• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH FACTORS CAUSING VIOLATION OF SCHOOL RULES

Oleh:

Satna1), Jahada2)

1)2)Universitas Halu Oleo Email: satnacouns@gmail.com

Kata Kunci:

Tata Tertib Sekolah

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pelanggaran tata tertib sekolah siswa di SMP Negeri 4 Kendari. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah 1 orang guru Bimbingan dan Konseling dan 3 orang siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan menggunakan wawancara yang disusun oleh peneliti. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Negeri 4 Kendari adalah faktor kepribadian siswa, faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah dan faktor lingkungan pergaulan (mileu).

Keywords:

School Rules

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the factors causing violations of school rules at SMP Negeri 4 Kendari. This type of research is descriptive qualitative research. The informants in this study were 1 Guidance and Counseling teacher and 3 students who violated school rules. Data were collected using structured interview techniques using interviews compiled by researchers. Data were analyzed using Miles & Huberman qualitative analysis. The results of the study indicate that the factors that cause violations of school rules at SMP Negeri 4 Kendari are student personality factors, family factors, school environmental factors and social environment factors (mileu).

(2)

Pendahuluan

Pendidikan merupakan bagian integral dan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut, diperlukan kerjasama yang baik dan saling pengertian antara ketiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Sekolah merupakan tempat kelanjutan pendidikan yang sudah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memunyai tanggung jawab besar untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Di sekolah, dikembangkan norma-norma atau aturan-aturan yang berlaku untuk mengatur kedudukan dan peranan seseorang sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Membudayakan tata tertib dalam kehidupan di lingkungan sekolah pada siswa dapat memberi dampak yang positif bagi kehidupan siswa di luar sekolah (Tu’u, 2004: 2). Pembiasaan Tata Tertib yang baik dapat menghasilkan kehidupan yang teratur, sebab tata tertib dapat mengatur perilaku dan menjadi unsur yang fundamental dari moralitas dan turut sebagai pembentuk kararter siswa.

Menurut Ditjen Mendikdasmen (2010), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat.

Karakter adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti dan tabiat yang dimiliki manusia. Pembentukan karakter adalah cara terbaik dalam menanamkan nilai-nilai positif bagi siswa. Pembentukan karakter siswa dalam hal kedisiplinan dan ketertiban perlu ditanamkan sejak dini secara formal di sekolah. Ketertiban diatur dalam sebuah tatanan yang disebut tata tertib. Tata tertib berfungsi untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif serta dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah dengan sangat baik.

Dalam upaya menerapkan tata tertib sekolah pelaksanaannya harus mengikat untuk semua warga sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan karakter yang baik dan kedisiplinan guna mencapai tujuan bersama. Sehingga bisa menjadi tempat belajar dengan pengaturan yang baik. Untuk menegakkan kedisiplinan harus dimulai dari diri sendiri. Tata tertib diterapkan setiap hari, dengan begitu maka bisa membuat peserta didik terbiasa untuk memiliki sifat disiplin mematuhi tata tertib berarti melatih kita bertanggung jawab.

Tata tertib sekolah merupakan pedoman bagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang aman dan tertib sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian negatif di sekolah. Penegakkan tata tertib di sekolah secara konsisten merupakan faktor utama yang dapat menunjang berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan adanya tata tertib tersebut, sekolah dapat berfungsi sebagai arena persaingan yang sehat bagi para siswa untuk meraih prestasi semaksimal mungkin serta mampu meningkatkan kualitas tingkah laku siswa.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa terjadi tindak pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh peserta didik di SMP Negeri 4 Kendari. Pelanggaran tata tertib sekolah di sekolah ini dapat dikatakan hampir terjadi setiap hari dengan jenis pelanggaran yang sama maupun jenis pelanggaran yang berbeda. Berdasarkan hasil observasi awal, sekolah ini dapat dikatakan telah menerapkan sanksi atau hukuman yang cukup ketat terhadap peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Walaupun demikian, tetap saja di setiap harinya ditemukan peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Selanjutnya, hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 4 Kendari diketahui bahwa pelanggaran tata tertib sekolah yang sering terjadi pada siswa adalah tidak mengerjakan tugas sekolah. Hal ini terjadi karena siswa belum bisa mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru mata pelajaran.

Kemudian, dalam buku kasus siswa di SMP Negeri 4 Kendari tahun 2021/2022 tercatat beberapa kasus pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan siswa pada bulan Januari-Mei 2022 terdapat 13 kasus pelanggaran yaitu tidak hadir sekolah, terdapat 11 kasus siswa tidak mengerjakan

(3)

tertutama pelanggaran tata tertib sekolah dapat menimbulkan dampak negatif apabila dibiarkan terus menerus bahkan akan memengaruhi hubungan antar siswa di sekolah sehingga penting untuk diketahui faktor-faktor penyebab pelanggaran tata tertib sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pelanggaran tata tertib sekolah siswa SMP Negeri 4 Kendari.

Pelanggaran tata tertib sekolah

Pelanggaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 783) adalah perbuatan melanggar, sifat atau perilaku yang tidak sesuai aturan. Menurut Tarmiji (2009) pelanggaran adalah tidak terlaksananya peraturan atau tata tertib secara konsisten akan menjadi salah satu penyebab utamanya berbagai bentuk dan kenalakan yang dilakukan siswa, baik di dalam maupun di luar. Gegne (Lestari, 2014) menyebutkan bahwa pelanggaran tata tertib sekolah adalah sikap tidak perhatian misalnya sering meninggalkan kelas, bercakap-cakap selama pelajaran berlangsung, tidak menjawab pertanyaan guru, tidak mengerjakan tugas, lambat mengerjakan tugas.

Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib sekolah

Menurut Willis (Anggoro, 2011) bentuk perilaku pelanggaran tata tertib sekolah diklasifikasikan dalam tiga bentuk yaitu pelanggaran ringan, pelanggaran sedang dan pelanngaran berat. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pelanggaran ringan seperti membolos, malas belajar, kesulitan belajar di bidang pelajaran tertentu, suka ramai di dalam kelas, tidak mengerjakan tugas atau PR, terlambat datang ke sekolah, tidak ikut upacara bendera tanpa alasan yang jelas.

2. Pelanggaran sedang seperti berpacaran, berkelahi antar sekolah lain, menyalahgunakan uang SPP, merokok.

3. Pelanggaran berat seperti membawa minuman keras, narkoba, membawa senjata tajam, hamil, menodong, dan perilaku lainnya yang mengarah pada tindakan kriminal.

Faktor-faktor penyebab timbulnya pelanggaran tata tertib sekolah

Menurut Walgito (Anggoro & Nugroho, 2011: 30-31) secara garis besar, faktor yang memengaruhi timbulnya pelanggaran tata tertib sekolah dapat digolongkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri individu.

Faktor anak itu sendiri memengaruhi kedisiplinan anak yang bersangkutan. Disiplin diri merupakan kunci bagi kedisiplinan pada lingkungan yang lebih luas lagi. Oleh karena itu, dalam menanamkan kedisiplinan faktor anak harus diperhatikan, mengingat anak memiliki potensi dan kepribadian yang berbeda antara yang satu dan yang lain. Pemahaman terhadap individu anak secara cermat dan tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan penanaman kedisiplinan.

2. Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar individu, meliputi:

a. Lingkungan keluarga

Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi pribadi anak dan juga keluarga memberikan pengaruh menentukan pembekalan watak kepribadian anak (Kartono, 2000: 120). Keluarga merupakan lingkungan terdekat dalam membesarkan, mendewasakan, dan mendapat pendidikan yang pertama kalinya. Mulai dari awal lahir di bina / dididik oleh keluarga sampai menginjak usia sekolah baru dititipkan ke lembaga pendidikan formal.

Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orangtua atau pada anaknya) jelas akan berdampak pada anak. Ketika anak menjadi remaja belajar bahwa kekerasan sebagai bagian darinya sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula, sebaliknya, orangtua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan, tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.

(4)

b. Faktor lingkungan sekolah

Sekolah pertama kali bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarnya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan penaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dan sebagainya) akan mengakibatkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannnya. Setelah itu masalah pendidikan, di mana guru memegang peranan penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukumum dan pelaksana aturan serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam mendidik siswanya. Sekolah merupakan pendidikan yang kedua setelah keluarga bagi anak-anak. Menurut Kartono (2008: 120) permasalahan yang disebabkan oleh faktor sekolah adalah:

1) Adanya guru yang kurang simpatik terhadap siswanya.

2) Fasilitas pendidikan yang kurang memadai.

3) Hubungan antara guru dan siswa yang kurang harmonis.

4) Cara mengajar guru yang membosankan.

c. Faktor lingkungan pergaulan (mileu)

Mileu atau lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Sebaliknya, adakalanya lingkungan dihuni oleh orang dewasa serta anak- anak muda kriminal dan anti sosial yang bisa merasangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan yang masih labil jiwanya. Dengan begitu, anak-anak remaja ini akan mudah terkangkit pola kriminal asusila dan anti sosial tadi. Jiwa pada remaja itu amat labil. Jika mereka mendapatkan pengaruh buruk, maka mereka dengan mudah akan terjangkit perilaku buruk tersebut (dijadikan pola kebiasaan yang menetap). Lalu beroperasilah geng-geng remaja berandalan yang biasanya gagal belajar dengan menyebar teror di tengah lingkungan selalu membuat onar dan berkelahi sepanjang hari.

Anak remaja yang sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh dari keadaan dan lingkungannya baik langsung mauupun tidak langsung, dan lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Menurut Hasbullah (2003:

58) hal-hal yang dapat menyebabkan remaja menjadi nakal dan melanggar peraturan di antaranya:

1) Persaingan dan perekonomian.

2) Kurangnya sarana dan pemanfaatan waktu dengan kegiatan yang positif bagi para remaja.

3) Pengaruh bagi teman sebaya.

4) Pengaruh media massa.

5) Kurangnya kegiatan atau pendidikan keagamaan dalam masyarakat.

Metode Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 4 Kendari. Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu dimulai pada bulan Mei hingga Juni tahun 2022. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan yang bersifat natural atau alamiah, melihat objek penelitian senatural mungkin, apa adanya dan menyeluruh.

Informan dalam penelitian ini adalah 1 orang guru bimbingan konseling dan 3 orang siswa SMP Negeri 4 Kendari yang tercatat melanggar tata tertib sekolah. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dengan rincian sebagai berikut:

1. Wawancara mendalam ditunjukkan kepada guru bimbingan dan konseling dan siswa.

2. Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data tentang berbagai faktor penyebab pelanggaran tata

(5)

Analisis data menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu penyajian data dalam bentuk tulisan, dan menerangkan apa adanya sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian, langkah terakhirnya adalah menarik kesimpulan. Langkah-langkah analisis data kualitatif menurut Miles & Huberman (Sugiyono, 2016: 337) penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) reduksi data, 2) penyajian data dan 3) menarik kesimpulan atau verifikasi data.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menemukan beberapa faktor yang menyebabkan siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Ada faktor internal yang merupakan faktor yang berasal dari diri individu dan ada faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Beberapa faktor yang menyebabkan siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Negeri 4 Kendari yaitu faktor kepribadian, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah dan faktor lingkungan pergaulan.

1. Faktor kepribadian

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa penyebab pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 4 Kendari dipengaruhi oleh faktor kepribadian siswa itu sendiri. Di mana siswa yang memiliki sikap rasa malas dan acuh tak acuh pada pekerjaan sekolah membuat siswa melanggar tata tertib sekolah seperti yang telah diungkapkan salah satu informan bahwa dalam hal keterlambatan untuk berangkat kesekolah.

2. Faktor lingkungan keluarga

Berdasarkan hasil kutipan wawancara dapat diketahui bahwa penyebab siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah disebabkan oleh kurangnya perhatian kedua orangtua hal ini karena orangtua memiliki waktu yang lebih banyak dalam dunia pekerjannya dan kurang mengawasi dan menanyakan terkait urusan sekolah kepada anaknya sehingga anak pun juga kurang fokus dalam belajar dan memiliki perilaku tidak disiplin kesekolah.

3. Faktor lingkungan sekolah

Berdasarkan hasil kutipan wawancara dapat diketahui bahwa penyebab siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah juga disebabkan oleh faktor lingkungan sekolah, di mana karena angkutan sekolah yang ditumpangi siswa dan juga kepribadian siswa yang suka mengikut-ikuti teman sekolahnya dalam yang perilaku yang tidak baik di sekolah.

4. Faktor pergaulan

Berdasarkan hasil kutipan wawancara dapat diketahui bahwa faktor pergaulan di lingkungan rumah juga menjadi faktor penyebab pelanggaran tata tertib di sekolah, di mana hal ini disebabkan karena siswa yang suka berkumpul bersama teman-teman di lingkungan tempat tinggalnya membuat siswa tersebut mengabaikan sekolahnya sehingga melanggar tata tertib sekolah seperti keterlambatan.

Dari pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa faktor penyebab pelanggaran tata tertib sekolah siswa adalah faktor kepribadian siswa itu sendiri di mana siswa memiliki rasa malas, acuh tak acuh atau kurang berminat terhadap pekerjaan sekolah. Selain itu dari faktor kepribadian siswa juga dari faktor lingkungan keluarga di mana sebagian besar orangtua lebih sibuk dengan mengurus pekerjannya, dan keluarga yang tidak utuh (broken home) sehingga mereka kekuranan kasih sayang dan pada akhirnya mereka mencari cara lain untuk mendapatkan perhatian.

Faktor terakhir adalah faktor lingkungan sekolah dan lingkungan pergaulan siswa di mana faktor ini juga menjadi salah satu pemicu terjadinya suatu pelanggaran tata tertib sekolah.

Pengawasan dari pihak sekolah masih kurang serta dari faktor lingkungan pergaulan siswa yang lebih sering bergaul dengan orang-orang amoral yaitu bergaul dengan geng-geng yang biasa melakukan suatu tindakan yang menyimpang.

Pembahasan

Faktor-faktor yang memengaruhi siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Negeri 4 Kendari yaitu faktor internal di antaranya faktor kepribadian, di mana faktor ini datang dari dalam diri

(6)

siswa itu sendiri, misalnya rasa malas yang timbul dari dalam diri sendiri, kurangnya rasa tanggung jawab, ingin mencari perhatian dan kurang religius. Sementara itu, faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri siswa seperti lingkungan sekolah, keluarga dan pergaulan, misalnya lingkungan keluarga atau orangtua yang kurang memerhatikan anak, orangtua bercerai, tinggal berpisah dengan orangtua, lingkungan sekolah dan lingkungan pergaulan yang kurang baik juga sangat memengaruhi.

Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Kartono (2010) bahwa perilaku kenakalan remaja bisa disebabkan (1) internal (faktor dari dalam individu) yaitu krisis identitas dan kontrol diri yang lemah (2) eksternal (faktor di luar diri individu) yaitu dampak perceraian orangtua, pengaruh teman sebaya yang kurang baik, dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Temuan penelitian ini mendukung riset Sumara, Humaedi dan Santoso (2017) tentang bahwa faktor penyebab kenakalan remaja berat yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari dalam diri remaja yaitu krisis identitas dan kontrol diri yang lemah. Faktor eksternal yaitu kurangnya perhatian dari orangtua, serta kurangya kasih sayang, lingkungan pendidikan (sekolah), dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering memengaruhi untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke dalamnya.

hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan sehingga terjadi pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 4 Kendari adalah faktor kepribadian, di mana faktor ini dapat diketahui ketika siswa memiliki sikap malas, acuh tak acuh atau kurang berminat terhadap perkerjaan sekolah yang menyebabkan siswa melanggar tata tertib sekolah. Dapat diketahui kepribadian adalah metode berfikir manusia terhadap realita. Kepribadian juga merupakan kecenderungan-kecenderungan terhadap realita dan dengan arti yang lain, kepribadian manusia adalah pola piki dan pola jiwa (Purwanto, 2007: 254).

Faktor kedua adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi faktor lingkungan keluarga di mana sebagian besar orangtua lebih sibuk dengan mengurus pekerjaannya sehingga anak-anak tersebut kurang mendapatkan perhatian dari orangtua dan adanya tekanan di dalam keluarga. Seperti yang telah diungkapkan salah satu siswa SMP Negeri 4 Kendari bahwa siswa tersebut kurang mendapatkan perhatian dari orangtuanya tentang pekerjaan sekolah sehingga ia melakukan salah satu pelanggaran tersebut. Lain halnya dengan ungkapan siswa MN yang menyatakan bahwa siswa tersebut selalu mendapat teguran kekerasan oleh orangtuanya ketika memiliki kesalahan. Hal ini tentu menjadi tekanan bagi anak, sehingga ketika keluar pada lingkungan sosial mereka merasa bebas.

Kebebasan inilah yang biasa membuat mereka melakukan apa saja sehingga biasanya melakukan hal- hal yang negatif.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan yang memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Dikatakan lingkungan yang utama karena sebagian besar kehidupan anak adalah di dalam keluarga sehingga pendidikan yang paling penting banyak diterima oleh anak didik di dalam keluarga dan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian anak, karena sebagian besar kehidupan anak berada di tengah-tengan keluarga.

Perhatian dari orangtua sangat diperlukan anak dalam mencapai prestasi yang baik. Bukan hanya perhatian dari segi materi saja, akan tetapi dari segi perhatian dalam proses belajar di rumah juga harus diperhatikan. Anak harus berada dalam kondisi lingkungan keluarga yang harmonis, nyaman, hubungan antar anggota keluarga saling menyayangi dan perhatian. Orangtua dan anggota keluarga lainnya selalu mengingatkan anak ketika harus belajar, dan memberikan penghargaan setidaknya pujian kepada anak ketika mendapatkan prestasi yang baik. Perhatian tersebut diberikan kepada anak supaya lebih bersemangat dalam belajar dan mencapai prestasi yang lebih baik lagi.

Sebaliknya, jika hubungan di dalam keluarga tersebut tidak ada rasa kasih sayang serta acuh tak acuh terhadap sesama anggota keluarga, maka anak cenderung merasa tidak diperhatikan yang berdampak anak kurang bersemangat dalam belajarnya. Merasa tidak nyaman tinggal rumah, karena situasi rumah yang sering terjadi pertengkaran antar anggota keluarga membuat anak terganggu dalam belajarnya. Bukan hanya itu, orangtua yang tidak perhatian terhadap jadwal anak ketika belajar di rumah juga membuat anak tidak disiplin dalam belajar. Semuanya itu akan berdampak pada

(7)

turun, sehingga hubungan antara anggota keluarga haruslah baik, serta peran orangtua sangatlah penting untuk mendukung anak belajar lebih giat dan menghasilkan prestasi belajar akan menjadi lebih baik lagi.

Selanjutnya, faktor lingungan sekolah di mana faktor ini juga menjadi salah satu pemicu terjadinya siswa melanggar tata tertib yaitu karena tempat dan kondisi sekolah yang menjadi peluang atau pemicu pelajar melakukan suatu pelanggaran. Sekolah yang kecil dengan jumlah siswa yang banyak membuat pengawasan dari pihak sekolah masih kurang serta dari faktor lingkungan pergaulan siswa yang lebih sering bergaul dengan geng-geng atau kelompok-kelompok yang biasa melakukan suatu tindakan yang menyimpang.

Faktor terakhir adalah lingkungan sekitar siswa. Lingkungan pergaulan siswa menjadi salah satu pemicu terjadi suatu pelanggaran tata tertib seklah yaitu dari faktor lingkungan pergaulan siswa lebih sering bergaul dibandingkan untuk melihat kembali pelajaran di sekolah. Jadi ketika seorang anak telah berada di tengah-tengah lingkungan sosial dan bergaul dengan anak-anak yang amoral maka anak-anak tersebut juga akan melakukan atau mengikuti perbuatan-berbuatan yang kurang baik tersebut bahkan akan melakukan suatu tindakan kriminal salah satunya melanggar tata tertib sekolah.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Negeri 4 Kendari adalah faktor kepribadian siswa itu sendiri. Di mana siswa yang memiliki sikap rasa malas dan acuh tak acuh pada pekerjaan sekolah membuat siswa melanggar tata tertib sekolah seperti yang telah diungkapkan salah satu informan bahwa dalam hal pekerjaan sekolah ia kurang dalam memerhatikan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru di sekolah. Faktor keluarga yaitu kurangnya perhatian orangtua. Faktor lingkungan sekolah ini disebabkan karena lokasi yang lumayan jauh dari tempat tinggal siswa dan faktor lingkungan pergaulan (mileu) salah satunya seperti siswa yang suka berkumpul bersama teman-teman di lingkungan tempat tinggalnya membuat siswa tersebut mengabaikan sekolahnya sehingga melanggar tata tertib sekolah seperti keterlambatan.

Saran

Beberapa saran yang dapat dikemukakan antara lain:

1. Bagi kepala sekolah agar kiranya berupaya untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif dan mampu bekerja sama dengan seluruh personil sekolah.

2. Bagi guru Bimbingan dan Konseling kiranya bisa berkoordinasi dengan guru mata pelajaran, kepala sekolah dan orangtua siswa dalam membimbing dan mengarahkan siswa agar terhindar dari pelanggaran tata tertib sekolah.

3. Kepada keluarga, diharapkan dapat berkoordinasi dengan guru-guru yang ada di sekolah guna melihat perkembangan anak dan mampu mendidik serta mengawasi dengan baik terhadap perilaku anaknya di luar rumah.

4. Kepada siswa, agar kiranya menyadari bahwa tujuan utama ke sekolah adalah untuk menuntut ilmu. Karena itu hendaknya setiap pelajar haru menjaga setiap perilakunya baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, demi kebaikan dirinya sendiri dan keluarganya serta nama baik sekolahnya.

Daftar Pustaka

Anggoro, N. D. 2011. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah dan Faktor-Faktor Penyebabnya Pada Siswa (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Geyer, Kabupaten Grobongan Tahun Ajar 2011/2012).

Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

(8)

Ditjen Mandikdasmen Direktorat Pembinaan SMP. (2010). Pendidikan Karakter di SMP. Surabaya:

Kementerian Pendidikan Nasional.

Lestari, D. E. (2014). Upaya Menangani Siswa Yang Sering Melanggar Tata Tertib Sekolah Melalui Layanan Konseling Kelompok. Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan Dan Konseling. Vol. 1, No.

1, Hal. 24-31.

Hasbullah. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Kartono, Kartini. (2000). Hygiene Mental. Jakarta: Mandar Maju.

Kartono Kartini. (2008). Pimpinan dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kartono, Kartini. (2010). Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Jakarta: CV. Rajawali Expres.

KBBI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Muri, Yusuf. (1982). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT. Alfabet.

Tarmiji. (2009). Pola Asuh Orangtua Dalam Mengarahkan Perilaku Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Tulus, Tu’u. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang Republik Indonesias Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.

Yudi Purwanto. (2007). Psikologi Kepribadian. Bandung: PT. Refika Aditama. (Cetakan Ke-2).

Abdurahman Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Buku Catatan Kasus /Pelanggaran Tata Tertib MTs AT-Taufik 2015-016 NO NAMA HARI/TANGGAL URAIAN KASUS Diselesaikan Oleh TTD

(2)Mendeskripsikan karakteristik aktivitas penegakan tata tertib siswa berbasis poin pelanggaran di SMK Negeri 3 Pacitan. Jenis Penelitian ini kualitatif dan menggunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di Kota Semarang disebabkan oleh manusia itu sendiri karena kurangnya

Setiap siswa diberikan buku pegangan tata tertib sebagai kontrol terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa, buku ini berisikan pasal-pasal berserta poin untuk setiap

Siswa siswi SMP Negeri 8 Palangka Raya seringkali memiliki masalah khususnya dalam pelanggaran tata tertib sekolah. pelanggaran tata tertib tersebut bermacam- macam, seperti

Apabila pelanggaran tata tertib tersebut telah mencapai bobot -100 (minus 100), maka siswa yang bersangkutan akan dikembalikan ke orang tua/dikeluarkan dari SMK Negeri 1

Berdasarkan kondisi diatas, rumusan masalah yang harus dijawab yaitu: bagaimana model sistem informasi pelanggaran tata tertib mahasiswa yang dapat membantu pihak

Peningkatan tata tertib sekolah sangatlah penting, pada mata pelajaran tertentu yang diharapkan dapat menciptakan tata tertib sekolah pun menjadi tombak peluru bagi