilaian untuk kerusakan Struktur (S), Kerusakan (R), dan Kuantitas (K) dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Kriteria penilaian untuk kerusakan Fungsi (F) dan Pengaruh (P) dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil penilaian kondisi pada Tabel 2.4, nilai kondisi mendefinisikan kondisi jembatan.
Nilai kondisi jembatan yang tertinggi adalah 0 yang mengindikasi bahwa jembatan dalam kondisi baik dan aman sedangkan nilai kondisi terendah adalah 5 yang mengindikasi bahwa jembatan dalam kondisi berbahaya. Kondisi jembatan berdasarkan nilai kondisi dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Kriteria Kondisi Jembatan
NK Kondisi Jembatan
0 Jembatan dalam kondisi baik
1 Jembatan dalam kondisi rusak ringan
2 Jembatan dalam kondisi rusak sedang dan memerlukan pemeliharaan rutin
3 Jembatan dalam kondisi rusak berat dan memerlukan rehabilitasi 4 Jembatan dalam kondisi kritis dan memerlukan rehabilitasi segera 5 Jembatan dalam kondisi berbahaya, runtuh dan tidak berfungsi
(Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021) 2.14 Prediksi Sisa Umur Jembatan
Sisa umur jembatan merupakan perkiraan sisa waktu jembatan dari umur rencana sebelum jembatan memerlukan perbaikan. Standar umur rencana untuk jembatan adalah 50 tahun. Kondisi jembatan mempengaruhi sisa umur jembatan sedangkan kondisi jembatan dipengaruhi oleh tingkat kerusakan jembatan tersebut.
Prediksi sisa umur dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan jembatan akibat faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi jembatan yang berdampak pada umur jembatan diantaranya sebagai berikut:
1. Meningkatnya kapasitas kendaraan yang melintas.
2. Beban yang diterima jembatan melebihi beban rencana.
3. Ketidaksesuaian standar mutu material dengan perencanaan.
4. Penurunan mutu material jembatan faktor lingkungan.
5. Impact loading seperti kecelakaan yang terjadi di atas jembatan.
6. Program pemeliharaan jembatan yang tidak dilaksanakan. Grafik korelasi nilai kondisi jembatan dan pengaruh sisa umur jembatan terhadap kinerja jembatan ditunjukkan oleh Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Grafik Pengaruh Sisa Umur Jembatan
(Sumber: Buku Saku Penjelasan Pedoman Pemeriksaan Jemban 2021) Berdasarkan grafik diatas, jembatan dengan nilai kondisi 2 memerlukan pemeliharaan rutin (preventive maintenance) karena kinerja jembatan mencapai level minimum dengan tujuan agar nilai kondisi jembatan semakin naik dan meningkatkan kinerja jembatan sesuai rencana. Jika tidak dilakukan pemeliharaan (maintenance), nilai kondisi jembatan akan semakin turun yang berarti kinerja jembatan juga semakin menurun. Jembatan dengan nilai kondisi 3 dan 4 membutuhkan tindakan rehabilitasi (corrective maintenance). Jembatan dengan umur lebih dari umur rencana jembatan yaitu 50 tahun, memerlukan penggantian jembatan agar kinerja jembatan lebih maksimal. Semakin bertambahnya waktu jembatan menerima beban layan, semakin tinggi pula kebutuhan akan penanganan jembatan karena kinerja jembatan tersebut akan menurun. Maka diperlukan analisa
prediksi sisa umur jembatan berdasarkan nilai kondisi jembatan yang didapat dari analisa kerusakan jembatan berdasarkan Bridge Management System. Berdasarkan Panduan Penanganan Preservasi Jembatan (2010), analisa sisa umur jembatan diperoleh dengan persamaan berikut:
Dengan =
NK = nilai kondisi
Y = umur jembatan (tahun) N = umur rencana (tahun) a = koefisien (4,66) b = koefisien (1,9051)
2.15 Bright Management System (BMS)
Bridge Management System (BMS) merupakan sebuah sistem hasil kerjasama antara Indonesia dan Australia dalam menunjang kegiatan manajemen jembatan. Rencana dan program dalam Bridge Management System mempermudah proses identifikasi jembatan agar memenuhi standar kondisi dan standar lalu lintas dengan menentukan penanganan jangka panjang yang terpantau dan optimal.
Bridge Management System kemudian dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga sebagai Sistem Manajemen Jembatan yang berfungsi untuk mengatur manajemen jembatan secara sistematik mulai dari kegiatan perencanaan teknis, pelaksanaan, rencana dan program jembatan, serta pemeliharaan jembatan.
Pemeriksaan dan penilaian kondisi jembatan berdasarkan Bridge Management System dibagi menjadi lima level yang terurai sesuai dengan kode kerusakan elemen jembatan. Sistem penilaian tingkat kerusakan elemen dan keberfungsian dari elemen dengan mengidentifikasi struktur, kerusakan, kuantitas, fungsi, dan pengaruh. Nilai kondisi didapatkan dengan menjumlahkan nilai kondisi pada struktur, kerusakan, kuantitas, fungsi dan pengaruh.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif evaluatif. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi kondisi jembatan secara sistematis berdasarkan nilai kondisi (NK) yang diperoleh melalui pengamatan lapangan dan perhitungan menggunakan metode Bridge Management System (BMS). Data yang dikumpulkan akan dianalisis untuk mengetahui tingkat kerusakan struktur jembatan serta memberikan rekomendasi pengamanan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada jembatan yang berada di ruas jalan Jl.
Orinunggu – Jl. Dewi Sartika, Kota Kendari. Lokasi ini dipilih karena memiliki peran penting dalam konektivitas wilayah dan menunjukkan indikasi penurunan kondisi struktural. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Mei – Juni 2025 sedangkan analisis dan penyusunan laporan dilaksanakan dari bulan Juli 2025.
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
3.3 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Masing-masing memiliki peran penting dalam mendukung proses evaluasi kondisi jembatan menggunakan metode Bridge Management System (BMS).
3.3.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan. Data ini dikumpulkan melalui kegiatan inspeksi visual terhadap elemen-elemen struktur jembatan yang diteliti. Adapun data primer yang dikumpulkan antara lain
1. Identifikasi bentuk dan lokasi kerusakan pada elemen-elemen jembatan seperti lantai (deck), gelagar (girder), penopang (bearing), pilar, dan abutmen.
2. Pengukuran dimensi dan luasan kerusakan menggunakan alat ukur sederhana (roll meter, penggaris skala, dsb.).
3. Dokumentasi visual berupa foto kondisi aktual setiap elemen yang mengalami kerusakan.
4. Data usia aktual jembatan berdasarkan informasi lapangan (dapat diperoleh dari plakat jembatan atau wawancara lapangan jika tersedia).
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen dan sumber yang telah tersedia sebelumnya. Data ini berfungsi untuk melengkapi dan memverifikasi hasil pengamatan lapangan, serta digunakan dalam analisis dan pembahasan.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi:
1. Data teknis jembatan (gambar rencana, panjang, lebar, tipe struktur, tahun pembangunan) yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Kendari atau instansi terkait.
2. Pedoman dan peraturan teknis terkait inspeksi dan penilaian jembatan, seperti:
• Pedoman Pemeriksaan Jembatan No. 01/P/BM/202
• Panduan Penanganan Preservasi Jembatan Kementerian PUPR
3. Literatur ilmiah seperti buku, jurnal teknik sipil, dan laporan penelitian yang relevan, termasuk skripsi terdahulu:
4. Referensi akademik lainnya yang membahas metode BMS, pengelolaan jembatan, dan teknik evaluasi struktur.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan lapangan dan dokumentasi, serta dilengkapi dengan rujukan pustaka.
Tujuannya adalah untuk memperoleh data yang akurat dan relevan guna mengevaluasi kondisi jembatan pada ruas jalan Jl. Orinunggu – Jl. Dewi Sartika di Kota Kendari. Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:
3.4.1 Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan secara langsung di lokasi jembatan dengan tujuan untuk mengidentifikasi bentuk dan tingkat kerusakan pada elemen-elemen struktur jembatan. Inspeksi dilakukan terhadap bagian-bagian utama jembatan meliputi:
1. Pelat lantai jembatan (deck) 2. Gelagar (girder)
3. Bearing (penumpu) 4. Pilar (piers)
5. Abutment (pangkal jembatan) 6. Sambungan dan sistem drainase
Setiap temuan dicatat secara detail, termasuk jenis kerusakan (retak, korosi, deformasi, aus), lokasi kerusakan, dimensi, serta tingkat keparahan. Data pendukung berupa foto kondisi aktual setiap elemen juga dikumpulkan sebagai dokumentasi visual. Observasi visual ini mengacu pada Pedoman Pemeriksaan Jembatan No. 01/P/BM/2022, di mana hasilnya akan digunakan untuk menilai nilai kerusakan (NK) sesuai parameter dalam sistem BMS.
3.4.2 Pengukuran dan Pemetaan Dimensi Struktur
Untuk memperkuat hasil evaluasi, dilakukan pengukuran dimensi fisik jembatan (panjang, lebar, tinggi struktur, ketebalan pelat lantai, dan sebagainya).
Pengukuran ini penting untuk memastikan bahwa penilaian kerusakan mempertimbangkan skala dan proporsi kerusakan terhadap ukuran aktual struktur.
Pemetaan dimensi juga membantu dalam identifikasi lokasi kerusakan secara lebih akurat serta dapat digunakan dalam perencanaan pemeliharaan atau rehabilitasi.
3.4.3 Dokumentasi
Selama proses inspeksi lapangan, dilakukan dokumentasi visual berupa foto digital dari setiap elemen struktur yang diperiksa. Foto diambil dari beberapa sudut untuk mendukung penilaian kondisi dan mempermudah validasi pada tahap evaluasi. Foto dilengkapi dengan keterangan lokasi, arah pengambilan, dan deskripsi kondisi fisik yang ditangkap dalam gambar.
3.5 Metode Evaluasi Kondisi Jembatan (BMS)
Evaluasi kondisi jembatan dalam penelitian ini menggunakan metode Bridge Management System (BMS) yang merupakan sistem standar nasional pengelolaan jembatan dari Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR.
Sistem ini bertujuan untuk membantu dalam proses pemantauan, penilaian, dan perencanaan pemeliharaan jembatan secara sistematis dan terukur.
Setiap kerusakan diberi skor berdasarkan pedoman teknis, kemudian skor tersebut dikonversi menjadi nilai kerusakan (nilai kondisi per elemen). Adapun langgkah-langkah evaluasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Elemen Jembatan
Elemen-elemen utama seperti lantai jembatan, gelagar, penopang, pilar, dan abutment diidentifikasi secara visual dan diberi kode sesuai klasifikasi BMS.
2. Pencatatan Kerusakan
Setiap elemen diperiksa untuk mendeteksi jenis dan tingkat kerusakan.
Misalnya: retak rambut, pengelupasan permukaan, deformasi struktur, karat pada penopang baja, dll. Dokumentasi dilakukan dalam bentuk foto dan catatan kondisi.
3. Pemberian Nilai Kondisi (NK)
Nilai kondisi ditentukan berdasarkan tabel penilaian kerusakan dari Pedoman Pemeriksaan Jembatan No. 01/P/BM/2022, dengan skala sebagai berikut:
• 0 = Baik (tidak ada kerusakan
• 1 = Rusak ringan
• 2 = Rusak sedang (butuh pemeliharaan rutin
• 3 = Rusak berat (butuh rehabilitasi)
• 4 = Kritis (butuh rehabilitasi segera
• = Tidak berfungsi (butuh penggantian total) 4. Perhitungan Nilai Kondisi Jembatan (NK Total)
Nilai kerusakan dari seluruh elemen dijumlahkan atau dirata-ratakan untuk memperoleh Nilai Kondisi Total Jembatan. Nilai ini digunakan sebagai indikator tingkat layanan dan dasar rekomendasi tindakan.
3.6 Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan mengolah hasil inspeksi visual lapangan berdasarkan metode Bridge Management System (BMS). Analisis bertujuan untuk menentukan nilai kondisi jembatan, klasifikasi tingkat kerusakan, serta menyusun rekomendasi tindakan pengamanan yang sesuai. Adapun langkah-langkah analisis data meliputi:
1. Rekapitulasi Data Lapangan
Data hasil observasi berupa bentuk, lokasi, dimensi, dan tingkat kerusakan pada masing-masing elemen jembatan direkap dalam format tabulasi. Setiap elemen dinilai berdasarkan lima parameter dalam sistem BMS, yaitu:
• Struktur (S)
• Kerusakan (R)
• Kuantitas (K)
• Fungsi (F
• Pengaruh (P)
Masing-masing parameter diberi skor sesuai dengan pedoman teknis pemeriksaan jembatan yang berlaku (Direktorat Jembatan, 2022).
2. Penentuan Nilai Kerusakan Elemen
Setelah skor dari tiap elemen didapat, dilakukan penghitungan nilai kerusakan dengan menggunakan rumus:
NKelemen = f (S,R,K,F,P)
Di mana fungsi tersebut mengikuti klasifikasi dan bobot berdasarkan tabel penilaian BMS. Nilai kerusakan tiap elemen dinyatakan dalam skala 0–5.
3. Penghitungan Nilai Kondisi Total Jembatan
Nilai kerusakan dari semua elemen jembatan dirata-ratakan atau dijumlahkan sesuai kaidah dalam sistem BMS untuk mendapatkan Nilai Kondisi Total (NK Total) jembatan.
Dimana n adalah jumlah elemen yang dinilai. Hasil ini menentukan klasifikasi kondisi jembatan secara keseluruhan (baik, rusak ringan, rusak berat, kritis, atau tidak berfungsi).
4. Interpretasi Hasil
• Hasil nilai kondisi kemudian diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi resmi dari BMS, sebagai dasar untuk
• Menentukan status kelayakan jembatan.
• Menyusun rencana pengamanan (pemeliharaan, rehabilitasi, atau penggantian struktur).
• Memberikan rekomendasi teknis kepada instansi terkait.
5. Dokumentasi dan Visualisasi
Data dan hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan dokumentasi foto untuk memperkuat kesimpulan. Setiap elemen jembatan ditampilkan bersama dengan nilai kerusakan dan tindakan yang direkomendasikan.
3.7 Bagan Alir Penelitian
Mulai Studi Litelatur Pengumpulan Data
Data Primer Data Sekunder
1. Data Inventarisasi Jembatan 2. Pemeriksaan Detail
Jembatan
1. Pedoman Pemeriksaan Jembatan
No.01/P/BM/2022 Bridge Management System
Analisis Data
Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
(PDF FINAL 25.01.22) BUKU 2 - ELEMEN-ELEMEN JEMBATAN (1) - Raga adiyaksa _ PDF Online _ FlipHTML5.pdf. (n.d.).
Anna Elvaria, & Hidayat Saputra, R. (2023). Evaluasi Kondisi Jembatan
Cipamokolan 1 Dengan Menggunakan Metode Bridge Management System (BMS). Jurnal TESLINK : Teknik Sipil Dan Lingkungan, 5(2), 186–195.
https://doi.org/10.52005/teslink.v5i2.297
BPSDM PUPR. (2018). Perencanaan Teknik Jembatan 1. 1–120.
Direktorat Jenderal Bina Marga. (2018). Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 (Revisi 2) Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan Dan Jembatan. Edaran Dirjen Bina Marga Nomor 02/SE/Db/2018, Revisi 2, 1–1036.
Kondisi, E., & Lama, J. J. (1915). EVALUASI KONDISI JEMBATAN JURUG LAMA DENGAN METODE BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM ( BMS ) Abdul Hafidz , F . A . Luky Primantari Program Studi Teknik Sipil Universitas Surakarta. 1–9.
Murtosidi, I., Wahyudi, A., Soeherman, O., & Kurniawati, E. (2021). Penjelasan Umum Prosedur Pemeriksaan Jembatan.
Pratiwi, A. Y., Chairunnisa, N., Prasetia, I., Radam, I. F., & Nurwidayati, R.
(2023). Bridge Management System dan Bridge Condition Rating pada Evaluasi Kondisi Jembatan Girder Baja Komposit di Kabupaten Tapin.
Buletin Profesi Insinyur, 6(1), 26–31. https://doi.org/10.20527/bpi.v6i1.180 Rio, B., Simanjuntak, S., Garcya, M. G., & Tias, G. S. (2024). EVALUASI
KERUSAKAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM ( BMS ) ( Studi Kasus : Jembatan Bengkalis ).
6(2), 127–135.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Pemeriksaan Detail Lampiran 2. Kode Elemen Jembatan
Lampiran 3. Kriteria Penilaian Kerusakan Struktur (S), Kerusakan (R), dan Kuantitas (K) Lampiran 4. Kriteria Penilaian Kerusakan Fungsi (F) dan Pengaruh (P)
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian