FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA HUBUNGAN SOSIAL SISWA DAN UPAYA MENGATASINYA
FACTORS CAUSING STUDENTS LOW SOCIAL RELATIONSHIPS AND EFFORTS TO OVERCOME IT
Oleh:
La Ode Sabarudin Universitas Halu Oleo Email: [email protected] Kata Kunci:
Hubungan Sosial
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya hubungan sosial siswa dan upaya mengatasinya di SMA Negeri 1 Kontukowuna. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah guru bimbingan dan konseling, wali kelas dan siswa SMA Negeri 1 Kontukowuna. Teknik pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Teknik analisis data menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif metode Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor penyebab rendahnya hubungan sosial siswa di SMA Negeri 1 Kontukowuna yaitu, kesulitan penyesuaian diri dalam kelompok, kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru, merasa terasing dalam aktifitas kelompok, dan kesulitan menjalin persahabatan. Dan upaya mengatasinya yaitu diberikan layanan bimbingan kelompok dan layanan informasi.
Keywords:
Social Relations
ABSTRACT
This study aims to determine the factors causing low social relations of students and efforts to overcome them at SMA Negeri 1 Kontukowuna. This is a qualitative study. The informants in this study were guidance and counseling teachers, homeroom teachers, and students of SMA Negeri 1 Kontukowuna. The data collection techniques included interviews and observations. The data analysis technique used was the qualitative descriptive analysis method of Miles and Huberman. The results showed that the factors causing the low social relations of students at SMA Negeri 1 Kontukowuna were difficulties in adjusting to groups, dealing with new social situations, feeling alienated in group activities, and making friends. Efforts to overcome these issues include group guidance services and information services.
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial, di mana manusia tidak dapat hidup sendiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Setiap aktivitas yang dilakukan sehari-hari, manusia membutuhkan orang lain untuk menunjang aktivitasnya. Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, setiap manusia memerlukan kemampuan komunikasi. Melalui komunikasi individu menciptakan dan mengelola hubungan. Tanpa komunikasi hubungan tidak akan terjadi. Hubungan dimulai atau terjadi apabila anda pertama kali berinteraksi dengan seseorang.
Perbuatan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, begitu juga segala sesuatu yang dipelajari merupakan hasil dari hubungan satu individu dengan individu lainnya. Baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat lainnya. Para siswa memulai hubungan sosial dari lingkungan rumah sendiri, kemudian berkembang luas lagi ke lingkungan sekolah dan dilanjutkan kepada lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu di lingkungan luar sekolah. Dalam arti kata, hubungan sosial siswa itu kesukaaan, hobi, sifat, kelakuan dan lain sebagainya hampir seluruhnya memiliki kesamaan. Pada umumnya siswa melakukan hubungan sosial ini dengan cara saling menyesuaikan dirinya dengan teman-temannya, sekolah, masyarakat dan lingkungan di mana ia tinggal.
Dalam melakukan hubungan sosial baik di lingkungan sekolah maupun di dalam kelas, siswa banyak melakukan aktifitas yang bersangkut paut dengan kegiatan yang menghubungkan kepentingan antar siswa, siswa yang satu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok yang secara langsung maupun secara tidak langsung dapat menciptakan rasa saling pengertian dan kerja sama yang cukup tinggi. Hubungan sosial yang dilakukan antar siswa di sekolah itu bisa memberikan dampak positif dan bisa juga memberikan dampak negatif.
Melakukan hubungan sosial juga tidaklah mudah banyak nilai-nilai dan norma norma sosial yang harus dipatuhi untuk mendapat penerimaan dari kelompoknya. Keberhasilan anak tidak ditentukan oleh aspek kognitif saja, melainkan kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan lingkungan, berempati kepada orang lain, dan menghargai orang lain. Kemampuan seperti berempati kepada orang lain, menghargai orang lain, mengendalikan emosi, dan keterampilan sosial cenderung tidak dinilai. Di beberapa lembaga institusi pendidikan, guru, orangtua, dan masyarakat masih menganggap bahwa siswa cerdas adalah siswa yang selalu mendapatkan nilai tertinggi serta mendapat rangking tertinggi.
Sejalan yang dikemukakan oleh Ali dan Asrori (2018: 85) bahwa hubungan sosial adalah cara- cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Hubungan sosial ini juga menyangkut penyesuaian diri terhadap lingkungan, seperti makan dan minum sendiri, mentaati peraturan, membangun komitmen bersama dalam kelompok atau organisasinya, dan sejenisnya. Hasil hubungan sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan ini, Sehingga peneliti memahami bahwa hubungan sosial adalah proses penyesuain individu dengan lingkungannya yang menyangkut teman, sekolah, masyarakat umum.
Berdasarkan informasi yang didapat dari guru bimbngan dan konseling bahwa fenomena yang sering terjadi di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kontukowuna, terdapat tiga orang siswa yang memiliki masalah hubungan sosial yang rendah baik dengan sesama murid, guru dan juga kepala sekolah. Mereka memiliki sikap negatif terhadap teman sejawat, seperti siswa yang sering menyendiri dan menjauh dari sebuah kelompok teman sebayanya, takut dan malu bila bergaul dengan temannya terutama dengan orang yang belum dikenal, serta cenderung bergantung pada orang lain, kesulitan dalam memperoleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok, kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru, kesulitan dalam mencari teman, serta kesulitan dalam menjalin persahabatan. Masalah ini timbul karena munculnya kecanggungan-kecanggungan dalam pergaulan siswa akibat adanya perbedaan dalam perkembangan fisik, sehingga mengakibatkan siswa merasa takut dan hal ini berakibat kepada siswa seperti tidak berani mengambil keputusan, serta tidak berani memutuskan pilihan teman yang dianggap sesuai, timbul perasaan malu dalam mencari teman, serta kurangnya komunikasi dengan orang lain sehingga ia merasa susa dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Menghadapi berbagai masalah tersebut, tidak semua individu mampu mengatasi masalahnya
dari orang lain. Sekolah sebagai tempat anak dalam menuntut ilmu dan mengembangkan diri, memiliki tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu, guru bimbingan dan konseling hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam upaya pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami hubungan sosial yang rendah diperlukan keterangan yang jelas tentang keadaan diri siswa yang sebenarnya, salah satunya adalah dengan mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya hubungan sosial siswa. Dengan cara itu, maka proses upaya pemberian bantuan kepada siswa dapat benar-benar menyelesaikan akar permasalahannya, sehingga siswa dapat terbebas dari permasalahan tersebut. Hal itu tentu tidak dapat diabaikan begitu saja, untuk mengetahui lebih dalam mengenai fakta dan kondisi yang menyebabkan siswa mengalami hubungan sosial yang rendah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya hubungan sosial siswa di SMA Negeri 1 Kontukowuna.
Hubungan sosial
Ali dan Asrori (2018: 85) mengemukakan bahwa hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya.
Hubungan sosial ini juga menyangkut penyesuaian diri terhadap lingkungan, seperti makan dan minum sendiri, mentaati peraturan, membangun komitmen bersama dalam kelompok atau organisasinya, dan sejenisnya. Hal senada dinyatakan oleh Soekanto (2007: 71) bahwa hubungan sosial adalah hubungan timbal balik yang saling memengaruhi dan mengandung kesadaran untuk saling menolong. Hubungan sosial terjadi karena ada interaksi sosial yang melibatkan emosi atau perasaan. Hubungan sosial ini mula-mula dimulai dari rumah sendiri kemudian berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah, dan dilanjutkan kepada lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu tempat berkumpulnya teman sebaya.
Borner (Gunawan 2010: 31) mengemukakan bahwa hubungan sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Partowisastro (2003) mengemukakan hubungan sosial adalah relasi sosial yang berfungsi menjalin berbagai jenis relasi sosial yang dinamis, baik relasi itu berbentuk antara individu, kelompok dengan kelompok, atau individu dengan kelompok. Berdasarkan teori-teori di atas maka peneliti simpulkan bahwa hubungan sosial adalah strategi atau cara seorang individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang melibatkan perasaan, emosi yang harus dikuasai agar dapat berguna bagi diri sendiri dan orang lain
Kriteria hubungan sosial
Hubungan sosial memiliki beberapa kriteria hal ini senada diungkapkan Walgito (2010: 85) bahwa baik tidaknya hubungan sosial antara individu yang satu dengan yang lain dapat dilihat dari beberapa segi yaitu:
1. Frekuensi hubungan
Frekuensi hubungan adalah sering atau tidaknya anak atau individu tersebut bergaul.
2. Intensitas hubungan
Intensitas ini adalah segi mendalam tidaknya orang atau anak dalam bergaul yaitu akrab tidaknya mereka dalam bergaul.
3. Popularitas hubungan
Popularitas hubungan ini adalah di mana banyak sedikitnya teman bergaul digunakan sebagai kriteria untuk melihat baik buruknya hubungan sosial.
Selanjutnya, Hurlock (2002: 287) mengemukakan empat kriteria dalam hubungan sosial seseorang yaitu sebagai berikut:
1. Penampilan nyata
Perilaku sosial individu sesuai dengan standar kelompok atau memenuhi harapan kelompok maka individu akan diterima sebagai anggota kelompok.
2. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok
Individu dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasa.
3. Sikap sosial
Individu dapat menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, terhadap partisipasi sosial, serta terhadap perannya dalam kelompok maka individu akan menyesuaikan diri dengan baik secara sosial. Bentuk dari sikap sosial adalah ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat, berempati, dapat menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
Kepuasan pribadi individu harus dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial. Bentuk dari kepuasan pribadi adalah kepercayaan diri, disiplin diri dan kehidupan yang bermakna dan terarah.
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat simpulkan bahwa kriteria dalam hubungan sosial adalah penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang nyata seperti kemampuan berkomunikasi, bergaul dengan teman, dan kemampuan berorganisasi, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.
Ciri-ciri hubungan sosial
Hananto (2009: 24) mengemukakan ciri-ciri hubungan sosial adalah sebagai berikut:
1. Adanya hubungan timbal balik atau saling interaksi.
2. Dilakukan antara manusia dalam bentuk individu dan kelompok.
3. Berlangsung di tengah-tengah masyarakat.
4. Ada tujuan tertentu yaitu memenuhi kebutuhan hidup.
Selanjutnya, Kurnia (2010: 179) menyebutkan ciri-ciri hubungan sosial yaitu sebagai berikut:
1. Ada pelaku lebih dari satu orang.
2. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pelaku.
3. Ada komunikasi antar pelaku dengan memakai simbol-simbol dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa isyarat.
4. Ada dimensi waktu (masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang) yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.
Ciri-ciri hubungan sosial yang baik
Daradjat (2001: 37) mengemukakan seseorang individu dianggap mampu berhubungan sosial yang baik jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Suka bekerja sama dengan orang lain dalam suasana saling menghargai, adanya keakraban, empati, disiplin diri terutama dalam situasi sulit dan berhasil dalam sesuatu hal di antara kawan-kawannya. Peserta didik yang memiliki wawasan lingkungan luas, ia akan mudah dalam menyesuaikan dirinya di manapun ia tinggal, sehingga dalam hal ini seseorang akan berhasil dalam menyelesaikan masalah dalam dirinya jika ia mampu berhubungan sosial yang baik.
Ciri-ciri hubungan sosial yang buruk
Yusuf (2007: 198) mengemukakan ciri-ciri orang yang hubungan sosialnya buruk yaitu ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya, ketidakpuasan diri sendiri terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya, serta menolak realitas dan lingkungan sosialnya. Dari teori-teori di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri hubungan sosial adalah adanya hubungan timbal balik antara individu dengan individu, maupun individu dengan kelompok dengan tujuan untuk memenuhi suatu kebutuhan.
Jenis-jenis hubungan sosial
Maryati dan Suryawati (2003: 22) mengemukakan hubungan sosial memiliki tiga jenis hubungan sosial sebagai berikut:
1. Hubungan antara individu dan individu
Hubungan ini merupakan hubungan antara individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan atau stimulus kepada individu lainnya sehingga akan memberikan reaksi, tanggapan, atau respon.
2. Hubungan antara individu dan kelompok
Hubungan ini dapat dilihat dari contoh berikut. Seorang juru kampanye dari salah satu partai politik sedang berpidato di depan orang banyak sehingga orang-orang tersebut akan tertarik dan terpengaruh pada isi pidato tersebut.
3. Hubungan antara kelompok dan kelompok
Hubungan ini menunjukkan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kelompok lain. Contohnya, satu regu pramuka yang sedang melakukan permainan antartim. Walaupun, setiap pemain memainkan perannya masing-masing, pada dasarnya mereka bermain untuk tim.
Selanjutnya, Kurnia (2010: 181) mengemukakan jenis jenis hubungan sosial adalah sebagai berikut: 1) Hubungan antar pribadi, 2) Kelompok sosial, 3) Gemeinschaft dan gessellschaft, 4) Hubungan kelembagaan atau lembaga sosial, 5) Hubungan ketetanggaan, 6) Hubungan kelas dan kelas sosial dan 7) Hubungan gender. Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis hubungan sosial yaitu memiliki keterkaitan hubungan antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, serta antara kelompok dan kelompok.
Faktor-faktor pendorong hubungan sosial
Wardiyatmoko (2009: 115) mengemukakan faktor dari dalam diri seorang yang mendorong terjadinya hubungan sosial adalah sebagai berikut:
1. Keinginan untuk meneruskan atau mengembangkan keturunan dengan melalui perkawinan antara dua orang yang berlainan jenis saling tertarik dan berinteraksi.
2. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Keinginan untuk mempertahankan hidup terutama menghadapi serangan dari apapun.
4. Keinginan untuk melakukan komunikasi dengan sesama.
Soekanto (2006: 57) mengemukakan berlangsungnya suatu proses hubungan didasarkan pada berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
1. Imitasi merupakan keinginan seseorang untuk meniru sesuatu dari orang lain. Salah satu segi positif dari imitasi yaitu imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun, imitasi dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.
2. Sugesti adalah kepercayaan yang sangat mendalam dari seseorang kepada orang lain. Faktor ini berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Sugesti dapat pula terjadi apabila yang memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari kelompok yang bersangkutan atau masyarakat.
3. Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi lebih mendalam dari imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.
4. Simpati merupakan suatu proses di mana orang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama denganya.
Faktor-faktor penyebab rendahnya hubungan sosial siswa
Ali dan Asrori (2018: 85) mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebab rendahnya hubungan sosial sering dialami oleh siswa di sekolah diantaranya:
1. Kesulitan dalam memperoleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok
Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memperoleh penyesuaian kelompok akibatnya karena munculnya kecanggungan-kecanggungan dalam pergaulan akibat adanya perbedaan dalam perkembangan fisik, munculnya sikap penolakan diri (self rejection) akibat body imagenya tidak sesuai dengan gambaran diri yang sesungguhnya, timbulnya gejala-gejala emosional tertentu seperti perasaan malu karena adanya perubahan suara laki-laki dan peristiwa menstruasi perempuan, munculnya perilaku-perilaku seksual yang menyimpang pada siswa yang tidak terbimbing oleh norma.
2. Kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru
Banyak siswa yang mengalami kesulitan menghadapi situasi sosial yang baru. Mungkin siswa berhasil baik dalam hubungan di sekolah yang lama, ketika pindah kesekolah yang baru ia menjadi tidak dikenal dan tidak ada yang memerhatikan. Permasalahan penyesuaian diri siswa di sekolah akan timbul ketika siswa mulai masuk jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin memunyai permasalahan hubungan sosial dengan guru-guru, dan teman-teman.
3. Merasa terasing dalam aktivitas kelompok
Manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan manusia lain dalam suatu pergaulan. Kurangnya hubungan dengan siswa lain mengakibatkan suatu siswa menjadi terasing dari pergaulan hidup dengan siswa yang lainnya. Akibatnya mereka tidak mengetahui kemajuan atau perkembangan yang terjadi pada siswa lain. Apabila pergaulan saja sangat terbatas, maka yang terjadi adalah keterbatasan pemikiran sehingga keinginan untuk berubahpun juga sangat minim.
4. Kesulitan dalam persahabatan.
Pada masa sekarang tidak sedukit anak yang mengalami kesulitan dalam menjalin persahabatan.
Banyak hal yang memengaruhi seorang siswa mengalami kesulitan dalam menjalin persahabatan contohnya kurang adanya komunikasi dan hubungan yang baik antara anak dan orangtua atau anggota keluarga lain di rumah sehingga menyebabkan anak sulit untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial yang baik, kemudian adanya fobia sosial misalnya berupa pengalaman bullyng yang pernah dialami atau pernah merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya, tipikal siswa yang memiliki kepribadian tertutup, merasa rendah diri, kurang memiliki rasa percaya diri dan mengalami gangguan emosional.
Selanjutnya, Syamsuddin (2000: 137) mengemukakan faktor-faktor penyebab rendahnya hubungan sosial siswa sebagai berikut:
1. Munculnya sikap negatif terhadap pelajaran dan guru bahasa asing tertentu pada siswa yang mengalami kesulitan dan kelemahan dalam mempelajari bahasa asing, timbulnya masalah underachiever (remaja yang memiliki prestasi di bawah kapasitasnya) atau inferiority complex (rasa rendah diri) pada siswa yang tidak pernah tuntas.
2. Timbulnya masalah juvenile delinquency ketika keterikatan hidup dalam gang tidak terbimbing, tidak senang di rumah bahkan pergi dari rumah ketika terjadi konflik dengan orangtua.
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi rendahnya hubungan sosial siswa
Sunarto (2002: 239-241) mengemukakan upaya guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi hubungan sosial siswa yang rendah antara lain:
1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa nyaman bagi peserta didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
2. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
3. Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
4. menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan semangat belajar, menggunakan prosedur evaluasi dapat memperbesar motivasi belajar.
Upaya guru bimbingan dan konseling yaitu dengan mengingatkan kepada siswa agar siswa giat melakukan penyesuaian diri dan sosial dengan baik, agar kebutuhan yang siswa inginkan dapat tercapai dengan baik. Setiap siswa diharapkan dapat melakukan hubungan sosial yang baik.
Mighwar (2006: 217-218) mengemukakan upaya mengatasi hubungan sosial siswa yang rendah yakni:
1. Menciptakan hubungan edukatif yang membuat siswa merasa aman untuk mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai aktivitas keluarga atau sekolah, sehingga dia terlatih menyesuaikan sosial dalam hubungan yang berguna bagi dirinya.
2. menghindari perilaku negatif di hadapan siswa, hal ini karena akan menimbulkan kesan negatif yang cenderung ditiru oleh siswa, sehingga proses hubungan sosialnya ke arah yang lebih baik akan terganggu atau terhambat.
3. Mencegah peranan yang kontradiktif dengan jenis kelamin siswa, seperti laki-laki memerankan tugas perempuan atau sebaliknya, karena hal itu akan berakibat buruk pada hubungan sosialnya kelak. Upaya-upaya untuk memperlancar proses hubungan sosial ini sangat penting dan juga sangat diperlukan oleh siswa, terutama yang memunyai tingkat penyesuaian sosial yang rendah.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Kontukowuna sejak bulan Agustus sampai bulan September 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis studi kasus (Case Studies). Studi Kasus (Case Studies) merupakan jenis penelitian kualitatif yang mendalam tentang individu, kelompok, institusi, dan sebagainnya dalam waktu tertentu. Tujuan studi kasus adalah berusaha menemukan makna, menyelidiki proses serta memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam serta utuh dari individu, kelompok, atau situasi tertentu. Data studi kasus diperoleh dengan wawancara, observasi, dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait dengan topik yang diteliti.
Informan Penelitian ini adalah siswa kelas XII SMAN 1 Kontukowuna tahun ajaran 2018/2019.
Peneliti memilih informan 3 orang siswa yang memiliki gejala hubungan sosial rendah, informan selanjutnya 1 orang guru BK, dan 1 orang wali kelas. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Wawancara dan 2) Observasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini merujuk pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman yaitu: 1) Data Collection (Pengumpulan Data), 2) Data Reduction (Reduksi Data), 3) Data Display (Penyajian Data) dan Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan).
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang siswa, 1 orang wali kelas, dan satu orang guru BK dapat dijelaskan beberapa faktor penyebab rendahnya hubungan sosial siswa dan upaya mengatasinya yaitu:
1. Kesulitan penyesuaian diri dalam kelompok
Siswa yang mengalami kesulitan dalam memperoleh penyesuaian kelompok diakibatkan karena munculnya kecanggungan-kecanggungan dalam pergaulan akibat adanya perbedaan dalam perkembangan fisik, munculnya sikap penolakan diri (self rejection) akibat body imagenya tidak sesuai dengan gambaran diri yang sesungguhnya. Pernyataan di atas sesuai dengan yang dialami siswa yaitu sulit dalam menyesuaikan diri dalam kelompok dikarenakan ketika siswa mau menyesuaikan diri, timbul perasaan malu dan ketidakpercayaan diri saat mau berkomunikasi dengan orang banyak
2. Kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru
Siswa yang mengalami kesulitan menghadapi situasi sosial yang baru. Mungkin siswa berhasil baik dalam hubungan di sekolah yang lama, ketika pindah kesekolah yang baru ia menjadi tidak dikenal dan tidak ada yang memerhatikan. Permasalahan penyesuaian diri siswa di sekolah akan
timbul ketika siswa mulai masuk jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin memunyai permasalahan hubungan sosial dengan guru-guru, dan teman-teman. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami siswa yang merasa kebingungan ketika berada dalam lingkungan yang baru, karena dia sulit membangun sebuah komunikasi.
3. Merasa terasing dalam aktivitas kelompok
Kurangnya hubungan dengan siswa lain mengakibatkan suatu siswa menjadi terasing dari pergaulan hidup dengan siswa yang lainnya. Akibatnya mereka tidak mengetahui kemajuan atau perkembangan yang terjadi pada siswa lain. Apabila pergaulan saja sangat terbatas, maka yang terjadi adalah keterbatasan pemikiran sehingga keinginan untuk berubah pun juga sangat minim.
4. Kesulitan menjalin persahabatan
Pada masa sekarang tidak sedikit anak yang mengalami kesulitan dalam menjalin persahabatan.
Banyak hal yang memengaruhi seorang siswa mengalami kesulitan dalam menjalin persahabatan contohnya kurang adanya komunikasi dan hubungan yang baik antara anak dan orangtua atau anggota keluarga lain di rumah sehingga menyebabkan anak sulit untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial yang baik, kemudian adanya fobia sosial misalnya berupa pengalaman bullyng yang pernah dialami atau pernah merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya, tipikal siswa yang memiliki kepribadian tertutup, merasa rendah diri, kurang memiliki rasa percaya diri dan mengalami gangguan emosional.
Upaya mengatasi rendahnya hubungan sosial siswa
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMA Negeri 1 Kontukowuna terkait dengan upaya mengatasi rendahnya hubungan sosial siswa melalui layanan bimbingan kelompok dan layanan informasi yaitu:
1. Layanan bimbingan kelompok
Upaya guru BK yaitu memberikan layanan bimbingan kelompok kepada siswa yang mengalami hubungan sosial yang rendah. Layanan bimbingan kelompok adalah suatu layanan dalam bentuk kegiatan kelompok yang bertujuan untuk menunjang pemahaman, perkembangan individu, pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta untuk meningkatkan mutu kerja sama masing- masing individu dalam kelompok. Layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi serta pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang terjadi dalam kelompok.
2. Layanan informasi
Layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. Harapan dengan diberikannya layanan informasi oleh guru bimbingan dan konseling tentang hubungan sosial akan membantu siswa dalam melakukan hubungan sosial kepada teman sebayanya di sekolah, selain itu juga akan dapat menangani masalah masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan melakukan hubungan sosialnya, siswa akan lebih menyadari suatu kejadian ketika suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain.
Upaya Wali kelas dalam mengatasi rendahnya hubungan sosial siswa yaitu dengan memberikan tugas kerja kelompok kepada siswa, karena dalam kelompok siswa akan saling berinteraksi satu sama lain dan dan akan terbiasa berbicara, dalam kegiatan kelompok juga wali kelas dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa terkait dengan masalahnya.
Pembahasan
Faktor-faktor penyebab rendahnya hubungan sosial siswa dan upaya mengatasinya di SMAN 1 Kontukowuna terdiri dari kesulitan dalam memperoleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok, kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru, merasa terasing dalam aktivitas kelompok, kesulitan dalam persahabatan. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hubungan sosial siswa
dalam memperoleh penyesuaian kelompok akibatnya karena munculnya kecanggungan-kecanggungan dalam pergaulan akibat adanya perbedaan dalam perkembangan fisik, munculnya sikap penolakan diri (self rejection) akibat body imagenya tidak sesuai dengan gambaran diri yang sesungguhnya, timbulnya gejala-gejala emosional tertentu seperti perasaan malu karena adanya perubahan suara laki- laki dan peristiwa menstruasi perempuan, munculnya perilaku-perilaku seksual yang menyimpang pada siswa yang tidak terbimbing oleh norma. Fatimah (2006) mengemukakan bahwa proses penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun ekseternal. Adapun faktor internalnya yaitu meliputi faktor fisiologis, faktor psikologis yang mencakup faktor pengalaman, seperti persepsi, kematangan emosi, harga diri, faktor determinasi diri dan faktor konflik. Sedangkan faktor eksternal meliputi kematangan sosial, moral, lingkungan, agama, dan budaya.
Faktor yang menyebabkan rendahnya hubungan sosial siswa yaitu kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru. Banyak siswa yang mengalami kesulitan menghadapi situasi sosial yang baru.
Mungkin siswa berhasil baik dalam hubungan di sekolah yang lama, ketika pindah ke sekolah yang baru ia menjadi tidak dikenal dan tidak ada yang memerhatikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sarwono (2004) yang menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap orang mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan cara tertentu, dan cara ini merupakan faktor utama yang memengaruhi perilakunya dalam hubungan dengan orang lain.
Selanjutnya, yang menyebabkan rendahnya hubungan sosial siswa seperti merasa terasing dalam aktivitas kelompok. Manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan manusia lain dalam suatu pergaulan. Kurangnya hubungan dengan siswa lain mengakibatkan suatu siswa menjadi terasing dari pergaulan hidup dengan siswa yang lainnya. Akibatnya mereka tidak mengetahui kemajuan atau perkembangan yang terjadi pada siswa lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyatiningsih (2004) yang mengemukakan bahwa siswa yang menganggap dirinya merasa terasing oleh kelompok dikarenakan menganggap dirinya terlalu rendah. Ciri-ciri siswa yang merasa terasing dalam kelompok yaitu pemalu, penakut, tidak percaya pada kemampuan dirinya, dan suka menyendiri. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hubungan sosial siswa yaitu kesulitan dalam persahabatan.
Pada masa sekarang tidak sedikit anak yang mengalami kesulitan dalam menjalin persahabatan.
Banyak hal yang memengaruhi seorang siswa mengalami kesulitan dalam menjalin persahabatan contohnya kurang adanya komunikasi dan hubungan yang baik antara anak dan orangtua atau anggota keluarga lain di rumah sehingga menyebabkan anak sulit untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial yang baik, kemudian adanya fobia sosial misalnya berupa pengalaman bullyng yang pernah dialami atau pernah merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya, tipikal siswa yang memiliki kepribadian tertutup, merasa rendah diri, kurang memiliki rasa percaya diri dan mengalami gangguan emosional. Hal ini didukung oleh pendapat Mappiare (2006) yang menjelaskan bahwa siswa yang sulit menjalin sebuah persahabatan yaitu siswa yang memiliki sifat yang tertutup, pemalu, dan senang menyendiri.
Upaya untuk mengatasi rendahnya hubungan sosial siswa yaitu menciptakan hubungan edukatif yang membuat siswa merasa aman untuk mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai aktivitas keluarga atau sekolah, sehingga dia terlatih menyesuaikan sosial dalam hubungan yang berguna bagi dirinya. Upaya guru BK untuk mengatasi hubungan sosial siswa yang rendah yaitu dengan memberikan layanan bimbingan kelompok, di dalam bimbingan kelompok ini guru bimbingan dan konseling terus mendorong dan memotivasi mereka agar dapat menjalin hubungan sosial yang baik, dan dapat berkomunikasi dengan baik. Selain itu, dalam bimbingan kelompok, siswa dapat berlatih berbicara dan berkomunikasi dengan baik dengan temanya, serta dapat mengembangkan pribadi masing-masing siswa.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah faktor–faktor penyebab rendahnya hubungan sosial siswa meliputi kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kelompok, merasa terasing, kesulitan dalam menghadapi situasi
sosial yang baru, dan kesulitan dalam menjalin persahabatan. Sedangkan upaya mengatasinya yaitu Guru BK memberikan layanan bimbingan kelompok dan layanan informasi sedangkan wali kelas memberikan tugas kelompok.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang di atas, maka yang menjadi saran peneliti dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagi siswa
Disarankan bagi siswa yang memilki masalah hubungan sosial yang rendah agar dapat melatih mental dan mengembangkan rasa kepercayaan dirinya untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan bersosialisasi di lingkungan sekitarnya.
2. Bagi orangtua siswa
Disarankan kepada orangtua siswa sebagai pendidik dalam keluarga untuk mengembangkan konsep diri yang sehat pada anak, agar anak dapat berinteraksi dengan baik di lingkungan sosialnya khususnya dengan teman sebayanya di sekolah.
3. Bagi pihak sekolah
Disarankan bagi pihak sekolah khususnya guru bimbingan dan konseling untuk dapat memerhatikan dan membina siswa yang mengalami hubungan sosial yang rendah agar dapat meningkatkan hubungan sosialnya.
Daftar Pustaka
Ali & Asrori. (2018). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Daradjat. (2011). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Fatimah. (2006). Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia.
Gunawan, Ary H. (2010). Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hananto. (2012). Spesialisasi Industri Sebagai Prediktor Earning Response Coefficient Perusahaan Publik Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akutansi dan Keuangan. Vol 14. Halaman 105-115.
Hurlock. (2011). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Kurnia. (2014). Pengaruh Word of Mouth Comunition Terhadap Keputusan Konsumen UMKM.
Magelang: Id Portal Garuda.
Mappiare, Andi. (2006). Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Mighwar. (2006). Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia.
Mulyatiningsih. (2004). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Partowisastro. (2003). Perbandingan Konsep Diri dan Interaksi Sosial anak-anak remaja WNI asli dengan keturunan Tionghoa Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Sarwono. (2004). Psiklogi Remaja. Jakarta: CV Rajawali.
Syamsuddin. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Sari. (2012). Faktor-Faktor Penyebab Masalah Dalam Hubungan Sosial Dan Kesulitan Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Di Kelas VII SMP Negeri 4 Malang.
Soekanto. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta ; Rajawali Pers.
Walgito, Bimo. (2004). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset.
Walgito, Bimo. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Ofsset.
Yusuf. (2008). Psikologi Perkembangan Anak. Bandung: Remaja Rosdakarya.