203
Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, dan Keuangan Publik
Vol 16 No. 2 Juli 2021 : 203 - 222 ISSN : 2685-6441 (Online) Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v16i2.9125 ISSN : 1907-7769 (Print)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHINDARAN PAJAK
1Yuliawati
2Paulina Sutrisno
1,2Trisakti School of Management [email protected]
Abstract
This study aims to obtain empirical evidence regarding business strategy, deferred tax expense and company characteristics such as audit committees, proportion of independent commissioners, institutional ownership, firm size on tax avoidance. These factors were retested because there were still inconsistent results from previous studies and there were variables that were rarely studied. This study uses a sample that includes 396 non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the 2016 to 2018 period, which is the period surrounding the tax amnesty policy in Indonesia.
This study uses the cash effective tax rate (CETR) which is considered as a measure that can describe the amount of tax avoidance by the company. The research hypotheses were tested using multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that business strategy have a positive effect on tax avoidanceand firm size has a negative effect on tax avoidance, while deferred tax expense, audit committee, proportion of independent commissioners, institutional ownership have no effect on tax avoidance. The theoretical contribution of this study is to add to the development of previous literature related to the effect of business strategy, deferred tax expense and company characteristics such as audit committees, proportion of independent commissioners, institutional ownership, firm size on tax avoidance.
Keywords : Audit Committee; Business Strategy; Deferred Tax Expense; Firm Size;
Institutional Ownership; Proportion Of Independent Commissioners; Tax Avoidance.
JEL Classification : H26,G20,G30
Submission date : March 22, 2021 Accepted date : July 25, 2021
1. PENDAHULUAN
Tax Justice Network menyatakan bahwa Indonesia mengalami kerugian sekitar Rp6,87 trilyun per tahun akibat tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak di Indonesia. Dari angka tersebut, Rp67,6 trilyun diakibatkan karena penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak badan (Sukmana, 2020). Bentuk penghindaran pajak yang banyak dilakukan perusahaan adalah dengan cara mengalihkan laba perusahaan ke negara-negara surga pajak. Adanya penyalahgunaan pajak yang dilakukan oleh pihak perusahaan menyebabkan negara mengalami kerugian sekitar 5,5%
dari pendapatan pajak yang seharusnya diterima oleh negara.
Perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan menjadi upaya dalam melakukan efisiensi pembayaran pajak. Hal tersebut sebenarnya umum dilakukan karena manfaat pajak yang dirasakan lebih kecil dibanding tanggungan beban pajak yang harus dibayarkan. Namun demikian, apabila perencanaan pajak dilakukan keranah yang cenderung etis namun masih dalam ranah legal dikenal dengan istilah penghindaran pajak (Payne & Raiborn (2015). Penghindaran pajak biasanya dilakukan dengan memanfaatkan celah legal sebagai upaya untuk mengurangi beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan.
Pajak diartikan sebagai kontribusi wajib kepada negara oleh orang pribadi maupun badan, bersifat memaksakan dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung. Pajak digunakan untuk kepentingan negara bagi kesejahteraan rakyat Indonesia (UU No.28 tahun 2007). Terdapat perbedaan kepentingan antara fiskus dan perusahaan sehingga menimbulkan ketidaktaatan wajib pajak atau pihak manajemen perusahaan, hal ini menjadikan konflik kepentingan seperti yang telah diuraikan pada teori keagenan, sehingga menyebabkan kecenderungan perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (Diantari & Ulupui, 2016).
Penghindaran pajak memiliki dampak positif maupun negatif. Dampak positif penghindaran pajak bagi perusahaan adalah berkurangnya pembayaran beban pajak yang ditanggung perusahaan sedangkan dampak negatifnya adalah adanya kemungkinan perusahaan berisiko untuk membayar denda pinalti maupun rusaknya reputasi perusahaan itu sendiri. Begitu juga bagi pemerintah, upaya penghindaran pajak akan mengurangi penerimaan negara dari sektor fiskal.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pengujian terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penghindaran pajak. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Diantari dan Ulupui (2016) yang menguji variabel proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini menambahkan beberapa variabel lain yaitu beban pajak tangguhan (Kalbuana et al. 2017) karena masih jarangnya pengujian terhadap variabel tersebut. Penelitian ini menambahkan variabel strategi bisnis yang mengacu pada penelitian Wardani dan Khoiriyah (2018) karena strategi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan dapat mempengaruhi besar kecilnya pembayaran pajak perusahaan. Strategi bisnis merupakan bagian dari kebijakan pengelolaan perusahaan yang dapat mendorong
terjadinya penghidaran pajak. Penelitian ini menambahkan beberapa variabel lainnya yaitu komite audit (Fajar et al. 2018). Penambahan variabel komite audit dinilai penting karena keberadaan komite audit memiliki fungsi untuk membantu dewan komisaris dalam melakukan kontrol kepada pihak manajemen (Guna dan Herawaty 2010), selain itu penelitian ini menambahkan variabel ukuran perusahaan (Yohan dan Pradipta 2019) yang didasarkan pada pentingnya ukuran perusahaan sebagai suatu faktor yang dapat mengindikasikan adanya penghindaran pajak.
Penelitian ini menguji beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penghindaran pajak yaitu strategi bisnis, beban pajak tangguhan dan karakteristik perusahaan seperti komite audit, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan yang masih terdapat ketidakkonsistenan pada hasil penelitian sebelumnya. Penggunaan strategi perusahaan diprediksi akan berpengaruh terhadap penghindaran pajak karena penggunaan strategi bisnis tertentu akan mengarahkan pada sejumlah efisiensi atas pembayaran pajak (Higgins et al., 2014;
Wahyuni, Fahada, & Atmaja, 2019). Sedangkan beban pajak tangguhan juga dapat digunakan sebagai suatu indikasi tinggi rendahnya penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan (Gula & Mulyani, 2020). Karakteristik perusahaan seperti komite audit (Sarra, 2017; Marfirah & SyamBZ, 2016), proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional (Wijayani, 2016; Feranika et al., 2016) dianggap sebagai faktor-faktor yang dapat menekan terjadinya penghindaran pajak, sedangkan ukuran perusahaan diprediksi juga dapat berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Pada penelitian sebelumnya, pengujian pengaruh strategi bisnis, beban pajak tangguhan dan karakteristik perusahaan seperti komite audit, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak dilakukan pada periode sebelum munculnya kebijakan pengampunan pajak di Indonesia.
Sedangkan penelitian ini menguji beberapa faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak pada kisaran periode pengampunan pajak di Indonesia. Pemilihan periode di kisaran pemberlakukan pengampunan pajak di Indonesia karena kebijakan pengampunan pajak justru diprediksi meningkatkan penghindaran pajak perusahaan karena hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah (Shevlin, Thornock, & Williams, 2017).
Dengan demikian pengambilan periode sampel di seputaran periode pengempunan pajak akan memperjelas indikasi faktor-faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi penghindaran pajak di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel perusahaan nonkeuangan yang ada di Indonesia pada periode 2016-2018 (periode kisaran diberlakukannnya pengampunan pajak di Indonesia). Selain itu, sampel yang diujikan pada penelitian sebelumnya diambil hanya pada industri tertentu saja seperti industri perbankan dan manufaktur sedangkan pada penelitian ini menggunakan sampel perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan harapan akan menghasilkan temuan yang lebih komprehensif dan menghindari bias akibat pemilihan sampel. Kontribusi penelitian ini adalah untuk mengembangkan literature sebelumnya mengenai kaitan strategi bisnis, beban pajak tangguhan dan karakteristik perusahaan seperti komite audit, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, ukuran
perusahaan terhadap penghindaran pajak. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi pengetahuan dan pemahaman bagi pemerintah khususnya direktorat jendral pajak dalam membuat kebijakan terkait perpajakan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keagenan
Jensen & Meckling (1976) dalam teori agensi menunjukkan hubungan antara pihak principal dan agency. Namun, masing-masing pihak cenderung untuk mementingkan diri sendiri sehingga timbul konflik antara principal dan agent. Hubungan teori agensi dengan penghindaran pajak berfokus pada hubungan yang terjadi antara fiskus (principle) yang berperan sebagai pemungut pajak dan wajib pajak (agent). Fiskus (principle) memiliki harapan untuk mendapatkan pemasukan pajak yang maksimal bagi negara. Sedangkan, perusahaan (agent) berharap untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal dengan beban pajak yang rendah. Manajemen dengan perilaku oportunistik cenderung melakukan aktivitas untuk melakukan penghindaran pajak dengan memanfaatkan celah yang ada. Hal inilah yang menjadikan konflik kepentingan antara wajib pajak perusahaan dan fiskus (Reinganum & Wilde, 1985).
Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak merupakan upaya untuk mengurangi beban pajak yang dibayarkan namun dilakukan secara etis dan legal, tidak bertentangan dengan aturan perpajakan yang berlaku (Diantari & Ulupui, 2016). Menurut Supramo dan Theresia (2010), terdapat dua jenis penghindaran terhadap pajak yaitu penghindaran pasif dan aktif. Penghindaran pasif berarti tindakan penghindaran pajak namun tidak terjadi adanya pelanggaran terhadap peraturan perpajakan (penghindaran pajak), sedangkan penghindaran aktif ialah tindakan menghindari pajak kepada pemerintah, namun tindakan tersebut melanggar peraturan perpajakan (tax evasion).
Pengembangan Hipotesis
Ukuran Perusahaan dan Penghindaran Pajak
Perusahaan adalah wajib pajak, sehingga ukuran perusahaan diprediksi mampu mempengaruhi cara suatu perusahaan dalam mematuhi kewajiban pembayaran pajaknya.
Semakin besar total aset yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan perusahaan memiliki prospek yang baik, tentunya perusahaan yang mempunyai total aset yang besar akan lebih diawasi oleh pemerintah, sehingga perusahaan tersebut akan taat terhadap peraturan sehingga patuh akan pembayaran pajak (Kurniasih & Ratna Sari, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Honggo & Marlinah (2019); Oktamawati (2017); (Sutatik et al., 2015) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar akan berusaha untuk menjaga citra baik perusahaan di mata publik sehingga manajemen perusahaan
cenderung untuk tidak melakukan penghindaran pajak (Kurniasih & Ratna Sari, 2013).
Sedangkan penelitian Permata, Nurlaela, & Wahyuningsih (2018); Yohan & Pradipta (2019); Cahyono, Andini, & Raharjo (2016) serta Dewi & Jati (2014) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal tersebut dikarenakan membayar pajak merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan, sehingga baik perusahaan besar maupun kecil akan selalu dikejar oleh fiskus apabila melanggar aturan perpajakan, sehingga perusahaan kecil maupun besar tetap harus taat dalam membayar pajak. Berdasarkan telaah teori dan literature sebelumnya, masih terdapat perbedaan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
Ha1 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Strategi Bisnis dan Penghindaran Pajak
Tingginya tarif pajak badan di Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya mengakibatkan perusahaan berusaha untuk mengurangi beban pajak melalui strategi bisnis yang dilakukannya. Higgins, Omer, & Phillips (2014) menyatakan bahwa strategi defender merupakan strategi perusahaan dengan memfokuskan anggaran yang tepat sebagai permulaan penentuan strategi dalam bersaing. Defender menekankan pada efisiensi biaya sebagai keunggulan bersaing, sedangkan strategi prospector berfokus pada inovasi, perubahan serta pertumbuhan. Adanya fleksibilitas yang tinggi, pendapatan serta market share yang luas mendukung perusahaan dengan strategi prospector untuk lebih melakukan tindakan penghindaran pajak (Arieftiara, Utama, Wardhani, & Rahayu, 2015). Namun demikian, pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wardani &
Khoiriyah (2018), serta Harianto (2020) menyatakan bahwa strategi bisnis tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak karena masing-masing perusahaan tidak secara konsisten menetapkan strategi bisnis tertentu atas semua produk atau jasa yang dihasilkan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Higgins et al. (2014) dan Wahyuni et al. (2019) menunjukkan bahwa strategi bisnis berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Perusahaan yang menggunakan strategi prospector cenderung melakukan penghindaran pajak dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan strategi defender. Berdasarkan telaah teori dan literature sebelumnya, maka masih terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
Ha2: Perusahaan dengan strategi bisnis berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.
Beban Pajak Tangguhan dan Penghindaran Pajak
Perbedaan standar atau aturan yang berlaku dalam pencatatan akuntansi dan pajak akan menyebabkan munculnya perbedaan dalam perhitungan laba atau rugi pada tahun bersangkutan. Perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya pajak tangguhan yang dapat digunakan untuk mengindikasikan adanya praktik penghindaran pajak.
Beban pajak tangguhan terjadi karena adanya perbedaan temporer atas pengakuan suatu transaksi menurut akuntansi dan perpajakan. Menurut PSAK No. 46, pajak
tangguhan adalah beban pajak atau manfaat pajak yang akan meningkatkan atau mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan di masa mendatang. Hasil penelitian Gula &
Mulyani (2020) yang mengungkapkan beban pajak tangguhan berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hal ini dikarenakan perbedaan antara laba fiskal dan laba akuntansi menunjukkan besarnya kebijakan atau diskresi manajemen (Phillips, Pincus, &
Rego, 2003). Perbedaan perhitungan secara fiskal maupun komersial menyebabkan timbulnya penangguhan beban pajak akibat perbedaan alokasi pengakuan beban seperti contohnya pada beban penyusutan. Semakin besar alokasi antar periode maka semakin rendah indikasi terjadinya penghindaran pajak. Sedangkan penelitian Kalbuana, Purwanti, & Agustin (2017) menyatakan beban pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan telaah teori dan literature sebelumnya, maka masih terdapat ketidakkonsistenan pada hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
Ha3 : Beban pajak tangguhan berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Komite Audit dan Penghindaran Pajak
Salah satu bentuk kontrol yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi perilaku menyimpang adalah mengotimalkan peran komite audit. Komite audit mempunyai kontribusi besar yang berfungsi melakukan kontrol dan pengawasan atas tindakan manajemen sehingga selaras dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan (Alqatamin, 2018). Menurut hasil penelitian Sarra (2017), Marfirah & SyamBZ (2016) yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, hal ini dikarenakan jika jumlah komite audit yang dimiliki oleh perusahaan sedikit maka dapat meningkatkan aktivitas penghindaran pajak karena terbatasnya pengawasan maupun pengendalian atas kebijakan dan pengelolaan keuangan perusahaan. Sementara hasil penelitian Damayanti & Susanto (2015); Eksandy (2017);
Swingly & Sukartha (2015) menyatakan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, hal ini diduga karena banyak perusahaan yang menempatkan komite audit hanya untuk memenuhi syarat yang ditentukan oleh pemerintah, sehingga komite audit tidak menjalankan fungsinya dengan baik.
Berdasarkan telaah teori dan literature sebelumnya, terdapat perbedaan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
Ha4 : Ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Proporsi Komisaris Independen dan Penghindaran Pajak
Komisaris independen merupakan suatu pihak yang diharapkan dapat memberikan masukan dan saran dalam pengelolaan bisnis perusahaan, termasuk mencegah terjadinya aktivitas yang dapat merugikan perusahaan. Proporsi komisaris independen merupakan persentase perbandingan komposisi komisaris independen terhadap keseluruhan jumlah anggota dewan komisaris yang berfungsi sebagai pengawas jalannya operasional bisnis perusahaan (Rani, 2017). Dewan komisaris independen diharapkan bersikap profesional dalam pengambilan keputusan, sehingga komisaris independen akan memberi masukan
jika terjadi penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan, hal ini dapat membantu dewan komisaris dalam mengambil suatu keputusan (Asitalia & Trisnawati, 2017).
Menurut Maharani & Suardana (2014) kinerja manajemen dapat lebih meningkat dengan adanya komisaris independen, sebab semakin besar proporsi komisaris independen maka pengamatan kepada pihak manajemen akan ketat. Penelitian Feranika, Mukhzarudfa, & L. Aurora (2016), Winata (2014), serta Sunarsih & Handayani (2018) mengungkapkan bahwa komisaris independen tidak memiliki afiliasi apapun dalam hal pemegang saham pengendali, baik dengan dewan komisaris lain maupun dengan direksi.
Selain itu, komisaris independen tidak boleh menjabat sebagai direktur pada sebuah perusahaan (Winata, 2014). Namun demikian, hasil penelitian Sarra (2017), Honggo &
Marlinah (2019), serta Mulyani, Wijayanti, & Masitoh (2018) proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dewan komisaris independen tidak selalu dapat menunjukkan independensinya dalam mengawasi jalannya kinerja perusahaan yang dijalankan oleh manajemen, sehingga fungsi kontrol tidak selalu berjalan dengan maksimal. Berdasarkan telaah teori dan literature sebelumnya, masih terdapat ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
Ha5 : Proporsi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Kepemilikan Institusional dan Penghindaran Pajak
Kepemilikan saham perusahaan oleh pihak institusi dapat menjadi suatu fungsi pengawasan yang baik terhadap pengelolaan perusahaan sehingga apabila terdapat aktivitas manajemen yang dapat menimbulkan kemungkinan kerugiaan seperti adanya penghindaran pajak yang menjurus pada penggelapan pajak akan dapat dikendalikan.
Menurut Ginting (2016) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemerintah dan institusi lain diluar institusi pemegang saham publik.
Kepemilikan institusional berperan penting di dalam memonitor kinerja pihak manajemen, karena dengan adanya kepemilikan institusional dapat meningkatkan kontrol yang lebih baik, karena dianggap mampu mengawasi keputusan manajemen (Winata, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Wijayani (2016); Feranika et al. (2016) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Kepemilikan institusional berperan penting dalam meningkatkan kinerja manajemen untuk lebih maksimal. Dengan besarnya kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan maka semakin besar pula tingkat pengawasan kepada tindakan manajemen untuk melakukan penghindaran pajak. Sedangkan, penelitian Diantari &
Ulupui (2016); Winata (2014) serta Fajar et al. (2018) menunjukan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan telaah teori dan literature sebelumnya, maka masih terdapat perbedaan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
Ha6 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
3. METODOLOGI
Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun yaitu tahun 2016 sampai dengan 2018.
Metode pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling berdasarkan kriteria tertentu sebagai berikut:
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Jumlah
Perusahaan
Jumlah Data Perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2015 sampai tahun 2018.
424 1.272
Perusahaan non-keuangan yang tidak berakhir pada 31 Desember selama tahun 2015 sampai tahun 2018.
(9) (27)
Perusahaan non-keuangan yang tidak menggunakan satuan mata uang Rupiah selama tahun 2015 sampai tahun 2018.
(80) (240)
Perusahaan non-keuangan yang tidak memiliki nilai CETR kurang dari 0 dan lebih besar sama dengan 1 selama tahun 2016-2018.
(200) (600) Perusahaan non-keuangan yang tidak menginformasikan jumlah karyawan
selama tahun 2016-2018.
(1) (3)
Perusahaan non-keuangan yang tidak menginformasikan jumlah komite audit selama tahun 2016-2018.
(2) (6)
Total Data Penelitian 132 396
Sumber : Diolah Penulis (2020)
Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat 424 perusahaan nonkeuangan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2018. Terdapat perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria sampel penelitian, yaitu 9 perusahaan yang tidak memiliki tahun buku laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember selama periode 2015-2018, 80 perusahaan yang tidak melaporkan dalam satuan mata uang rupiah selama periode 2015-2018, 200 perusahaan yang tidak memiliki nilai CETR kurang dari 0 dan lebih besar sama dengan 1 selama tahun 2016-2018, 1 Perusahaan non-keuangan yang tidak memiliki jumlah karyawan selama tahun 2016-2018, dan 2 perusahaan non- keuangan yang tidak memiliki data jumlah komite audit selama tahun 2016-2018.
Perusahaan Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka diperoleh 132 perusahaan dengan 396 data sampel.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak adalah upaya pengurangan beban pajak yang dilakukan secara etis dan legal tanpa bertentangan dengan aturan perpajakan yang berlaku (Diantari &
Ulupui, 2016). Dalam penelitian ini, proxy pengukuran yang digunakan untuk mengukur penghindaran pajak yaitu cash ETR atau CETR yang digunakan dengan skala rasio seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh Diantari & Ulupui (2016) dengan perhitungan sebagai berikut:
CETR =Pajak tunai yang dibayarkan Laba sebelum pajak
CETR: Cash Effective Tax Rate
Pada penelitian ini, untuk memudahkan interpretasi pada hasil hipotesis penelitian maka nilai CETR dikali -1. Nilai CETR yang semakin tinggi menunjukkan tingkat penghindaran pajak yang semakin rendah, sedangkan nilai CETR yang semakin kecil akan menunjukkan penghindaran pajak yang semakin tinggi.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan klasifikasi perusahaan berdasarkan jumlah asset yang dimilikinya. Aset dinilai memiliki tingkat kestabilan yang cukup baik dalam mengukur besar kecilnya suatu perusahaan (Kurniasih & Ratna Sari, 2013). Ukuran perusahaan diukur dengan skala rasio. Pengukuran ini mengacu pada Yohan & Pradipta (2019).
UP = Log (Total Aset) Strategi Bisnis
Strategi bisnis merupakan kebijakan yang digunakan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya maupun untuk menghadapi para kompetitor.
Strategi bisnis dalam penelitian ini menggunakan skala nominal dengan mengikuti beberapa pengukuran yang dilakukan oleh (Wardani & Khoiriyah, 2018), yaitu:
1. Keunggulan Produksi dan Distribusi Secara Efisien
Keunggulan produksi dan distribusi barang maupun jasa secara efisien dihitung dengan persamaan berikut:
KAR/PENJUALAN = Jumlah pegawai Penjualan 2. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Tingkat pertumbuhan perusahaan dihitung dengan rumus berikut:
MTB =Harga pasar saham Jumlah modal 3. Pemasaran
Pemasaran dapat dihitung dengan rumus berikut:
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 = Beban iklan Total penjualan 4. Intensitas Aset Tetap
Intensitas aset tetap dihitung dengan rumus berikut:
IAT =Aset tetap bersih Total Aset
Dalam mengukur strategi bisnis yang dilakukan perusahaan, dapat menggunakan empat proksi, yaitu tiga proksi utama adalah (KAR/PENJUALAN, MTB dan Market), sampel perusahaan pada urutan kuintil teratas akan diberi point 5, sedangkan urutan di
bawahnya diberi point 4 dan seterusnya. Point untuk IAT adalah justru kebalikannya.
Sampel perusahaan pada kuintil teratas diberi point 1, sedangkan urutan di bawahnya diberi point 2 dan seterusnya. Kemudian point masing-masing perusahaan akan dijumlahkan untuk keseluruhan proxy. Nilai maksimum adalah 20 (prospector) dan minimum adalah 4 (defender). Pemberian point pada masing-masing sampel perusahaan diurutkan sesuai urutan kuintil yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2 Urutan Kuintil
KAR/PENJUALAN MTB Market IAT
TERTINGGI 5 5 5 1
4 4 4 2
3 3 3 3
2 2 2 4
TERENDAH 1 1 1 5
Sumber : Diolah Penulis (2020)
Selanjutnya, penentuan strategi perusahaan (defender / prospector) dilakukan dengan dummy seperti pada penelitian Wardani & Khoiriyah (2018). Apabila jumlah point suatu perusahaan berada di atas jumlah rata-rata point keseluruhan sampel maka diberi nilai 1, sebaliknya jika jumlah point suatu perusahaan berada di bawah jumlah rata- rata point keseluruhan sampel maka diberi nilai 0.
Tabel 3 Penentuan Strategi
Point Kode Strategi
4-12 0 Defender
13-20 1 Prospector
Sumber : Diolah Penulis (2020) Beban Pajak Tangguhan
Beban pajak tangguhan merupakan jumlah perbedaan temporer atas perlakuan antara perhitungan laba akuntansi dan perpajakan. Beban pajak tangguhan berskala rasio.
Pengukuran ini mengacu pada Kalbuana et al. (2017):
DTE = Beban Pajak Tangguhan Total Asset t − Total Asset t − 1
Ukuran Komite Audit
Komite audit secara umum berperan membantu dewan komisaris dalam melakukan kontrol atas kinerja manajemen perusahaan dan memberikan rekomendasi atas pengendalian internal perusahaan kepada dewan direksi maupun komisaris guna mencegah adanya asimetri informasi. Bila komite audit mampu melakukan pengawasan yang ketat, maka suatu informasi yang dihasilkan akan berkualitas dan kinerja
manajemen perusahaan akan lebih efektif (Hanum & Zulaikha, 2013). Komite audit menggunakan skala rasio, dengan rumus yang mengacu pada Fajar et al. (2018).
KA = ∑ anggota komite audit
Proporsi Komisaris Independen
Keberadaan komisaris independen dalam suatu perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajemen, semakin besar proporsi komisaris independen maka semakin ketat pengawasan terhadap pihak manajemen (Asri & Suardana, 2016). Dengan adanya keberadaan komisaris independen di dalam suatu perusahaan dapat membantu mengarahkan kebijakan dalam pengelolaan perusahaan termasuk penentuan kebijakan pengelolaan pajak secara efektif. Proporsi komisaris independen diukur dengan menggunakan skala rasio yang mengacu pada Diantari & Ulupui (2016).
DKI = Komisaris independen Total seluruh dewan komisaris
Proporsi Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan proporsi saham yang dimiliki oleh investor institusi baik institusi keuangan maupun institusi non-keuangan (Saftiana, Mukhtaruddin, Putri, & Ferina, 2017). Kepemilikan institusional dapat meningkatkan fungsi pengawasan terhadap keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan (Winata, 2014).
Kepemilikan institusional diukur dengan skala rasio (Diantari & Ulupui, 2016).
KI =Kepemilikan Saham Institusional Total Saham yang Beredar
Model Penelitian
Model penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
CETR = α + β1UP + β2SB + β3DTE + β4KA + β5DKI + β6KI + ԑ Keterangan:
CETR = Penghindaran pajak
α = Konstanta
β1 - β6 = Koefisien regresi
UP = Ukuran perusahaan
SB = Strategi bisnis
DTE = Beban pajak tangguhan
KA = Komite audit
DKI = Proporsi komisaris independen KI = Proporsi Kepemilikan institusional
ε = Error term
Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2015 – 2018.
Data laporan keuangan didapatkan dari website bursa efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian statistik deskriptif dinyatakan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
CETR 396 -0,000 -0,914 -0,255 -0,174
UP 396 9,718 14,537 12,451 0,774
SB 396 0 1 0,42 0,494
DTE 396 -0,067 0,042 -0,0009 0,008
KA 396 1 6 3,07 0,403
DKI 396 0,2 1 0,413 0,109
KI 396 0,000 0,994 0,668 0,221
Sumber: Data diolah SPSS versi 25 (2020) Tabel 5
Distribusi Frekuensi Strategi Bisnis
Keterangan Frekuensi Persentase
Skor 4-12 (Defender) 229 57,8%
Skor 13-20 (Prospector) 167 42,2%
Total 396 100%
Sumber: Data diolah SPSS versi 25 (2020)
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 396 data.
Variabel penghindaran pajak (CETR) memiliki nilai rata-rata sebesar -0,255 yang menunjukkan bahwa secara rata-rata sampel perusahaan non keuangan di Indonesia membayar pajak sesuai tarif yang berlaku. Pada tabel 5 hasil distribusi frekuensi variabel strategi bisnis (SB) menunjukkan bahwa 57,8% perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini menggunakan strategi bisnis defender dan sebesar 42,2% menggunakan strategi bisnis prospector. Variabel ukuran perusahaan (UP) memiliki nilai rata-rata sebesar 12,451. Variabel beban pajak tangguhan (DTE) memiliki nilai rata-rata sebesar - 0,0009. Variabel ukuran komite audit (KA) memiliki nilai rata-rata sebesar 3,07 yang berarti jumlah komite audit sesuai dengan aturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (2015) yaitu paling sedikit terdiri dari tiga orang anggota. Variabel proporsi komisaris independen (DKI) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,413 yang menunjukkan bahwa rata- rata perusahaan non keuangan mempunyai jumlah komisaris independen yang lebih sedikit dibanding komisaris yang tidak independen. Variabel proporsi kepemilikan institusional (KI) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,668 yang menunjukkan bahwa secara rata-rata perusahaan non keuangan di Indonesia dimiliki oleh pihak institusi.
Uji Asumsi Klasik
Data perusahaan yang telah memenuhi kriteria pengambilan sampel kemudian dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memberikan suatu gambaran apakah model persamaan regresi pada penelitian ini memiliki estimasi yang tidak bias. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.
Uji normalitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan sig. kurang dari 0.05 yang berarti data residual berdistribusi tidak normal. Namun demikian, berdasarkan pada konsep central limit theorm bahwa masalah normalitas dapat diabaikan apabila n sampel besar (n ≥ 30) karena kurva distribusi data residual akan cenderung mendekati normal. Hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai VIF di bawah 10 dan nilai Tolerance di atas 0,1. Dengan demikian tidak terdapat korelasi antar variabel independen dalam penelitian ini. Hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser yang menunjukkan bahwa nilai sig. ≥ 0.05 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas atau ketidaksamaan variance antar pengamatan. Hasil uji autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Bruesch-Godfrey atau lebih dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM). Hasil uji autokorelasi pada penelitian ini menunjukkan nilai sig. ≥ 0.05 yang berarti tidak terjadi masalah autokorelasi atau pada model regresi linear tidak terdapat korelasi antar residual pada periode saat ini dengan residual pada periode sebelumnya.
Pada tabel 6 ditunjukkan hasil pengujian atas hipotesis penelitian:
Tabel 6 Hasil Uji t
Variabel Eksp. β Sig. Kesimpulan
(Constant) 0,200 0,172
UP - -0,035 0,003 Ha1 sesuai ekspektasi
SB + -0,050 0,005 Ha2 tidak sesuai ekspektasi
DTE - 0,498 0,649 Ha3 tidak sesuai ekspektasi
KA - -0,012 0,605 Ha4 tidak sesuai ekspektasi
DKI - 0,095 0,236 Ha5tidak sesuai ekspektasi
KI - -0,001 0,979 Ha6 tidak sesuai ekspektasi
Adjusted R2 = 0,045; Nilai F = 4,100; F Sig. = 0.01 Sumber: Data diolah SPSS versi 25 (2020) Pembahasan
a. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak
Variabel ukuran perusahaan (UP) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,003 dan nilai tersebut lebih kecil dari α = 0,05, sehingga Ha1 dapat diterima secara statistik. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin rendah tingkat penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan (ditinjau dari besarnya jumlah aset) memiliki kemampuan dan kestabilan dalam menghasilkan keuntungan. Kondisi tersebut membuat perusahaan besar akan
berusaha untuk menjaga reputasi perusahaan tetap baik di mata publik dan pemerintah, sehingga penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan semakin rendah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Honggo
& Marlinah (2019); Oktamawati (2017), serta Sutatik et al. (2015).
b. Pengaruh Strategi Bisnis Terhadap Penghindaran Pajak
Pada tabel 6 menjelaskan bahwa nilai signifikansi variabel Strategi Bisnis (SB) di bawah dari nilai alpha 0,05 dengan nilai β adalah -0.050 maka dapat disimpulkan bahwa variabel strategi bisnis berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Perusahaan dengan strategi bisnis prospector justru cenderung tidak melakukan penghindaran pajak karena strategi bisnis prospector memiliki lingkup yang luas dan berfokus pada inovasi dalam setiap aspek untuk mencapai tujuan, sedangkan perusahaan yang menggunakan strategi bisnis defender memiliki tingkat penghindaran pajak yang tinggi karena strategi bisnis defender terlalu berfokus kepada efisiensi maka perusahaan yang menggunakan strategi defender cenderung untuk melakukan penghindaran pajak untuk mengurangi jumlah beban pajak yang harus dibayarkan. Temuan ini menunjukkan bahwa penentuan strategi yang digunakan oleh perusahaan sangat memengaruhi kecenderungan perusahaan melakukan penghindaran pajak. Namun demikian hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Higgins et al. (2014), Arieftiara et al. (2015) dan Wahyuni et al. (2019) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan strategi bisnis prospector memiliki dorongan yang tinggi untuk melakukan penghindaran pajak karena adanya kemungkinan menghasilkan pendapatan yang tinggi, mempunyai market share yang luas dan longgarnya pengelolaan biaya.
Namun demikian, hasil penelitian ini justru menunjukkan bahwa perusahaan dengan strategi defender justru lebih termotivasi untuk melakukan penghindaran pajak karena konsep strategi bisnis defender yang lebih menekankan pada efisiensi sebagai keunggulan bersaing sehingga berusaha untuk menekan beban pajak yang ditimbulkan (Higgins et al., 2014).
c. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Penghindaran Pajak
Variabel beban pajak tangguhan (DTE) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,649 dan nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05, maka Ha3 tidak dapat diterima secara statistik.
Hasil uji ini menunjukkan bahwa beban pajak tangguhan (DTE) tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak karena beban pajak tangguhan lebih berhubungan dengan besarnya pembayaran pajak pada periode mendatang sehingga tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya penghindaran pajak pada periode saat ini. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Pohan (2009) dan Kalbuana et al. (2017).
Munculnya beban pajak tangguhan akibat adanya perbedaan antara perhitungan laba komersial dan laba fiskal menjadi salah satu cara yang diprediksi dapat mengindikasikan tindakan penghindaran pajak karena mengindikasinya besarnya diskresi manajemen. Namun demikian, penelitian ini justru menunjukkan bahwa
beban pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak karena beban pajak tangguhan menggambarkan adanya perbedaan temporer antara perhitungan laba komersial dan fiskal yang hanya mengeser pembayaran beban pajak ke periode selanjutnya sehingga tidak mengindikasikan adanya penghindaran pajak.
d. Pengaruh Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak
Variabel komite audit (KA) sebesar 0,605 dan nilai tersebut lebih besar dari α = 0.05, maka Ha4 tidak dapat diterima secara statistik. Hasil uji ini menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak karena banyaknya perusahaan hanya menggunakan komite audit untuk memenuhi syarat yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga besar kecilnya komite audit dalam suatu perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Damayanti dan Susanto (2015), Eksandy (2017) dan Fajar et al. (2018). Keberadaan komite audit dalam perusahaan diharapkan dapat membantu fungsi pengawasan dan menjaga akuntabilitas perusahaan. Namun demikian, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa peran komite audit dalam perusahaan belum berjalan secara optimal dalam melaksanakan fungsinya sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak.
e. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Penghindaran Pajak Variabel proporsi komisaris independen (DKI) mepunyai nilai signifikansi sebesar 0,236 dan nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05, maka Ha5 tidak dapat diterima secara statistik. Hasil uji ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Sedikit ataupun banyaknya jumlah anggota komisaris independen tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak karena adanya kemungkinan pengawasan yang dilakukan terhadap manajemen perusahaan tidak berjalan optimal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sarra (2017). Keberadaan dewan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik atas perusahaan sehingga dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan. Namun demikian, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen tidak mempengaruhi aktivitas penghindaran pajak dalam perusahaan karena peranan dewan komisaris independen masih belum berjalan dengan maksimal.
f. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak
Variabel kepemilikan institusional (KI) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,979 dan nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05, maka Ha6 tidak dapat diterima secara statistik.
Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini dapat menjelaskan bahwa besar kecilnya jumlah kepemilikan institusional tidak memengaruhi keputusan manajemen untuk melakukan penghindaran pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Winata (2014), Diantari dan Ulupui (2016), serta Fajar et al. (2018). Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan
saham pihak institusi yang diprediksi dapat mengurangi tindakan yang dapat merugikan perusahaan kedepan karena kepemilikan institusi menjadi pihak yang dapat memberikan pengawasan dan mendorong tata kelola perusahaan yang baik.
Namun pada penelitian ini belum dapat menunjukkan pengaruhnya ke penghindaran pajak karena tindakan penghindaran pajak merupakan informasi internal manajemen perusahaan sehingga tidak mudah untuk dideteksi. Selain itu penghindaran pajak merupakan tindakan yang masih dalam kategori tidak melanggar aturan yang berlaku sehingga bukan menjadi objek utama yang menjadi pengawasan oleh pihak kepemilikan institusi.
5. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini menguji pengaruh strategi bisnis, beban pajak tangguhan dan karakteristik perusahaan seperti komite audit, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak yang terjadi pada kisaran periode pengampunan pajak di Indonesia. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan strategi bisnis prospector memiliki tingkat penghindaran pajak yang lebih rendah dibanding perusahaan dengan strategi bisnis defender. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa pada perusahaan yang menggunakan strategi bisnis prospector akan lebih berfokus pada pengembangan produk dan inovasi, sedangkan pada perusahaan dengan strategi bisnis defender lebih berfokus pada efisiensi termasuk pengurangan beban pajak sehingga tingkat penghindaran pajak semakin tinggi. Sedangkan ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan maka akan lebih terdorong untuk menjaga reputasi perusahaan dengan menghindari tindakan penghindaran pajak secara berlebihan untuk mengurangi efek negatif di kemudian hari seperti munculnya denda maupun sanksi pajak. Namun demikian komite audit, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, serta beban pajak tangguhan tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak. Temuan tersebut menunjukkan bahwa masih kurang efektifnya peran komite audit, komisaris independen maupun kepemilikan saham oleh pihak instutusi dalam mengawasi aktivitas pengelolaan keuangan maupun pajak perusahaan. Demikian juga keberadaan beban pajak tangguhan akibat adanya perbedaan antara laba komersil dan fiskal tidak dapat menjadi indikasi adanya penghindaran pajak.
Implikasi
Implikasi penelitian ini terhadap kajian literature yaitu menambah wawasan pengetahuan mengenai hubungan strategi bisnis dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak. Strategi bisnis prospector memiliki tingkat penghindaran pajak yang lebih tinggi dibanding strategi bisnis defender. Hasil tersebut disebabkan karena adanya
perbedaan fokus dan tujuan yang hendak dicapai dari kedua strategi bisnis tersebut.
Begitu pun dengan ukuran perusahaan yang semakin besar menunjukkan penghindaran pajak yang lebih rendah karena perusahaan besar akan berusaha untuk menjaga reputasi serta kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang. Sedangkan implikasi praktis terhadap pembuat kebijakan fiskal adalah untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penghindaran pajak seperti strategi bisnis yang digunakan oleh perusahaan maupun ukuran perusahaan itu sendiri.
Saran
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu penelitian ini hanya menguji enam variabel independen dengan hasil nilai adjusted R² yang kecil yaitu 0,059 sehingga masih banyak variabel lain yang diprediksi dapat berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Untuk itu rekomendasi penelitian selanjutnya adalah mengganti beberapa variabel independen lain yang diprediksi dapat memengaruhi penghindaran pajak, seperti karakter eksekutif, kompensasi rugi fiskal, serta rapat komite audit. Selain itu penelitian ini hanya menggunakan sampel penelitian di Indonesia, pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengujian lintas negara seperti negara-negara ASEAN untuk memperkaya literature dan memperoleh hasil penelitian yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Alqatamin, R. M. (2018). Audit Committee Effectiveness and Company Performance:
Evidence from Jordan. Accounting and Finance Research, 7(2), 48.
https://doi.org/10.5430/afr.v7n2p48
Arieftiara, D., Utama, S., Wardhani, R., & Rahayu, N. (2015). Analisis Pengaruh Strategi Bisnis Terhadap Penghindaran Pajak, Bukti Empiris Di Indonesia. Simposium Akuntansi Nasional XVIII, 18(1), 1–27.
Asitalia, F., & Trisnawati, I. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Fioren. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 19(1), 1–11.
Asri, I. T. Y., & Suardana, K. A. (2016). Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Komite Audit, Preferensi Risiko Eksekutif Dan Ukuran Perusahaan Pada Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 16(1), 72–100.
Cahyono, D. D., Andini, R., & Raharjo, K. (2016). Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan (SIZE), Leverage (DER) dan Profitabilitas (ROA) Terhadap Tindakan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Perbankan yang Listing BEI Periode Tahun 2011 – 2013. Journal of Accounting, 2(2).
Damayanti, F., & Susanti, T. (2015). Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Resiko Perusahaan, Dan Return On Assets Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 5(2), 187–206.
https://doi.org/10.15408/ess.v5i2.2341
Damayanti, F., & Susanto, T. (2015). Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan Return on Assets terhadap Tax Avoidance. ESENSI Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 5(2), 187–206.
https://doi.org/10.15408/ess.v5i2.2341
Dewi, N. N. K., & Jati, I. K. (2014). Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 6(2), 249–260.
Diantari, P. R., & Ulupui, I. A. (2016). Pengaruh Komite Audit, Proporsi Komisaris Independen, Dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance. E- Jurnal Akuntansi, 16(1), 702–732.
Eksandy, A. (2017). Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Competitive Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 1(1), 1. https://doi.org/10.31000/competitive.v1i1.96
Fajar, M., Zulbahridar, & Kurnia, P. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. JOM FEB, 1(1), 1–15.
https://doi.org/10.22201/fq.18708404e.2004.3.66178
Feranika, A., Mukhzarudfa, & L. Aurora, T. (2016). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen, Kualitas Audit, Komite Audit, Karakter Eksekutif, dan Leverage Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan UNJA, 2(2), 31–39.
Ginting, S. (2016). Pengaruh Corporate Governance dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Penghindaran Pajak dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 6(2), 165–176.
Gula, V. E., & Mulyani, S. D. (2020). Pengaruh Capital Intensity Dan Deffered Tax Expense Terhadap Tax Avoidance Dengan Menggunakan Strategi Bisnis Sebagai Variabel Moderasi. Prosiding Seminar Nasional, 2(2012), 1–7.
Hanum, H. R., & Zulaikha. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Corporate Governance Terhadap Effective Tax Rate. Diponegoro Journal of Accounting, 2(2), 1–10.
Harianto, R. (2020). Pengaruh Strategi Bisnis, Kepemilikan Institusional Dan Kebijakan Utang Terhadap Penghindaran Pajak ( Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di. Liability, 02(1), 49–69.
Higgins, D., Omer, T. C., & Phillips, J. D. (2014). The Influence of a Firm’s Business Strategy on its Tax Aggressiveness. Contemporary Accounting Research, 32(2), 674–702. https://doi.org/10.1111/1911-3846.12087
Honggo, K., & Marlinah, A. (2019). Pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, dewan komisaris independen, komite audit, sales growth, dan leverage terhadap penghindaran pajak. Trisakti School of Management, 21(1), 9–26.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm : Managerial Behavior , Agency Costs and Ownership Structure Theory of the Firm : Managerial Behavior , Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305–360.
Kalbuana, N., Purwanti, T., & Agustin, N. H. (2017). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Beban Pajak Tangguhan, dan Tingkat Pajak Efektif Terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia. Magistra, (100), 26–35.
Kurniasih, T., & Ratna Sari, M. (2013). Pengaruh Return on Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi, 18(1), 58–66.
Maharani, I. G. A. C., & Suardana, K. A. (2014). Pengaruh Corporate Governance,
Profitabilitas dan Karakteristik Eksekutif pada Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9.2, 525–539.
Marfirah, D., & SyamBZ, F. (2016). Pengaruh Corporate Governance dan Leverage terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011-2015. Jurnal IlmiahMahasiswa Ekonomi Akuntansi, 1(2), 91–102.
Mulyani, S., Wijayanti, A., & Masitoh, E. (2018). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Airlangga, 3(1), 322–
340. https://doi.org/10.31093/jraba.v3i1.91
Oktamawati, M. (2017). Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Dan Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Bisnis, 15(1), 23–40.
https://doi.org/10.24167/JAB.V15I1.1349
Payne, D. M., & Raiborn, C. A. (2015). Aggressive Tax Avoidance: A Conundrum for Stakeholders, Governments, and Morality. Journal of Business Ethics, 147(3), 469–487. https://doi.org/10.1007/s10551-015-2978-5
Permata, A. D., Nurlaela, S., & Wahyuningsih, E. M. (2018). Pengaruh Size, Age, Profitability, Leverage dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 19(1), 10. https://doi.org/10.29040/jap.v19i1.171
Phillips, J. D., Pincus, M. P. K., & Rego, S. O. (2003). Earnings management: New evidence based on deferred tax expense. The Accounting Review, 78(2), 491–521.
https://doi.org/10.2139/ssrn.276997
Pohan T Hotman. (2009). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusi, Rasio Tobin Q, Akrual Pilihan, Tarif Efektif Pajak, dan Biaya Pajak Ditunda Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Publik. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan Keuangan Publik, 4(2), 113–135.
Rani, P. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Financial Distress, Komite Audit, dan Komisaris Independen Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 53(9), 1689–1699.
Reinganum, J. F., & Wilde, L. L. (1985). Income Tax Compliance in a Principal-Agent Framework. Journal of Public Economics, 26, 1–18.
Saftiana, Y., Mukhtaruddin, Putri, K. W., & Ferina, I. S. (2017). Corporate governance quality, firm size and earnings management: Empirical study in Indonesia stock exchange. Investment Management and Financial Innovations, 14(4), 105–120.
https://doi.org/10.21511/imfi.14(4).2017.10
Sarra, H. D. (2017). Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Komite Audit dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Penghindaran Pajak. Competitive Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 1(1), 63. https://doi.org/10.31000/competitive.v1i1.108 Shevlin, T., Thornock, J., & Williams, B. (2017). An examination of firms’ responses to tax forgiveness. Review of Accounting Studies, 22(2), 577–607.
https://doi.org/10.1007/s11142-017-9390-6
Sukmana, Yoga. 2020. RI Diperkirakan Rugi Rp 68,7 Triliun Akibat Penghindaran Pajak.
Kompas.com. https://money.kompas.com/read/2020/11/23/183000126/ri- diperkirakan-rugi-rp-68-7-triliun-akibat-penghindaran-pajak. Diunduh tanggal 23 November 2020.
Sunarsih, U., & Handayani, P. (2018). Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, 12(2), 163–184.
Sutatik, Syafi’i, & Rahman, A. (2015). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Biaya Bunga terhadap Penghindaran Pajak di BEI Tahun 2010-2014. Jurnal Akuntansi UBHARA, pp. 261–270.
Swingly, C., & Sukartha, I. M. (2015). Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Sales Growth pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 1, 47–62.
Wahyuni, L., Fahada, R., & Atmaja, B. (2019). The Effect of Business Strategy, Leverage, Profitability and Sales Growth on Tax Avoidance. Indonesian Management and Accounting Research, 16(2), 66.
https://doi.org/10.25105/imar.v16i2.4686
Wardani, D. K., & Khoiriyah, D. (2018). Pengaruh Strategi Bisnis dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak. Akuntansi Dewantara, 2(1), 25–36.
Retrieved from http://e-journalfb.ukdw.ac.id/index.php/jrak/article/view/283 Wijayani, D. R. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Corporate
Governance dan Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak di Indonesiafile:///E:/SMT 6/Referensi Jurnal/tax avoidance/chen2010 kepemilikan keluarga.pdf (Studi Empiris Perusahaan Manufaktu. Jurnal Dinamika Ekonomi &
Bisnis, 13(2), 181–192.
Winata, F. (2014). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax &
Accounting Review, 4 (1)(1), 1–11.
Yohan, & Pradipta, A. (2019). Pengaruh ROA, Leverage, Komite Audit, Size, Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 21(1), 1–8.