• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PSIKOLOGIS PENYEBAB PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "FAKTOR PSIKOLOGIS PENYEBAB PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PSIKOLOGIS PENYEBAB PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA

PSYCHOLOGICAL FACTORS CAUSING VIOLATIONS SCHOOL RULES FOR STUDENTS

Oleh:

Rizmala Dewi Rupi Lukman SMPN 17 Kendari

Email : rizmaladewi.rupi@gmail.com

Kata Kunci:

Tata Tertib Sekolah

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuifaktor psikologis penyebab pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik deskriptif.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala faktor psikologis penyebab pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa faktor motif berpengaruh sebesar 68,7103% atau berpengaruh kuat terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa, faktor perhatian berpengaruh sebesar 57,378% atau berpengaruh cukup kuat terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa, dan faktor kematangan kognitif berpengaruh sebesar 51,6993% atau berpengaruh lemah terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa motif merupakan faktor dominan yang merupakan penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa.

Keywords:

School Rules

ABSTRACT

The aim of this study is to discover psychological factors influencing school rules violence of students SMP Negeri 2 Pomalaa. This research use quantitative approach with quantitative descriptive. Samples of this research were 68 students. Data were collected by scale of psychological factors influencing school rules violence of students scales. Based on results of data analysis found that the motive factor have a strong influence on school rules violence of students as big as 68,7103%, attention factor have a quite strong influence on school rules violence of students as big as 57,378%, and cognitive maturity factor have a low influence on school rules violence of students as big as 51,6993%. Based on these results it was concluded that motive was the dominant factor influencing school rules violence of students SMP Negeri 2 Pomalaa.

(2)

Pendahuluan

Tata tertib sekolah adalah sekumpulan aturan, norma, atau nilai yang mengatur hubungan antar sesama siswa, dengan pendidik dan tenaga kependidikan di suatu lembaga pendidikan atau satuan pendidikan yang harus diikuti dan ditaati, dan memiliki konsekuensi hukum bagi yang melanggarnya.

Secara terminologi, tata tertib sekolah adalah kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat, dalam hal ini masyarakat sekolah (Arikunto & Yuliani, 2009: 61).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa tata tertib sekolah ditinjau dari aspek terminologi mengandung beberapa aspek, yaitu kumpulan aturan, bersifat tertulis, dan mengikat seluruh masyarakat sekolah.

Di sekolah memang ada sejumlah aturan yang mengatur seluruh sikap dan perilaku masyarakat sekolah, yaitu hak dan kewajiban warga sekolah, pola hubungan warga sekolah, sanksi yang dijatuhkan jika melanggar aturan sekolah dan hal-hal lain yang mengatur semua tata tertib sekolah.

Tata tertib sekolah ini dibuat dengan tujuan agar semua warga sekolah mengetahui tugas, hak dan kewajibannya serta melaksanakan dengan baik agar semua kegiatan di sekolah berjalan lancar.

Meskipun demikian, ternyata tidak semua tata tertib sekolah yang telah ditetapkan tersebut ditaati atau dengan kata lain dilanggar. Pelanggaran tata tertib sekolah menunjukkan bahwa warga sekolah kurang memiliki konsistensi dan kesadaran untuk mengikuti tata tertib sekolah tersebut.

Warga sekolah yang sering melanggar tata tertib sekolah adalah siswa. bentuk pelanggaran tata tertib di antaranya adalah terlambat datang di sekolah, membolos saat pelajaran berlangsung di kelas, tidak memakai pakaian seragam, mencoret-coret dinding sekolah atau meja sekolah, membuang sampah bukan pada tempatnya, tidak ikut upacara bendera, tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang ditugaskan guru, merokok, dan mengganggu siswa lain yang sedang belajar.

Jenis pelanggaran seperti yang dikemukakan di atas ternyata terjadi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Pomalaa. Saat penulis mewawancarai seorang informan, dia mengatakan siswa sering terlambat, rajin bolos, malas masuk sekolah, malas belajar, kurang termotivasi dalam belajar, seragam yang tidak dirapikan dan lain-lain. Adapun bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib yang ditemukan di dalam buku kasus antara bermain-main saat pelajaran berlangsung, mengganggu teman yang serius belajar, malas mengikuti apel siang, bolos, tidak menggunakan seragam yang rapi, berkelahi, tidak membersihkan kelas, menggunakan handphone dalam kegiatan belajar, ribut saat pelajaran berlangsung, mengganggu teman, merokok, dan pelanggaran lainnya.

Pelanggaran tata tertib sekolah tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Meskipun demikian penulis akan fokus melihatnya pada satu faktor, yaitu faktor psikologis. Masrura (2013: 4) mengemukakan bahwa kehadiran faktor psikologis memberikan andil yang cukup penting bagi individu. Faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan yang optimal. Sebaliknya tanpa kehadiran faktor psikologis bisa memperlambat suatu proses, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam banyak hal.

Faktor psikologis merupakan aspek dalam diri individu yang turut memengaruhi keadaan individu, dalam hal ini siswa. Telah disebutkan sebelumnya bahwa faktor psikologis memberikan andil yang cukup penting bagi individu. Berkaitan dengan pelanggaran tata tertib sekolah yang dialami oleh siswa SMP Negeri 2 Pomalaa, perlu diidentifikasi faktor psikologis penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah. Guna mengetahui faktor psikologis penyebab pelanggaran tata tertib sekolah dibutuhkan data dan fakta yang terjadi pada objek penelitian dan harus diteliti secara mendalam. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor psikologis penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Pomalaa yang beralamat di Jalan Permandian Watarema Nomor 5 Desa Sopura, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka. Penelitian ini dilakukan mulai dari 31 Juli sampai dengan 29 Agustus 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis deskriptif. Yusuf (2014: 62) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta

(3)

deskriptif kuantitatif merupakan usaha sadar dan sistematis untuk memberikan jawaban terhadap suatu masalah dan/atau mendapatkan informasi lebih mendalam dan luas terhadap suatu fenomena dengan menggunakan tahap-tahap penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Alasan mengenai pertimbangan penggunaan penelitian deskriptif adalah bahwa penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor psikologis penyebab pelanggaran tata tertib sekolah dan faktor dominan penyebab pelanggaran tata tertib sekolah.

Populasi dalam penelitian berjumlah 214 siswa. Sampel di dalam penelitian ini ditarik dengan menggunakan simple random sampling. Besaran sampel ditentukan melalui pendapat Arikunto (2008:

116) bahwa “Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-55% atau lebih”. Pada penelitian ini penulis mengambil 32% dari setiap rombongan belajar sehingga total sampel berjumlah 68 siswa.

Data di dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik skala psikologi. Yusuf (2014: 222) menjelaskan bahwa teknik skala sering digunakan dalam pengumpulan data. Menurut Azwar (2012: 6) bahwa skala psikologi merupakan pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. Adapun skala yang dimaksudkan disini adalah skala faktor psikologis penyebab pelanggaran tata tertib sekolah. Hasil akhir dari penilaian pada skala akan mengarahkan pada jawaban atas masalah dalam penelitian.

Data di dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan statistika deskriptif. Data dianalisa dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut.

Keterangan:

DP : deskriptif persentase n : skor yang diperoleh

N : skor maksimal aitem pernyataan (Riduwan, 2004: 94).

Berdasarkan rumus di atas maka kategorisasi tingkat faktor psikologis penyebab pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Kategorisasi Faktor Psikologis Penyebab Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Pada Siswa Interval Kategori

84% - 100% Sangat Kuat

68% - 83% Kuat

52% - 67% Cukup Kuat

36% - 51% Lemah

20% - 35% Sangat Lemah

Hasil persentase yang diperoleh pada tiap-tiap indikator selanjutnya akan diinterpretasikan sifat pengaruhnya berdasarkan kategori yang dirumuskan. Untuk mengetahui deksripsi faktor psikologis penyebab pelanggaran tata tertib sekolah secara umum digunakan perhitungan persentase nilai rata- rata kelompok dengan rumus sebagai berikut berikut.

̅ ∑ Keterangan:

̅ : Nilai persentanse rata-rata kelompok ∑ : Jumlah persentase tiap-tiap skor N : Banyaknya data (Yusuf, 2014: 260).

(4)

Berdasarkan perhitungan tersebut maka faktor yang memiliki nilai persentase rata-rata kelompok terbesar merupakan faktor dominan yang menyebabkan pelanggaran tata tertib sekolah.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian

Bagian ini akan membahas mengenai hasil penelitian tentang faktor psikologis penyebab pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka di bawah ini akan dipaparkan hasil penelitian secara kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian secara kuantitatif melalui analisis data tersebut digunakan untuk mengetahui faktor-faktor psikologis penyebab pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa. Pengambilan data menggunakan skala tertutup yang ditujukan kepada 68 siswa SMP Negeri 2 Pomalaa. Ada tiga faktor psikologis yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu perhatian, motif, dan kematangan kognitif. Berikut paparan hasil penelitian untuk setiap faktor.

Tabel 2

Deskripsi Pengaruh Faktor PerhatianTerhadap Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Pada Siswa SMP Negeri 2 Pomalaa

Statistics Faktor Perhatian

N Valid 68

Missing 0

Mean 57.378

Minimum 38.46

Maximum 84.62

Sum 3901.53

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai minimun sebesar 38,46. Nilai ini bila dikaitkan dengan norma kategorisasi berarti bahwa terdapat siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah disebabkan oleh faktor perhatian meskipun itu sifat pengaruhnya lemah. Diketahui pula bahwa nilai maksimum sebesar 84,62. Nilai ini bila dikaitkan dengan norma kategorisasi berarti bahwa terdapat siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah disebabkan oleh faktor perhatian dengan sifat pengaruh yang sangat kuat. Secara umum diketahui bahwa nilai persentase rata-rata (mean) dalam kelompok sebesar 57,378. Nilai ini bila diterjemahkan ke dalam norma kategorisasi berarti bahwa faktor perhatian menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah dengan sifat pengaruh yang cukup kuat. Dengan demikian diketahui bahwa faktor perhatian mampu menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa dengan sifat pengaruh yang cukup kuat.

Faktor psikologis kedua yang diteliti di dalam penelitian ini adalah faktor motif. Berikut disajikan deskripsi pengaruh faktor motif melalui tabel berikut :

Tabel 3

Deskripsi Pengaruh Faktor Motif Terhadap Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Pada Siswa SMP Negeri 2 Pomalaa

Statistics Faktor Motif

N Valid 68

Missing 0

Mean 68.7103

Minimum 44.62

Maximum 83.08

(5)

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai minimun sebesar 44,62. Nilai ini bila dikaitkan dengan norma kategorisasi berarti bahwa terdapat siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah disebabkan oleh faktor motif meskipun itu sifat pengaruhnya lemah. Diketahui pula bahwa nilai maksimum sebesar 83,08. Nilai ini bila dikaitkan dengan norma kategorisasi berarti bahwa terdapat siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah disebabkan oleh faktor motif dengan sifat pengaruh yang kuat. Secara umum diketahui bahwa nilai persentase rata-rata (mean) dalam kelompok sebesar 68,7103. Nilai ini bila diterjemahkan ke dalam norma kategorisasi berarti bahwa faktor motif menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah dengan sifat pengaruh yang kuat.

Dengan demikian diketahui bahwa faktor motif mampu menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa dengan sifat pengaruh yang kuat.

Faktor psikologis ketiga atau faktor terakhir yang diteliti di dalam penelitian ini adalah faktor kematangan kognitif. Berikut disajikan deskripsi pengaruh faktor kematangan melalui tabel berikut :

Tabel 4

Deskripsi Pengaruh Faktor Kematangan Kognitif Terhadap Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Pada Siswa SMP Negeri 2 Pomalaa

Statistics

Faktor Kematangan Kognitif

N Valid 68

Missing 0

Mean 51.6993

Minimum 33.33

Maximum 75.56

Sum 3515.55

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa nilai minimun sebesar 33,33. Nilai ini bila dikaitkan dengan norma kategorisasi berarti bahwa terdapat siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah disebabkan oleh faktor kematangan kognitif meskipun itu sifat pengaruhnya sangat lemah.

Diketahui pula bahwa nilai maksimum sebesar 75,56. Nilai ini bila dikaitkan dengan norma kategorisasi berarti bahwa terdapat siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah disebabkan oleh faktor kematangan kognitif dengan sifat pengaruh yang kuat. Secara umum diketahui bahwa nilai persentase rata-rata (mean) dalam kelompok sebesar 51,6993. Nilai ini bila diterjemahkan ke dalam norma kategorisasi berarti bahwa faktor kematangan kognitif menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah dengan sifat pengaruh yang lemah. Dengan demikian diketahui bahwa faktor kematangan kognitif mampu menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa dengan sifat pengaruh yang lemah.

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor motif berpengaruh kuat dalam menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah. Adapun faktor perhatian berpengaruh cukup kuat terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah. Sedangkan faktor kematangan kognitif berpengaruh lemah terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah. Nilai rata-rata pengaruh faktor perhatian terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah sebesar 57,378%, nilai rata-rata pengaruh faktor motif terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah sebesar 68,7103%, dan nilai rata-rata pengaruh faktor kematangan kognitif terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah sebesar 51,6993%. Hasil ini menggambarkan bahwa faktor penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah secara berturut-turut adalah faktor motif, faktor perhatian, dan faktor kematangan kognitif.

Dengan demikian diketahui bahwa faktor motif merupakan faktor dominan penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa.

Pembahasan

Tata tertib merupakan masalah yang urgen dalam kehidupan bagi manusia tak terkecuali dunia pendidikan, utamanya bagi siswa. Tata tertib merupakan rumusan yang ditentukan oleh sekolah yang

(6)

berisi seperangkat tata aturan yang mengikat siswa di dalam sekolah. Tata aturan tersebut berisi hal- hal yang wajib dilakukan, hal-hal yang boleh dilakukan, hal-hal yang tidak boleh dilakukan serta sanksi atas pelanggaran yang terjadi. Diikutinya tata tertib sekolah oleh siswa akan menjadikan aktivitas siswa menjadi teratur. Meskipun demikian seringkali dijumpai terjadi pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa.

Berdasarkan kajian literatur diperoleh informasi bahwa berbagai persoalan dan realita yang terjadi di lingkungan mulai dari yang kecil sampai kasus yang besar seperti perkelahian/tawuran antar pelajar menggambarkan perilaku yang tidak sesuai dengan keberadaan kita sebagai bangsa Indonesia (Khairani, 2012: 143). Contoh ini menggambarkan bahwa perilaku siswa bertolak belakang dengan kemampuan untuk menaati aturan atau tata tertib yang telah berlaku. Siswa di lingkungan masyarakat saat ini sibuk dengan aktivitas yang tidak bertujuan dan cenderung menimbulkan keresahan di lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Mu’in (2016: 28) bahwa pelajar/siswa saat ini identik dengan tindakan tawuran, korban budaya cinta-cintaan, dan lain-lain.

Penelitian yang dilakukan memberikan hasil bahwa faktor perhatian, motif, dan kematangan kognitif mampu menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa. Sifat pengaruh yang diberikan oleh masing-masing faktor pula berbeda. Faktor perhatian berpengaruh cukup kuat, faktor motif berpengaruh kuat, dan faktor kematangan kognitif berpengaruh lemah. Hasil ini menggambarkan bahwa terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa secara dominan disebabkan oleh faktor motif. Meskipun demikian, faktor perhatian dan faktor kematangan kognitif juga perlu mendapatkan perhatian dari guru BK.

Sebagai faktor dominan, motif memberikan pengaruh yang kuat atas terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah. Ghufron & Risnawita (2012: 83) mengemukakan bahwa motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya memunyai motif.

Begitu pula dengan perilaku melanggar tata tertib sekolah. Motif yang ada pada diri seseorang akan mendorong untuk mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Dengan adanya motif maka individu akan memperoleh kekuatan yang menggiatkan atau menggerakkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan-tujuan tertentu. Motif juga merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan, atau bersikap tertentu.

Siswa yang pada dasarnya memiliki dorongan yang kuat untuk melanggar tata tertib sekolah apabila tidak mampu mengontrol dorongan tersebut maka siswa secara otomatis akan melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Artinya bahwa sekali motif telah melekat pada individu, maka perilaku akan terwujudkan secara otomatis ketika kurang terkontrol. Hal ini sejalan dengan pendapat Hogan, Harkness, & Lubinski (289) bahwa ketika motif telah diputuskan oleh seseorang, maka putusan tersebut akan menjadi ramalan yang akan terwujud dengan sendirinya. Pernyataan tersebut kian menguatkan tentang bagaimana motif dapat menjadi faktor psikologis penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah oleh siswa.

Faktor psikologis kedua yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah adalah faktor perhatian. Mahoney (2004: 10) mengemukakan bahwa perhatian merupakan suatu aktivitas yang kuat dan sering menjadi fokus penting dalam terapi. Perhatian dapat pula berupa pemusatan pikiran dalam menghadapi sesuatu. Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula menunjuk pada minat yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari.

Konsentrasi/perasaan siswa dan minat bisa dilihat dari siswa yang perasaannya senang akan sesuatu yang dikerjakan dan sebaliknya siswa dalam kondisi tidak senang maka akan kurang berminat dalam mengerjakan sesuatu.

Dalam pelanggaran tata tertib sekolah perhatian dapat berarti dua hal. Pertama, melakukan pelanggaran tata tertib sekolah karena kurang memberi perhatian pada peraturan tata tertib sekolah.

Kedua, melakukan pelanggaran tata tertib sekolah karena semata-mata berharap mampu menarik perhatian dari yang lain. Dalam keseharian siswa di sekolah sering ditemukan siswa yang acuh tak acuh terhadap peraturan tata tertib sekolah yang telah dibuat. Sikap acuh tak acuh ini kemudian menjadi bentuk perilaku yang banyak. Ada siswa yang sengaja datang terlambat, ada siswa yang

(7)

sengaja melanggar tata tertib sekolah karena ingin mendapat perhatian dari warga sekolah. Hal ini kadang terjadi pada kasus penggunaan pakaian sekolah yang tidak sesuai aturan. Pada dasarnya pakaian dan penampilan yang digunakan oleh seseorang sebenarnya memiliki suatu tujuan misalnya saja keinginan terlihat menarik dan terasa nyaman saat menggunakannya. Keinginan seseorang terlihat menarik dan terasa nyaman saat menggunakan suatu pakaian dan penampilan inilah yang memotivasi seseorang untuk melakukan berbagai hal untuk mencapainya termasuk itu melakukan pelanggaran tata tertib sekolah yang pada awalnya dimulai dari proses peniruan.

Faktor psikologis terakhir dalam penelitian ini adalah faktor kematangan kognitif. Meskipun faktor ini memiliki sifat yang lemah dalam menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah, namun faktor ini juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Manna (2014: 48) menjelaskan bahwa kematangan mengacu pada keadaan matang. Keadaan matang yang dimaksud berhubungan dengan keadaan fisik dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangan. Seseorang yang telah mencapai kematangan dapat mengendalikan dirinya. Hal tersebut menyebabkan orang mampu berpikir secara lebih baik, dan melihat persoalan secara objektif. Siswa yang belum mencapai kematangannya cenderung kurang mampu mengendalikan dirinya. Hal ini kemudian akan mengakibatkan siswa menunjukkan perilaku yang kurang positif pada lingkungan sekitarnya.

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa guru BK senantiasa memerhatikan faktor motif, perhatian, dan kematangan kognitif pada diri siswa. Diperlukan pula upaya-upaya untuk mengarahkan faktor motif, perhatian, dan kematangan kognitif dalam menampilkan perilaku positif baik itu di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Upaya-upaya tersebut pada akhirnya diharapkan mampu meminimalisir terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Faktor psikologis penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa yaitu faktor perhatian, faktor motif, dan faktor kematangan kognitif, 2) Faktor motif memiliki pengaruh yang kuat terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa, 3) Faktor perhatian memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa, 4) Faktor kematangan kognitif memiliki pengaruh yang lemah terhadap terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa, dan 5) Faktor psikologis yang secara dominan menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMP Negeri 2 Pomalaa adalah faktor motif.

Saran

Berdasarkan kesimpulan terdapat beberapa saran yang diajukan kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bagi kepala sekolah

Kepala sekolah dapat melakukan pemantauan terhadap siswa. Hal ini dapat digunakan untuk mengetahui masalah-masalah atau pelanggaran-pelanggaran yang sering dilakukan oleh siswa dan berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan bekerjasama dengan guru.

2. Bagi guru BK

Guru BK agar mencari solusi dengan melakukan kolaborasi dengan wali kelas dan pembina OSIS dalam memecahkan masalah pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa.

3. Bagi siswa

Setiap siswa hendaknya lebih menyadari pentingnya kedisiplinan baik ditinjau dari segi agama, etika dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar yang dicapai.

4. Bagi peneliti lanjutan

Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini sekiranya dapat melakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang mampu meminimalisir terjadinya pelanggaran tata tertib pada siswa.

(8)

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. & Yuliana, L. (2009). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi(Edisi Kedua). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ghufron, M.N. & Risnawita, R. (2012). Teori-Teori Psikologi.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Khairani. (2012). Peran Konselor dalam Pengembangan Karakter Siswa. Dalam A. Khaidir & E. Gani (Eds.). Pendidikan Karakter Sebuah Refleksi Pendekatan dalam Ilmu Humaniora. Padang:

Sukabina Press.

Mahoney, M.J. (2004). Human Change Processes and Constructive Psychotherapy. Dalam A.

Freeman, M.J. Mahoney, P. Devito, & D. Martin (Eds.). Cognition and Psychotherapy.

(Second Edition). New York: Springer Publishing Company.

Manna, I. (2014). Growth Development and Maturity in Children and Adolescent: Relation to Sports and Physical Activity. American Journal of Sports Science and Medicine, Vo. 2, No. 5A, Hal.

48–50.

Masrura, S.I. (2013). Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kesadaran Metakognisi dan Kaitannya dengan Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Matematika dan Pembelajaran (MAPAN), Vol. 1, No. 1, Hal. 1 – 18.

Mu’in, F. (2016). Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Yusuf, A.M. (2014). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan. Jakarta:

Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini ada 3 hal: 1) Langkah-langkah pengambilan keputusan kepala sekolah ditinjau dari aspek identifikasi masalah mengenai pelanggaran tata tertib oleh siswa maupun

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Apa saja bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Negeri 1 Pakis?, (2) Apa saja penyebab pelanggaran

Di sekolah perlu adanya bimbingan konseling untuk siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sehingga dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi..

Setiap siswa diberikan buku pegangan tata tertib sebagai kontrol terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa, buku ini berisikan pasal-pasal berserta poin untuk setiap

..Perbedaan Jumlah Pelanggaran Tata tertib Sekolah Ditinjau dari Kecenderungan Pola Disiplin yang Diterapkan Oleh Ayah Pada Remaja Laki-Laki Kelas III SMP."

Berdasarkan hasil analisis data pelanggaran tata tertib sebanyak 15 responden mempunyai kategori ringan dalam tingkat pelanggaran tata tertib di SMA Muhammadiyah 1 Metro,

Solusi yang Ditawarkan untuk Mengatasi Hambatan dalam Melaksanakan Implementasi Kebijakan Kepala Sekolah tentang Pelanggaran Tata Tertib Siswa di SMPN 1 Cerme Gresik …….… 81

Menimbang : Dalam rangka pelaksanaan tata tertib dan tata krama di SMP Negeri 7 Balikpapan diperlukan pedoman dan acuan bagi siswa SMP Negeri 7 Balikpapan