• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelaksanaan Program Pengendalian Diabetes Melitus oleh Puskesmas di Indonesia

N/A
N/A
Besok Kemarin

Academic year: 2024

Membagikan "Evaluasi Pelaksanaan Program Pengendalian Diabetes Melitus oleh Puskesmas di Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Pelaksanaan Program Pengendalian Diabetes Melitus oleh Puskesmas di Indonesia: Literature Review

Theodorus Holspid Sembodo E-mail: [email protected]

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Abstrak

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang dapat menimbulkan beragam masalah kesehatan lainnya. International Diabetes Federation (IDF), memperkirakan bahwa terdapat 463 juta orang yang menderita diabetes melitus pada tahun 2019 secara global. Sementara itu, di Indonesia terdapat 19,47 juta penderita diabetes pada tahun 2021. Melihat tingginya kasus diabetes melitus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan program pengendalian diabetes yang telah dilakukan oleh puskesmas di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review atau kajian pustaka terhadap beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa penyelenggaraan program pengendalian diabetes melitus oleh puskesmas di Indonesia belum berlangsung dengan optimal dan belum mencapai target yang diinginkan. Hal itu disebabkan masih kurangnya sumber daya manusia serta dana untuk pelaksanaan program. Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan jumlah dan kapasitas sumber daya masyarakat di puskesmas serta perbaikan penganggaran untuk program pengendalian diabetes melitus.

Kata kunci: Diabetes Melitus; Evaluasi; Puskesmas; Pengendalian

Evaluation of Diabetes Mellitus Control Program in Indonesia Public Health Center: Literature Review

Abstract

Diabetes mellitus is a disease that can cause various other health problems. The International Diabetes Federation (IDF), estimates that there are 463 million people suffering from diabetes mellitus in 2019 globally. Meanwhile, in Indonesia there are 19.47 million people with diabetes in 2021. Seeing the high number of diabetes mellitus cases, this study aims to determine the evaluation diabetes control programs implementation that have been carried out by health centers in Indonesia. The method used in this study is a literature review of several studies that have been conducted previously. From this study, it was found that the implementation of diabetes mellitus control program by health centers in Indonesia had not been carried out optimally and had not reached the desired target. This is due to the lack of human resources and funds for program implementation. Therefore, it is necessary to increase the number and capacity of health workers in health centers and improve the budgeting for diabetes mellitus control programs.

Keywords: Diabetes mellitus; Evaluation; Public health centers; Control

(2)

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus merupakan sebuah penyakit kronis yang timbul akibat pankreas yang tidak mampu memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup atau ketika tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang telah diproduksi dengan efektif. Sementara itu, menurut Sapra (2021) diabetes merupakan suatu penyakit metabolik, yang melibatkan peningkatan kadar glukosa darah yang tidak tepat. Diabetes sendiri memiliki 2 tipe berdasarkan penyebabnya, yaitu diabetes tipe 1 atau yang disebut sebagai insulin-dependent diabetes, dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 biasa ditemukan pada orang semenjak kecil, sementara diabetes tipe 2 timbul pada seseorang sudah beranjak dewasa, terutama yang mengalami obesitas. (Sapra, 2021). Diabetes sendiri merupakan salah satu penyakit yang erat kaitannya dengan unsur genetik (CDC, 2021). Hal tersebut ditunjukkan melalui beberapa faktor risiko timbulnya diabetes pada seseorang adalah karena adanya riwayat penyakit diabetes melitus pada anggota keluarga.

Diabetes dapat menimbulkan beragam masalah kesehatan lainnya (WHO, 2021). WHO menjabarkan beberapa permasalahan yang dapat timbul akibat penyakit diabetes melitus, diantaranya adalah diabetes dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena stroke dan serangan jantung 2—3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes. Selain itu, diabetes juga dapat menyebabkan kebutaan karena adanya kerusakan pada pembuluh darah di retina. Diabetes juga menjadi salah satu penyebab utama timbulnya gagal ginjal pada beberapa kasus.

Pada tahun 2019, berdasarkan International Diabetes Federation (IDF), diperkirakan bahwa terdapat 463 juta orang yang mengalami diabetes melitus secara global. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga menyentuh angka 700 juta penderita diabetes melitus pada tahun 2045. Prevalensi diabetes melitus pada tahun 2019 secara global adalah 9,3% dari seluruh penduduk berusia 20–79 tahun. Secara umum, kasus diabetes tipe 2 lebih banyak dibandingkan kasus diabetes tipe 1. IDF juga menyebutkan bahwa 4 dari 5 orang yang menderita diabetes, atau sekitar 81%, hidup di negara dengan pendapatan menengah ke bawah.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, memiliki prevalensi diabetes sebesar 2% pada penduduk yang berusia di atas 15 tahun.

Dalam Riskesdas 2018 juga terdapat data yang menunjukkan adanya peningkatan prevalensi diabetes melitus di hampir semua provinsi pada tahun 2018 dibandingkan dengan hasil Riskesdas pada tahun 2013. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh IDF, pada tahun 2021 terdapat 19,47 juta penderita diabetes di Indonesia. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara urutan ke-5 dengan penderita diabetes melitus terbanyak di dunia.

(3)

Untuk menyikapi tingginya prevalensi diabetes melitus, maka disusun dan dibentuklah beberapa program yang bertujuan untuk dapat mengendalikan dan mengurangi timbulnya kasus diabetes melitus. Pada bulan April 2021, WHO meluncurkan Global Diabetes Compact, yang merupakan suatu inisiatif yang bertujuan untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan dalam pencegahan dan perawatan diabetes, dengan fokus khusus untuk mendukung negara- negara berpenghasilan rendah dan menengah. Inisiasi tersebut melibatkan berbagai pihak seperti, Pemerintah negara, Lembaga Swadaya Masyarakat, pihak swasta, serta donor-donor lainnya dalam berkontribusi untuk mengurangi risiko diabetes dan menjamin penanganan yang merata.

Pemerintah Indonesia juga memiliki beberapa program pencegahan, pengendalian, dan penanganan diabetes melitus. Salah satu program tersebut adalah Pengendalian Penyakit Kronis (PROLANIS) yang bekerja sama dengan BPJS. Saat ini, kementerian Kesehatan sedang mengupayakan pembuatan roadmap diabetes melitus di Indonesia. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga berfokus pada pelaksanaan program-program yang bersifat promotif preventif serta pengendalian dengan pemberian upaya pengobatan yang maksimal yang berfokus pada fasilitas pelayanan kesehatan primer di Indonesia, yaitu Puskesmas. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan program pengendalian diabetes yang telah dilakukan oleh Puskesmas di Indonesia.

METODE

Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Literature Review atau kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan upaya mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menyintesis penelitian dan gagasan yang telah dihasilkan oleh peneliti dan praktisi (Ulhaq, 2020). Dalam hal ini, peneliti akan mengumpulkan berbagai artikel yang sesuai dengan topik yang peneliti ambil, yaitu terkait evaluasi pelaksanaan program pengendalian diabetes di Indonesia dan dipublikasi selama 5 tahun terakhir. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang tidak diambil langsung oleh peneliti dan bersumber dari berbagai sumber kepustakaan seperti artikel ilmiah, jurnal, situs internet, UUD 1945, UU, Kementerian Kesehatan RI dan yang lainnya. Peneliti mencari sumber referensi di Google Scholar, dan sumber lainnya dengan memasukkan kata kunci terkait topik, yaitu “evaluasi”;

“program”; “diabetes”; “puskesmas”.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Tabel Hasil Penelitian

Judul Nama Peneliti Metode Hasil Tahun

Evaluasi Program Pengendalian Diabetes Mellitus pada Usia Produktif

di Puskesmas Sapuran tahun 2019

Nur Kurniawati, Chriswardani

Suryawati, Septo Pawelas

Arso

Kualitatif dengan pengambilan

data melalui wawancara mendalam dan

observasi

Kendala yang menghambat implementasi program adalah

sumber dana dan sumber daya manusia terbatas.

Namun, kegiatan manajemen di Puskesmas Sapuran sudah

berjalan dengan baik

2019

Evaluasi Standar Pelayanan Minimal

Pengendalian Diabetes Melitus di

Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor

Tahun 2019

Laila Rahmah dan Siti Khodijah Parinduri

Kualitatif dengan pengambilan

data melalui observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen

Kurangnya tenaga kesehatan yang terlibat dalam manajemen diabetes, peralatan HbA1C yang tidak mencukupi untuk melakukan

tes, ketersediaan insulin tidak tersedia di Puskesmas,

dan efikasi yang kurang optimal

2020

Pembahasan terkait evaluasi pelaksanaan program pengendalian diabetes di Indonesia akan ditinjau berdasarkan tiga variabel, yaitu variabel input, variabel process, dan variabel output.

Evaluasi Input

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Kurniawati (Kurniawati, Suryawati and Arso, 2019) jumlah tenaga kesehatan yang berperan dalam pengendalian diabetes melitus di Puskesmas Sapuran dinilai masih kurang. Hal itu mengakibatkan setiap petugas kesehatan memiliki lebih dari satu tanggung jawab. Sementara itu, menurut Rahmah (Rahmah and Parinduri, 2020), komponen variabel input dalam program pengendalian diabetes melitus juga masih belum berjalan dengan cukup baik, Dilihat dari sumber daya manusia, diketahui bahwa petugas untuk penyakit tidak menular hanya berjumlah 2 orang, yaitu seorang dokter dan seorang perawat. Selain itu, menurut hasil penelitian Kurniawati, petugas pengendalian diabetes melitus tidak mendapatkan pelatihan formal terkait pelaksanaan Posbindu PTM yang sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) oleh Dinas Kesehatan.

Sama halnya dengan yang terjadi di Bogor Utara, di mana tidak semua petugas mendapatkan pelatihan teknis tentang Diabetes Melitus.

Untuk pendanaan, Puskesmas Sapuran dan Puskesmas Bogor utara sama-sama mendapatkan dana dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan BPJS Kesehatan. Dana tersebut digunakan untuk transpor petugas dan juga pelaksanaan pelayanan pasca skrining. Di

(5)

Puskesmas Sapuran, dana untuk pelaksanaan skrining dinilai masih kurang dan memerlukan dana bantuan dari dana desa. Adanya iuran dana desa tersebut memengaruhi rendahnya partisipasi masyarakat untuk melakukan skrining diabetes melitus. Di Puskesmas Bogor Utara sendiri, dana yang didapatkan tidak hanya untuk program pengendalian diabetes melitus saja, melainkan untuk semua kebutuhan lainnya, sehingga pendanaan juga dinilai masih kurang.

Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program pengendalian diabetes sendiri masih belum efektif. Walaupun sudah ada pemenuhan beberapa fasilitas yang diperlukan, seperti adanya ruang konsultasi penyakit tidak menular dan ruang laboratorium di Puskesmas Bogor Utara, namun masih ada permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan lainnya. Sebagai contoh, di Puskesmas Sapuran terdapat masalah dalam pemenuhan strip gula darah, obat yang masih terbatas, dan belum tersedianya pedoman skrining diabetes melitus yang sesuai standar. Di Puskesmas Bogor Utara sendiri juga belum memiliki alat untuk pemeriksaan HbA1C disebabkan oleh harganya yang mahal.

Untuk kebijakan yang berlaku di Puskesmas terkait program pengendalian diabetes melitus diatur dalam standar operasional pelaksanaan (SOP) yang dibentuk oleh masing-masing puskesmas. Di Puskesmas Sapuran, SOP skrining disatukan dengan SOP posbindu PTM dan belum tersosialisasikan dengan baik kepada seluruh petugas pelaksana. Selain itu, juga belum tersedia pedoman tentang pengendalian diabetes melitus. Sementara itu di Puskesmas Bogor Utara, pedoman pengendalian diabetes melitus berlandaskan Surveilans Epidemiologi Diabetes Melitus Departemen Kesehatan tahun 2007, Instruksi Presiden no. 1 tahun 2017 mengenai Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), dan Permenkes no. 43 tahun 2016.

Evaluasi Process

Dalam variabel process, program pengendalian diabetes melitus di Puskesmas Sapuran sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun 2016 tentang pedoman manajemen puskesmas, di mana diawali dengan menganalisis situasi terlebih dahulu.

Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan skrining, yaitu dengan TB, BB, lingkar perut, cek tekanan darah, dan cek gula darah. Namun, pelaksanaan belum berjalan maksimal karena terbatasnya sumber daya yang mengakibatkan pengumpulan laporan kegiatan yang terlambat.

Keterbatasan sumber daya tersebut juga berakibat pada pelaksanaan skrining yang belum merata dan tidak adanya sosialisasi terkait pelaksanaan kegiatan skrining kepada masyarakat.

Setelah skrining, dilanjutkan dengan pemberian konseling oleh petugas gizi. Karena keterbatasan sumber daya, konseling yang diberikan sering kali dilakukan oleh perawat dan hanya berupa nasihat umum untuk pengendalian diabetes melitus. Untuk pemberian obat dan

(6)

terapi juga belum berlangsung dengan optimal, karena ketersediaannya yang terbatas, maka obat hanya dapat diberikan 10-15 hari sekali. Sistem monitoring yang dijalankan di Puskesmas Sapuran berlangsung satu bulan sekali dan evaluasi dilakukan setiap triwulan dan di akhir tahun.

Hal tersebut sudah sesuai dengan Permenkes nomor 44 tahun 2016 tentang manajemen puskesmas. Sistem pencatatan sendiri belum berlangsung dengan optimal karena sering kali terdapat data yang tidak terisi dengan lengkap.

Puskesmas Bogor Utara juga telah melaksanakan hal yang sama, yaitu dengan mengumpulkan data penderita diabetes melitus terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan skrining. Selain itu, juga dilakukan edukasi mengenai upaya pencegahan &

pengendalian diabetes melitus, diet makanan. Namun, pemberian edukasi tersebut masih kurang maksimal dan menyeluruh, karena dokter yang menangani menjelaskan upaya pengendalian penyakit tidak menular secara umum saja. Sistem rujukan yang ada di Puskesmas Bogor Utara juga sudah cukup baik dan sesuai dengan pedoman yang ada. Untuk ketersediaan obat di Puskesmas Bogor Utara sendiri berbeda dengan Puskesmas Sapuran, di mana obat tersedia dengan cukup dan tidak berkekurangan. Monitoring terhadap program dilaksanakan secara terus menerus dan di akhir dilakukan evaluasi. Untuk pencatatan dan pelaporan sudah dilaksanakan setiap hari dan dilaporkan per bulannya, sesuai dengan Permenkes Nomor 43 tahun 2016 mengenai Standar Pelayanan Minimal Pengendalian Diabetes Melitus.

Evaluasi Output

Pada Puskesmas Sapuran, hasil skrining digunakan untuk deteksi risiko diabetes dan penyusunan tindakan pencegahan untuk mengurangi timbulnya kasus diabetes melitus baru ataupun keparahan. Capaian skrining yang dilakukan masih belum mencapai 100%, namun ada peningkatan di tiap tahunnya. Semua penderita diabetes yang mendatangi Puskesmas Sapuran sudah mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar dan capaian pelayanan kesehatan penderita diabetes menunjukkan adanya tren peningkatan. Namun, bila dibandingkan dengan target masih terbilang rendah karena penetapan prevalensi menggunakan standar nasional yang terlalu tinggi.

Sementara itu, di Puskesmas Bogor Utara, capaian kinerja dalam pemberian pelayanan kesehatan bagi penderita diabetes melitus yang sudah sesuai dengan standar yang ada mencapai 42%. Hal tersebut berdasarkan standar yang ada pada Permenkes Nomor 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Pengendalian Diabetes Melitus (DM). Capaian tersebut diperoleh karena pelaksanaan program dinilai belum berjalan dengan optimal.

(7)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan literatur yang sudah didapatkan, diketahui bahwa pelaksanaan program pengendalian diabetes melitus di Indonesia masih belum terlaksana dengan optimal. Hal itu disebabkan karena masih belum tersedianya sumber daya manusia yang cukup dan pendanaan yang masih kurang sehingga memengaruhi pemenuhan kebutuhan. Dilihat dari evaluasi process yang berlangsung dengan cukup baik, namun terkendala oleh kurangnya tenaga kesehatan untuk melaksanakan beberapa tugas dan ketersediaan obat diabetes melitus yang belum merata.

Luaran yang dihasilkan dari program sendiri sudah cukup baik karena menunjukkan adanya tren peningkatan capaian kinerja yang dilakukan, walaupun belum memenuhi target yang sudah ditentukan.

Untuk itu, perlu adanya pendistribusian tenaga kerja yang merata dan berkompeten agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan baik. Pemberian pelatihan dan edukasi kepada tenaga kesehatan juga diperlukan untuk menunjang kinerja yang dilakukan. Selain itu, juga perlu adanya penganggaran yang memadai untuk pelaksanaan program secara maksimal.

Puskesmas dan pemerintah daerah juga perlu menentukan target yang realistis bagi puskesmas, agar upaya pencapaian target dapat berlangsung dengan lebih maksimal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Perencanaan, Pemantauan, dan Penilaian Program Kesehatan, drg. Wachyu Sulistiadi M.A.R.S yang telah membimbing peneliti untuk menyelesaikan naskah ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman terdekat peneliti, serta seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu peneliti mendapatkan data untuk penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alkaff, F. F. and Salamah, S. (2021) Program Pengendalian Penyakit Kronis untuk Pasien Diabetes, Seberapa Efektif?, UNAIR News. Available at:

http://news.unair.ac.id/2021/02/05/program-pengendalian-penyakit-kronis-untuk- pasien-diabetes-seberapa-efektif/ (Accessed: 19 December 2021).

CDC (2021) Diabetes Risk Factors. Available at: https://www.cdc.gov/diabetes/basics/risk- factors.html (Accessed: 19 December 2021).

databoks.katadata (2021) Jumlah penderita Diabetes Indonesia Terbesar ke-5 di Dunia.

Available at: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/22/jumlah-penderita- diabetes-indonesia-terbesar-kelima-di-dunia (Accessed: 19 December 2021).

(8)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020) Infodatin Diabetes Melitus.: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia. Available at:

https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/Infodat in-2020-Diabetes-Melitus.pdf.

Kurniawati, N., Suryawati, C. and Arso, S. P. (2019) ‘Evaluasi Program Pengendalian Diabetes Melitus pada Usia Produktif di Puskesmas Sapuran Tahun 2019’, Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP, 7(4), pp. 2356–3346. Available at:

http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm%0AEVALUASI.

Rahmah, L. and Parinduri, K. (2020) ‘Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Pengendalian Diabetes Melitus Di Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor Tahun 2019’, PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 3(3), pp. 269–281.

Sapra A, Bhandari P. Diabetes Mellitus. [Updated 2021 Sep 18]. In: StatPearls [Internet].

Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551501/

WHO (2021) Diabetes. Available at: https://www.who.int/news-room/fact- sheets/detail/diabetes (Accessed: 17 December 2021).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap penderita diabetes melitus dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering

dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di wilayah

Hubungan Pendapatan Dan Asupan Karbohidrat Dengan Pengendalian Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di Puskesmas Ngemplak

Pernyataan Informan Mengenai Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung?. Informan

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menggambarkan proses pelaksanaan, pencatatan, fasilitas, kendala dan upaya dalam monitoring gula darah kasus diabetes melitus di Puskesmas

Hubungan Diabetes Self Care Management dengan Kontrol Glikemik pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas I Ubud, Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas

PENGENDALIAN, PELAPORAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN A. Pengendalian merupakan sejumlah tindakan untuk mengikuti pelaksanaan program dan

Deskripsi Tingkat Pengetahuan Pasien di Puskesmas Hamparan Perak terhadap Penyakit Diabetes