• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Hukum Keluarga Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Filsafat Hukum Keluarga Islam"

Copied!
279
0
0

Teks penuh

Cinta ilmu, cinta keadilan, kebenaran, hikmah dan cinta tradisi refleksi/diskusi/FGD (Focus Group Discussion) inilah yang menjadi ciri/mewakili falsafah Hukum Keluarga Islam. Selain itu, falsafah hukum keluarga Islam ini ditujukan khusus bagi mahasiswa hukum keluarga dan mahasiswa hukum pada umumnya, agar dapat meneruskan tradisi dan kepribadian para nabi dan rasul dalam segala bidang profesi dan pembelajarannya (Ulama Nabi). 5 Sejauh pengetahuan penulis, belum ada buku atau penelitian yang secara serius menulis tentang filsafat hukum keluarga Islam.

Islam Dan Filsafat

Tujuan dibentuknya negara kesatuan Republik Indonesia dapat ditemukan dalam (pembukaan) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dari alinea keempat di atas dapat ditarik empat rumusan penting sehubungan dengan tujuan tersebut. pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia, meliputi: Pertama, pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia semata-mata untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Keempat, pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia semata-mata untuk turut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi

Masyarakat Islam meyakini bahwa hukum Islam adalah hukum yang berasal dan dibuat semata-mata oleh Tuhan yang Maha Esa. Dengan demikian, dalam berbagai definisi hukum Islam dapat ditemukan pengertian yang sama, yaitu hukum yang berasal dari Allah atau hukum Allah yang diperuntukkan bagi umat manusia, khususnya yang sudah mulatto (mampu hukum), yang turun telah diutus oleh utusan mereka (Rasulullah Muhammad SAW), dan dimediasi oleh para malaikat. Jibril. Hakikat hukum Allah yang humanistik bukanlah suatu wacana tanpa dasar ketuhanan, melainkan dikaji berdasarkan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah (ucapan, perbuatan dan kesepakatan) Nabi Muhammad SAW yang dianut oleh umat Islam. masyarakat sebagai sumber utama dipertimbangkan. hukum Islam.

Epistemologi Bayani, Burhani, Dan Irfani

Voor meer details kunt u Wira Hadi Kusuma, "Epistemology of Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri and Their Relevance to Religious Studies for Conflict Resolution and Peacebuilding", in het tijdschrift Syi'ar, vol. 23 Mochamad Hasyim, "Islamitische epistemologie (Bayani, Burhani, Irfani)", in Al-Murabbi: Journal of Islamic Religious Education, vol. 24 Samsul Bahri, "Bayani, Burhani en Irfani Epistemologie Triologie van angst Muhammad Abid Al Jabri", in Cakrawala Hukum Journal, vol.

Al-Quran

37 Al-Makin, dalam Kajian Al-Quran Kontemporer “Wacana Baru Metode Tafsir yang Berbeda” (Yogyakarta: PT Tuara Wacaba, 2002), hal. Singkatnya, tafsir tematik ini merupakan gaya tafsir yang memanfaatkan kosa kata yang terkandung dalam Al - Al-Qur'an secara keseluruhan. Kedua, kumpulkan atau cari seluruh ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang pokok bahasan atau permasalahan yang akan diambil.

Sunnah

Menurut penulis, justru dalam tradisi hukum Islam pada masyarakat modern, Al-Quran bukanlah sumber hukum, melainkan sumber dari segala sumber hukum dalam masyarakat Islam. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis lebih memilih Al-Quran dijadikan sebagai sumber segala sumber hukum bagi masyarakat Islam (norma fundamental). Begitulah seharusnya masyarakat Islam memposisikan Al-Qur'an dan Sunnah; mereka harus diposisikan sebagai sumber dari segala sumber hukum Islam, bukan sekedar sumber hukum.

Ijmak

Pada mulanya konsep atau gagasan ijma ini muncul dari inisiasi dan ijtihadi para sahabat, dan kemunculannya disebabkan oleh berbagai permasalahan sosial dan agama yang muncul setelah wafatnya Rasulullah Muhammad SAW. Sebelum Rasulullah Muhammad SAW wafat, segala permasalahan sosial dan keagamaan umat Islam diserahkan sepenuhnya kepada Rasulullah Muhammad SAW baik dalam bidang hukum, peradilan, eksekusi dan bagian-bagian lainnya. Melihat rumitnya permasalahan masyarakat yang muncul setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat, para Sahabat kemudian menyelesaikan dan menjawab berbagai pertanyaan dan pertanyaan sosial dan keagamaan dalam masyarakat Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.

Qiyas

Qiyas dapat digunakan selama belum ada Al-Qur'an, Sunnah, dan Ijamah yang memberikan pernyataan hukum mengenai suatu permasalahan hukum yang terjadi. Selain itu, peristiwa atau fakta hukum baru juga harus disajikan agar teks atau argumentasi hukum dapat dibandingkan satu sama lain. Yang terpenting dari metode qiyas atau analogi hukum ini adalah tidak boleh bertentangan dengan ketentuan hukum yang ada dalam Al-Qur'an, Sunnah dan Ijma.

Istihsan Dan Saddu Aldzari’ah

Selagi matlamatnya adalah untuk mencungkil hukum-hukum yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnah, maka tidak ada salahnya kaedah tersebut. Istihsan itu sendiri merupakan bahagian penting dalam kaedah Kiyas, cuma, dalam Kiyas menggunakan kaedah analisis al-Quran dan Sunnah tetap menjadi perkara utama, supaya peristiwa hukum baru dapat disahkan jika ada kesepakatan kemungkaran hukum. dengan peristiwa lama, atau ada persetujuan rasional dengan nas atau hujah hukum yang ada dalam al-Quran dan al-Sunnah. Manakala dari segi ulama ushul, istihsan ialah pemindahan pilihan kaedah hukum yang digunakan oleh mujtahid dalam ijtihad hukum, iaitu daripada kaedah kiyas jali (nyata) kepada kiyas khafi (kabur), atau daripada dalil yang lebih umum (kulli). ) ) kepada undang-undang yang lebih khusus.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa cara istihsan ini dapat digunakan oleh seorang mujtahid ketika terjadi kekosongan hukum (kafi) atau tidak ada teks Al-Qur’an dan Hadits yang secara jelas mengatur suatu peristiwa hukum baru (zahir) yang jelas. memerlukan ketentuan hukum atas peristiwa hukum tersebut 63. Melihat kompleksitas permasalahan hukum dalam masyarakat Islam yang terus bermunculan, maka dicarilah kebijakan hukum atau ijtihad hukum yang berbeda yang dapat memberikan status hukum terhadap peristiwa hukum baru yang timbul. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan segudang metode ijtihad, sehingga tidak terbatas pada metode ijtihad klasik, baik yang disepakati maupun tidak, tetapi juga metode ijtihad ragam baru. jawaban atas berbagai persoalan hukum yang timbul di kemudian hari.

Dalam menyikapi berbagai permasalahan hukum yang dihadapi masyarakat Islam, para ulama Islam tidak hanya berhasil membuat rumusan metodologis yang dibangun atas asumsi kebaikan dan kemaslahatan. Cara penarikan hukum berupa pencegahan terhadap kejahatan yang dapat membahayakan subjek hukum ini dalam tradisi hukum Islam dikenal dengan istilah saddu aldzarì'ah. Oleh karena itu Saddu aldzarì'ah secara terminologis dapat diartikan sebagai rintangan, halangan atau penantian dari segala jalan yang dapat mengakibatkan kerugian atau kemaksiatan. baik (istihsân) pada pokok bahasannya. hukum, dan menghindari atau mengurangi berbagai kejahatan yang dapat merugikan dan mengancam keberadaan agama, keselamatan manusia (jiwa, pikiran, harta benda), alam dan lingkungan hidup.

Ada beberapa landasan hukum yang memperkuat keberadaan saddu aldzarì'ah sebagai metode penggalian hukum Islam, begitu juga dengan produk hukum yang dihasilkan.

Maslahah Mursalah Dan Maqasyid Syari’ah

135 Lihat Khoiruddin, Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum Pernikahan di Dunia Muslim (Yogyakarta: Tazzafa dan Academia, 2009). Penulis mengatakan demikian karena tulisan Khoiruddin tentang Hukum Perdata Islam Indonesia tidak menemukan beberapa pembahasan tersebut. Apabila perkara tersebut diselesaikan di pengadilan negeri, maka hal tersebut bukan merupakan wacana hukum perdata Islam Indonesia.

Penulis masih beranggapan bahwa istilah hukum perdata Islam Indonesia merupakan istilah yang muncul dari pertarungan politik hukum yang memecah belah yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Biasanya semua undang-undang yang termasuk dalam hukum perdata dapat ditemukan pada norma hukum yang ada. Hanya ruang lingkupnya yang terbatas, yaitu sebatas pada hukum perdata yang berlaku pada masyarakat Islam di Indonesia.

Dilihat dari tradisi hukum Islam, maka hukum keluarga di satu sisi berbicara tentang hukum perdata (Al-Ahkam Al-Madaniyah), dan di sisi lain juga berbicara tentang hukum pidana (Al-Ahkam Al-Jinayah). Ajaran hikmah hukum perdata Islam misalnya terdapat pada hukum perjanjian dan perjanjian (Muamalah) yang mengajarkan bahwa kedua belah pihak yang mengadakan suatu perjanjian harus dapat diterima bersama dan tidak saling merugikan (رارضلاورضلا). Selain mengkaji kedudukan hukum perdata Islam Indonesia dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dapat juga diperiksa dalam undang-undang.

Setelah beberapa tahun Indonesia merdeka, hukum perdata Islam mulai mengambil andil dalam hukum di Indonesia. Lihat Khoiruddin, Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam (Yogyakarta: Tazzafa dan Academia, 2009), hal. Sedangkan dalam hukum perdata Islam Indonesia, subjek hukum tidak hanya terbatas pada orang perseorangan dan badan hukum saja, namun organisasi juga bisa menjadi subjek hukum.

Maka dari kedua pasal tersebut jelas sekali bahwa dalam Hukum Perdata Islam Indonesia yang menjadi subjek hukum adalah perseorangan, organisasi, dan badan hukum/korporasi. Dengan demikian, yang menjadi warga negara hukum dalam Hukum Perdata Islam Indonesia adalah warga negara Indonesia, perseorangan, organisasi, dan badan hukum.

Istishhabdan Syar’u Man Qablana

Urf

Singkatnya, yang menjadi pokok kajian hukum perdata Islam Indonesia adalah seluruh produk hukum mengenai hukum perdata yang diadopsi setelah kemerdekaan Indonesia, baik produk hukum tersebut berupa peraturan perundang-undangan (Regeling) maupun berupa keputusan. (Beschikking). Selain Khoiruddin dan Abdul Manan yang menulis tentang hukum perdata Islam Indonesia, ada juga tulisan profesor lainnya yaitu Masnun142. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa hukum perdata Islam Indonesia adalah hukum perdata antara warga negara Indonesia yang beragama Islam dan diselesaikan hanya di pengadilan agama dan upaya hukum yang lurus ke atas.

Dalam praktik hukum warisan pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia mengklasifikasikan hukum menjadi dua kelompok besar, yaitu hukum perdata dan hukum pidana. Memetakan ruang lingkup hukum perdata dalam tradisi hukum warisan pemerintah Hindia Belanda, maka menjadi jelas sekali bahwa hukum perdata Islam Indonesia merupakan bagian dari hukum perdata pada umumnya. Keberadaan hukum keluarga Islam di nusantara Dalam budaya hukum masyarakat Islam di nusantara, hukum perdata Islam dan hukum Islam pada umumnya, jauh sebelum terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia, keberadaannya menjadi tubuh dan jiwa umat islam nusantara.

Penelusuran kedudukan Hukum Perdata Islam Indonesia dapat ditelusuri melalui sumber hukum utama yang ada di Indonesia yaitu Pancasila yang dijadikan sumber dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia. Hal terpenting dalam hukum perdata Islam Indonesia adalah adanya asas hikmah, musyawarah dan mufakat, yang juga menjadi ciri hukum adat (hukum adat) di Indonesia. Kedua, Hukum Perdata Islam Indonesia harus mampu membantu negara Indonesia memajukan kesejahteraan umum dan meningkatkan kesejahteraan umat Islam pada khususnya.

Ketiga, Hukum Perdata Islam Indonesia harus dapat membantu negara Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa pada umumnya, dan mencerdaskan masyarakat Islam pada khususnya. Keempat, Hukum Perdata Islam Indonesia harus dapat membantu negara Indonesia ikut serta dalam penyelenggaraan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Setelah Indonesia merdeka, Hukum Perdata Islam berhasil menjadi bagian penting dalam Sistem Perundang-undangan Indonesia melalui beberapa produk hukum.

Oleh karena itu kurang relevan jika belakangan ini terjadi pemisahan yang sangat tajam antara hukum perdata dan hukum pidana. Apalagi dalam hukum perdata Islam, subjek hukum tidak hanya harus beragama Islam saja, namun yang bukan Islam juga bisa menjadi subjek hukum.

Referensi

Dokumen terkait

Page|1 PERANCANGAN ALAT DATA LOGGER PADA SISTEM KONTROL KONVEYOR BAGASI BANDAR UDARA SYAMSUDDIN NOOR Aisyu Kirami1,Irfan2, Ayu Novia Lisdawati3 1Teknik elektro, 20201, Fakultas