• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI LEBIH DAN OBESITAS PADA SISWA SISWI MI KHOIRUL HUDA KOTA TANGERANG TAHUN 2021

N/A
N/A
Choirul Arif

Academic year: 2024

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI LEBIH DAN OBESITAS PADA SISWA SISWI MI KHOIRUL HUDA KOTA TANGERANG TAHUN 2021 "

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI LEBIH DAN OBESITAS PADA SISWA SISWI MI KHOIRUL HUDA KOTA

TANGERANG TAHUN 2021

DISUSUN OLEH:

Wihda Intan Sabila 11171010000040

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1443 H/2021 M

(2)

2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI LEBIH DAN OBESITAS PADA SISWA SISWI MI KHOIRUL HUDA KOTA

TANGERANG TAHUN 2021 HALAMAN JUDUL

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH:

Wihda Intan Sabila 11171010000040

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1443 H/2021 M

(3)

iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperolah gelar strata satu (S1) di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 17 Desember 2021

Wihda Intan Sabila

(4)

iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas Akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Wihda Intan Sabila

NIM : 11171010000040

Program Studi : Kesehatan Masyarakat Fakultas : Ilmu Kesehatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta hak untuk menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelola, mendistribusikan, dan mempublikasikan melalui internet atau media lain bagi kepentingan akademis skripsi saya yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Lebih dan Obesitas Pada Siswa Siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang selama Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2021” selama tetap mencantumkan nama saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Tangerang, 17 Desember 2021

Wihda Intan Sabila

(5)

v UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Skripsi, Januari 2022

Wihda Intan Sabila, 11171010000040

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Lebih dan Obesitas Pada Siswa Siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang Tahun 2021

lix + 107 Halaman + 12 Tabel + 2 Bagan + 5 Lampiran ABSTRAK

Beralihnya pembelajaran menjadi secara daring dari rumah akibat pandemi Covid-19 membuat anak-anak selalu berada di dalam rumah dan dapat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup anak-anak, seperti penurunan aktivitas fisik, peningkatan perilaku menetap, peningkatan penggunaan media berbasis layar, dan penurunan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Hal tersebut dapat meningkatkan kejadian gizi lebih dan obesitas pada anak-anak selama pandemi Covid-19 bahkan memiliki efek jangka panjang yang dapat berpengaruh pada kesehatan anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, pekerjaan ayah dan ibu, frekuensi konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, camilan, aktivitas penggunaan media berbasis layar, dan aktivitas fisik dengan status gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 155 anak usia 6-14 tahun.

Prevalensi gizi lebih dan obesitas pada 155 siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021 sebesar 29%. Sebagian responden memiliki usia 10 tahun atau lebih (53,5%), 50,3% memiliki jenis kelamin perempuan dan 49,7% laki-laki, 74,2% responden memiliki ayah dengan pekerjaan formal dan 66,5% responden memiliki ibu dengan pekerjaan informal. Hasil analisis bivariat dengan uji chi- square menunjukkan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, frekuensi konsumsi makanan cepat saji, frekuensi minuman manis, frekuensi camilan, dan aktivitas fisik dengan status gizi lebih dan obesitas (P-value

> 0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara usia (P-value 0,023; OR 2,470;

CI 95% 1,186 - 5,144) dan durasi penggunaan media berbasis layar dalam satu minggu (P-value 0,034; OR 2,516; CI 95% 1,132 - 5,590) dengan status gizi lebih dan obesitas. Saran, agar memperhatikan asupan makanan dan aktivitas fisik pada anak guna mencegah kejadian gizi lebih atau obesitas pada anak.

Kata Kunci: Status Gizi, Aktivitas Penggunaan Layar, Pandemi Covid-19 Daftar Bacaan: 96 (2001 – 2021)

(6)

vi SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH MAJOR EPIDEMIOLOGY

Undergraduate Thesis, January 2022 Wihda Intan Sabila, 11171010000040

Factors Affecting Overweight and Obesity among MI Khoirul Huda Students in Tangerang City in 2021

lix + 107 Pages + 12 Tables + 2 Charts + 5 Attachments

ABSTRACT

The shift to online learning from home due to the Covid-19 pandemic keeps children indoors and can affect children's behavior and lifestyle, such as decreased physical activity, increased sedentary behavior, increased use of screen-based media, and decrease in the quality of food consumed by children. This event can increase the incidence of overweight and obesity in children during the Covid-19 pandemic and even have long-term effects that can affect children's health. This study aims to determine the relationship between age, gender, father and mother's occupation, frequency of consumption of fast food, sweet drinks, snacks, screen- based acivity, and physical activity with overweight and obesity in MI Khoirul Huda students in Tangerang City in 2021. This study used a cross sectional research design. Participants in this study were 155 children aged 6-14 years. The prevalence of overweight and obesity in 155 MI Khoirul Huda students, Tangerang City in 2021, was 29%. Some respondents are 10 years old or older (53.5%), 50.3%

are female and 49.7% are male, 74.2% of respondents have a father with a formal work and 66.5% of respondents have a mother with informal work. The results of bivariate analysis with chi-square test showed that there was no relationship between gender, father's occupation, mother's occupation, frequency of fast-food consumption, frequency of sugary drinks, frequency of snacks, and physical activity with overweight and obesity status (P-value > 0 ,05). There is a significant relationship between age (P-value 0.023; OR 2,470; 95% CI 1.186 - 5.144) and duration of using screen-based media in one week (P-value 0.034; OR 2.516; 95%

CI 1.132 - 5.590) with overweight and obesity. Suggestions, to pay attention to food intake and physical activity in children in order to prevent the incidence of overweight or obesity in children.

Keywords: Nutritional Status, Screen-based Activity, Covid-19 Pandemic Reading List: 96 (2001 – 2021)

(7)

vii PERNYATAAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI LEBIH DAN OBESITAS PADA SISWA SISWI MI KHOIRUL HUDA KOTA

TANGERANG TAHUN 2021

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Sidang Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 12 Januari 2022

Disusun oleh:

Wihda Intan Sabila NIM: 11171010000040

Menyetujui, Mengetahui,

Pembimbing Skripsi Ketua Program Studi

Hoirun Nisa, M.Kes., Ph.D.

NIP. 197904272005012005

Catur Rosidati, M.K.M.

NIP. 197502102008012018

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

(8)

viii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI LEBIH DAN OBESITAS PADA SISWA SISWI MI KHOIRUL HUDA KOTA

TANGERANG TAHUN 2021 Disusun oleh:

Wihda Intan Sabila NIM. 11171010000040

Telah diujikan

Pada tanggal 05 Januari 2022 Ketua Sidang Skripsi,

Dela Aristi, M.K.M.

NIP. -

Penguji 1 Penguji 2

Fajar Ariyanti, S.K.M., M.Kes., Ph.D. Yustiyani, S.Gz., M.Si.

NIP. 197612092006042003 NIP. 199010102020122031 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

(9)

ix DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama : Wihda Intan Sabila

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 27 Juni 1999 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : JL. KH. Agus Salim Gg. Masjid II, RT 03/RW 04 Nomor 100, Kelurahan Poris Plawad, Kecanatan Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten, 15141 Nomor Telepon : 0812-8907-8652

Email : [email protected]/

[email protected]

Riwayat Pendidikan

2017 – 2021 : S1 – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Epidemiologi

2014 – 2017 : SMAIT Asy-Syukriyyah Kota Tangerang 2011 – 2014 : MTs Sahid Kabupaten Bogor

2005 – 2011 : MI Plus Asy-Syukriyyah Kota Tangerang 2002 – 2005 : TK Ananda Kota Tangerang

(10)

x KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Lebih dan Obesitas Pada Siswa Siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang Tahun 2021”. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Penelitian skripsi ini disusun guna mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, ridho, kesehatan, dan keberkahan kepada penulis.

2. Keluarga tercinta yaitu kedua orang tua dan adik-adik tersayang yang telah memberikan dukungan penuh baik materil maupun immateril, memberikan motivasi, serta do’a yang tiada hentinya agar peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Zilhadia, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(11)

xi 5. Bapak H. Sanusi HMA S.Ag., MM. selaku Kepala Sekolah MI Khoirul Huda Kota Tangerang yang telah menerima dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi di MI Khoirul Huda Kota Tangerang.

6. Ibu Hoirun Nisa, S.K.M., M.Kes., Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, serta memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan penelitian skripsi ini.

7. Ibu Dela Aristi, M.K.M., Ibu Fajar Ariyanti, S.K.M., M.Kes., Ph.D., dan Ibu Yustiyani, S.Gz., M.Si., selaku dosen penguji sidang yang senantiasa memberikan masukan dan saran untuk perbaikan penyusunan penelitian skripsi.

8. Seluruh guru dan pegawai MI Khoirul Huda Kota Tangerang atas bantuannya yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data dan informasi dalam melaksanakan penelitian skripsi ini.

9. M. Iqbal Ramadhan, S.Pd dan Adi Setya Frida Utami, S.K.M selaku teman yang senantiasa sabar dalam mendengarkan keluh kesah, memberikan motivasi, semangat, bantuan, serta masukan kepada penulis.

10. Teman-teman “Pejuang Skripsi” yang selalu membersamai penulis dari semester awal dan selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini.

11. Kawan seperjuangan Epidemiologi 2017 yang telah menyemangati penulis untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini.

12. Berbagai pihak lain yang membantu dalam proses penyusunan penelitian skripsi ini yang belum dapat penulis sebutkan satu persatu.

(12)

xii Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar peneliti dapat memperbaiki penulisan penelitian selanjutnya dikemudian hari. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti, Madrasah Ibtidaiyah Khoirul Huda Kota Tangerang, dan para pembaca. Aamiin.

Atas perhatian dan dukungannya, penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tangerang, Oktober 2021

Wihda Intan Sabila

(13)

xiii DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan ... 12

1. Tujuan Umum ... 12

2. Tujuan Khusus ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

1. Manfaat Teoritis ... 13

2. Manfaat Praktis ... 13

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 16

A. Coronavirus Disease (Covid-19) ... 16

B. Epidemiologi Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah ... 17

(14)

xiv

C. Status Gizi ... 18

1. Pengertian ... 18

2. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT Menurut Umur (IMT/U) ... 18

3. Klasifikasi Status Gizi ... 19

D. Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah ... 21

1. Anak Usia Sekolah... 21

2. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah ... 21

3. Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah... 22

E. Patofisiologi dan Dampak Gizi Lebih Pada Anak ... 22

F. Faktor-faktor Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah ... 24

1. Usia ... 24

2. Jenis Kelamin ... 25

3. Pendidikan Orang Tua ... 25

4. Pekerjaan Orang Tua dan Status Sosial Ekonomi ... 26

5. Faktor Genetik ... 27

6. Pola Makan ... 29

7. Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup ... 31

8. Penggunaan Media Berbasis Layar (Screen-based Activity) ... 32

9. Aktivitas Fisik ... 33

10. Lama Waktu Tidur ... 35

11. Faktor Psikologis ... 36

12. Faktor Hormon dan Obat-obatan ... 37

G. Kerangka Teori... 38

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 40

A. Kerangka Konsep ... 40

(15)

xv

B. Definisi Operasional... 41

C. Hipotesis ... 45

BAB IV METODE PENELITIAN ... 46

A. Desain Penelitian ... 46

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

1. Populasi Penelitian ... 46

2. Sampel Penelitian ... 47

D. Instrumen Penelitian... 50

E. Metode Pengumpulan Data ... 54

F. Manajemen Data ... 56

G. Analisis Data ... 57

1. Analisis Univariat ... 57

2. Analisis Bivariat ... 58

H. Etik Penelitian ... 59

BAB V HASIL ... 60

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 60

1. Gambaran Sekolah ... 60

2. Keadaan Siswa ... 61

3. Gambaran Kegiatan Sekolah selama Pandemi Covid-19 ... 62

B. Hasil Analisa Data... 64

1. Hasil Analisis Univariat ... 64

2. Hasil Analisis Bivariat ... 70

BAB VI PEMBAHASAN ... 77

A. Keterbatasan Penelitian ... 77

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

(16)

xvi

1. Prevalensi Gizi Lebih Pada Siswa Siswi MI Khoirul Tahun 2021 ... 78

2. Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Status Gizi Lebih Siswa Siswi MI Khoirul Huda Tahun 2021 ... 81

3. Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Status Gizi Lebih Siswa Siswi MI Khoirul Huda Tahun 2021 ... 87

4. Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Minuman Manis dengan Status Gizi Lebih Siswa Siswi MI Khoirul Huda Tahun 2021... 90

5. Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Camilan dengan Status Gizi Lebih Siswa Siswi MI Khoirul Huda Tahun 2021 ... 91

6. Hubungan Antara Aktivitas Penggunaan Media Berbasis Layar dengan Status Gizi Lebih Siswa Siswi MI Khoirul Huda Tahun 2021 ... 93

7. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Lebih Siswa Siswi MI Khoirul Huda Tahun 2021 ... 98

C. Perspektif Pencegahan Gizi Lebih dan Obesitas Menurut Islam ... 101

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 105

A. Simpulan ... 105

B. Saran ... 106

1. Bagi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Khoirul Huda ... 106

2. Bagi Orang Tua ... 106

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... xix

LAMPIRAN ... xxx

(17)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak ... 20

Tabel 2.2 Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mikro Anak Usia Sekolah... 22

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 41

Tabel 4.1 Besar Sampel Minimal ... 48

Tabel 4.2 Kategori Status Gizi Berdasarkan IMT/U Anak Usia 5-18 Tahun ... 51

Tabel 5.1 Daftar Siswa selama 3 Periode Tahun Ajaran Terakhir ... 62

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Lebih dan Obesitas Pada Siswa Siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang selama Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2021 ... 64

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu Siswa Siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang Pada Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2021 ... 66

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayah dan Ibu ... 67

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan dan Minuman Pada Siswa Siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang selama Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2021 ... 68

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Aktivitas Penggunaan Media Berbasis Layar dan Aktivitas Fisik Pada Siswa Siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang selama Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2021 ... 69

Tabel 5.7 Distribusi Aktivitas Bermain Gadget saat Sedang Makan dan Sambil Memakan Camilan ... 70

Tabel 5.8 Hasil Analisis Bivariat ... 71

(18)

xviii DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 38 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ... 40

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... xxx Lampiran 2 Output Hasil Analisis Data ... xxxix Lampiran 3 Persetujuan Etik ... lvii Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian ... lviii Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ... lix

(19)

1

1. BAB I PENDA HULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pandemi Covid-19 merupakan suatu wabah yang terjadi akibat virus Covid-19, dimana penyakit tersebut disebabkan oleh SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus). Penyakit ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia (Rothan & Byrareddy, 2020). Sejak Maret 2020, WHO menetapkan bahwa penyakit Covid-19 sebagai pandemi di dunia (Xiang dkk., 2020). Pada 2 Maret 2020, Indonesia mengumumkan kasus pertama Covid-19. Data kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan, sehingga pemerintah harus melakukan tindakan guna mengendalikan virus Covid-19 (Kemenkes RI, 2020a).

Pemerintah telah menetapkan Peraturan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) untuk menekan penyebaran virus Covid-19 (Kemenkumham RI, 2020). Tindakan darurat ini tentunya memiliki dampak pada semua aspek kehidupan. Salah satunya di bidang pendidikan yaitu dengan menutup sekolah sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020 tentang pedoman pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus untuk penyesuaian pembelajaran selama pandemi Covid-19 (Kemendikbud RI, 2020). Pemerintah mengganti metode belajar dari pembelajaran tatap muka dengan datang ke sekolah atau

(20)

2

biasa disebut di luar jaringan menjadi pembelajaran secara daring yang dilakukan dari rumah.

Kebijakan terkait physical distancing dan metode pembelajaran sekolah dapat mengurangi peluang aktivitas fisik di kalangan anak usia sekolah. Hal ini membuat anak tetap berada di dalam ruangan dan dapat memengaruhi perilaku gaya hidup anak, misalnya kurangnya dalam melakukan olahraga atau beraktivitas fisik lainnya, lebih banyak duduk atau perilaku menetap, dan peningkatan penggunaan media berbasis layar.

Aktivitas fisik yang menurun dan perilaku menetap yang meningkat memiliki dampak yang tidak baik pada kesehatan fisik maupun mental anak, seperti kenaikan berat badan, mengalami masalah psikososial, bahkan dapat berdampak pada menurunnya kemampuan dalam belajar (Xiang dkk., 2020).

Menurut hasil penelitian Xiang, dkk (2020) yang dilakukan di lima sekolah di Shanghai selama masa pandemi Covid-19 pada anak usia 6-17 tahun, menunjukkan bahwa median waktu yang dihabiskan untuk melakukan aktivitas fisik secara keseluruhan menurun drastis antara aktivitas fisik sebelum pandemi dan aktivitas fisik selama pandemi, dari 540 menit/minggu menjadi 105 menit/minggu, dengan pengurangan rata-rata 435 menit. Prevalensi siswa yang tidak aktif secara fisik meningkat dari 21,3% menjadi 65,6%. Selain itu, durasi penggunaan media berbasis layar selama pandemi Covid-19 secara total mengalami peningkatan yang signifikan (rata-rata +1730 menit atau sekitar 30 jam/minggu).

(21)

3

Pandemi Covid-19 menimbulkan banyaknya variasi risiko gizi lebih. Selain itu, pandemi Covid-19 memiliki efek jangka panjang yang dapat berpengaruh pada kesehatan anak-anak. Hasil penelitian Rundle, dkk (2020) menunjukkan bahwa anak-anak mengalami kelebihan berat badan pada saat liburan sekolah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sekulic, dkk (2020) pada saat pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa terdapat penurunan aktivitas fisik yang signifikan, terutama aktivitas fisik pada anak laki-laki.

Hasil penelitian oleh Zachary, dkk (2020) yang dilakukan pada saat pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa 20% dari sampel penelitian tersebut mengalami penambahan berat badan 2,5 sampai 5 kilogram. Hal tersebut dapat terjadi karena mereka mengalami peningkatan aktivitas makan akibat respons terhadap penglihatan dan penciuman (P-value 0,048), respon terhadap stres (P-value 0,041), dan makan camilan setelah makan malam (P-value 0,016). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa selama karantina mandiri, terdapat beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kenaikan berat badan yaitu waktu tidur yang tidak cukup, konsumsi camilan setelah makan malam, tidak menjaga pola makan, makan berbagai macam makanan akibat stres selama pembelajaran daring, dan aktivitas fisik yang kurang (Zachary dkk., 2020).

Karantina mandiri di rumah dikaitkan dengan penerapan perilaku tidak sehat, seperti peningkatan perilaku menetap serta penurunan kualitas makanan. Perilaku menetap seperti penggunaan media berbasis layar misalnya belajar secara daring, menonton televisi, dan bermain gadget atau

(22)

4

video game dikaitkan dengan meningkatnya asupan energi, serta paparan yang lebih tinggi terhadap iklan makanan olahan. Selain itu, kebiasaan makan yang buruk dikaitkan dengan perilaku menetap dan penggunaan media berbasis layar. Kegiatan tersebut merupakan rutinitas baru yang ditemukan selama masa karantina mandiri di rumah (Rundle dkk., 2020;

Pietrobelli dkk., 2020). Hasil penelitian Pietrobelii (2020) yang dilakukan pada anak-anak menunjukkan bahwa selama kegiatan lockdown saat pandemi Covid-19 terdapat peningkatan secara signifikan konsumsi keripik kentang, daging merah, dan minuman manis (P-value 0,005-<0,001), waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas olahraga menurun 2,30 (SD 4,60) jam/minggu (P-value 0,003), waktu tidur yang meningkat sebesar 0,65 (SD 1,29) jam/hari (P-value 0,003), serta waktu penggunaan media berbasis layar meningkat sebesar 4,85 (SD 2,40) jam/hari (Pietrobelli dkk., 2020).

Hasil penelitian Werneck, dkk (2020) yang dilakukan saat karantina mandiri selama pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa penggunaan media berbasis layar seperti menonton televisi dan penggunaan komputer atau tablet yang tinggi dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih tinggi untuk terjadinya peningkatan frekuensi konsumsi makanan olahan atau biasa disebut sebagai makanan ultraproses dan rendahnya konsumsi buah dan sayuran (Werneck dkk., 2021). Penggunaan media berbasis layar dikaitkan dengan status gizi lebih dan obesitas pada anak-anak. Hal itu dapat terjadi karena “double burden” atau masalah ganda, yaitu perilaku menetap dan kaitannya antara penggunaan media berbasis layar dengan kegiatan mengonsumsi makanan atau camilan (Rundle dkk., 2020). Hal tersebut

(23)

5

tentunya akan berdampak pada penambahan berat badan, sehingga berpengaruh terhadap status gizi anak-anak.

Gizi lebih merupakan sebuah keadaan lemak yang berlebih akibat penimbunan lemak sehingga dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2020).

WHO mengartikan gizi lebih pada anak usia 5-19 tahun ialah mengalami kegemukan jika IMT berdasarkan umur > +1 SD median dan obesitas jika

> + 2 SD median menurut referensi pertumbuhan WHO (WHO, 2020).

Sedangkan, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak menetapkan gizi lebih dan obesitas pada anak usia 5-18 tahun dengan melihat IMT menurut umur pada tabel standar antropometri, dimana dikatakan gizi lebih atau kegemukan apabila nilai ambang batas (z-score) +1 SD s/d +2 SD, dan dikatakan obesitas jika nilai ambang batas (z-score) > +2 SD (Kemenkes RI, 2020b).

Menurut WHO, prevalensi gizi lebih dan obesitas pada masa kanak- kanak mengalami peningkatan, dimana peningkatan tersebut 30% lebih tinggi di negara yang memiliki penghasilan rendah dan menengah dibandingkan di negara yang memiliki penghasilan tinggi (WHO, 2020).

Terdapat 12,4 juta anak obesitas di Asia pada tahun 1990 (1,2 juta di Asia Tenggara), yang meningkat menjadi 18 juta pada tahun 2010 (2,5 juta di Asia Tenggara) (Karki dkk., 2019). Sementara itu, data di Indonesia menunjukkan bahwa kegemukan atau gizi lebih dan obesitas pada anak usia 5 sampai 12 tahun masing-masing sebanyak 18,8% dan 10,8% (P2PTM Kemenkes, 2018).

(24)

6

Pada anak usia sekolah yaitu usia 6 sampai 18 tahun, prevalensi gizi lebih masing-masing meningkat dari 5,1% menjadi 15,6% dan dari 7,1%

menjadi 14,1% antara 1993 dan 2014. Meskipun prevalensi gizi lebih tetap lebih tinggi di daerah perkotaan, peningkatan prevalensi gizi lebih dan obesitas lebih besar di antara penduduk pedesaan jika dibandingkan dengan perkotaan (Oddo dkk., 2019). Peningkatan prevalensi gizi lebih pada anak usia sekolah telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara dan menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang mendesak dan serius karena gizi lebih dan obesitas pada anak akan berdampak pada kesehatan anak sehingga penting untuk segera dilakukannya pencegahan dan pengendalian.

Kelebihan gizi yang terjadi pada anak dapat menyebabkan terganggunya fungsi pada tumbuh kembang anak yang akan tampak hingga dewasa, sehingga memiliki peluang untuk mengalami kematian dini dan kecacatan pada masa dewasa. Anak-anak dengan status gizi lebih dan obesitas memiliki kecenderungan untuk mengalami obesitas hingga dewasa dan dapat mengembangkan penyakit seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular pada usia dini (WHO, 2020). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa anak dengan masalah gizi akan memiliki pertumbuhan dengan kemampuan fisik dan mental yang kurang optimal serta rendahnya produktivitas. Anak obesitas memiliki konsekuensi kesehatan jangka pendek dan jangka panjang (Irawan dkk., 2020).

Gizi lebih dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan anak-anak termasuk pada kesehatan psikologis, kesehatan kardiovaskular, dan juga kesehatan fisik secara keseluruhan. Akibatnya, gizi lebih selalu dikaitkan

(25)

7

dengan beberapa kondisi komorbiditas seperti hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, apnea tidur, harga diri yang buruk (poor self-esteem), dan bahkan bisa menimbulkan depresi yang serius. Peningkatan lemak tubuh pada anak- anak juga dapat meningkatkan risiko berbagai bentuk kanker, seperti kanker payudara, usus besar, esofagus, ginjal, dan pankreas (Sanyaolu dkk., 2019).

Faktor lingkungan dan faktor genetik memiliki kontribusi yang besar dalam kejadian gizi lebih pada anak-anak. Aktivitas fisik, sosial ekonomi, dan asupan gizi merupakan gaya hidup yang diciptakan oleh faktor lingkungan. Apabila terjadi perubahan gaya hidup, maka sikap, pengetahuan, perilaku dalam menentukan jenis serta jumlah makanan yang dikonsumsi dan pola makan akan berubah seiring dengan perubahan gaya hidup. Selain itu, akan terjadi penurunan frekuensi dan intensitas aktivitas fisik akibat terjadinya perubahan gaya hidup. Kurangnya aktivitas fisik dapat ditunjukkan oleh penurunan intensitas olahraga dan peningkatan permainan elektronik seperti video game, dimana permainan tersebut membuat anak kurang aktif dalam melakukan aktivitas fisik (Octari dkk., 2014). WHO memberikan waktu rekomendasi dalam beraktivitas untuk berolahraga yaitu minimal 1 jam per hari dalam seminggu untuk melakukan olahraga atau kegiatan aktivitas fisik lainnya (Zamzani dkk., 2017).

Faktor penyebab lainnya ialah perilaku, psikologis, dan biologis.

Faktor perilaku mengarah kepada kebiasaan diet atau pola makan seseorang.

Diet telah dipelajari secara luas sebagai penyebab gizi lebih. Peningkatan konsumsi makanan cepat saji dan minuman manis secara langsung dikaitkan dengan epidemi gizi lebih pada anak (Lee & Yoon, 2018).

(26)

8

Faktor psikologis dapat terjadi karena anak-anak lebih rentan terhadap stres psikologis dan emosional dibandingkan dengan orang dewasa. Stres yang tidak teratasi memengaruhi perilaku makan dan sering kali menyebabkan peningkatan volume makanan, kecepatan makan, waktu makan tidak teratur, serta konsumsi makanan cepat saji dan camilan.

Akibatnya, strategi penanggulangan mal adaptif ini berkontribusi pada penambahan berat badan berlebih (Hemmingsson, 2014).

Faktor biologis dapat ditunjukkan dengan adipokin, adipokin adalah salah satu biomarker obesitas yang paling banyak dipelajari. Penelitian sebelumnya menemukan berbagai adipokin yang terkait dengan obesitas pada anak-anak, seperti leptin, adiponektin, visfatin, resistin, dan protein pengikat asam lemak adiposit. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa produksi protein pengikat lipopolisakarida yang berkaitan dengan translokasi mikroba, dimana hal tersebut berhubungan dengan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan resistensi insulin pada anak (Lee & Yoon, 2018).

Penelitian Danari, dkk (2013) yang dilakukan di Kota Manado membuktikan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara kejadian obesitas pada anak sekolah dasar dengan aktivitas fisik (Danari dkk., 2013).

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Zamzani, dkk (2017), dimana penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki keterkaitan dengan kejadian obesitas pada anak dengan nilai P 0,009 (<0,05). Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan pengeluaran kalori lebih sedikit dibandingkan kalori yang masuk, akibatnya lemak menumpuk

(27)

9

dan menjadi penimbunan lemak berlebih di dalam tubuh. Selain itu, penelitian lain juga menunjukkan adanya hubungan screen-based activity, konsumsi fast food, pendapatan keluarga, dan pola makan dengan kejadian kegemukan dan obesitas pada anak-anak (Neni dkk., 2019; Damapolii dkk., 2013; Parengkuan dkk., 2013; Bambuena dkk., 2014).

Madrasah Ibtidaiyah Khoirul Huda adalah sekolah yang terletak di Kota Tangerang, dimana pada saat pandemi Covid-19 sekolah ini menerapkan pembelajaran secara daring. Sekolah ini menerapkan kebijakan pemerintah yang tertulis dalam surat edaran dari Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Kota Tangerang tentang pelaksanaan proses belajar mengajar dari rumah dalam upaya mencegah tersebarnya virus Covid-19.

Sekolah ini mulai menerapkan proses belajar mengajar secara daring mulai dari pertengahan Maret 2020.

Pada hasil studi pendahuluan diketahui bahwa siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun ajaran 2020/2021 berjumlah 243 anak.

Studi pendahuluan dilakukan dengan observasi langsung dan proses dalam pengumpulan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling dengan teknik voluntary sampling. Studi pendahuluan dilakukan pada bulan Januari 2021 terhadap 33 siswa MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari 3 siswa kelas 1, 6 siswa kelas 2, 16 siswa kelas 3, 1 siswa kelas 5, dan 6 siswa kelas 6 siswa. Hasil studi pendahuluan menunjukkan 15 anak (46,9%) berstatus gizi baik, 13 anak (40,7%) berstatus gizi lebih dan obesitas, dan 4 anak (12,5%) berstatus gizi kurang.

(28)

10

Berdasarkan uraian tersebut dan beberapa penelitian di Indonesia tentang gizi lebih dan obesitas pada anak sekolah dasar pada beberapa wilayah menunjukkan hasil yang berbeda. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi lebih dan obesitas pada siswa MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Pandemi Covid-19 membuat pemerintah menetapkan peraturan seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mengendalikan penyebaran virus Covid-19. Tindakan darurat tersebut juga berdampak pada sektor pendidikan, yaitu dengan melakukan penutupan sekolah dan mengganti metode pembelajaran dengan melakukan pembelajaran dari rumah secara daring. Hal tersebut membuat anak-anak selalu berada di dalam rumah dan terjadi perubahan gaya hidup, seperti penurunan aktivitas fisik, peningkatan perilaku menetap, peningkatan penggunaan media berbasis layar, peningkatan frekuensi konsumsi makanan cepat saji, camilan, dan minuman manis, rendahnya konsumsi buah dan sayur, serta kurang menjaga pola makan sehingga dapat berpengaruh terhadap status gizi lebih dan obesitas pada anak. Diketahui bahwa gizi lebih dan obesitas dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan anak-anak termasuk pada kesehatan psikologis, kesehatan kardiovaskular, dan juga kesehatan fisik secara keseluruhan.

Studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan observasi secara langsung di MI Khoirul Huda yang merupakan salah satu sekolah yang

(29)

11

menerapkan metode pembelajaran secara daring selama pandemi Covid-19.

Studi pendahuluan dilakukan pada bulan Januari tahun 2021 terhadap 33 siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun ajaran 2020/2021 yang terdiri dari 3 siswa kelas 1, 6 siswa kelas 2, 16 siswa kelas 3, 1 siswa kelas 5, dan 6 siswa kelas 6 siswa. Hasil studi pendahuluan menunjukkan 15 anak (46,9%) berstatus gizi baik, 13 anak (40,7%) berstatus gizi lebih dan obesitas, dan 4 anak (12,5%) memiliki status gizi kurang.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan penelitian, seperti:

1. Bagaimana distribusi frekuensi status gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021?

2. Bagaimana distribusi frekuensi karakteristik individu pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021?

3. Bagaimana distribusi frekuensi konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, dan camilan pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021?

4. Bagaimana distribusi frekuensi aktivitas penggunaan media berbasis layar dan aktivitas fisik pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021?

5. Apakah ada hubungan antara karakteristik individu dengan status gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021?

(30)

12

6. Apakah ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, dan camilan dengan status gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021?

7. Apakah ada hubungan antara aktivitas penggunaan media berbasis layar dan aktivitas fisik dengan status gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang pada tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi status gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik individu pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, dan camilan pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi aktivitas penggunaan media berbasis layar dan aktivitas fisik pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021.

(31)

13

e. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan status gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021.

f. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, dan camilan dengan status gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021.

g. Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas penggunaan media berbasis layar dan aktivitas fisik dengan status gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi MI Khoirul Huda Kota Tangerang tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan status gizi lebih dan obesitas pada anak-anak dan risikonya.

2. Manfaat Praktis

2.1. Bagi Madrasah Ibtidaiyah Khoirul Huda

Hasil dari penelitian ini dapat menginformasikan kepada pihak sekolah terkait status gizi siswa siswi serta masukan bagi pihak sekolah mengenai kegiatan belajar secara daring dari rumah.

(32)

14 2.2. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil dari penelitian ini berguna untuk mengetahui prevalensi status gizi khususnya gizi lebih dan obesitas pada anak sekolah dasar. Hasil penelitian ini dapat melahirkan informasi yang bermanfaat kepada instansi kesehatan yaitu Puskesmas Poris Plawad untuk lebih meningkatkan penyuluhan atau skrining terkait gizi lebih dan obesitas.

2.3. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan edukasi bagi masyarakat terkait faktor risiko gizi lebih agar dapat melakukan pencegahan sedini mungkin.

2.4. Bagi Peneliti lain

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan tumpuan untuk peneliti selanjutnya dalam melaksanakan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih dan obesitas pada anak usia sekolah untuk peneliti selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan guna mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih dan obesitas pada siswa siswi Madrasah Ibtidaiyah Khoirul Huda Kota Tangerang tahun ajaran 2020 – 2021, dimana penelitian ini berlangsung pada saat pandemi Covid-19.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2021 sampai dengan Januari 2022. Pada penelitian ini terdapat variabel bebas yaitu karakteristik individu, frekuensi konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, dan

(33)

15

camilan, aktivitas penggunaan media berbasis layar dan aktivitas fisik.

Status gizi lebih dan obesitas merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square pada software SPSS. Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan terkait karakteristik individu, frekuensi konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, dan camilan, aktivitas penggunaan media berbasis layar dan aktivitas fisik serta pengukuran antropometri seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang dianalisis adalah 155 responden.

(34)

16

2. BAB I I TINJAUAN PU STA KA DAN K ERAN GKA TEORI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Coronavirus Disease (Covid-19)

Penyakit Covid-19 atau Coronavirus adalah penyakit yang ditimbulkan akibat SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus) dan salah satu patogen yang terutama mengganggu system pernapasan pada manusia. Pada November 2019, pertama kali virus ini ditemukan pada di kota Wuhan, China. Akibatnya, WHO memutuskan Covid-19 sebagai pandemi pada Maret 2020 (Agustian dkk., 2021).

Indonesia mengumumkan kasus pertama Covid-19 pada 2 Maret 2020. Pada tanggal 7 Maret 2021, data kasus Covid-19 di Indonesia tercatat 1,38 juta orang positif Covid-19, 1,19 juta sembuh, dan 37.266 orang meninggal karena penyakit Covid-19 (Kemenkes RI, 2020a). Penularan Covid-19 terjadi akibat terjadinya kontak dengan virus yang keluar bersama droplet.

Banyaknya variasi gejala klinis sehingga tergantung dari beratnya penyakit.

Akan tetapi, gejala utamanya adalah demam, batuk, mialgia, sesak napas, sakit kepala, diare, mual dan nyeri perut (Marzuki dkk., 2021).

Ada beberapa klasifikasi definisi terinfeksi Covid-19 berdasarkan Panduan Surveilans Global WHO. Diantaranya adalah kasus terduga, kasus probable, dan kasus terkonfirmasi. Kasus terduga memiliki empat kategori, dimana pernapasan akut merupakan gejala utama, sedangkan kasus probable memiliki dua kategori, dimana kasus probable merupakan dugaan kasus yang memiliki hasil tes Covid-19 tidak meyakinkan atau hasil tesnya tidak dapat dikerjakan karena alasan apapun. Sedangkan, kasus

(35)

17

terkonfirmasi adalah pasien yang positif Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium (Handayani dkk., 2020).

B. Epidemiologi Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah

NCD Risk Factor Collaboration (NCD-RisC) memegang basis data global terbesar salah satunya terkait obesitas pada anak usia 5-19. NCD- RisC menunjukkan bahwa antara tahun 1975 dan 2016, terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada anak perempuan dari 0,7 menjadi 5,6%, sedangkan pada anak laki-laki dari 0,9 menjadi 7,8% (Di Cesare dkk., 2019). Menurut WHO, peningkatan gizi lebih dan obesitas pada masa kanak-kanak 30%

lebih tinggi pada negara berpenghasilan rendah-menengah dibandingkan di negara dengan penghasilan tinggi (WHO, 2020). Terdapat 12,4 juta anak obesitas di Asia pada tahun 1990 (1,2 juta di Asia Tenggara), meningkat menjadi 18 juta pada tahun 2010 (2,5 juta di Asia Tenggara) (Karki dkk., 2019).

Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat 18,8%

anak usia 5 sampai 12 tahun mengalami gizi lebih atau kegemukan, dan 10.8% mengalami obesitas (P2PTM Kemenkes, 2018). Persentase kejadian status gizi lebih pada anak usia 6-12 tahun di Indonesia antara tahun 1993 dan 2014 mengalami peningkatan dari 5,1% menjadi 15,6% (Oddo dkk., 2019).

(36)

18 C. Status Gizi

1. Pengertian

Suatu kondisi yang ditimbulkan oleh kesepadanan antara zat gizi yang berasal dari makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan zat gizi yang tubuh perlukan untuk melakukan metabolisme disebut sebagai status gizi. Asupan nutrisi yang dibutuhkan setiap individu mungkin berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas sehari- hari, berat badan, tinggi badan, dan sebagainya (Par’i dkk., 2017).

Status gizi dapat ditentukan berdasarkan pengukuran berbagai parameter. Hasil pengukuran parameter tersebut dibandingkan dengan standar. Pengkajian status gizi memiliki manfaat untuk mengetahui ada tidaknya masalah yang berhubungan dengan gizi. Pengkajian status gizi perlu dilakukan karena ada beberapa hal dan kematian yang berhubungan dengan status gizi. Oleh karena itu, dengan mengetahui status gizi dapat dilakukan pencegahan dan pengendalian dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Dodik Briawan, 2016).

2. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT Menurut Umur (IMT/U)

Dalam menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, gizi lebih dan obesitas dapat digunakan dengan pengukuran indeks IMT/U. Hasil yang cenderung sama ditunjukkan oleh grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB. Namun, indeks IMT/U lebih sensitif untuk menetapkan status gizi pada anak, khususnya pada anak-anak yang mengalami gizi lebih atau kegemukan dan obesitas. Anak dengan ambang IMT >+1 SD berisiko mengalami gizi lebih, sehingga perlu

(37)

19

penanganan lebih lanjut agar tidak terjadi obesitas. (Kemenkes RI, 2020b).

3. Klasifikasi Status Gizi

Ada beberapa jenis klasifikasi untuk menentukan penilaian status gizi. Berikut merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020.

(38)

20

Tabel 2.1

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z- Score)

Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia

0 - 60 bulan

Berat badan sangat kurang

(severely underweight) <-3 SD Berat badan kurang

(underweight) - 3 SD sd <- 2 SD Berat badan normal -2 SD sd +1 SD Risiko Berat badan lebih > +1 SD Panjang Badan

atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U)

anak usia 0 – 60 bulan

Sangat pendek (severely

stunted) <-3 SD

Pendek (stunted) - 3 SD sd <- 2 SD

Normal -2 SD sd +3 SD

Tinggi > +3 SD

Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi

Badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia

0 - 60 bulan

Gizi buruk (severely

wasted) <-3 SD

Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD Berisiko gizi lebih

(possible risk of overweight)

> + 1 SD sd + 2 SD Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD

Obesitas (obese) > + 3 SD

Indeks Massa Tubuh menurut

Umur (IMT/U) anak usia 0 - 60 bulan

Gizi buruk (severely

wasted) <-3 SD

Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD Berisiko gizi lebih

(possible risk of overweight)

> + 1 SD sd + 2 SD Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd +3 SD

Obesitas (obese) > + 3 SD

Indeks Massa Tubuh menurut Umur

(IMT/U) anak usia 5-18

tahun

Gizi buruk (severely

thinness) <-3 SD

Gizi kurang (thinness) - 3 SD sd < - 2 SD Gizi baik (normal) - 2 SD sd +1 SD Gizi lebih (overweight) +1 SD sd +2 SD

Obesitas (obese) > + 2 SD

Sumber: (Kemenkes RI, 2020b)

(39)

21 D. Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah

1. Anak Usia Sekolah

Pada umumnya anak usia sekolah adalah anak-anak dengan usia antara 6 sampai 12 tahun. Anak usia sekolah usia 6 sampai 12 tahun yang sehat biasanya sering melakukan aktivitas fisik, melakukan banyak aktivitas di luar rumah sehingga memiliki potensi untuk menerapkan gaya hidup yang tidak sehat serta dapat meningkatkan risiko terkena sumber penyakit. Anak pada tahap usia ini masih mengalami pertumbuhan zat gizi dan pertumbuhan lainnya (Dodik Briawan, 2016).

Anak-anak sekolah dasar memiliki usia yang masuk kedalam kelompok middle childhood dan preadolescence. Masa middle childhood atau masa kanak-kanak tengah merupakan istilah yang menggambarkan anak-anak antara usia 5 dan 10 tahun, sedangkan masa preadolescence atau masa praremaja didefinisikan sebagai anak-anak yang memiliki usia 9 sampai 11 tahun untuk anak perempuan dan pada anak laki-laki berusia 10 sampai 12 tahun. Kedua tahapan pertumbuhan dan perkembangan tersebut dapat disebut sebagai anak-anak usia sekolah (Brown, 2011).

2. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah tentunya membutuhkan nutrisi untuk menjalankan kehidupannya. Nutrisi tidak hanya untuk proses untuk menjalankan kehidupan, tetapi untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif (Tiurma Sinaga, 2016). Berikut merupakan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) berdasarkan Permenkes Nomor 28 Tahun 2019.

(40)

22

Tabel 2.2

Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mikro Anak Usia Sekolah Zat Gizi Usia 7-9 Tahun Usia 10-12 Tahun

Laki-laki Perempuan

Energi (kkal) 1650 2000 1900

Protein (g) 40 50 55

Lemak (g) 55 65 65

Karbohidrat (g) 250 300 280

Serat (g) 23 28 27

Air (ml) 1650 1850 1850

Vitamin A (mcg) 500 600 600

Vitamin C (mg) 45 50 50

Vitamin B1 (mg) 0,9 1,1 1,0

Besi (mg) 10 8 8

Zink (mg) 5 8 8

Yodium (mcg) 120 120 120

Sumber: (Kemenkes RI, 2019)

3. Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah

Anak-anak usia sekolah cenderung untuk memiliki perilaku risiko gizi lebih dan obesitas, diantaranya adalah kelebihan konsumsi makanan yang tinggi akan kalori, lemak jenuh, gula, dan garam, akan tetapi jarang untuk mengonsumsi serat seperti sayur dan buah-buahan.

Perilaku konsumsi yang berlebihan tersebut akan menjadi risiko gizi lebih jika tidak diiringi dengan aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik pada anak dapat disebabkan oleh penggunaan media berbasis layar atau terbatasnya lapangan untuk bermain di sekitar rumah atau sekolah (Supariasa, 2016).

E. Patofisiologi dan Dampak Gizi Lebih Pada Anak

Gizi lebih dan obesitas merupakan masalah kesehatan yang bersifat multifaktor. Gizi lebih pada masa kanak-kanak adalah konsekuensi dari

(41)

23

interaksi antara sekumpulan faktor kompleks yang terkait dengan lingkungan, genetika, dan efek ekologis seperti keluarga, komunitas, dan sekolah (Kumar & Kelly, 2017). Kejadian gizi lebih dan obesitas disebabkan karena asupan energi dan pengeluaran energi tidak seimbang.

Gaya hidup menetap seperti menonton televisi yang berlebihan dan/atau penggunaan komputer yang berlebihan ditambah dengan aktivitas fisik yang tidak memadai menyebabkan obesitas pada anak-anak karena dengan aktivitas menetap maka pengeluaran energi lebih sedikit dibandingkan dengan anak-anak yang aktif bergerak atau melakukan kegiatan. Selain itu, berat badan berlebih pada anak-anak bergantung pada faktor genetik dan lingkungan. Gizi lebih dapat terjadi jika pengeluaran energi lebih kecil dari pada energi yang masuk, sehingga energi akan disimpan. Bentuk utama penyimpanan energi adalah trigliserida yang disimpan dalam jaringan adiposa (Clément & Ferré, 2003). Jika energi yang dikonsumsi berlebih maka akan disimpan berupa lemak yang ada di bawah kulit sebagai cadangan energi tubuh (Par’i dkk., 2017).

Obesitas yang terjadi pada masa kanak-kanak diketahui dapat berdampak yang signifikan terhadap psikologis dan kesehatan fisik anak.

Obesitas pada masa kanak-kanak dapat sangat mempengaruhi kesehatan fisik, sosial dan emosional anak, serta harga diri. Selain itu, gizi lebih dan obesitas merupakan faktor yang dapat menimbulkan berbagai penyakit tidak menular seperti tekanan darah tinggi atau hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, penyakit hati, penyakit kandung empedu, kanker, dan lain-lain. Ada banyak konsekuensi dari obesitas pada masa kanak-

(42)

24

kanak, dan tiga yang paling umum adalah sleep apnea, diabetes, dan penyakit kardiovaskular (Sanyaolu dkk., 2019).

F. Faktor-faktor Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah 1. Usia

Anak sekolah dasar yang memiliki usia antara 7 sampai 13 tahun merupakan anak-anak dengan periode pertumbuhan yang paling cepat setelah masa balita. Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh kesehatan, jika anak-anak dengan kesehatan optimal maka akan menghasilkan pertumbuhan yang juga optimal, hal tersebut berlaku sebaliknya.

Kesehatan pada anak-anak usia sekolah dasar perlu untuk diperhatikan untuk perkembangan anak yang memiliki dampak pada masa yang akan datang. Masalah kesehatan seperti status gizi lebih dan obesitas dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak normal pada anak-anak usia sekolah dan berdampak hingga mereka dewasa (Dodik Briawan, 2016).

Anak usia 6-12 tahun memiliki masa tumbuh kembang yang lebih stabil dibandingkan pada saat usia bayi dan balita. Selain itu, usia sekolah memiliki pertumbuhan fisik yang terlihat lebih lambat, namun perkembangan motorik, kognitif dan emosi sosialnya mulai mengalami kematangan. Masa ini ditandai dengan masa pubertas, dimana anak laki- laki lebih lambat untuk mengalami masa ini dibandingkan dengan anak perempuan. Masalah gizi seperti obesitas sering terjadi pada usia ini dikarenakan anak usia sekolah mengalami growth spurt dengan pertumbuhan yang cepat (Sartika, 2011).

(43)

25 2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan satu dari beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya status gizi lebih dan obesitas pada anak usia sekolah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki kecenderungan 1,4 kali untuk mengalami obesitas dibandingkan perempuan. Ini terjadi karena perilaku untuk membatasi makanan karena alasan dalam penampilan lebih sering terjadi pada anak perempuan (Sartika, 2011). Adapun, peneliti lain menunjukkan proporsi gizi lebih pada anak laki-laki (5-17 tahun) lebih rendah dibanding perempuan. Pada anak perempuan, obesitas merupakan suatu faktor yang memungkinkan untuk mempercepat masa pubertas. Namun, bagi anak laki-laki obesitas dapat mempengaruhi peningkatan massa tubuh (Malik & Bakir, 2007).

Perbedaan jenis kelamin terhadap kejadian obesitas pada anak- anak dikaitkan dengan hormon. Hormon dikaitkan dengan perbedaan komposisi tubuh pada anak-anak. Penelitian lanjut menunjukkan bahwa konsentrasi leptin yang bersirkulasi lebih tinggi pada perempuan, dimana hormon leptin merupakan hormon yang bekerja untuk mengatur agar nafsu makan tidak berlebih dan meningkatkan penggunaan energi (Shah dkk., 2020).

3. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua berkaitan dengan pengetahuan terkait gizi yang dimiliki oleh kedua orang tua. Pengetahuan terkait gizi akan mempengaruhi orang tua dalam memberikan gizi dengan

(44)

26

mempertimbangkan kuantitas dan kualitas gizi yang akan diberikan kepada anak-anaknya. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh seorang ayah penting diperhatikan karena ayah memiliki peran sebagai kepala keluarga, dimana kepala keluarga memiliki peran yang besar dalam pola asuh orang tua dan mendidik anak dalam rumah tangga. Selain itu, jenjang pendidikan yang ditempuh oleh ayah dapat mempengaruhi jenis pekerjaan ayah yang berdampak pada sosial ekonomi keluarga. Sosial ekonomi suatu keluarga nantinya akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan dan gaya hidup anaknya (Indarwati, 2019).

Pengetahuan dan pemahaman ibu terkait gizi dan kesehatan anak serta terkait dengan pemilihan jenis makanan yang berkontribusi terhadap obesitas pada anak berhubungan dengan jenjang pendidikan yang ditempuh oleh ibu. Hal ini akan berpengaruh pada bagaimana asuhan orang tua dalam mendidik anak serta memilih jenis makanan yang berkontribusi terhadap obesitas pada anak. Ibu dengan pendidikan yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pola asuh dan gizi yang baik untuk anak dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah (Octari dkk., 2014).

4. Pekerjaan Orang Tua dan Status Sosial Ekonomi

Orang tua bekerja untuk mendapatkan pendapatan atau penghasilan untuk menghidupi keluarga. Tingkat pendapatan selanjutnya akan mempengaruhi status sosial ekonomi suatu keluarga.

(45)

27

Pendapatan yang didapatkan orang tua memiliki hubungan dengan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan keluarga, menentukan makanan yang sehat dan bergizi, serta mempengaruhi gaya hidup keluarga, dimana kehidupan anak akan bergantung pada gaya hidup keluarga. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Parengkuan, dkk (2013) menunjukkan bahwa pendapatan keluarga memiliki hubungan terhadap kejadian obesitas (p=0,000). Dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa anak yang memiliki keluarga dengan pendapatan tinggi memiliki risiko untuk menjadi obesitas sebesar 3 kali dibandingkan dengan anak yang memiliki keluarga dengan pendapatan rendah (Parengkuan dkk., 2013).

Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi keluarga dalam menentukan makanan bergizi dan sehat yang dikonsumsi. Jika tingkat kemakmuran di masyarakat meningkat dan diikuti oleh meningkatnya tingkat pendidikan maka dapat mengubah gaya hidup dan pola makan.

Dimana pada zaman modern ini, kebanyakan orang lebih memilih sesuatu yang serba cepat dan praktis, sehingga konsumsi makanan cepat saji mengalami peningkatan. Konsumsi makanan cepat saji dapat menyebabkan gizi yang tidak seimbang. Apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat mengakibatkan lemak berlebih dan menimbulkan obesitas (Octari dkk., 2014; Parengkuan dkk., 2013).

5. Faktor Genetik

Faktor genetik yang berperan besar dalam kejadian gizi lebih dan obesitas ialah parental fatness. Obesitas pada kedua orang tua dapat

(46)

28

mengakibatkan anak mereka untuk memiliki peluang mengalami obesitas sebesar 80%. Kemudian, apabila hanya salah satu dari kedua orang tua yang mengalami obesitas, maka peluang untuk menurunkan obesitas kepada anak yaitu sebesar 40%. Namun, jika orang tua tidak mengalami obesitas, peluang anak untuk mengalami obesitas atau kelebihan berat badan menurun menjadi sebesar 14%. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa anak dengan ayah obesitas memiliki risiko 1,2 kali untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang memiliki ayah tidak obesitas (Sartika, 2011). Riwayat obesitas pada orang tua berhubungan dengan hereditas anak dalam mengalami obesitas (Kostovski dkk., 2017).

Anak-anak dengan sindrom genetik yang berhubungan dengan obesitas biasanya mengalami obesitas onset dini dengan gambaran karakteristik pada pemeriksaan fisik, seperti perawakan pendek, gambaran dysmorphic, keterlambatan perkembangan, atau cacat intelektual (retardasi mental), perubahan retinal, atau tuli. Cacat gen tunggal yang paling umum saat ini teridentifikasi pada anak-anak dengan obesitas adalah mutasi pada reseptor melanokortin 4. Cacat gen lainnya termasuk pada leptin, reseptor leptin, proopiomelanocortin, dan proprotein convertase. Mutasi yang menyebabkan defisiensi pada gen reseptor leptin dan leptin jarang terjadi, dan hanya beberapa kasus mutasi reseptor leptin atau leptin yang telah dilaporkan, sebagian besar dari keluarga yang sama. Ada juga bukti yang semakin meningkat untuk peran faktor epigenetik dalam perkembangan obesitas. Faktor

(47)

29

epigenetik ini dapat mengubah interaksi lingkungan, mikrobioma, dan nutrisi dalam meningkatkan berat badan (Kumar & Kelly, 2017).

6. Pola Makan

Perilaku makan mengarah kepada kebiasaan diet atau makan seseorang. Diet telah dipelajari secara ekstensif sebagai penyebab obesitas. Peningkatan konsumsi makanan cepat saji dan minuman yang dimaniskan secara langsung terkait dengan epidemi obesitas pada masa anak-anak. Menurut Lee & Yoon (2018) selama dua dekade terakhir, konsumsi makanan cepat saji telah meningkat tiga kali lipat, sejalan dengan peningkatan prevalensi obesitas pada anak. Konsumsi makanan cepat saji yang sering (≥ 2 kali / minggu) dikaitkan dengan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Lee & Yoon, 2018). Menurut Damapolii, dkk (2013) terdapat hubungan antara makan makanan cepat saji dengan kejadian obesitas pada anak SD di Kota Manado (p = 0,024). Makanan cepat saji atau fast food merupakan makanan yang tinggi kalori, dimana kandungan gizi di dalamnya memiliki lemak yang tinggi dan rendah serat. Apabila makanan cepat saji dikonsumsi secara rutin atau terus menerus dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih atau kegemukan akibat dari kandungan makanan cepat saji yang rendah akan mutu gizinya (Damapolii dkk., 2013).

Sebuah studi prospektif mengamati bahwa risiko obesitas meningkat 1,6 kali lipat untuk setiap porsi minuman yang dimaniskan dengan gula (Damapolii dkk., 2013). Minuman manis merupakan salah satu karbohidrat sederhana, dimana karbohidrat memiliki kontribusi

(48)

30

dalam menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh dan selanjutnya akan diubah menjadi energi. Apabila minuman manis dikonsumsi secara berlebihan maka akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen dengan jumlah terbatas yaitu untuk keperluan energi beberapa jam. Selain itu, konsumsi minuman manis yang berlebih akan menyebabkan berat badan berlebih karena gula yang dikonsumsi akan menjadi lemak di dalam tubuh (Qoirinasari dkk., 2018).

Hasil penelitian Pietrobelii (2020) yang dilakukan pada anak- anak menunjukkan bahwa selama kegiatan lockdown pada saat pandemi Covid-19 terdapat peningkatan secara signifikan konsumsi keripik kentang, daging merah, dan minuman manis (p=0,005 - <0,001), waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas olahraga menurun 2,30 (SD 4,60) jam/minggu (p=0,003), waktu tidur yang meningkat sebesar 0,65 (SD 1,29) jam/hari (p=0,003), serta waktu penggunaan media berbasis layar meningkat sebesar 4,85 (SD 2,40) jam/hari (Pietrobelli dkk., 2020).

Pola makan, seperti jumlah, keteraturan, dan durasi makan, juga secara tradisional dianggap sebagai perilaku yang memiliki keterkaitan dengan kejadian obesitas (Lee & Yoon, 2018). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yensasnidar dan Nurhamidah (2018) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan yang tidak baik memiliki hubungan terhadap kejadian obesitas (p=0,0014). Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan anak-anak usia sekolah lebih menyukai makanan tinggi karbohidrat (nasi, roti, makanan dari tepung-tepungan), goreng-

(49)

31

gorengan (bakwan, risoles, tahu), dan camilan yang mengandung gula dan energi tinggi. Selain itu, tidak jarang menu makan dari mulai sarapan sampai makan malam yang disajikan di rumah memiliki menu yang sama sehingga anak-anak cenderung mengonsumsi makanan tersebut secara berulang. Hal tersebut membuat asupan nutrisi yang dikonsumsi kurang bervariasi dan belum mencapai gizi seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh (Yensasnidar & Nurhamidah, 2018).

7. Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup

Faktor lingkungan dan gaya hidup mungkin memiliki peran utama dalam peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia. Faktor lingkungan yang mempengaruhi asupan makanan dan aktivitas fisik anak didasarkan pada berbagai pengaturan seperti rumah, sekolah, dan komunitas. Karena interaksi orang tua-anak dapat mempengaruhi perilaku anak, seperti pilihan makanan dan tingkat aktivitas fisik mereka, lingkungan keluarga memainkan peran penting dalam obesitas masa kanak-kanak. Faktor-faktor ini termasuk preferensi keluarga berkaitan dengan jenis dan jumlah makanan, waktu makan, makan di luar, dan gaya hidup (apakah mereka tidak banyak bergerak atau aktif secara fisik). Sebuah studi sebelumnya menunjukkan bahwa hidup dengan ibu yang mengalami gizi lebih dan dalam rumah tangga orang tua tunggal dikaitkan dengan obesitas masa kanak-kanak (Lee & Yoon, 2018).

Sekolah adalah tempat anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dan menerima pendidikan dasar. Oleh karena itu, sekolah

(50)

32

dapat mempengaruhi perilaku anak terkait pilihan makanan dan aktivitas fisik. Pada masyarakat, aksesibilitas ke makanan sehat dan fasilitas umum untuk berolah raga seperti lapangan atau alun-alun mempengaruhi gaya hidup umum penduduk. Menurut Kumar dan Kelly (2017), perubahan lingkungan yang berkontribusi pada peningkatan asupan kalori telah disertai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan pengeluaran kalori seperti pengurangan tingkat aktivitas fisik dan peningkatan waktu yang dihabiskan untuk aktivitas menetap, misalnya penggunaan televisi, komputer, telepon, dan tablet (Kumar &

Kelly, 2017).

8. Penggunaan Media Berbasis Layar (Screen-based Activity)

Jumlah waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi telah terbukti berhubungan langsung dengan prevalensi obesitas pada anak dan remaja. Hubungan ini dapat dijelaskan oleh beberapa mekanisme potensial termasuk perpindahan aktivitas fisik dan efek buruk pada kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Penggunaan permainan elektronik juga telah dikaitkan dengan obesitas selama masa kanak-kanak. Karena anak-anak menghabiskan banyak waktu dan mengonsumsi sebagian besar kalori harian mereka di sekolah, lingkungan sekolah berpengaruh terhadap perkembangan obesitas pada anak (Kumar & Kelly, 2017).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Xiang, dkk (2020) menunjukkan bahwa durasi penggunaan media berbasis layar selama masa pandemi Covid-19 secara total mengalami peningkatan yang

(51)

33

signifikan (rata-rata +1730 menit atau sekitar 30 jam/minggu) (Xiang dkk., 2020). Hasil penelitian Werneck (2021) yang dilakukan saat karantina mandiri selama pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa penggunaan media berbasis layar seperti menonton televisi dan penggunaan komputer/tablet yang tinggi dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih tinggi untuk terjadinya peningkatan frekuensi konsumsi makanan olahan atau biasa disebut sebagai makanan ultraproses dan rendahnya konsumsi buah dan sayuran serta penurunan aktivitas. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada penambahan berat badan, sehingga berpengaruh terhadap status gizi (Werneck dkk., 2021).

9. Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik dan peningkatan waktu duduk juga memainkan peran penting dalam perkembangan obesitas. Dalam studi cross-sectional, risiko obesitas menurun 10% untuk setiap jam aktivitas fisik sedang hingga kuat per hari. Gaya hidup yang tidak banyak bergerak telah diakui sebagai faktor risiko obesitas dan penyakit terkait.

Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara obesitas dan waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi, bermain video game, atau menggunakan komputer. Selain itu, dalam sebuah studi nasional menunjukkan bahwa individu dengan penggunaan media berbasis layar yang tinggi mrmiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami penumpukan lemak dibandingkan dengan individu yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi (Lee & Yoon, 2018).

(52)

34

Aktivitas fisik adalah salah satu kegiatan yang memerlukan energi paling banyak. Jika kurang dalam melakukan aktivitas fisik maka penggunaan energi akan berkurang sehingga jumlah energi yang masuk dengan pengeluaran energi tidak seimbang. Hal ini menyebabkan banyak energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak dan memicu timbulnya gizi lebih dan obesitas p

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional  No.  Nama Variabel

Referensi

Dokumen terkait